Jump to ratings and reviews
Rate this book

Rumah Lebah

Rate this book
Mala, gadis kecil berusia enam tahun yang terobsesi dengan ensiklopedia. Dia hanya membaca buku ensiklopedia dan selalu mengurutkan buku satu sampai buku terakhir dari sisi kiri ke sisi kanan. Dia juga tertarik dengan beruang.

Di rumah, Mala hanya tinggal bersama orangtuanya, tetapi dia selalu membicarakan enam orang asing yang hidup bersama di dalam rumahnya. Dia selalu takut pada Satira, bersahabat dekat dengan Wilis, berbicara dengan Tante Ana yang suka berdandan, belajar bahasa Spanyol dengan Abuela, dan si Kembar yang hanya bisa mendengar, melihat dan mencatat.

Siapakah sebenarnya enam orang asing yang selalu dibicarakan Mala? Rahasia apakah yang dimiliki oleh enam orang asing tersebut?

284 pages, Paperback

First published January 1, 2008

155 people are currently reading
2066 people want to read

About the author

Ruwi Meita

37 books204 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
925 (40%)
4 stars
995 (43%)
3 stars
325 (14%)
2 stars
40 (1%)
1 star
19 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 617 reviews
Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
October 5, 2019
** Books 107 - 2019 **

3,7 dari 5 bintang!

Waww sekali lagi karya mbak Ruwi Meita ini tidak pernah namanya mengecewakan ya.. sebelumnya aku pernah baca yang Misteri Patung Garam yang itu saja menurutku mind blowing karena ide pembunuhannya diluar dugaan. Ternyata buku ini lebih bagus lagi ya.. Salah satu buku mental illness dan thriller yang menarik menurutku...

Dan aku sempat tertipu dengan siapa sebenarnya yang 'sakit' didalam buku ini... daku kecele saudara-saudaraa.. Yang bikin menarik tokoh utama di buku ini kan anak kecil si Mala.. entah kenapa membaca tentang si Mala membuatku teringat akan cerita Di Tanah Ladabyang sama-sama si tokoh utamanya pintar dan jenius tapi pemikirannya dalam dan jauh ke depan.. padahal Rumah lebah ini diterbitin jauh sebelum di tanah lada bukan?

Kalau kalian suka buku dengan tema misteri, realistic fiction dan mental illness kayaknya buku ini akan tepat buat kalian.. jujur aku suka sekali sama covernya yang ini.. oren2 segar gimana gitu loh ..

Terimakasih Gramedia Digital Premium!
Profile Image for Hestia Istiviani.
1,037 reviews1,963 followers
July 27, 2022
Ketika semua yg kamu sampaikan hanya dianggap gurauan anak kecil, apa yang akan kamu lakukan?

Mala adalah gadis cilik yang luar biasa cerdas. Dia bisa bahasa Spanyol. Dia melahap semua ensiklopedia. Dia berbicara menggunakan ragam bahasa formal.

Mala tidak dianggap aneh karena genius. Mala dilabeli "indigo" karena ia kerap bercerita tentang Wilis, Tante Ana, Abuela, Satira, dan Si Kembar. Padahal di rumah mereka, hanya ada Mala dan kedua orangtuanya.

Setiap kali Mala menyebut salah satu nama asing itu, Winaya dan Nawai hanya mendengar sambil lalu. Katanya, nama itu hanyalah teman imanjinasi Mala yang lambat laun akan menghilang begitu Mala menginjak dewasa.

Kalau betul itu hanya teman khayalan, mengapa ada yang mencorat-coret lukisan Nawai? Kenapa Mala takut menuju studio? Kenapa kehadiran Wilis semakin nyata?

Rumah Lebah adalah sebuah fiksi psikologis yang menarikku sejak bagian pembuka. Jujur saja, aku semula tidak begitu tertarik untuk memulai. Skeptis.

Nyatanya, aku malah tersedot ke dalam dunia Mala dan kekusutan antara kenyataan dan imajinasi. Plus, kayanya pengetahuan yang disisipkan oleh Ruwi Meita tanpa membuatku "penuh."

Cara berceritanya begitu rapi dan tertata. Jauh dari kata membosankan. Semakin dibaca, semakin aku ingin menyelesaikannya segera. Siapa sangka buku ini bisa aku lahap dalam dua hari saja 😂
Profile Image for ~:The N:~.
851 reviews56 followers
January 21, 2022
Saya baca versi e-book yang dibeli melalui Google Play. Kenapa entah format e-booknya PDF sahaja, rasa macam baca buku bajakan. Dalam era wujudnya format EPUB dan MOBI, kalau yang membayar pun masih dapat versi PDF, tak hairanlah ada yang lebih suka muat turun e-book secara haram FOC sahaja. Sebab tak ada beza pun kualitinya. Patutlah industri buku cetak rompak kekal utuh di Indonesia. Dan membaca versi PDF ini sedikit sebanyak membuat pengalaman membaca saya kurang menyeronokkan. Yihhh.

Sebuah novel psychological thriller yang menarik cuma sebagai pembaca thriller yang berpengalaman luas (cewah!) saya dapat meneka alur ceritanya sejak awal. Gaya penceritaan penulis yang mantap, masih berjaya menimbulkan rasa ingin tahu, langsung tidak membosankan malah bikin saya cepat-cepat membereskan bacaan. Suka dengan perlambangan 'rumah lebah' yang digunakan penulis.

Bab tatabahasa Indonesia saya tak sentuh sebab tak arif. Tapi editor/proofreader terlepas pandang kerana saya jumpa beberapa saltik:
Pegunungam (halaman 19)
Kehilangam (89)
Tubuhya (111)

⭐⭐⭐ ½
Profile Image for Zoe.
70 reviews8 followers
October 5, 2022
I just finished it, wow just wow, super brilliant. To think that this book was first published on 2008?? That amazed me more. I predicted it actually, but the range was larger, so it was still mind blowing when the truth revealed.
Profile Image for Autmn Reader.
881 reviews91 followers
January 22, 2021
Baca di Gramedia Digital.

Ya ampun akhirnya beres juga ini aku baca ini. Awalnya menarik, punya feeling bakalan bagus. Tpi ternyata, bahkan dari seperempat awal aku udah nebak ini cerita mau dibawa ke mana. Dari awal udah ada praduga, tapi ya belum yakin. Seperempat awal udahlah ketebak.

Masalahnya adalah, hal yang menyenangkan baca misteri itu suspense dan clueless-nya. Tapi di buku ini aku nggak dapet dua2nya. Jadi kerasa aku udah bosen duluan. Apalagi endingnya juga udah ketahuan juga bakalan kayak gitu.

Kurang smooth aja kali yak? Entahlah kalaua orang lain, tapi kalau aku baca novel misteri pasti punya banyak dugaan, dan ketika dugaan aku salah, itu yang menurutku bikin cerita misteri asyik.

Mungkin karena aku terlalu berekspektasi tinggi sama buku ini. Jadi ya sudahlah :(:(
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book265 followers
July 1, 2017
Winaya dan Nawai adalah sepasang suami istri yang saling mencintai. Winaya awalnya berprofesi sebagai seorang wartawan, namun akhirnya beralih profesi menjadi penulis fiksi. Dia memboyong istri dan anaknya meninggalkan Jakarta untuk tinggal di sebuah rumah di tepi danau di Ponorogo. Ini karena mereka tidak ingin lagi dibayang-bayangi oleh "hantu-hantu" yang sering dilihat oleh Mala, anaknya. Kejadian aneh dimana anaknya tiba-tiba saja berada di atas atap rumah di tengah malam, ditambah dengan interaksi sosialnya di sekolah yang dianggap tidak normal, hanyalah dua dari sekian alasan mereka meninggalkan Jakarta.

Namun "hantu-hantu" itu terus mengikuti, meski frekuensinya tidak lagi sama dengan yang dulu. Di rumah yang baru ini ada Winaya dan Mala punya ruangan khusus. Winaya selalu bekerja berjam-jam di ruang kerjanya. Di sebelahnya ada perpustakaan dimana Mala lebih banyak menghabiskan waktunya membaca ensiklopedia. Ada ruangan bawah tanah yang menghubungkan kedua tempat itu, disanalah Nawai terkadang menyalurkan bakat melukisnya. Nawai mendekorasi ulang ruang bawah tanah itu untuk dirinya sendiri. Rumah mereka cukup terpencil, hanya ada satu rumah tetangga. Itupun adalah villa milik seorang pengusaha kaya.

Suatu ketika, Winaya mendapatkan rezeki. Naskah fiksinya akan dadaptasi menjadi sebuah film. Kebetulan pemeran utamanya seorang aktris bernama Alegra, adalah kekasih Rayhan pemilik villa di sebelah rumah mereka. Ketika Alegra mengunang Winaya sekeluarga untuk makan malam di villa Rayhan, distulan malapetaka mulai terjadi.

Saya mencari novel ini sejak saya membaca Misteri Patung Garam dan Alias. Novel ini sangat langka, selain karena sudah terbitan lama, mungkin tidak dicetak ulang lagi. Betapa bahagianya saya ketika menemukannya dalam format digital di Google Play. Dan saya menghabiskannya hanya dalam waktu semalam. Alurnya rapi. Ruwi Meita memang paling lihai dalam menggiring pembaca untuk kemudian dikejutkan dengan twist di bagian akhir.

Saya suka sekali dengan karakter Mala. Betapa anak istimewa ini bisa menjadi kunci dari misteri para hantu yang hadir di rumahnya. Di sisi lain, anak malang ini begitu mencintai keluarganya sehingga dia mau saja menerima pergaulan dengan hantu-hantu itu.

Very recommended untuk penikmat novel thriller misteri



Profile Image for ⚘.
41 reviews2 followers
December 22, 2023
4/5 ✨

Buku ketiga dari Kak Ruwi yang aku baca dan semuanya aku suka, baru ngeh ternyata aku kasih rating 4 semua.

Dari awal ceritanya fokus ke Mala dan "teman-temannya" yang bikin aku waspada, takutnya kayak aku baca Misteri Bilik Korek Api yang mana aku nggak bisa baca horor. 🤦🏻‍♀️

Sepanjang perjalanan kita kenalan dengan "teman-teman" Mala, ke tengah cerita kalau nggak salah fokusnya seperti beralih ke tetangga dan pacarnya yang bikin aku ngerasa, "loh kok seperti kepecah begini ya?" Ternyata 2 kejadian ini menjadi simpul yang diungkap diakhir.

Menjelang ke akhir buku, fokusnya jadi beralih ke Ibunya, aku ngerasa jadi nggak konsisten. Pengungkapan kasusnya seperti terburu-buru, padahal nggak masalah kalau nambah halaman daripada bolong-bolong begini.

Penyebab yang terjadi ke Ibunya juga nggak diceritakan secara detail, akan lebih baik kalau ending ditutup dengan cerita trauma masa lalu Ibunya dan proses penyembuhan mereka berdua; Mala dan Ibunya.
Profile Image for vini mawikere.
300 reviews10 followers
September 8, 2021
GILA
Buku ini membawa vibes thriller-psikologi yang dark banget!
Awalnya gak paham ceritanya mau dibawa ke mana.
Tapi setelah beberapa puluh halaman, alurnya mengalir dan page-turning banget buku ini!
Penulis membuat ceritanya seolah mudah ditebak akan seperti apa endingnya.
Tapi, tunggu sampai kalian ketemu twistnya!
KEREN BANGET!!!!
Profile Image for ami ☆ ⁺‧₊˚ ୭.
156 reviews18 followers
March 8, 2022
berekspektasi terlalu besar waktu baca ini. lumayan rame di twitter, banyak yang kasih rekomendasi. sebagai orang yang suka thriller jelas merasa tertarik baca ini (tanpa tahu tentang apa, sinopsis pun ngga baca). ternyata kurang cocok ceritanya di aku.

diawali dengan mala yang digambarkan sebagai anak 'istimewa' dan punya temen khayalan. tapi makin lanjut ceritanya, aku makin bingung. mau dibawa ke mana cerita ini? karena yang tadinya diawalin sama mala, makin lama makin lari dari mala. lebih fokus ke orang tuanya. apa ya, meski plot twist-nya ngga ketebak juga, tapi entah kenapa ngga berhasil bikin aku kaget. soal pembunuhan di danau pun meski tebakanku soal pelakunya salah, tapi ngga berhasil bikin kaget segimana orang-orang kayaknya ngerespon itu dengan "wow" banget.

tapi yang bikin bagus juga, karakter nawai ini diceritain secara tersirat soal masa lalunya. yang mana pembaca bisa tau seengganya sedikit soal gimana nawai bisa jadi "sosok" yang begitu. dan ini hal penting juga, ngegambarin gimana pelecehan bisa berdampak ke korbannya terutama ke anak-anak. gimana anak itu akan tumbuh setelah masa kecilnya yang begitu nyakitin dan merenggut kebahagiaan masa kecilnya. but again, ngga bikin aku kasih rating 4. rasanya 3 pun cukup untuk cerita yang "ngagetin" ini.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Heni.
Author 3 books45 followers
October 11, 2022
I came here without expectation. It's not perfect, but it is a decent psychological thriller. 2.5 stars rounded up.

Let me explain.

Buku ini dibuka dengan Mala yang sepertinya mengalami semacam tidur berjalan. Dia memeluk boneka beruangnya dan merapalkan "mantra" nama-nama aneh. Dia lalu bilang kalau tidak mungkin dia akan berubah menjadi beruang. (Scene ini terlihat penting tapi setelah tidak ada lagi yang membahasnya, maka aku overlook ini sebagai red herring saja).

Sejak awal kita dijejali informasi bahwa Mala adalah anak kecil yang aneh. Ibunya Nawai dan Ayahnya Winaya, seorang penulis yang ngefans dengan Stephen King, pindah dari Jakarta ke desa Ngebel, Ponorogo (entah kenapa, aku banyak skip bagian ini), dan disanalah novel ini berlatar. Sahabat Nawai, Martha, juga sudah lama mengatakan kalau Mala agak berbeda dan indigo (we all know what that word means). Apalagi setelah Mala banyak menceritakan tentang Tante Ana, Abuela, Wilis dan Satira.
Mungkin karena aku terlalu terpaku dengan keempat tokoh ini yang membuatku cukup terkejut dengan plot-twist nya. Istilahnya salah fokus. Untuk pembaca yang dari awal mengikuti cerita dengan penuh perhatian, kukira twist ini lumayan mudah ketebak.

Sayangnya, twist ini menurutku adalah satu-satunya kekuatan buku ini. Jalinan ceritanya sebenarnya oke dan tidak banyak plot hole, tapi perasaan thrilling dan mencekam tidak ada disini. Subplot tentang aktris yang mengidap bulimia dan wartawan serta pengusaha yang terlibat dengannya seakan cuma jadi tirai untuk menutupi cerita sebenarnya jadi terkesan dipaksakan. Menyebut narasi dengan "unreliable narrator" juga kurang tepat karena tidak begitu banyak monolog yang membuat pembaca bingung atau yang gimana-gimana. Karakter Rayhan, Alegra dan Deni digambarkan dengan sangat dangkal, model karakter yang hanya mengikuti basic instinct, lust & greed, if you know what I mean. Semua karakter lainnya termasuk Nawai dan Mala juga terasa sangat satu dimensi dan tidak punya kedalaman. Kamu bisa mendeskripsikan mereka dengan satu kata sifat, and it's done.

Jujur buku ini tidak jelek dan aku suka dengan twist yang disajikan, yang sebenarnya sangat overused. Masalah darkness, ah ini sih remang-remang saja.
Profile Image for Qomichi.
91 reviews2 followers
January 10, 2023
Plot twist sih plot twist, tapi ... hemmm

Buku ini bagus, yap. Gaya bahasanya enak, pasti(Kak Ruwi githu lho). Risetnya solid, banget. Cuma, entah mengapa sesudah baca dua bukunya Kak Ruwi, aku ngersain pola yang serupa dari tulisannya :

Banyak simbol, klu, hal menarik, tapi nggak semua Beliau eksekusi.

Sama kayak MBATDH yang pembangunan lokasi super ciamik, terus nampilin tentang wabah, teknologi, tapi yang dimasukin ke inti resolusinya cuma anak kaca dan anak rahim. Nah, Rumah Lebah ini setipe:)

So, it might be subjektif, di cerita ini banyak hal yang disebar Kak Ruwi. Tentang kecurigaan pada kepribadian/sikap Mala, keluarga Doni(yang aku kira) bakal punya pengaruh besar, Alegra yang mungkin jadi kunci cerita. Nah semua ini tuh udah mengarah pada klu-klu, belum lagi ada simbol-simbol yang Kak Ruwi masukin di sini. Ibarat kata film, ester egg nya tuh dah cukup menjanjikan. Cuma sama kayak MBATDH, bagian penyelesaiannya--memang plot twist sih--udah gitu doang, nggak semua hal-hal yang udah penulis sebarin dari awal hingga konflik kepake.(Aku ingin nyebutin apa aja, tapi jatohnya spoiler)

Jadinya kayak, yaudah, unsur-unsur peunjang itu nggak sepenuhnya kepake. Beberapa hal itu ada kesannya supaya kita curiga doang.

Untuk pengelihatan Mala juga. Dia kan ngelihat segala macem bentuk enam/empat 'makhluk' tersebut dan ngeidentifikasinya masing-masing, kayak Willis yang hijau, Abuella nenek-nenek. Memang kalo Mala indigo, itu makhluk mungkin penggambarannya kayak gitu. Tapi kan... (lagi-lagi spoiler, baca sendiri lah).

Pokoknya ini novel bagus. Untuk penggambaran latar dan setting Kak Ruwi memang udah nggak perlu diraguin lagi. Riset juga jempol. Cuma itu, bbrp hal mubazir sayangnya.

Ditunggu karya selanjutnya!
Profile Image for Ridha Amalia Nur.
124 reviews24 followers
January 27, 2021
Trigger warning : sexual harassment, drug abuse, eating disorder.

Covernya cakep!! Kuningggg💛💛💛 trus ilustrasi anak kecil di depannya juga imut sekaliiii 😍

Narasinya enak, tentu saja. Page-turning bangettt. Plotnya juga rapiiiih sekaliiii 🥺 Thrillingnya dapat bgt. Bacanya sambil ngumpet di bawah selimut🙈

Meski twistnya sama sekali tidak mengejutkan, aku appreciate ilmu forensik dan mental illness yang kak Ruwi bagikan. Contoh : pemeriksaan getah paru utk tau orgnya dibunuh dlu trus ditenggelamkan atau emang murni meninggal krn tenggelam.

Buku ini bakalan jadi 5 bintang seandainya aku gak pernah ikut kelas psikiatri. I wish I could unlearn my psychological knowledge before read this book. And relearn again after reading it.

Profile Image for Niena Aniesza.
195 reviews7 followers
October 30, 2021
Seribu kelawar menyerang Mama
Seribu kegelapan menyerang Ayah
Di mana lilinnya?
Lilinnya menyala di mata yang terbuka
Tetapi, sayang sekali
Mereka tidak punya mata


Rumah Lebah; Setiap Wajah Memiliki Rahasia adalah novel psychological thriller mengenai kanak-kanak bernama Mala yang bersikap aneh dan mempunyai pemikiran melangkaui usianya.

Saya mengGoogle gambar rumah lebah dan menjumpai imej ini:


Ada enam wajah yang hidup di dalam Rumah Lebah. Hanya Mala yang dapat melihat wajah dan berkomunikasi dengan segala "hantu" tersebut.

Saya suka pada plot dan alur cerita dalam novel ini, walaupun penamatnya boleh dijangka. Apabila undang-undang tumpul dalam memberi keadilan, mengambil tindakan sendiri adalah satu-satunya cara yang ada bagi membela nasib mereka yang teraniaya.
Profile Image for Tsugaeda (Ade).
Author 8 books116 followers
July 3, 2022
Salah satu buku fiksi kriminal Indonesia yang saya rekomendasikan ke kawan2. Misterinya menarik. Tokoh-tokohnya tergali dengan baik. Mungkin sayangnya saya sudah banyak terpapar dengan cerita2 thriller psikologis yang seperti ini, sehingga saya tidak terlalu kaget ketika pengungkapan ceritanya di bawa ke "arah2 sana". Overall: very recommended.
Profile Image for Kezia Nadira.
59 reviews6 followers
July 6, 2023
Jiwa kita adalah rumah tanpa jendela dan pintu. Anehnya, kita pasti bisa keluar untuk berlarian di padang rumput, membebaskan tubuh kita, dan menyanyikan lagu para ilalang.

Selamat kepada Mbak Ruwi Meita telah menyembuhkan trauma saya dari kekecewaan akibat berekspektasi terlalu berlebihan saat membaca buku psychological thriller!

Ya, mau bagaimana lagi, saya sering tertarik dengan buku psychological thriller terutama dari Korea dan Jepang, tapi begitu saya baca kok malah seperti "zonk". Bukankah seharusnya membaca buku psychological thriller itu kita layaknya naik roller coaster? Dengan perasaan menggebu-gebu, ingin cepat menyelesaikan halaman demi halaman biar rasa penasarannya terpenuhi. Nah, kebanyakan buku dengan klaim "psychological thriller" yang sudah saya baca itu tidak memberikan saya perasaan seperti itu - kebanyakan saya hanya datar-datar saja, seringnya mengernyitkan dahi, atau hampir mati kebosanan! Atau, jangan-jangan saya yang psikopat? Hehe.

"Rumah Lebah" karya Ruwi Meita sudah sering berseliweran dari berbagai sumber, kebanyakan mengklaim bahwa ini adalah psychological thriller yang best-seller, artinya sangat layak untuk dibaca. Siapa pun yang ingin membaca buku psychological thriller pasti akan direkomendasikan judul ini. Saya pun, tentu, ingin mencobanya dan memutuskan untuk menjadikannya bacaan ke-25 di tahun 2023 ini.

Dan, buku ini berhasil membuat saya seperti benar-benar membaca buku psychological thriller!

Dari blurb yang sederhana, saya tidak dibuat berekspektasi tinggi: blurbnya hanya memiliki 2 pertanyaan - yang walaupun sederhana, tetapi menarik: "Siapakah sebenarnya enam orang asing yang selalu dibicarakan Mala? Rahasia apakah yang dimiliki oleh enam orang asing tersebut?"

Saya berangkat dengan tujuan ingin menemukan rahasia ke-enam "orang asing" ini, apalagi di cover bukunya ada log line "Setiap wajah memiliki rahasia".

Awalnya, saya kira buku ini akan menceritakan Mala. Saya kira Mala adalah tokoh utama novel ini. Di bayangan saya, saya kira saya akan menemukan alasan mengapa Mala bisa melihat hantu, atau memiliki teman imajinasi, atau hal-hal lainnya terkait kemampuan indigo Mala. Asumsi saya, mungkin mereka arwah penasaran yang masing-masing terkait masa lalunya - dan ada alasan tertentu mengapa masa lalu itu berhubungan dengan Mala. Nyatanya saya salah!

Review ini akan mengandung spoiler. Sebagai peringatan, kalau kalian mau membaca buku ini, lebih baik jangan melanjutkan membaca review saya. Buku ini sangat nikmat dibaca tanpa kita mengetahui apa pun, seperti saya saat membacanya.

Oke, lanjut.

Ternyata, buku ini bercerita tentang ibu Mala, yaitu Nawai. Ada rahasia kelam di masa lalu Nawai, yang bahkan ia sendiri pun tidak mengingat atau menyadarinya, yang mempengaruhi kehidupannya di masa kini yang ia kira "bahagia". Ia mengira dirinya adalah istri sempurna untuk suaminya, Winaya, dan ibu yang ahli segalanya dan penuh kasih sayang bagi putrinya, Mala. Kehidupan yang ia jalani di masa kini bertumpang-tindih dengan trauma masa kecilnya, yang karena begitu menyakitkan dan kelam, "terlupakan" dengan tidak disengaja oleh memorinya. Saya pernah dengar, seseorang dapat mengalami "amnesia" atau benar-benar lupa akan sesuatu hal yang benar-benar membuatnya trauma, ketakutan, atau sakit secara mental. Inilah yang terjadi pada Nawai.

Penulis dengan piawai menyisipkan petunjuk demi petunjuk secara rapi. Tidak langsung membeberkannya di halaman-halaman mendekati klimaks, tapi kita sudah diperkenalkan dengan semua variabel yang nantinya akan mempengaruhi. Buku ini memiliki beberapa chapter, dan setiap chapter ini memiliki tujuannya sendiri. Seperti, pada bagian awal, kita diperkenalkan secara detail kepada Nawai, Winaya, dan Mala - sebagai pusat cerita. Kita mengerti kebiasaan dan rutinitas mereka, apa yang mereka takutkan, apa yang mereka sukai dan tidak sukai, bagaimana cara mereka berpikir. Penulis mampu menggambarkan tiap karakter dengan solid, sehingga saya dapat dengan mudah membedakan tiap karakter di setiap dialog yang tidak menyebutkan tokohnya.

Setiap karakter di buku ini berguna. Dari wartawan yang gila uang dan pamor serta serakah, si Deni. Yang termakan oleh keserakahannya sendiri. Seperti apa yang dituliskan penulis di halaman 59:

Awal dari segala kejahatan adalah keserakahan dan awal dari kegilaan adalah ketersiksaan...

Deni menjadi kunci dari cerita ini, dan penulis mampu meyakinkan pembaca bahwa alasan itu layak untuk menjadi gebrakan dalam kehidupan bahagia Nawai yang semu/ Dari situlah cerita mulai seru. Saya mengerti harus ada suatu faktor yang mengungkap rahasia Nawai dan alasan mengapa "hantu-hantu" itu menampakkan diri pada Mala. Dan Deni sebagai karakter pengantar benar-benar dimanfaatkan penulis dengan baik.

Kehadiran Alegra dan Rayhan menurut saya sebagai pengecoh. Di bab awal ketika penulis menyisipkan kata Rayhan di narasi Nawai, saya sudah curiga Rayhan akan memegang suatu peranan dalam cerita ini. Ternyata benar dugaan saya. Alegra dan Rayhan, menurut hemat saya, adalah karakter pengecoh yang membuat kita fokus memikirkan apa hubungan mereka berdua dengan "hantu-hantu" itu.

Saya juga menyukai bagaimana penulis dengan bijak benar-benar memanfaatkan karakter detektif, yaitu Kartika - sebagai sosok yang cerdas dan intuitif. Berkat intuisinya, setiap pilihan dan aksi dari karakter ini masuk akal dan dapat kita mengerti. Masuk ke dalam cerita dengan mulus. Kemunculan karakter lain, walau minor, seperti Dokter Kertoyo sebagai ahli tanatologi dan Dokter Samuel Priyatna sebagai psikolog, juga tak kalah bermanfaat dan berkontribusi pada cerita. Terkadang kita mendapati banyak karakter "cuma-cuma" di buku psychological thriller, yang hanya meramaikan dialog dan memperumit narasi saja tapi tidak memiliki efek tertentu dalam cerita - yang kalau karakternya dihilangkan tidak akan mempengaruhi cerita. Nah, saya suka bagaimana penulis menggunakan karakter secukupnya tapi berhasil menciptakan cerita yang solid karena benar-benar memanfaatkan tiap karakter tersebut.

Intinya, penulis dengan lihai membangun 'benang merah' antar karakter, sehingga motivasi tiap karakter dalam melakukan aksi atau pilihan dapat kita mengerti.

Dugaan saya terhadap apa yang terjadi pada Nawai di masa lalu dan kaitannya dengan "hantu-hantu" tersebut seperti didukung dengan sebuah kalimat di halaman 207:

Berjagalah, karena mereka datang saat aku mengantuk.
- Nawai

serta mengapa "hantu-hantu" itu hanya menampakkan diri pada Mala, di halaman 201:

”Karena, hanya saya yang terjaga saat Mama tidur."
- Mala

Membaca buku ini perlu teliti dan cermat, menelaah kalimat demi kalimat. Walau cukup banyak narasi. Karena, petunjuk demi petunjuk disebar dan disisipkan penulis di dalam narasi, serta dalam dialog juga. Terkadang dialog menyimpan suatu pesan tertentu, seperti ketika Winaya bertanya pada Nawai apakah istrinya melihat alat lintingan rokok dan tembakaunya yang lenyap. Atau, keputusan penulis menjadikan karakter Winaya mengidap buta warna. Atau mengapa Nawai selalu merasa pegal-pegal dan pusing berkepanjangan tanpa ia merasa sehabis melakukan sesuatu pekerjaan yang melelahkan.

Perasaan seperti "ohh, jadi karena itu!" atau "ohh, makanya begini!" terasa sangat memuaskan ketika kita berhasil menjadi "detetektif" mungil dalam bacaan ini: membuktikan bahwa kita terombang-ambing oleh dunia penuh misteri dan mengerikan yang dibuat penulis.

Yang saya sukai lagi, saya jadi memperoleh beberapa wawasan baru di buku ini.

Seperti, castor bean atau tanaman jarak yang walaupun dapat digunakan sebagai biofuel (untuk menggerakkan kendaraan, dapat menjadi minyak bumi yang bisa tumbuh dan bertunas), namun tanaman ini bisa menjadi senjata yang mematikan. Tanaman ini pernah membunuh wartawan Bulgaria bernama Georgi Markov, yang meninggal karena ditusuk dengan jarum yang dilumuri bubuk biji tanaman jarak. Irak pun memilihnya sebagai senjata biologis yang efektif. Tanaman ini kemudian disebut "ricin", yang diambil dari nama kelasnya "Ricinus Communis".

Saya mengenal ilmu tanatologi, salah satu bidang ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian.

Saya juga tahu ada penyakit hipokondria, di mana seseorang memiliki rasa takut yang berlebihan terhadap gangguan kesehatan, ia mempercayai bahwa ia memiliki penyakit serius yang mematikan hanya karena ia merasa tubuhnya tidak begitu sehat.

Lalu, asal usul Danau Wilis di Desa Ngebel. Ada seorang kaya raya bernama Kari Kelinting yang akan menikahkan putrinya. (Tidak mau spoiler, hehe)

Bagaimana bukit di sekitar Desa Ngebel menyerupai 'sang putri yang tertidur'. Bukit-bukit tersebut sesuai dengan anggota tubuh seorang putri. Bukit Padharan artinya perut, Bukit Suku artinya Kaki, Bukit Pasuryan artinya wajah, Bukit Mustika artinya kepala.

Selain itu, ada ciri-ciri dan karakteristik orang Indigo. Serta, ada beberapa kutipan tentang "menulis fiksi sebagai media menyatakan fakta yang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah" (karena Winaya adalah wartawan yang bermain dengan fakta, kemudian memutuskan untuk menjadi penulis fiksi):

-> Menulis fiksi adalah suatu cara lain untuk menuliskan fakta. (hlm. 25)

-> "Kita bisa membuktikan fakta ke dalam cerita fiksi yang kita buat karena penulis adalah 'tuhan' bagi karyanya. Kita bisa menyentuh kebenaran lewat fiksi, meski kita tidak bisa membuktikannya lewat kebenaran fakta. Penulis fiksi tidak bisa digugat karena seluruh cerita yang dibuat adalah rekaan, meski menurut prasangka pembaca sebenarnya dia membidik fakta." (hlm. 109)

Ada beberapa kalimat yang saya garis-bawahi, karena saya mengagumi kepiawaian penulis dalam merangkai kata-kata menjadi suatu kalimat yang begitu berkesan:

-> Seks bagi kami lebih sebagai penghayatan suatu hubungan dengan tanggung jawab besar tehradap konsekuensi yang akan dihadapi. Kesetiaan harus menjadi pokok utama dan keterbukaan adalah pilar penyangga hubungan. (hlm. 20)

-> "Aku suka gelap karena kehidupan ini dimulai dari kegelapan. Aku suka air karena air bisa menenggelamkan ke tempat yang terdalam di mana kegelapan akan cepat menjadi kawan baikmu." (hlm. 35)

-> Tidak ada yang lebih miris daripada mayat yang mengapung di danau karena dia membawa kabar kematiannya dalam kebisuan. Sesungguhnya dia berseru-seru dalam kebekuannya. (hlm. 146)

-> Danau ini tidak pernah mengembalikan mayat yang telah diisapnya ke dalam dasarnya yang misterius.....mayat itu akan muncul kembali untuk mengabarkan sebab-sebab kematiannya. (hlm. 147)

-> Saat sesuatu hal besar akan terjadi, ada yang memanggil-manggil dalam diri. Seperti suara yang memanggil dari kesunyian. Orang-orang menamakannya firasat. (hlm. 213)

Oke, saya sudah membahas apa yang saya sukai dari buku ini. Namun, sayangnya, ada beberapa hal yang saya rasa "kurang". Itulah mengapa saya memberikan 4/5. Seandainya saja kekurangan yang saya rasakan ini terpenuhi, saya akan memberikan 5/5 hehe. Apa saja itu?

1. Seandainya saja penulis menjabarkan dan menceritakan lebih dalam tentang apa yang terjadi pada Nawai di masa lampau, alih-alih membuatnya tersirat dan membiarkan kita menerka-nerka tanpa konfirmasi. Saya mengerti, sih, mungkin ini kebijakan penulis terkait trigger warning terhadap pelecehan dan kekerasan seksual serta prilaku pedofilia.

2. Saya pernah membaca buku serupa, yaitu "Tell Me Your Dreams" karya penulis favorit saya - Sidney Sheldon, yang secara garis besar karakter utamanya sangat mirip dengan Nawai. Hanya saja di buku ini, tidak dijelaskan mengapa hantu-hantu ITU dengan karakter TERSEBUT yang muncul. Saya mengerti mengapa mereka muncul dan menampakkan diri, tapi mengapa dengan ciri khas dan karakter tersebut? Saya mengerti cuma si Wilis yang selalu ingin melindungi, seperti perwujudan diri Nawai yang berharap ia bisa bertubuh besar dan melindungi dirinya sendiri saat tidak ada yang mampu menjadi perisai untuknya. Lalu Satira, si anak kecil pemarah dan penuh kebencian yang menakutkan. Saya paham si Kembar adalah memori dan alam bawah sadar Nawai yang selalu mencatat dengan rapi apa yang dilihat dan didengarnya, dan catatan-catatan ini tersimpan dengan rapi di 'perpustakaan' mereka yang berarti memori tergelap dan terdalam Nawai, yang bahkan dilupakan oleh Nawai sendiri. Tapi saya tidak mengerti Ana Manaya yang haus seks dan gemar dunia malam, serta Abuela si nenek berbahasa Spanyol.

3. Ada beberapa spelling yang typo dan kesalahan penempatan karakter. Seperti seharusnya penulis menyebut "Alegra" malah menyebut "Kartika".

4. Saya merasa agak kurang nyaman dengan gaya bahasa di sini yang selain tidak konsisten, tapi juga tidak terdengar awam. Seharusnya menurut pendapat saya penulis konsisten, kalau ingin menggunakan gaya baku atau semi-formal, ya tetap saja seperti itu, jangan mencampurkannya dengan bahasa gaul. Seperti "Lo akan suka saat lo membukanya" yang bisa diubah menjadi "Lo pasti bakal suka pas lo tahu apa isinya" dan semacamnya. Lalu, gaya bahasa si Ana Manaya memang penulis ciptakan seperti perempuan nakal yang liar, tapi bertolak belakang dengan gaya bahasanya yang baku, seperti "Jangan nyuruh-nyuruh gue. Gue bukan babu lo." yang dilanjutkan dengan kalimat dengan gaya bahasa baku seperti "Lakukan saja sendiri. Bukankah tadi lo berani memukulnya?".

Tapi itu hanya ketidaksukaan dalam bentuk minor saja, kok. Tentunya saya akan semangat merekomendasikan buku ini kepada siapa pun yang ingin membaca atau mencintai genre buku psychological thriller. Ending buku ini sangat saya suka, walau memang meninggalkan pembaca tanpa "konfirmasi" yang jelas dan pasti terhadap apa yang telah dan akan terjadi. Tapi saya puas dengan bagaimana si Rayhan, yang "kebal" hukum itu berakhir. Saya juga mengerti mengapa judul buku ini rumah lebah, sebagai "analogi" dari sisi lain Nawai yang ia tidak sadari telah tercipta dengan sendirinya, dan mengapa ada bilik-bilik dalam rumah lebah ini yang diisi masing-masing oleh tiap "hantu". Serta mengapa di cover buku ini ada 6 lebah mengelilingi Mala. Kesimpulannya:

Ketika seekor ratu lebah menetas, dia akan menjerit dengan lengkingan kuat. Siapa pun elbah betina yang ikut menetas bersamanya dan menjawab lengkingan itu, maka dia telah berbuat kesalahan. Sama saja dia memanggil kematiannya sendiri. Hanya boleh ada satu ekor ratu lebah dan sang Ratu akan membunuh siapa pun saingannya.

didukung oleh perkataan Ana Manaya:

Kamilah yang selama ini mengurusi si Ratu Lebah. Jika tidak, mungkin dia sudah bunuh diri sejak dulu. Dia tidak boleh tahu tentang kami atau kami akan lenyap karena dialah si Ratu Lebah yang duduk di singgasana itu, yang berhak mengendalikan tubuh ini lebih banyak daripada kami.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Yoyovochka.
308 reviews7 followers
February 15, 2023
4 bintang karena saya berhasil menebak apa yang sebenarnya terjadi di antara Nawai, Mala, dan teman-temannya. Seperti biasa, tulisan Mbak Ruwi selalu enak dibaca dan mengalir banget. Jadi, bacanya pun nggak berasa jenuh. Misteri yang dibangun begitu runut, bertahap sehingga pembaca diajak untuk menduga-duga apa yang terjadi di balik teman-teman khayalan Mala ini.
Meski begitu, karena kebanyakan baca buku sejenis, saya sudah bisa menebak ke mana arah jalan cerita ini di bagian pertengahan buku, terutama saat Mala mendeskripsikan Tante Ana yang suka memakai rambut palsu dan mengecat rambutnya.
Tapi, saya senang baca buku ini. Makanya cuma sehari aja langsung tamat :D
Profile Image for Ayu Prameswary.
Author 19 books65 followers
May 5, 2008
“Jiwa kita adalah rumah tanpa jendela dan pintu,
anehnya kita pasti bisa keluar untuk berlarian
di padang rumput, membebaskan tubuh kita,
dan menyanyikan lagu para ilalang.”
-hal 11-

Sungguh, saya tidak suka cerita horor. Seram! Tapi buku ini menyebutkan bahwa tidak akan ada hantu-hantu bermunculan. Jadi, saya beli deh :p

Anyway, ini bukan horor pun, tapi thriller. Bermain-main dengan imajinasi si tokoh anak, Mala, yang super jenius a.k.a autis. Mala punya beberapa teman khayalan, seorang di antaranya sangat jahat dan selalu membuat Mala ketakutan.

Nawai dan Winaya, sang orang tua menganggap ocehan Mala tentang teman-temannya tersebut hanyalah efek samping dari kejeniusannya, pun wajar bagi anak seumur Mala. Yang tidak mereka ketahui adalah, teman-teman khayalan Mala senyata manusia hidup yang dapat disentuh dan bernafas.

Tokoh utama di sini bukan hanya Mala dan teman-temannya, juga ada Nawai, sang ibu yang mengidap hipokondria (berlebihan dengan kondisi kesehatan diri). Si Nawai ini yang membuat saya bisa menebak apa duduk permasalahannya sebelum sampai setengah halaman buku *haiyah*.

Karakter Mala tampak tidak real, tapi mungkin seperti itulah sifat jenius anak autis (saya tidak tahu soalnya, harus cari2 data nih ;p). Dan satu lagi, cerita ini ber-setting di Ponorogo, salah satu kota di Jawa Timur. Tapi cara penulis menggambarkannya justru membuat saya membayangkan kota kecil di luar negeri (Amerika, misalnya). Akhirnya saya putuskan untuk ‘membuat’ setting ini bukan di Ponorogo, biar saya nggak misuh-misuh terus saat membacanya, kekeke :p

Ya, ya, mari dibaca saja deh :D. Ngomong-ngomong, covernya kurang thriller, ngga, sih? :p
Profile Image for Anndy Tanuri.
75 reviews1 follower
April 26, 2022
Ga expect sama sekali pas teman-teman khayalan Mala terkuak kebenarannya.

Awal baca ceritanya seru dengan suasana menegangkan bercampur ghaib. Begitu masuk halaman 60an jadi lumayan membosankan karena banyak karakter baru yang muncul. Di momen ini gw sebagai pembaca lagi penasaran sama si Mala tapi malah "dipaksa" harus mengikuti cerita karakter lain sama penulis. Bahkan sempet mikir novel ini memang ga sebagus itu karena memang ga sesuai aja sama selera gw. Tapi begitu masuk 1/3 akhir, baru keseruan ceritanya keluar semua. Terutama sejak kebenaran mulai terungkap sedikit demi sedikit oleh tokoh psikolog.

*4/5
Profile Image for Naila.
100 reviews46 followers
July 21, 2022
Aku speechless. Butuh waktu buat mencerna apa yang sebenarnya terjadi di keluarga Winaya.
Oh sungguh kasihan sekali Mala 😭

Ulasan lengkap menyusul.
Profile Image for Ra..
123 reviews14 followers
December 22, 2022
Wow ga nyangka alur ceritanya bakal kayak gitu 👍😦 Menurutku pribadi, di awal cerita agak bosen gitu, tapi mulai pertengahan cerita langsung alurnya terasa cepet dan makin seru 👏
Profile Image for Simbahenom.
190 reviews2 followers
May 21, 2012
pertama lihat covernya, saya pikir ini cerita tentang rumah yatim piatu, dan anak di dalamnya. ok, saya salah besar. tak ada rumah yatim piatu, yang ada hanya kisah seorang anak kecil.

cerita dimulai dengan seorang anak yang tiba-tiba berada di atap rumah di tengah malam, membuat orang tuanya bingung. anak ini bernama Mala, dan dia menggumam nama-nama yang tak jelas. dari sini kita dibawa pada persepsi bahwa ada sesuatu yang tak beres pada Mala. alur berlanjut pada tahun ke depannya, saat keluarga ini pindah rumah ke Ponorogo. tujuannya, menyembuhkan Mala. Mala yang sudah bertingkah tak seperti anak kecil normal, sering membicarakan nama-nama yang tak pernah ada wujudnya, sebatas khayalan, menurut anggapan orang tuanya. Ibunya bernama Nawai, ayahnya Winaya.

anggapan awal Mala adalah anak indigo, ini pendapat Martha, teman Nawai. berlanjut menjadi dugaan autis. Nawai dan Winaya tak bisa menerima ini, mereka hanya menganggap Mala kesulitan berhubungan sosial dikarenakan tingkat otaknya yang disebut jenius, untuk seorang anak yang bari kelas 2 SD, bisa baca tulis di usia 5 tahun. dan benar, Mala memang jenius.

kisah berlanjut menuju perkenalan mereka pada seorang artis dan pacarnya yang sedang berlibur di dekat rumah keluarga Mala, yang kebetulannya artis bernama Alegra ini akan membintangi film adaptasi dari novel Winaya. diantara itu semua diselipkan cerita tentang Nawai yang selalu merasa ngantuk, mudah lelah dan sering tertidur tanpa sadar. dan yang ini akan sangat panjang ceritanya.

intrik terjadi melibatkan orang-orang ini, dan seorang wartawan yang ditemukan terapung di danau, terbunnuh, di daerah keluarga Mala tinggal. selanjutnya adalah titik terang tentang apa yang sebenarnya terjadi, yang cerdiknya, semua baru terungkap di beberapa halaman terakhir, menciptakan efek klimaks yang memukau.

saya merasa setting ini mengambil tempat di Telaga Ngebel Ponorogo. kebetulan saya menghabiskan masa SMA saya di kota ini. dan sepengetahuan saya, hanya lokasi ini yang memungkinkan. sebenarnya ada Telaga Sarangan, yg terletak di Magetan, berdekatan dengan Ponorogo, tapi saya tak yakin, mengingat di buku ini disebutkan danau itu asli buatan alam, dan Sarangan adalah buatan manusia (sepengetahuan saya). hawa dingin, rimbun pohon dan dermaga tempat orang berjualan, serta tempatnya yang sepi, juga menjadi nilai tambah, karena Sarangan cenderung lebih ramai daripada Ngebel. saya pernah beberapa kali kesana saat sekolah dulu.

saya sangat kagum dengan bagaimana Ruwi membawa interpretasi saya untuk mengarahkan bahwa Mala mengidap sesuatu yang tak beres, dan menjadi sentral cerita ini. tapi ternyata tidak, karena justru yang tak beres berada pada Nawai. segala persepsi tiba-tiba terbalik. meskipun saya menyadarinya pada bab pertengahan buku ini tentang penyakit Nawai. saya masih ingat dengan buku Nasrudin Hoja yang belum lama ini saya selesaikan, kasusnya hampir sama, tapi lebih rumit kasus Rumah Lebah ini. mengingat di sini tak hanya melibatkan satu sosok, melainkan 6 sosok. jadi cukup rumit menyambungkannya. pada awalnya saya terkecoh, tapi di pertengahan saya sadar, karena pola Nawai tidur yang tak biasa. sama dengan yang tiba-tiba dialami Kaisar pada kisah Nasrudin Hoja.

saya lebih terkesan lagi dengan endingnya, dimana Mala dengan pikiran polosnya, meyakini tindakannya sudah benar. hukum keseimbangan. dan berhasil melakukannya. saya tak menyadari bahwa yang dilakukan Mala dari awal buku ini sampai menjelang akhir adalah untuk satu tindakan yang menjadi ending. menjadi rahasianya sendiri. hanya pembaca, Mala dan Tuhan yang tahu.

jadi begitulah, saya suka. apalagi saya menghabiskan buku ini saat seharusnya saya sudah mengantuk, tapi tiba-tiba hilang, setelah seharian berkutat di jalanan jakarta, berjalan dari satu museum ke museum lainnya, berjalan kaki.

5 bintang saya persembahkan.
Profile Image for Widyanto Gunadi.
107 reviews39 followers
September 24, 2020
Sesudah menuntaskan membaca Rumah Lebah karangan Ruwi Meita, saya jadi teringat akan fiksi bertajuk Gone Girl yang ditulis oleh Gillian Flynn. Dengan penggunaan teknik narasi melalui sudut pandang orang pertama dari tokoh-tokohnya yang sukar untuk dipercaya, karena banalitas keganjilan mental mereka, garis batas antara yang bayan dan yang khayal menjadi lamur. Meski dituturkan secara demikian, novel ini tidaklah sulit untuk diikuti jalan alurnya. Selain itu, sensibilitas horor dan ketegangan di tiap akhir bab juga terbangun dengan cukup baik sehingga saya, sebagai pembacanya, terus ingin membalik halaman demi halaman lantaran makin penasaran dengan perkembangan karakter para tokoh, serta babak final dari kronik kalis ini. Kisah misteri bergangsi psikologi yang berfokus pada tema utama soal kelainan kejiwaan seperti ini, memang nampaknya masih jarang dijumpai di kancah sastra kita, yang lekat didominasi beragam naskah mengenai cinta dan variasi terkaitnya. Jikalau begitu kondisinya, buku ini dapat menjadi angin segar bagi ranah kesusastraan lokal kita yang mulai jenuh dengan genre roman. Peranan penting karya semacam ini, sebagai agen pembawa perubahan tren bacaan populer di dunia literatur Indonesia, tentunya tak bisa dilepaskan dari berkat dukungan keberadaan premis ugahari novel ini, yang sedianya ternyata agak mengecoh. Dibalik kelugasan hipotesis yang disodorkan lewat sinopsisnya, serta sampulnya yang berwarna cerah, buku ini justru sali hadir menawarkan sebuah cerita kelam nan masygul, dan jelas bukan untuk konsumsi anak-anak.
Profile Image for Lila Cyclist.
853 reviews71 followers
December 28, 2019
Sudah lama saya mengidam membaca novel ini. Beberapa kali menimbang untuk membeli versi Ebook nya di Play Book ketika ada diskon. Tapi entah mengapa, saya tak kunjung membelinya. Alih-alih, saya justru membeli buku yang kurang menjadi incaran saya tapi lebih murah hehehe... Ternyata harapan saya membaca buku ini terkabul setelah buku ini cetak ulang dengan berganti penerbit. Buku yang dulu diterbitkan oleh Gagas Media tahun 2008 ini, tahun ini terbit ulang dengan cover baru dari penerbit baru. Yeay! Jadi ngga nyesel ngga beli buku ini di Play Book. Eh?! 😅😅😅

Buku ini menceritakan tentang kehidupan keluarga kecil Winaya dan Nawai beserta putri kecil mereka yang istimewa, Mala. Winaya yang dulunya adalah seorang wartawan di Jakarta, memilih menyepi ke satu wilayah sepi di satu desa di Ponorogo. Dia beralih profesi menjadi penulis buku fiksi Detektif. Nawai memilih menjadi ibu rumah tangga biasa dengan kesibukannya melukis dan mengajar putri satu-satunya, Mala. Mala sendiri masih berusia 6 tahun memiliki masalah dalam bersosialisasi ketika ia bersekolah di sekolah umum. Dia terlalu jenius untuk anak-anak ukurannya dengan tingkat kedewasaan yang mengagumkan. Mereka tinggal bertiga di satu daerah. Namun anehnya, Mala selalu mengatakan bahwa di rumah tersebut, selain mereka bertiga, ada 6 orang lainnya yang hidup bersama mereka.

Review lengkap di blog https://justaveragereader.blogspot.co...
Profile Image for Melati Tegugur.
76 reviews4 followers
February 12, 2020
Setelah selesai membaca novel ini, satu hal yang saya inginkan. Kembali ke bangku kuliah dan mengambil beberapa kelas, karena mendiskusikan hanya berdua dengan dosen di ruangannya tidak terlalu menyenangkan.

Baiklah, kita bernapas dulu.

Ada beberapa hal yg mengganjal di pikiran saya. Masa lalu Nawai secara rinci dan kalimat "dialah bagian terbaik dalam hidupku, meski aku tidak ingat bagian terburuknya." Kalimat yg diucapkan Nawai ketika menjelaskan tentang suaminya, Winaya. Apakah bagian terburuk Winaya yg dilupakan oleh Nawai?

Selebihnya, bisa saya pahami karena tokoh utama kita seperti itu. Nah, ini yang membuat saya ingin kembali kuliah. Oh ya, saya jadi ingat sebuah video di youtube (tapi saya lupa channel mana yang mengunggah) tentang seorang suami yang mensupport istrinya yang memiliki lebih dari 1 kepribadian. Winaya harus melihat video ini.

Dan oh ya, ini novel lama ya ternyata, aku pikir baru. Ternyata ini re-published dengan penerbit dan cover yang berbeda.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Nike Andaru.
1,636 reviews111 followers
August 17, 2023
68 - 2023

Akhirnya baca karyanya Ruw Meita juga, setelah diunduh judul ini dan itu. Karena Bella, salah satu kawan klub buku membaca buku ini, lalu tertariklah saya membacanya juga.

Rumah Lebah menceritakan Mala, si anak berbeda yang tinggal bersama mama dan papanya. Mala dianggap berbeda karena bisa melihat kawan-kawan imajiner yang gak cuma satu atau dua.

Ini memang bukan cerita sepenuhnya dari sisi Mala, tapi dari Nawai, sang mama dan beberapa tokoh lagi secara bergantian. Sejak tengah buku, mulai saya menyadari arah ceritanya. Hasil tebakan saya bener nih, walau memang kurang jelas banget di akhir cerita.

Cara penulisan dalam buku ini membuat saya ingin baca karya Ruwi Meita lagi.
Profile Image for Novita Dwi Riyanti .
149 reviews4 followers
December 12, 2020
"Awal dari segala kejahatan adalah keserakahan, dan awal dari kegilaan adalah ketersiksaan" (hlm. 59)

Ini pertama kalinya aku membaca cerita bergenre thriller misteri dari seorang penulis lokal perempuan.

Ceritanya menarik dengan alur cerita maju mundur yang tidak mudah ditebak. Penulis cerdik dalam menggiring pembaca ke setiap kemungkinan yang terjadi. Ditambah sudut pandang yang bermacam-macam menambah daya tarik cerita ini. Tidak lupa dengan twist yang mengejutkan di akhir.

Sangat rekomen untuk penyuka cerita thriller misteri.
Profile Image for gloria.
90 reviews9 followers
July 30, 2022
Keren banget! One of my favorite psychological-thriller book. Banyak orang bilang plotnya ditulis rapih and I 100% agreed. Ruwi Meita penulisannya bagus banget, aku sampai bingung whether this book was a type of character-driven or plot-driven book saking bagusnya penulisan Ruwi Meita.

Buku ini bercerita tentang Mala, anak 6 tahun dengan teman-teman katanya yang tinggal di rumahnya, padahal di rumah tersebut cuma ditinggali oleh ayahnya, ibunya dan Mala sendiri. Jadi sebenarnya apa teman-temannya itu nyata?
Profile Image for wulan.
242 reviews7 followers
July 21, 2022
dari dulu memang thriller bukanlah genre favoritku. tapi entah kenapa aku penasaran banget sama buku ini, mungkin karena review kak aya HAHA

mala adalah anak SD, kalau tidak salah, aku lupa. dia bisa berkomunikasi dengan 6 orang yang tidak bisa dilihat orang tuanya. mala memegang kunci atas terjadinya pembunuhan seorang wartawan..

ceritanya menarik, sejak awal sudah terbentuk kebingungan, kecurigaan, dan ketegangan. sehingga sepanjang cerita aku hah hoh hah hoh. namanya thriller sudah pasti dilengkapi plot twist. hanya saja sepertinya ending bisa lebih panjang.
Profile Image for dira.
89 reviews32 followers
October 23, 2022
WAAAH. baguus!! suka sama unsur thriller dan eerie vibes-nya yang bikin merinding dan deg-degan gimana gitu. sebenernya udah rada nyangka sih sama endingnya wkwk tapi tetep page-turning dan worth to read kok!!

tapi aku kurang suka sama pergantian POV-nya yang tiba-tiba, jadi suka bingung kalo ga beneran merhatiin. teruus menurutku masih banyak yang mengganjal dan perlu dijelasin sih bcs there are still a lot of questions in my head tapi ternyata dikasih open ending 😅

“Awal dari segala kejahatan adalah keserakahan dan awal dari kegilaan adalah ketersiksaan.”
Profile Image for A.A. Muizz.
224 reviews21 followers
June 28, 2016
4,5 bintang.

Rapi banget. Tak tertebak. Twist-nya keren. Bagi saya yang belum banyak membaca buku thriller, novel ini luar biasa. Ketegangannya oke. Kengerian dan keseramannya pun keren! Harus baca karya thriller dan horor Ruwi Meita yang lain, nih. Semoga segera berjodoh. :)
Displaying 1 - 30 of 617 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.