Jump to ratings and reviews
Rate this book

Cerita Calon Arang

Rate this book
Cerita Calon Arang bertutur tentang kehidupan seorang perempuan tua yang jahat. Pemilik teluh hitam dan penghisap darah manusia. Ia pongah. Semua-mua lawan politiknya dibabatnya. Yang mengkritik dihabisinya. Ia senang menganiaya sesama manusia, membunuh, merampas dan menyakiti. Ia punya banyak ilmu ajaib untuk membunuh orang... murid-muridnya dipaksa berkeramas dengan darah manusia. Kalau sedang berpesta, mereka tak ubahnya sekawanan binatang buas, takut orang melihatnya.

Tapi kejahatan ini pada akhirnya bisa ditumpas di tangan jejari kebaikan dalam operasi terpadu yang dipimpin Empu Baradah. Empu ini bisa mengembalikan kehidupan masyarakat yang gonjang-ganjing ke jalan yang benar sehingga hidup bisa lebih baik dan lebih tenang, tidak buat permainan segala macam kejahatan.

94 pages, Paperback

First published January 1, 1951

50 people are currently reading
932 people want to read

About the author

Pramoedya Ananta Toer

84 books3,106 followers
Pramoedya Ananta Toer was an Indonesian author of novels, short stories, essays, polemics, and histories of his homeland and its people. A well-regarded writer in the West, Pramoedya's outspoken and often politically charged writings faced censorship in his native land during the pre-reformation era. For opposing the policies of both founding president Sukarno, as well as those of its successor, the New Order regime of Suharto, he faced extrajudicial punishment. During the many years in which he suffered imprisonment and house arrest, he became a cause célèbre for advocates of freedom of expression and human rights.

Bibliography:
* Kranji-Bekasi Jatuh (1947)
* Perburuan (The Fugitive) (1950)
* Keluarga Gerilya (1950)
* Bukan Pasarmalam (1951)
* Cerita dari Blora (1952)
* Gulat di Jakarta (1953)
* Korupsi (Corruption) (1954)
* Midah - Si Manis Bergigi Emas (1954)
* Cerita Calon Arang (The King, the Witch, and the Priest) (1957)
* Hoakiau di Indonesia (1960)
* Panggil Aku Kartini Saja I & II (1962)
* The Buru Quartet
o Bumi Manusia (This Earth of Mankind) (1980)
o Anak Semua Bangsa (Child of All Nations) (1980)
o Jejak Langkah (Footsteps) (1985)
o Rumah Kaca (House of Glass) (1988)
* Gadis Pantai (The Girl from the Coast) (1982)
* Nyanyi Sunyi Seorang Bisu (A Mute's Soliloquy) (1995)
* Arus Balik (1995)
* Arok Dedes (1999)
* Mangir (1999)
* Larasati (2000)

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
288 (17%)
4 stars
525 (31%)
3 stars
696 (41%)
2 stars
155 (9%)
1 star
13 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 236 reviews
Profile Image for Sulin.
331 reviews56 followers
April 11, 2017
Pelajaran yang didapat dari buku dongeng ini;

a. Untuk menakhlukan orang super kuat, keras kepala dan jahat yang dibutuhkan hanya kesabaran ekstra, persiapan, pemakluman, dan komitmen untuk membantu orang jahat itu mencari dan menumpas akar masalahnya. Memenangkan pertempuran tidak sama dengan menakhlukan egonya. Ketika sudah bisa menakhlukan ego seseorang, kita bisa membuatnya melakukan apapun yg kita inginkan tanpa membuat orang tersebut merasa terpaksa :D

b. Seperti Wedawati, kita tak perlu membela diri dan mencari bala pasukan pembela apabila disakiti orang lain. Bila cukup kuat, tahan dan abaikan saja penderitaan itu. Semua akan terkuak dan terbalaskan seiring berjalannya waktu. Apabila Sang Hyang mengizinkan, kita juga masih bisa melihat proses kehancuran orang tersebut sambil tersenyum manjah.
Profile Image for Endah.
285 reviews157 followers
January 23, 2009
Legenda Calon Arang telah sangat dikenal masyarakat kita. Kisahnya - seperti kebanyakan cerita rakyat lainnya - tersiar turun-temurun dari generasi ke generasi melalui tradisi tutur (lisan). Cara seperti mengundang kekhawatiran pihak-pihak yang peduli, bahwa pada suatu hari kelak legenda-legenda indah itu akan punah jika tak ada lagi orang yang bersedia menuturkannya. Maka lantas mulai dirasa perlu upaya menuliskan kembali dongeng, hikayat, legenda, dan cerita-cerita rakyat Nusantara. Termasuk dongeng Calon Arang ini.

Khusus untuk Calon Arang, sedikitnya sudah ada 3 buku yang terbit mengenainya dalam versi yang berbeda, yaitu Galau Putri Calon Arang (Femmy Syahrani), Calon Arang: Perempuan Korban Patriarki (Toety Herati), dan Cerita Calon Arang (Pramoedya Ananta Toer). Bagaimana jadinya ya cerita rakyat tersebut di tangan dingin Pram, sastrawan nomor wahid itu?

Kiranya hasilnya tak terlalu istimewa (atau justru istimewa ya?). Cerita Calon Arang oleh Pram tak banyak diutak-atik. Ia tetap berwujud sebuah dongeng hitam-putih plus bumbu "hal-hal ajaib" . Gaya Pram bercerita seperti seorang ayah mendongengi anak-anaknya. Bahasa yang dipakainya mengingatkan kita pada buku-buku dongeng kanak-kanak : Adalah sebuah negara. Daha namanya. Daha yang dahulu itu kini bernama Kediri. Negara itu berpenduduk banyak. Dan rata-rata penduduk makmur. Panen pak tani selalu baik, karena tanaman jarang benar diganggu oleh hama (hlm.9).

Siapapun yang membaca deretan kalimat di atas akan dapat dengan mudah memahaminya, seorang anak kecil sekalipun. Bahasanya begitu lugas memaparkan apa yang ingin disampaikan. Nyaris tanpa metafor-metafor berat dan gaya-gaya bahasa lain yang serbatinggi berbunga-bunga. Semuanya terasa sederhana, polos, apa adanya. Pram seolah memang sengaja menulis buku ini untuk konsumsi kanak-kanak, kendati ada juga deskripsi adegan kekerasan yang kurang cocok untuk dibaca anak-anak.

Pram benar-benar menulis dongeng, karenanya ia tetap membiarkan "ketidaklogisan" berlangsung di sepanjang cerita, karena "ketidaklogisan" itu sah-sah saja - malah tak jarang memberi daya pikat tersendiri - selama terdapat penjelasan yang bisa diterima logika dongeng. Umpamanya, Empu Baradah yang sanggup menghidupkan kembali orang yang sudah mati atau memantrai selembar daun hingga bisa dipakai sebagai sampan menyebrangi lautan.

Kalau dilihat dari sudut pandang cerita realis, kemampuan menghidupkan orang mati serta menyihir daun menjadi sampan terasa sangat tidak logis. Akan tetapi, dalam dongeng hal seperti itu dapat dimungkinkan sebab dilakukan oleh seseorang berilmu tinggi seperti Empu Baradah. Dongeng memiliki logikanya sendiri.

Sebagaimana disebut di atas, Cerita Calon Arang versi Pram ini sangat hitam putih : tokoh jahat berhadap-hadapan dengan tokoh baik (pahlawan) yang selalu berakhir pada kekalahan si tokoh jahat. Pesan moralnya sangat jelas : jadilah orang baik, jangan jadi orang jahat. Sebab orang jahat pada akhirnya akan binasa. Suatu nasihat yang hampir senantiasa menyertai cerita-cerita (dongeng) untuk anak-anak.

Dalam buku ini, tokoh jahatnya adalah seorang perempuan bernama Calon Arang. Ia gemar sekali melakukan kejahatan dengan ilmu hitam yang dikuasainya. Ia sakti mandraguna, pemuja Dewi Durga, dewi perusak alam semesta. Suatu kali, ia mengajak sang dewi bersekutu dengannya untuk menyebarkan bencana ke seantero negeri Daha hanya karena putri kesayangannya, Ratna Manggali, tak juga ada yang meminang. Dengan bantuan Dewi Durga, Calon Arang menebar teluh, mengakibatkan ratusan bahkan ribuan orang tak berdosa kehilangan nyawa.

Kala itu, Negeri Daha diperintah oleh seorang raja bijak bestari. Erlangga namanya. Sang Paduka berduka-cita melihat malapetaka yang menimpa rakyatnya. Ia pun lalu memerintahkan para prajurit istana untuk menyerbu kediaman Calon Arang dan menangkapnya. Kalau perlu bunuh di tempat.

Namun, ilmu perang para prajurit terbaik itu tak mampu menandingi kesaktian Calon Arang. Mereka pulang kembali ke ibukota kerajaan dengan menangggung kekalahan membuat raja dan seluruh rakyat bertambah gundah. Raja lalu memohon petunjuk para dewata cara terbaik mengatasi Calon Arang agar negerinya kembali aman tentram.

Permohonan raja dan seluruh rakyat Daha dikabulkan para dewa. Melalui petunjuk dewata, raja lantas meminta bantuan Empu Baradah, satu-satunya pendeta yang menurut para dewa akan mampu menghadapi Calon Arang.

Singkat cerita, Empu Baradah pun segera menyusun strategi demi mengalahkan musuhnya. Dengan sedikit kecerdikan dan tipu muslihat, akhirnya terbongkarlah rahasia kesaktian Calon Arang, yakni kitabnya. Maka, dengan demikian sang empu tak menemui kesulitan sedikitpun ketika harus bertempur dengan perempuan sakti itu. Calon Arang dan para pengikutnya ditumpas habis. Bencana pun berakhir. Empu Baradah bahkan menghidupkan kembali orang-orang yang mati terkena teluh Calon Arang.

Raja dan seluruh rakyat Daha bersuka-cita menyambut kemenangan itu. Kini mereka bisa hidup tenang tanpa ada gangguan lagi. Di masa tuanya, Raja Erlangga memilih hidup sebagai pendeta. Sebelum meninggalkan takhtanya, Raja Erlangga membagi dua kerajaannya kepada para putranya menjadi Kediri dan Jenggala.

Sejatinya, Cerita Calon Arang adalah perkawinan antara sejarah dan mitos (dongeng); fakta dan fiksi. Sebagian orang percaya, bahwa Calon Arang adalah putri seorang raja Bali yang diasingkan, sementara banyak juga yang beranggapan ia hanya tokoh rekaan saja. Adapun Raja Erlangga (Airlangga) dan kerajaan Daha fakta adanya. Walaupun mengikutsertakan Airlangga, namun agaknya Pram tidak sedang membuat sebuah fiksi sejarah melalui buku ini.
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
April 4, 2014
Buku tipis yang bisa sekali duduk habis, sambil nunggu makan di warung makan (agak lebay kalau ini). Mungkin ini dongeng satu-satunya yang ditulis dengan gaya dan sudut pandang Pramoedya Ananta Toer. Seperti yang sudah2 didengar atas dongeng Calon Arang. Tetapi mungkin ini versi Jawa, karena terjadi di Kerajaan Daha, sebelum pecah menjadi Jenggala dan Kediri. Calon Arang, Ratna Manjali, Raja Airlangga, Empu Baradah.

Tetapi pertanyaannya, mengapa Pramoedya menulis dongeng yang ini? Kenapa nggak Sangkuriang? Bawang Merah Bawang Putih? Coba kita tengok, (tapi ini menurut spekulasi saya).

Calon Arang dikisahkan janda dengan kekuatan teluh luar biasa, bisa diibaratkan janda dengan kekuasaan. Hanya karena anaknya, Ratna Manjali tidak lekas berjodoh (ini juga karena kekejaman Calon Arang si janda tukang teluh), Calon Arang meneluh semua penduduk kota. Dari kisah bagian ini terdapat semacam cermin yang merefleksikan kehidupan yang dialami Pramoedya. Merasa sebagai korban atas sudut yang lebih hebat karena memiliki tampuk kekuasaan. Juga kasus-kasus yang marak setelahnya, Orba, 98, dll. So, bukankah ini refleksi?

Lalu aku mendapatkan pelajaran bahwa: biasanya laki-laki sehebat apapun di luar, tidak jarang laki-laki itu menjadi cecunguk bagi istrinya. Lalu siapa yang bakal menjadikan cecunguk wanita hebat? Ternyata anak. Calon Arang sudah membuktikan. Maka untuk menaklukkan janda, taklukkanlah anaknya... (loh?)

Sungkem!
Profile Image for Indah Jamtani.
123 reviews11 followers
May 7, 2018
It has been a while since i have read an Indonesian folk-tale, luckily I got to read this version of Calon Arang by Pramoedya. There are few things to take from this book, like no mater how evil, how power hunger a woman is, if she is a mother, she will always be a mother, hurt when her daughter was done wrong to. Calon Arang (the witch) got really mad when nobody wanted to marry her daughter and thus her curse began.
In it was also shown how one thing written could be use as evil or good depends on the beholder. That everything we know, we learnt have two sides of it, it is upon us which side we chose to act upon.
The other point i took was that when an evil person dies evil, his/her death will never mean anything, but if at the end of life he/she could be purified, then maybe, perhaps, at least in death he/she would mean something to mankind.

“Every good teaching may still end up producing evil bandits who have no principles whatsoever, an outcome even more likely when the teacher is also a bandit.”-Pramoedya Ananta Toer-
Profile Image for aprinda..
161 reviews4 followers
August 16, 2021
actually i read this book about 6 years ago, for school's drama. I played a role as Empu Bahula —Ratna Manggali's husband— and got full marks of it. Typically indonesian's folktale with interesting story and moral value.
Profile Image for nana.
69 reviews9 followers
April 7, 2023
Ternyata setelah membaca buku ini secara keseluruhan, isinya merupakan dongeng yang ditulis kembali oleh Pramoedya. Saya sendiri belum pernah mendengar dongeng mengenai Calon Arang−sebelum akhirnya tahu sedikit saat membaca buku Larung karya Ayu Utami yang mana ada bagian di mana dongeng ini disinggung. Calon Arang sendiri digambarkan sebagai seorang janda perempuan yang jahat, dengki, dan iri hatinya yang memiliki ilmu hitam nan sakti mandraguna dan tidak dapat dikalahkan.

Di dalam buku sendiri diceritakan bahwa dongeng ini ditulis pada tahun Caka 1462. Cerita ini sendiri bermula di Kerajaan Daha (yang sekarang bernama Kediri) yang mana di masa pimpinan Raja Erlangga, kehidupan warga aman sentosa. Tiba-tiba saja kedamaian tersebut hancur karena Calon Arang mengeluarkan teluh ke seluruh penjuru negeri, sehingga ratusan ribu rakyat yang tidak bersalah mati. Hal tersebut dikarenakan Calon Arang murka karena tak ada seorang pun yang datang untuk melamar puteri sematawayangnya, Ratna Manggali.

Buku ini sendiri berisi 100 halaman yang ditulis dalam 12 bab menggunakan alur maju, sehingga bisa dibaca sekali duduk. Saya sendiri sangat menikmati cerita ini, karena metode menulisnya seperti menuturkan sebuah dongeng dengan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti.

Di novel ini Pram menggambarkan kedua kubu tokohnya dengan pasti; sisi baik (Empu Baradah) dan sisi jahat (Calon Arang). Sama seperti buku-buku klise kebanyakan yang menggambarkan sosok yang baik akan selalu menang menumpas sosok yang jahat, di buku ini pun begitu. Tapi yang menarik perhatian saya adalah, sosok Calon Arang yang meneluhkan seluruh negeri tidak serta merta karena ia 'jahat'. Ada bentuk pemberontakan dan perlawanan, karena bagi sudut pandang si Calon Arang, semua oranglah yang jahat, yang menggunjingkan dirinya dan anaknya−Ratna Manggali−sehingga tidak ada yang meminangnya. Oleh sebab itu, kemurkaan dan kemarahannya ia luapkan melalui teluh dan penyakit ke seluruh penjuru negeri.

Selain itu ada sisi baik dari Calon Arang yang bisa saya tangkap, yakni bahwasannya kasih ibu itu nyata sepanjang masa. Apa-apa yang menyebabkannya murka bukan tidak lain adalah untuk anaknya, Ratna Manggali. Terbukti dengan tiada tara senangnya ia saat anak didik Mpu Barada−Mpu Bahula−datang melamar Ratna Manggali; janda tua itu mengadakan pesta besar-besaran berhari-hari.

Meskipun tema besar buku ini adalah si protagonis melawan si antagonis yang sangat klise, tapi bagi saya Pram berhasil menceritakan kembali dongeng ini dengan baik. Meskipun begitu, bagi saya pribadi rasanya buku ini agak kurang pas untuk anak-anak karena ada beberapa adegan yang cukup gelap seperti, pembunuhan, kecurangan yang dilakukan Mpu Barada (meskipun hal tersebut diniatkan untuk kebaikan) dan cukup seksis karena di buku digambarkan perempuan yang dipersalahkan dan dianggap tidak layak hanya karena belum menikah sesuai standar pada umumnya (meskipun saya rasa anak-anak belum mengerti mengenai hal ini)−tetapi ada baiknya untuk tidak menanamkan nilai-nilai seperti itu kepada anak sejak dini.

Singkat kata, buku ini layak untuk dibaca sekali duduk.
Profile Image for Wilma Monica.
159 reviews11 followers
August 13, 2016
Always always an easy 5/5 stars for Mr. Pram

So many moral in this book

"a witch is a witch, but a witch still love her daughter after all"
Profile Image for Rajib.
5 reviews
June 7, 2017
Antara ingin suka dan tidak dengan buku ini. Di satu sisi, cerita Calon Arang memang sudah melegenda dan ditulis dalam berbagai versi. Meski demikian, saat saya membaca karya ini ditulis oleh Pram, beberapa kali dahi saya mengernyit. Memang, beberapa kali hal yang terjadi di luar logika, namun itu tak apa bagi saya karena memang dongeng seharusnya begitu. Hal yang menjadi masalah adalah tidak dijelaskannya batasan-batasan setiap tokoh dan tindakan dalam cerita ini.

Ada yang mengatakan bahwa Pram menggambarkan setiap tokoh tidak secara hitam dan putih saja. Meski demikian, yang saya lihat justru penulis menggampangkan penokohan dan menjadikan setiap tokoh menjadi hitam-putih secara jelas. Di-"hitam-putih"kan supaya jelas pesan moralnya, saya rasa hal itu yang keliru. Boleh saja buku ini ditulis untuk dongeng anak-anak, tetapi membudayakan dikotomi hitam-putih kepada anak sejak dini bukankah sesuatu yang agaknya keliru?
Profile Image for Wahyu Novian.
333 reviews45 followers
November 20, 2018
Rupanya buku ini memang dongeng yang ditulis ulang. Kalimat-kalimatnya (pun ceritanya) dituturkan secara sederhana. Masih tradisional sekali pula. Pesan moral dan karakternya jelas hitam-putihnya. Serasa mendengarkan orang tua menceritakan dongeng untuk anak-anak, meski beberapa bagian agak terlalu kelam. Tapi cukup lah untuk selingan dari membaca cerita kompleks.
Profile Image for Ms.TDA.
234 reviews3 followers
November 16, 2024
Ketika kembali ke masa Çaka 1462, banyak sekali ketidaklogisan yang kudapatkan ketika membaca buku ini. Tapi disinilah banyak dongeng sejarah yang dulu pernah kudengar dan hampir lupa ketika dewasa ini cukup lumayan di compact bagus oleh Pak Pram sendiri dibuku ini. Satu kata kali ya, ‘magic’ aka jampe2🪄👍🏻

Rate: 3,7/5🌟
Profile Image for Muhammad Ridwan.
193 reviews25 followers
October 19, 2017
"Semua manusia bersaudara satu sama lain, karena itu tiap orang membutuhkan pertolongan harus memperoleh pertolongan. Tiap orang keluar dari satu turunan, karena itu satu sama lain adalah saudara." - hlm. 23.

Dikutip pula di Pengantar Penerbit dan blurb.
Profile Image for Jonas Vysma.
30 reviews32 followers
January 22, 2019
Berkenalan dengan Pram melalui Cerita Calon Arang. Dan berkenalan dengan Cerita Calon Arang melalui Pram. Ya, apa lagi yang bisa saya katakan selain bagus? Hmm jadi ingin bertapa~
Profile Image for Kirana.
95 reviews8 followers
August 31, 2019
Endingnya lumayan mengecewakan bagi saya . . .
Profile Image for Puri Kencana Putri.
351 reviews43 followers
May 26, 2018
Bukan yang terbaik dari yang terbaik dari karya Pram. Tapi Cerita Calon Arang bisa terus mengingatkan kita bahwa yang pongah dan bathil akan selalu dilawan dengan niat baik dan ketulusan.
Profile Image for B-zee.
580 reviews70 followers
February 13, 2015
Tanpa sengaja memilih buku Pram yang untuk anak-anak. Bukan yang terbaik dari beliau kurasa. Mengangkat kembali dongeng negeri ini.

Berbicara tentang dongeng Indonesia, rasanya seperti kembali ke masa kecil, ke masa dimana hidup itu hanyalah rumah, keluarga, sekolah dan teman-teman. Tak ada pekerjaan, tak ada tanggung jawab, tak ada beban dan masalah yang berarti. Bahkan meski setelah dewasa saya masih membaca dongeng atau cerita anak-anak, kebanyakan yang saya baca adalah kisah terjemahan. Dan ternyata setelah kembali menyapa legenda Indonesia, perasaan itu jauh berbeda, jauh lebih dekat, merasa kembali ke 'rumah'

Adalah sebuah negara. Daha namanya. Daha yang dahulu itu kini bernama Kediri. Negara itu berpenduduk banyak. Dan rata-rata penduduknya makmur.
. . . .
Negara Daha termasyhur aman. Tak ada kejahatan terjadi, karena tiap orang hidup makmur, cukup makan dan cukup pakaian. Karena makmurnya itu makanan penduduk teratur, dan karena itu pula tak ada penyakit berjangkit.
(hal.9)


Namun ketenangan dan kemakmuran itu terganggu lantaran Calon Arang, seorang tukang teluh (dukun yang merusak orang dengan ilmu gaib) dari dusun Girah menyebarkan kutukannya ke penjuru negeri. Pasalnya adalah putri satu-satunya, Ratna Manggali, tak juga diperistri orang karena takut pada ibunya. Berbagai macam cara diusahakan oleh Baginda Raja untuk menghentikan teror dan kekacauan yang diciptakan oleh Calon Arang.

Adalah Empu Baradah, seorang pertapa dari Lemah Tulis, yang terkenal dengan kebaikan dan ilmunya kemudian diperintahkan untuk menghentikan Calon Arang. Dengan siasat, kecerdikan dan kekuatannya, Empu Baradah berusaha menciptakan Daha yang aman dan makmur seperti sedia kala.

Ia selalu berjalan bergegas. Sekalipun sudah tua, ia masih kuat, karena selain banyak mempelajari kitab, ia pun banyak berolahraga dan kerja berat mengolah ladangnya. (hal.59)

Kisah ini merupakan legenda yang secara turun-temurun diceritakan dari mulut ke mulut. Pram menuliskannya kembali, dengan gaya penceritaan dongeng untuk anak-anak. Kisahnya sederhana, dengan pesan moral yang jelas, untuk senantiasa menyebarkan kebaikan, giat menuntut ilmu dalam bidang apa pun, sopan santun, dan lain sebagainya.

“Semua manusia bersaudara satu sama lain. Karena itu tiap orang membutuhkan pertolongan harus memperoleh pertolongan. Tiap orang keluar dari satu turunan, karena itu satu sama lain adalah saudara.” (hal.21)

Ini adalah fiksi pertama Pram yang saya baca. Saya menikmati rangkaian kalimat beliau, sangat berbeda dengan bahasa masa kini, tapi terkesan indah dan tetap mudah untuk dipahami. Alur kisahnya mengalir, meski terkadang pada beberapa paragraf saya merasakan adanya pengulangan fakta yang sudah tercakup dalam kalimat sebelumnya.

Buku ini memang ditulis untuk anak-anak, tapi menurut saya kisah ini terlalu gelap untuk anak usia dini. Banyaknya kekerasan dan ide-ide yang selayaknya dicerna oleh anak yang sudah agak besar.
Profile Image for Kezia Nadira.
59 reviews6 followers
May 17, 2023
Saya sedang dalam misi mengumpulkan karya-karya Pak Pramoedya Ananta Toer. Tapi selain Tetralogi Buru, susah sekali dicari. Saya pertama kali punya karya Pak Pram terbitan Lentera Dipantara yang "Gadis Pantai", dan tiba-tiba saja saya kepingin banget baca karya beliau yang "Calon Arang". Saya lihat di Gramedia, masih ada stok dan itupun hanya tersedia di Gramedia Banda Aceh. Karena sudah kepingin banget baca, saya langsung beli tanpa banyak berpikir dengan harga ongkir yang melebihi harga buku :') Tapi, saya puas sekali!

Buku ini adalah buku kedua terbitan Lentera Dipantara, untuk karya Pak Pram. Saya akan masih giat untuk berburu seri yang lainnya! (Doakan).

Begitu novel ini datang, saya tanpa ba bi bu langsung memilihnya sebagai bacaan selanjutnya. Saya habiskan sekali duduk, hanya dalam 1 jam kurang. Langsung saya lahap hingga halaman terakhir, ya walau memang buku ini hanya kurang-lebih terdiri dari 94 halaman, sih.

Saya adalah orang Bali, dan semenjak saya kecil saya sudah sangat familiar dengan yang namanya "Calon Arang", "Leak", atau "Rangda". Mungkin itulah yang membuat saya sangat ingin membaca novel ini, karena lekat dengan lingkungan masa kecil saya.

"Cerita Calon Arang" mengingatkan saya kepada buku-buku cerita rakyat atau dongeng yang suka saya lahap sewaktu SD di perpustakaan sekolah, karena saya tidak punya teman untuk bergaul - dan memilih bacaan sebagai teman hiburan saya. Seperti kata Pak Pram untuk mengawali cerita ini, "Dongeng adalah medium terindah dalam tradisi lisan Nusantara," lalu "Indonesia kaya akan dongeng, tapi di mana sekarang dongeng yang kaya dan raya itu?". Nah, saat membaca novel ini, saya benar-benar seperti diingatkan kembali apa rasanya membaca cerita rakyat atau dongeng Nusantara.

Dikemas dengan gaya bercerita yang lugas dan mudah dipahami, alur cerita yang maju dan rapi, penokohan yang singkat namun padat, membuat saya sangat menikmati proses penyelesaian membaca buku ini.

"Cerita Calon Arang" mengajarkan saya bahwa seberapa pun kuatnya kejahatan, akan selalu bisa dikalahkan oleh kebaikan. Mungkin di novel ini, terdapat beberapa bagian di mana seorang manusia bisa begitu sakti - tapi, ya, bukankah kita telah banyak diasupi bumbu-bumbu bahwa memang orang dulu sakti-sakti?

"Cerita Calon Arang" berlatar tempat (seperti kata Pak Pram, tidak ada akurasi tempat dan waktu dalam dongeng, oleh karena itu ia berbeda dengan karya ilmiah) pada jaman pemerintahan Baginda Airlangga, kerajaan Kediri (pada waktu itu, Kerajaah Daha). Pak Pram juga menuturkan (dalam tafsirannya) di mana kira-kira letak tempat tinggal Mpu Baradah - yang menurut saya juga agak unik penafsiran ini. Dalam cerita ini, Mpu Baradah dikatakan tinggal di Lemah Tulis. Padahal, jaman ini mungkin dikenal dengan Blora - yang dulu disebut sebagai Wurare. Karena lemahnya kemampuan bahasa masyarakat pada jaman itu, nama ini berkembang dan berubah. Wu yang berarti tanah (bhu), rare yang berarti putra, disebut sebagai Lemah (yang berarti tanah) Putra. Lalu dari sini, melenceng ke Lemah Patra. Patra berarti tulis, surat, atau citra - hingga akhirnya tempat tersebut disebut sebagai "Lemah Tulis".

Cerita ini adalah salah satu contoh bagaimana seseorang bisa berubah sebegitu menyeramkannya karena perlakuan yang ia terima dari sekitarnya. Ambillah Calon Arang yang berubah haluan ke jalan yang gelap dan sesat karena perlakuan jahat orang-orang sekitarnya, yang meributkan mengapa Ratna Manggali, anaknya, tidak kunjung diperistri. Balas dendam tentulah jalan yang keliru, namun hal ini menjadi pelajaran untuk kita semua agar tidak menorehkan luka ke orang lain karena kata-kata yang kita ucapkan. Terbukti, di cerita ini, Calon Arang memohon kepada Mpu Baradah untuk "dibersihkan" atau "disucikan" kembali sebelum mati, karena dosa-dosa yang telah ia perbuat begitu besar hingga mustahil ia dapat diterima "bumi" saat ia mati.

Dari Mpu Baradah, saya seakan bisa mendapatkan esensi dari karakternya yang tenang dan bijak, apalagi saat menghadapi Calon Arang yang terkenal dengan mudahnya telah menumpaskan banyak nyawa. Mpu Baradah sangat tenang saat menghadapi Calon Arang, dan ketika ia tahu tentang betapa dahsyatnya teluh yang dibuat Calon Arang, ia hanya berkata dengan santai kepada Kanduruan agar segera menghadap Calon Arang dengan maksud menikahkan Ratna Manggali dengan Mpu Bahula. Tentunya, dengan maksud agar bisa mengetahui rahasia Calon Arang lebih mudah jika Mpu Bahula ada di dekat Calon Arang. Maksud lain adalah, agar Calon Arang terlampiaskan keinginannya untuk melihat anak perempuan semata wayangnya diperistri lelaki terpandang dan baik-baik seperti Mpu Bahula.

Saat membaca ritual-ritual yang dilakukan Calon Arang dan ketujuh muridnya (Weksirsa, Mahisa Wadana, Lendesi (Lendi), Larung, Gayung, Gandi) saya jadi bergidik sendiri. Masalahnya, saya dapat membayangkan bagaimana kira-kira ritual itu terjadi, terutama saat ketujuh muridnya diberi perintah untuk melakukan penandakan (menandak). Yang paling saya seram, adalah ketika mereka membangkitkan kembali mayat untuk hidup, dan ketika ia telah hidup kembali, ia hanya dijadikan tumbal untuk memanggil Dewi Durga, lalu mati kembali karena dibunuh.

Menurut hemat saya, berbagai karakter dan penokohan di dalam cerita ini bersifat hitam ; putih. Yang hitam hanya jahat-jahat saja yang ada, yang putih hanya baik-baik saja yang ada. Sementara, hal itu bertolak belakang dengan hakikat manusia yang sesungguhnya; bahwa manusia memiliki sisi hitam dan putih, dan yang menggambarkan manusia itu sendiri adalah mana sisi yang memiliki porsi terbanyak. Tapi, tujuan cerita ini adalah sebagai dongeng kepada anak-anak (kepada pembaca yang menurut saya tidak erat dengan usia, sih) dengan tujuan untuk menyampaikan pesan bahwa "berbuat baiklah kepada sesama karena kita adalah saudara". Dan ini termasuk tidak nyinyir kepada sesama, ya, seperti apa yang dilakukan masyarakat kepada Calon Arang hingga membuatnya begitu larut dalam kebencian!

Yang saya sukai lagi, di sini tersilang sejarah (fakta) dengan fiksi. Kita tidak benar-benar tahu dan yakin apakah Calon Arang benar-benar ada, walaupun legenda berkata demikian. Tapi tentang Kerjaan Kediri dan raja Erlangga benarlah adanya. Serta, perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala juga ada sejarahnya.

Yang saya sayangkan, saya hanya ingin tahu lebih banyak tentang Wedawati. Saya masih kurang mengerti mengapa Pak Pram begitu mengupas Wedawati, yang saya sangka akan memiliki peran dalam melawan teluh Calon Arang. Tapi entahlah, Wedawati yang mengingatkan saya dengan tokoh Cinderella ini mungkin hanyalah bumbu cerita untuk memberi tambahan buah yang dapat dipetik pembaca, yaitu untuk tidak memiliki rasa dendam dan iri dengki seperti ibu tiri Wedawati, dan untuk selalu menjadi pemaaf dan penyabar seperti Wedawati.

Sebagai penutup ulasan ini, saya menguti kutipan Pak Pram:

"Semua manusia bersaudara satu sama lain. Karena itu, tiap orang yang membutuhkan pertolongan harus memperoleh pertolongan. Tiap orang keluar dari satu turunan, karena itu satu sama lain adalah saudara."
Profile Image for Ika Diyah.
31 reviews4 followers
February 23, 2009
Waduh..ini buku mungkin buku yang paling sering aku baca versinya. mulai dari versi-nya pak Pram, trus siapa gitu..penulis yang ga gitu terkenal, sampe kumpulan tulisan, puisi sama lukisannya seniman perempuan yang aku juga nggak inget apa judul sama penulisnya. Calon Arang-nya Pram takbaca pas aku SMP kelas 3, versi lainnya takbaca sampe aku SMA.Saking banyaknya versi buku ini,selalu aja aku nemu temen yang pernah baca buku ini, terus nggak bosen2nya aku obrolin nih buku dengan orang2 yang berbeda.obrolannya tambah seru krn aku ketemu orang terakhir yg baca buku ini pas di Bali, tempat legenda ini berasal..Overall, aku paling suka versinya Pak Pram, yang selalu menempatkan pihak benar dan salah, hitam dan putih, itu nggak selalu terlihat segitu "salahnya" atau segitu "baiknya", karena setiap akibat, pasti ada sebab. well ya, calon arang kejam, tapi sosok calon arang yg digambarkan tukang teluh penyebar penyakit mematikan di desa-desa itu, ya karena membela harga diri putrinya. cara penguasa dalam menghilangkan ancaman Calon Arang dengan cara yg nggak bijak juga ternyata semakin bikin masyarakat jadi korban. dari buku ini kita bisa lihat bahwa setiap perbuatan dan keputusan manusia selalu menyimpan sebab yang mungkin terlalu kompleks dan menyakitkan.yang terkadang membuat manusia berbuat sesuatu yang salah.
Profile Image for roland simarangkir.
131 reviews6 followers
March 24, 2011
Ekspektasi yang tinggi. Itulah yang saya rasakan pertama sekali membaca buku ini, bahkan sampai dengan 3/4 isinya. Harusnya sih tidak kalau saya membaca kata pengantarnya dengan detil. Baru sadar setelah membaca pengantar setelah menyelesaikan penutup buku ini dan menemukan kalimat "buku ini disusun sebagai buku kanak-kanak". Hahaha, geli sendiri.

Cerita ini tentang seorang dukun perempuan, seorang janda yang memiliki hobi meneluh dan membunuh orang dan semakin parah setelah tidak ada yang mau melamar anak gadisnya. Meneluh satu kerajaan, itulah akibat dendamnya. Sampai seorang guru datang menyelesaikan permasalahan.

Yang unik adalah sang petapa tidak langsung menghadapi si dukun, tetapi mengatasi satu persoalan dasar pembunuhan itu yaitu menikahkan putri sang dukun dengan muridnya. Nilai plus cerita adalah saat sang petapa bertarung ilmu dengan si dukun lalu membunuhnya. Lalu sang petapa sejenak tersadar dan menghidupkan kembali si dukun "Tidak ada gunanya kalau ia mati begitu saja sebelum jiwanya dibersihkan. Ini artinya pembunuhan."

Alur cerita cukup lurus, seperti sinetron. Tentu saja setelah membacanya sampai habis. Sepertinya ini adalah salah satu karya Pramoedya yang berbeda dengan yang lain.
Profile Image for Ancilla Irwan.
56 reviews10 followers
January 2, 2009
As Pramoedya Ananta Toer said, He rewrite the legend which has been written at year of 1462 in çaka's calendar (Hindi's).

Previously, I know the name of "Calon Arang", it is a legend, isn't it. But, I never knew the story. Thus, what is written in the book "Contribution for the world from Indonesia".

For me, this is a story of love. The love between parents and the children. It shows that the good (Empu Baradah) and the bad (Calon Arang) do their best in the name of love, their loves to their children. The have the same feeling but different ways.

It also tells that there always be a second chance for everyone. Calon Arang who did many terrible things, has been given a second chance by Empu Baradah. She was killed, awaken to learn good things and be killed again.

It also reminds me that power and wealthiness are not everything. Erlangga, the King, has decided to be a monk. And we need to be wise on using whatever we have; power, money, knowledge and skills.

Pramoedya Ananta Toer
Profile Image for Darnia.
769 reviews113 followers
February 26, 2015
Gw akui, gw gak suka buku ini. Memang diperuntukkan buat anak-anak dan Calon Arangnya kelewat kejam, you named it. Bukan pertama kalinya gw baca buku adaptasi kisah Calon Arang, tapi buku ini kelewat simpel. Apa dewa segitu gampangnya menampakkan diri di hadapan pemujanya? Apa pertapa sakti segitu mudahnya menghidupkan kembali orang mati, meski matinya kena teluh? Dan apakah mensucikan hati yg kotor sesimpel membalik telapak tangan?
Mungkin gw kelewat nuntut dari adaptasi yg ditulis tahun 1954 ini (bahkan mungkin kisah-kisah macam ini yg bisa kita temukan di buku pelajaran Bahasa Indonesia kurikulum lama). Dan mungkin ini hanya ungkapan kekecewaan gw karena porsi Bahula dan Ratna Manggali cuma seiprit XD

****
Anu...pangapunten sebelumnya atas kelancangan imajinasi saya *sungkem*

Adegan Calon Arang vs Mpu Bharadah = Mak Lampir vs Gandalf the White

*sungkem sedalam-dalamnya sama Eyang Pram*
Profile Image for Kimi.
402 reviews30 followers
April 20, 2019
Kerajaan Daha di bawah kepemimpinan Raja Erlangga adalah negara yang makmur dan aman. Baginda Raja sangat memperhatikan keadaan rakyatnya. Dia terkenal berbudi dan bijaksana. Namun, ketenangan itu terancam. Keamanan negara dalam bahaya akibat dari penyakit mematikan yang dikirim tukang teluh jahat bernama Calon Arang.

Calon Arang berasal dari dusun Girah, masih di dalam wilayah Kerajaan Daha. Siapa yang tidak mengenal Calon Arang dari Girah? Perempuan paruh baya tersebut terkenal jahat. Ia tidak segan-segan untuk membunuh siapapun yang tidak disukainya. Ia tukang teluh yang ilmu hitamnya sangat menakutkan. Ia menikmati ketakutan yang ditunjukkan orang-orang kepadanya. Ia tidak takut kepada siapapun, bahkan kepada Baginda Erlangga juga tidak.


Review lengkap silakan mampir di sini ya.
Profile Image for Imas.
515 reviews1 follower
November 11, 2017
Cerita tentang seorang perempuan bernama Calon Arang yang konon terjadi pada masa Raja Erlangga bertahta di Kerajaan Daha. Calon Arang berkarakter penyihir jahat yang menyembah Dewi Durga untuk berbuat kejahatan. Kegiatan sehari-harinya meneluh penduduk kerajaan hingga sakit dan menemui ajal. Hidup berdua dengan putrinya Ratna Menggali yang untung tidak berperilaku seperti ibunya namun mendapat dampak buruk jauh jodoh karena orang-orang takut kepada kekejaman ibunya.

Ya kali, bermertua Calon Arang yang dari mulutnya keluar api yang dapat membakar pohon beringin. Siapa pula yang berani menggoda putri tukang teluh. Jangankan melamar, mendekati kediaman Calon Arang pun penduduk tak ada nyali.

Buku ini berbeda dengan semua buku Pram yang pernah aku baca, cukup tipis dan di pengantar disebutkan buku ini ditujukan untuk pembaca anak-anak. Baru tahu, Pak Pram pernah menulis buku anak.
Profile Image for Ilma Dityaningrum.
22 reviews8 followers
May 4, 2011
Calon Arang yang diceritakan di sini oleh Pramoedya mendapatkan tempat yang hampir sama dengan tokoh-tokoh perempuan di cerita2 lain yang ditulis Pramoedya. Bukan hanya sebagai seorang penyihir, tukang teluh dan pemimpin dari kelompok2 hitam yang sukanya berkeramas dengan darah saja, namun Pramoedya juga menceritakan Calon Arang sebagai seorang perempuan, seorang ibu dari seorang Ratna.

Ketika membaca buku ini, saya tidak hanya bergumul dengan kejahatan dan kekejaman Calon Arang, namun Pramoedya juga mengajak untuk melihat sejarah masa Erlangga. Jadi, saya menemukan hubungan pada waktu mengenai cerita calon arang dengan sejarah Nusantara.

Lagi-lagi, candu betul membaca buku-buku Pram.
Profile Image for Ria.
113 reviews
September 28, 2014
Sepertinya buku ini memang diperuntukkan bagi anak-anak. Membaca ini jadi ingat masa kecil, ketika hampir setiap hari nenek saya selalu mendongeng cerita-cerita rakyat dari negri sendiri. Salah satunya Calon Arang. Pesan moralnya sama kok dengan kebayakan dongeng pada umumnya. Bahwa kebaikan akan selalu menang melawan keajahatan.


^_^ dongeng saat liburan
Profile Image for Katya.
238 reviews3 followers
November 16, 2012
Indonesian books, man. They're either really good, or just don't make sense.



but Pramoedya Ananta Toer is my favourite Indonesian writer, and I'm planning to read Bumi Manusia/This Earth of Mankind soon, so yay.
Profile Image for Farah Fitria Sari.
228 reviews10 followers
August 26, 2016
3.5/5

Mungkin karena bahasanya yang benar-benar seperti dongeng anak-anak jadi kurang "segar" dibaca. Tersendat-sendat wkwk. Tapi menurut gue ini buku yang bagus karena menyinggung gimana orang Indonesia, khususnya orang Jawa, zaman dulu beribadah. Lengkap dengan latar belakang cerita ini di kata pengantar di depannya. Serasa seperti baca buku sejarah.
Profile Image for Chupwala.
27 reviews
July 2, 2007
Written by the late Pramoedya Ananta Toer, this is one of his most popular stories. I think the Indonesian version of this book is called Dongeng Calon Arang. Kinda black and white, good vs evil and the good wins.
Profile Image for Sang_onit.
1 review
October 20, 2007
sebenarnya ada beberapa versi, versi orang bali, dari cerita seorang kawan terasa lebih mistis dan memberikan inspirasi buat menjelajahi keberadaannya.. ada yang minat bikin video dokumenternya?

Y!M: sang_onit
Profile Image for Nadia Fadhillah.
Author 2 books43 followers
April 12, 2012
dongeng yang punya banyak nilai moral namun justru sudah dilupakan (manusia) jaman sekarang. atau kalaupun ada, legenda semacam itu dijadikan sinetron yang justru mengurangi nilai moral dan sejarah dari sebuah legenda.
Displaying 1 - 30 of 236 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.