Jump to ratings and reviews
Rate this book

Dua Garis Biru

Rate this book
Dara, gadis pintar kesayangan guru, dan Bima, murid santai yang cenderung masa bodoh, menyadari bahwa mereka bukan pasangan sempurna. Tetapi perbedaan justru membuat keduanya bahagia menciptakan dunia mereka sendiri. Dunia tidak sempurna tempat mereka bisa saling mentertawakan kebodohan dan menerbangkan mimpi.

Namun suatu waktu, kenyamanan membuat mereka melanggar batas. Satu kesalahan dengan konsekuensi besar yang baru disadari kemudian. Kesalahan yang selamanya akan mengubah hidup mereka dan orang-orang yang mereka sayangi.

Di usia 17, mereka harus memilih memperjuangkan masa depan atau kehidupan lain yang tiba-tiba hadir. Cinta sederhana saja ternyata tak cukup. Kenyataan dan harapan keluarga membuat Bima dan Dara semakin terdesak ke persimpangan, siap menjalani bersama atau melangkah pergi ke dua arah berbeda.

216 pages, Paperback

First published July 11, 2019

49 people are currently reading
419 people want to read

About the author

Lucia Priandarini

11 books58 followers
Lucia Priandarini lahir dan dibesarkan dalam rumah penuh buku. Setelah lulus dari Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, ia sempat menjadi reporter di media gaya hidup, menulis naskah nonfiksi untuk penerbit, serta menulis konten untuk media daring. Kini ia bekerja mendokumentasikan pendampingan komunitas pembatik dan penenun di beberapa daerah.

Episode Hujan dan 11.11 (2016) adalah 2 novel pertamanya. Ia menerbitkan buku nonfiksi kesembilannya, Mengejar Ujung Pelangi pada 2020. Pada 2021 ia menerbitkan kumpulan puisi pertamanya, Panduan Sehari-hari Kaum Introver dan Mager. Buku ini menjadi nomine buku sastra pilihan Tempo kategori puisi tahun 2021.

Dua Garis Biru (2019) adalah kolaborasi ketiganya dengan Gina S. Noer setelah novel adaptasi Film Posesif (2017), dan Dunia Ara, buku anak dari semesta Film Keluarga Cemara (2018).

Ia dapat dihubungi melalui surat elektronik: lucia.priandarini@gmail.com, Instagram dan X: @rinilucia.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
54 (26%)
4 stars
65 (32%)
3 stars
61 (30%)
2 stars
15 (7%)
1 star
8 (3%)
Displaying 1 - 30 of 42 reviews
Profile Image for Afy Zia.
Author 1 book116 followers
July 27, 2019
3 bintang.

Jujur, Dua Garis Biru agak ngingetin saya sama Dark Love-nya Ken Terate. Kebetulan, beberapa hari lalu saya baru kelar baca Dark Love jadi masih inget banyak detail di buku itu.

Tema yang diusung emang sama-sama tentang hamil muda di luar nikah tapi atas kemauan sendiri. Dan dampaknya pun sama-sama besar terhadap banyak hal. Untungnya di pertengahan sampai akhir cerita, DGB nggak sama persis kayak DL.

Konfliknya lumayan seru hehe walaupun agak drama. Gaya bertutur penulisnya enak banget diikutin. Ngalir. Yah, meskipun lama-lama permainan katanya agak kerasa repetitif sehingga di beberapa bagian feel-nya jadi kurang nendang. Menurut saya lho, ya.

Namun saya suka sama deskripsinya yang detail tapi nggak membosankan. Bahkan deskripsi tersebut bisa membentuk visualisasi yang cukup solid di kepala saya. Mungkin karena buku ini adaptasi dari film kali yaa jadinya udah lebih gampang(?).

Ending-nya... udah kuduga sih bakal kayak gitu ahahaha. Tapi ya kumaklumi.

Betewe, saya baca Dua Garis Biru karena latah dan kepo wkwk hype filmnya lagi gede banget oii. Berhubung belum nonton film DGB, jadi yaa kumemutuskan untuk baca bukunya dulu~
Profile Image for Jeon Dani.
132 reviews64 followers
August 19, 2019
3.4/5 ☆
⚠️Mengandung Opini-opini Pribadi | Entah itu bagus atau buruk. Barangkali juga spoiler⚠️

Temen gue kepo sama nih cerita, dan langsung beli waktu Gramedia akhirnya mencetaknya menjadi novel. Karena katanya enggak sempet nonton filmnya jadi dia beli bukunya. Kalau gue sih modal minjem dan gue pun lebih milih nonton Spider-Man : Far From Home dari pada film ini.

Film yang bahkan hanya tayang teasernya udah langsung di buatin petisi supaya di banded dan enggak ditayangin. Gak habis pikir gue sama pemikiran super duper kolot dan sempit milik beberapa masyarakat di negara +62, dan berkembang tercintah ini. Baranhkali mereka enggak pernah menguyah sesuatu tentang sex education kali ... entahlah.

Well, dari sejak awal Teaser film ini muncul di Youtube dan jadi tranding, gue udah bisa tahu dan menebak apa cerita yang akan dibawakan juga temanya hanya melihat dari judul. Dan ternyata, tebakan gue 100% bener.

Mengenai hamil diusia dini, gue pun seketika enggak tertarik. Bukan apa-apa, gue hanya udah terlalu sering baca mengenai seks edukasi di internet dan hal-hal sejenisnya, bahkan dari SMP gue udah tahu gimana cara kerja dan pemakaian Kondom hingga KB hingga hal-hal mengenai penyakit kelamin yang mana bukan hanya HIV. Karena sekolah gue enggak membatasi buku-buku mengenai hal tersebut dan karena sering ada penyuluhan kesehatan rahim, seks bebas, dan penjelas mengenai penyakit-penyakit kelamin dari puskesmas di daerah tempat gue tinggal.

Dan karena gue juga udah baca buku semacam ini: 'Dari Jendela SMP' milik Mira W. Dan 'Dark Love' punya Ken Terate yang jelas udah ada bahkan sebelum film ini muncul.

Jangan salahkan kalau gue merasa jengah dan biasa aja mengenai film yang menjadi trending dan pembicaraan ini, semacam enggak seantusias itu. Mereka hanya belum mengetahui kalau sebenarnya sudah ada buku semacam ini bahkan sebelum ide film ini ada, lalu ada juga Film yang hampir sama MBA yang kalau enggak salah pemerannya Marcell Darwin dan Nikita Willy dan keantusiasan mereka itu yang menganggap kalau film ini The One and Only ... that's make me rolling my eyes. Geez!

Sorry kalau perkataan gue sarkas. Tapi pada kenyataannya memang begitu.

Kita mulai deh.

Buku : buku enggak begitu tebal, sekitaran 206 halaman lebih dikit mungkin. Covernya pun dibuat serupa dengan cover film, dengan warna pink pastel yang percayalah kalau warna pastel itu eye catching banget—walau gue lebih suka hitam. Penerbitnya GM.

Isi Cerita : Mengenai cerita, gue lumayan suka. Bahasanya ringan, jelas, mengalir begitu aja yang bikin gue bisa baca buku ini hanya dalam waktu kurang dari tiga jam.

Karakter Tokoh : Untuk Bima—entah kenapa gue sukaaaa banget sama ini anak yang lugu dan ... manis. Menunjukan kalau dia itu beneran masih bocah. Sifaynya yang bodoh amat, enggak pinter, santai dan frendly cukup menarik. Terus Dara adalah kebalikan dari Bima. Dia si pandai, si cewek yang selalu mendapat perhatian dari sekitarnya, kesayangan guru, Penggemar K-Pop dengan masa depan yang sudah direncanakan dengan cerah.

Latar Belakang Tokoh : Dara adalah anak yang bisa dikatakan 'mampu' atau menengah keatas. Sedangkan Bima cukup sederhana dengan Ibunya yang berjualan gado-gado dan bapaknya yang pensiunan. Mengingatkan gue dengan Wulan dan Joko di cerita 'Dari Jendela SMP'-nya Mira W.

Bima dan Dara berpacaran dengan gaya mereka yang bisa dibilang juga gaya anak muda jaman sekarang, semacam tak ada batasan kontak fisik—bukan menyingung, tapi realitas—yang sudah saling nyaman satu sama lain hingga berakhir dengan 'tidur di ranjang'.

Untuk alur menurut gue cepet tapi tetep bagus. Karena pokok intinya kan metika mereka harus membuat rencana kehidupan 'baru' mereka, bukan tentang masa ketika mereka pacaran dan manis-manisan.

Dara yang memiliki rencana hendak membangun masa depan dan kuliah di Korea jelas harus berantakan karena kejadian ini. Kejadian yang ia lakukan dengan Bima tanpa berpikir panjang, tanpa ada paksaan atau keterpaksaan dan Bima yang begitu menyeyangi Dara mulai menyesali perbuatanya—yang sebetulnya bukan hanya salahnya karena keduanya setuju untuk make love. Bima merasa jika ia sudah menghencurkan masa depan dan rencana Dara yang begitu sempurna yang sangat berbanding dengan dirinya yang bahkan enggak tau mau apa setelah lulus SMA.

Bima berjanji akan terus bersama Dara, tidak akan meninggalkannya, ia berkata dengan begitu lugu. Namun sehari setelah mengatakan itu, Bima mendadak jadi pengecut dengan tak berani menatap atau bertemu Dara, menghindari hingga meninggalkan Dara ketika bertemu di koridor dan meninggalkan gadis itu dipinggir jalan. Cukup logis dan realistis. Hingga Dara yang kesal pun memutuskan untuk mencoba aborsi.

Well, gue merasa familiar bahkan ketika Dara akhirnya membatalkan niatnya. Cukup sama seperti Dark Love. Bahkan ketika kehamilan Dara terendus karena pelajaran olahraga dan dia hamil waktu hampir lulus. Itu ... Dark Love banget. Gue enggak mengatakan plagiat. Tapi mirip aja gitu.

Saat mereka ketahuan, masalah pun semakin rumit. Bahkan ketika akhirnya kedua orangtua mereka terpaksa menikahkan keduanya, kehidupan mereka enggak semanis rencana yang mereka pertimbangkan. Dara mulai kesal dan stress karena dia di D.O juga karena beberapa murid disekolah memberi komentar buruk di sosmed. Dan Bima yang juga harus stres karena hendak menjadi Bapak, yang harus canggung di sekolah, yang harus bekerja.

Mereka pun jadi sering bertengkar. Bima yang awalnya tampak begitu sayang pada Dara, perhatian dan lugu mendadak labil juga pengecut. Setiap ada masalah akan kabur begitu saja.

"Eh, aku nggak pernah maksa kamu ML ya! Juga nggak pernah maksa kamu jadi pacar aku!" (Bima kepada Dara, hal 149)

Entah mengapa gue setuju banget sama omongan Bima. Gue suka banget karakter lugu Bima yang sukses bikin gue gemeeeeees banget.

Dan konflik pun semakin kemana-mana, apalagi dengan Ibu Dara yang masih tidak bisa menerima kenyataan dan selalu merasa tertekan, lalu mengenai Dara yang mendadak menyetujui hendak memberikan anaknya kepada Tante Lia. Dan Bima yang terpukul dengan hal itu karena ia tidak bisa protes. Dara mengaku tidak sanggup, juga dengan keputusan Dara yang masih kekeuh untuk kuliah ke Korea.

Disinilah, Bima mulai bertindak dewasa dengan posisinya yang sebah salah juga terhimpit, dan sejak awal sampai akhir gue emang suka sama karakter Bima.

Well, pada akhirnya semua ada solusi. Gue suka surat Dara Buat Adam—anaknya.

Gue enggak sesuka itu namun novel/film ini cukup membantu untuk membuat pemikiran sempit beberapa orang jadi terbuka lebar dan barangkali cukup untuk membantu agar beberapa remaja Indonesia lebih bisa berpikir sebelum bertindak. walau gue yakin cuma sedikit yang akan menyerap sisi positifnya.

Dear Adam.

Jika suatu hari kamu berpikir bahwa kamu lahir dari sebuah kesalahan, mungkin benar. Tapi bagiku, kelahiranmu asalah bukti kebaikan semesta.

Kita pernah salah, tapi tak berarti kita selalu salah
(Dara untuk Adam, hal 205)
Profile Image for Nureesh Vhalega.
Author 20 books151 followers
August 1, 2019
Banyak detail yang kubutuhkan terjawab di buku ini. Aku juga suka gaya nulisnya Mbak Rini yang SPJ (singkat-padat-jelas) hehe
Profile Image for Gabrielle.
156 reviews12 followers
July 22, 2019
Alurnya termasuk cepat, wajar sih, karena cuma 200-an halaman dan bacanya juga gak butuh waktu lama karena gaya nulisnya enak buat dibaca, gak butuh waktu lama juga untuk masuk ke konflik sampai berakhir ke penyelesaian ceita ini, jadi gak ada waktu buat ngasih jeda untuk berhenti membaca.

Yang jelas cerita ini fiksi banget hahaha, aku nggak yakin ada cowok yang bisa kayak Bima, yang tiba-tiba harus jadi Ayah di umur 17 tahun dan mengambil perannya dengan lumayan serius. Kalau beneran ada sih wow. Sedangkan untuk karakter Dara masih termasuk realistis, walaupun bisa dibilang egois, tapi menurutku dia memang berhak untuk mengambil pilihan itu sebelum jadi Ibu sepenuhnya.

Kalau kalian gak sempet nonton filmnya kayak yang aku alami, novel ini bisa jadi gambaran yang cukup bagus untuk dinikmati~
Profile Image for Seffi Soffi.
490 reviews142 followers
November 3, 2019
Suka ceritanya, bener2 banyak pembelajaran bisa diambil. Buat anak2 yang suka kepo sama hal-hal begini, plislah jalan kalian masih panjang.

Kalau mau berbuat, pikir yang manteng apa akibatnya ke depan.

Konfliknya ngenaa banget, cuman endingnya. Entahlah ya, nyesekkk!

Orang tua kok bisa ya tega dan membiarkan anak kandungnya 😭😭😭😭
Profile Image for Nola Andriyani.
180 reviews
July 29, 2019
Tbh, aku nggak sempet nonton filmnya, tapi pas baca yaampun. Ini kerasa banget semuanya. Sedih, seneng, haru, lucu, emosi, kecewa, pokoknya semua rasa jadi satu dan semua itu kerasaaaaa bangeet!!!

Tiap partnya dikit, tapi mengaduk perasaan. Gaya menulisnya enak, lugas, on point, nggak bertele-tele. Halamannya dikit, tapi maknanya... Subhannallah💕💕 (yang dibaca ribuan kali kalah sama ini, gilaaaak....!!!)

Banyaaaak banget adegan mengharukan antara orang tua dan anak. Dan seharusnya penting banget orang tua ngobrol tentang seks sama anaknya. Dikasih arahan, bimbingan agar anak nggak salah langkah. Bukan hanya ketika anak udah gede, udah dibiarkan seakan dia tau benar atau salah tanpa adanya arahan. Jangan pernah menganggap tabu hal seperti sex education itu.

"mungkin seharusnya kita lebih sering ngobrol kayak gini ya, Bim. Coba dari dulu ibu kasih tahu daripada kamu coba-coba yang salah"
Profile Image for Nurul.
310 reviews38 followers
December 27, 2019
Bukunya tipis jadi cepet kelar bacanya. To be honest, saya belum pernah nonton filmnya karna waktu itu lagi sibuk-sibuknya sama belajar dan tes-tes buat ptn hehe. Tapi, kayaknya kalo di novel pasti lebih detail ya daripada film, terus saya juga suka gaya penulisan kak Rini semenjak saya baca Posesif.

Rate : 3.3/5
Profile Image for Yessie L. Rismar.
136 reviews2 followers
July 25, 2019
Seruuu. Nggak bisa nonton, akhirnya baca ebooknya lewat Gramedia Digital. Sehari beres.
Profile Image for anggiareads.
51 reviews44 followers
August 9, 2019
4⭐ ceritanya simple gak neko neko.. Bagus dibaca sama anak remaja supaya mereka tau segala sebab akibat yg akan terjadi dalam pergaulan remaja..
Profile Image for Rei Reihana.
31 reviews6 followers
November 28, 2019
From me 4/5 star.

Entah kenapa buku ini ratingnya kecil. Padahal bagus. Saya suka bima dan dara dan kesederhanaan penulisnya dalam menceritakan. Bukan krn penulisnya tak jago berekspresi, tapi saya rasa krn emang targetnya untuk lbh mudah dipahami remaja. Kekurangan buku ini hanyalah terlalu tipis, padahal tema yang diusung sangat seru dan penulisnya pun berbakat mengembangkan cerita

Lagi, saya dapat buku ini dari my beloved mas yang always menghadiahi saya buku-buku krn tau banget kekasihnya ini suka sekali ngadem di kosan sambil baca buku.

Ekspektasi awal ya udah de, mikir pasti sama persis kaya filmnya. Taunya dugaan saya bener. Ini kaya naskah film -- difilmin -- dijadikan novel. Pada prosesnya mirip kaya susu sapi -- dijadiin susu bubuk -- dibalikin jadi cair pas mau diminum

Rasanya sama. Penggambarannya sama. Teksturnya balik lagi sama.

Intinya, ini novel ringkes dan padat tp layak untuk ditamatkan
Profile Image for Ardina Rahma.
134 reviews14 followers
September 16, 2019
Kolaborasi kedua antara Gina S. Noer dan penulis. Posesif dan Dua Garis Biru; Dua-duanya adalah adaptasi dari layar lebar yang diubah menjadi tulisan atau cerita fiksi berdasarkan skenario film.

Posesif tentang kekerasan dalam pacaran, Dua Garis Biru tentang kehamilan di luar nikah yang dialami oleh anak SMA.
Pesan-pesan yang disampaikan Tante Gina dari dua judul di atas ya jelas. Sebagai peringatan, jangan sampe hal seperti itu terjadi di sekitar kita atau bahkan diri kita sendiri. Tentu, tak habis pikir bagi orang yang menggiring opini, terutama saat Dua Garis Biru tayang untuk memboikot film ini karena menurut mereka film ini mengajarkan yang tidak-tidak : pacaran dan hamil di luar nikah alias film ini kata mereka dapat menjerumuskan. HMMMM..... 🙄
Profile Image for Nike Andaru.
1,632 reviews111 followers
September 28, 2019
190 - 2019

Karena belum nonton filmnya, maka gak apa baca bukunya dulu, walopun buku ini memang novelisasi dari film Dua Garis Biru yang rame banget diomongin Juli lalu.

Saya merasakan emosi dari berbagai tokoh, terlebih para ibu, ibunya Dara dan ibunya Bima, ya karena saya juga seorang ibu. Rasa gagal sebagai seorang ibu terasa sekali dari ibunya Dara. Sayangnya, saya merasakan buku ini terlalu terburu-buru dibikin dan diselesaikan, jadi kayaknya kurang penuh bisa disampaikan. Saya yakin, filmnya akan lebih terasa konfliknya dan emosinya.
Profile Image for Mahfudz D..
Author 1 book21 followers
October 12, 2019
3.5/5

Ada beberapa detail kecil yang kayaknya nggak ada di film. Aku suka bagian-bagian ini. Mungkin bagian itu ada di skenarionya, cuma dipotong pas editing. Siapa tahu.

Lebih suka mana dibanding filmnya? Jelas filmnya, dong. Emosinya nggak terlalu kena di buku ini. Apalagi adegan UKS di sini jadi terkesan agak 'biasa' saja.
Profile Image for bloggerkendal.
5 reviews
September 17, 2021
Review Novel Dua Garis Biru - Karena nggak sempat nonton filmnya, akhirnya saya baca bukunya. Premis ceritanya dua anak remaja yang dimabuk cinta, dan kesalahan besar terjadi. Memporak-porandakan masa depan mereka. Kedua tokoh tersebut bernama Dara dan Bima.

Bima murid yang santai, bodoh dan cuek bebek, sementara Dara yang pintar, primadona dan jadi kesayangan guru-guru di sekolahnya. Mereka satu kelas, satu meja dan satu ikatan cinta. Karena orangtua Dara adalah pekerja keras, seorang pebisnis dan pulang ke rumah saat malam hari membuat mereka berdua leluasa. Sekalipun ada asisten rumah tangganya di rumah sih!

Dara dari keluarga berada, sementara Bima dari keluarga biasa. Mereka berdua menjalani hari-hari sempurna, saling menerima kekurangan pasangan. Tapi pada suatu waktu di rumah Dara, saat mereka sedang asik bercanda dan tiba-tiba terjadilah sesuatu yang melanggar batas wajar. Saat membuka mata, dan khilaf sejenak keduanya sadar. Hidup mereka sudah berubah, akhirnya keduanya saling menjauh dan butuh waktu untuk sendiri. Perkiraan saya akan putus nih keduanya, hahaha ... ternyata tidak saudara-saudara!

Review lengkap saya tulis di blog :
https://www.bloggerkendal.com/2020/03...
Profile Image for Raya.
222 reviews19 followers
February 7, 2022
Aku tuh nonton Dua Garis Biru setelah lihat cuplikan adegan uks yang berkeliaran di twitter. Ternyata bagus. Setelah itu karena lagi langganan gramdig, aku iseng baca adaptasi novelnya.

Ceritanya sendiri ya sama persis. Mengangkat isu kehamilan remaja dan konsekuensi yang harus dihadapi oleh para remaja ini, yang turut serta menyeret orang-orang di sekitar mereka. Menurutku, lebih bagus dari film-nya. Detail-detail emosi dan pemikiran karakter-karakter seperti orang tua Dara dan Bima jadi lebih terasa. Terus, aku suka banget sama gaya bahasa di novel ini! Kalimat-kalimatnya efektif tapi tetap cantik. Aku salut banget sama penulisnya, bisa menerjemahkan cerita dari media visual ke bentuk tulisan seapik ini.
Profile Image for Rycco.
3 reviews
April 19, 2020
Aku beli buku ini karena suka sama film nya.
...
Buku adaptasi dari film Dua Garis Biru ini menambahkan beberapa sudut pandang yang aku rasa memang sangat dibutuhkan dan memperjelas karakter dari masing-masing tokoh. Tetapi yang disayangkan, aku merasa buku ini seperti dikerjakan dengan terburu-buru dan ada beberapa detail penting yang ada pada film tetapi tidak jelaskan dalam buku.
Profile Image for Speakercoret.
478 reviews2 followers
April 12, 2020
entah apa sebabnya film ini di protes... perasaan dulu juga banyak cerita macam ini, semacam sinetron pernikahan dini, atau buku²nya tante mira w dan kawan2 seangkatannya...
Profile Image for Schala.
20 reviews
September 5, 2020
Kita pernah salah, tapi tak berarti kita akan selalu salah.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Rofi.
238 reviews1 follower
April 21, 2024
sama kaya film. bagus. sayang banget harus dibikin sekuel dua hati biru. padahal dah cukup sampai sini aja filmnya
Profile Image for Asad.
14 reviews7 followers
August 27, 2024
for some reason this book reminds me of a quote from Monte Cristo: "happiness blinds, more than pride".
Profile Image for Rimel.
11 reviews
August 28, 2023
Actually, this is a good novel. The story, the dictions, are all good. However, the plot is just exactly the same as the movie, no difference. So, for those who haven't watched the movie, I think it's worth the read.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Sandra Bianca.
128 reviews4 followers
August 4, 2019

Finally, aku baca bukunya duluan—karena emang belum sempat nonton filmnya. Habisnya filmnya heboh banget, aku kan jadi kepo, hehe.

Topik mengenai hamil di luar nikah memang seperti magnet yang gampang menarik perhatian. Jujur kalo dari segi ceritanya sendiri, aku nggak terlalu berkesan. Karena emang udah banyak sih buku yang mengangkat tema semacam ini. Cuma eksekusi cerita serta gaya menulisnya bikin aku acungin dua jempol buat buku ini. Well, simpel tapi menarik. Singkat, tapi padat dan jelas. Ringan, tapi nggak ngebosenin. Penulisannya keren punya pokoknya!

Isi bukunya sendiri tergolong ringan untuk masalah seberat ini. Malah kesannya jadi agak drama. Tapi di sisi lain pesan moralnya bagus banget. Klise sih. Intinya jangan berbuat kalo nggak siap dengan risikonya. Sekali berbuat bisa hamil. Lalu kalo udha terlanjur hamil, mau nggak mau, siap nggak siap, kehidupan pasti akan berubah. Dara dan Bima emang berusaha untuk bertanggung jawab, tapi tetap saja, mereka itu masih 17 tahun. Anak umur segitu mah masih hijau banget soal kehidupan, apalagi punya anak.

Banyaklah yang bisa direnungkan dari akibat hamil di luar nikah, dan bagi aku ini pelajaran bagus buat para remaja jaman now ini biar nggak kebablasan. Misalnya Bima yang kelimpungan karena dia berasal keluarga B aja. Bima sayang Dara, tapi dia nggak siap jadi seorang bapak. Di satu sisi dia juga nggak mau buang anaknya. Sementara Dara sebagai siswa favorit harus rela dikeluarkan dari sekolah, hidupnya berubah 180°, belum lagi perasaan malu. Dan yang paling penting adalah perasaan bersalah yang menghantui Dara dan Bima. Mereka menyesal, mengecewakan orangtua, dll.

Endingnya?
Aku nggak kaget dengan ending yang seperti ini. Habis mau digimanain lagi? Sejauh aku baca buku dengan tema hamil di luar nikah, aku belum pernah puas dengan endingnya—termasuk buku ini. Padahal kalo ditanya aku pengin ending yang gimana, aku sendiri juga bingung. Haha. Emang susah sih bikin ending yang memuaskan plus masuk akal untuk tema semacam ini.

Oh ya, setelah baca buku ini terjawab sudah pertanyaanku mengenai judulnya 'Dua Garis Biru'. Ngakak aing, Bima gitu amat woy!
Displaying 1 - 30 of 42 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.