Listrik padam di seluruh Jawa dan Bali secara misterius! Ancaman nyata kekuatan baru yang hendak menaklukkan Nusantara.
Saat yang sama, empat sahabat mendarat di Sumba, hanya untuk mendapati nasib ratusan juta manusia ada di tangan mereka! Empat mahasiswa jurusan Ekonomi ini, harus bertarung melawan pasukan berkuda yang bisa melontarkan listrik! Semua dipersulit oleh seorang buronan tingkat tinggi bertopeng pahlawan yang punya rencana mengerikan.
Ternyata pesan arwah nenek moyang itu benar-benar terwujud. "Akan datang kegelapan yang berderap bersama ribuan kuda raksasa di kala malam. Mereka bangun setelah sekian lama, untuk menghancurkan Nusantara. Seorang lelaki dan seorang perempuan ditakdirkan membaurkan air di lautan dan api di pegunungan. Menyatukan tanah yang menghujam, dan udara yang terhampar."
Kisah tentang persahabatan, tentang jurang ego anak dan orang tua, tentang menyeimbangkan logika dan perasaan. Juga tentang melangkah menuju masa depan.
Bahwa, apa pun yang menjadi luka masa lalu, biarlah mengering bersama waktu.
Usahakan baca minimal 1 fiksi, dan 1 non-fiksi setiap bulan. Fiksi untuk hati, non-fiksi untuk kepala. – Ini juga pesan untuk kawan-kawan yang mencoba merintis jadi penulis. Jika ada yang menganggap karyamu baik, maka syukuri dan jangan terlalu terbang. Rekam itu di ingatan, jadikan dorongan untuk memberi dampak dan membawa pesan-pesan yang seru dan penting.
Jika rupanya ada yang tak suka, memberi kritik, saran, itu tak masalah. Beberapaa kritik malah bisa jadi pelontar yang ampuh untuk karyamu berikutnya. Lagi pula, orang sudah keluar uang untuk beli karyamu, masa mengkritik saja tidak boleh. Selama sesuatu itu karya manusia, pasti ada saja retak-retaknya.
Lain cerita jika menghina. Memang benar tak harus jadi koki untuk bisa menilai satu menu masakan itu enak atau tidak. Namun cukup jadi manusia untuk tidak menghina makanan yang barang kali tak cocok di lidahmu, kawan. – “Karya yang terbaik adalah karya yang selanjutnya.” Bisik seorang sahabat. “Tulislah sesuatu yang bahkan engkau sendiri akan tergetar apabila membacanya.” Sambung sahabat yang lain.
Tadinya aku berniat untuk menulis review buku ini. Tapi, menyelesaikan buku ini ternyata terlalu sulit. Padahal aku udah baca lebih dari setengahnya. Sejak pertama mulai tuh udah ada aja yang kurang cocok di aku. Kalau dari blurbnya sih emang menarik. Aku berani mulai baca juga karena alur ceritanya tampak menjanjikan.
Buku ini menceritakan ttg apa sih?
Jadi ada 4 orang mahasiswa Ekonomi yang mau liburan ke Sumba. Ceritanya libur habis ujian gitu. Nah, tiga org di antaranya ini sering ikut kompetisi silat. Sebenernya mereka cuma 3 sekawan, tapi karena mereka bertiga ini punya hutang ke Ocha, jadilah liburannya ber-4.
Punya hutang gimana?
Inilah hal pertama yang buat aku greget. Seperti yg aku tulis sebelumnya, 3 sekawan ini (Arif, Aura, dan Siti) sering ikut kompetisi silat, dan di sisi lain mereka masih mahasiswa. Kompetisi silat di masa-masa ujian, apalagi kalo tugasnya kelompok, apa yg akan terjadi? Udah pasti ujian mereka ketinggalan dong. Dan yg jadi korbannya itu Ocha karena sekelompok dg mereka.
Aku udh sebel bgt nih di sini 😂😂
Terus bukan cuma itu. Muncullah geng menyebalkan di kampus yg bernama GTR, Geng Tajir Rempong, yg melabrak Ocha dan seenaknya pamer tiket liburan ke Sumba. Makin ngerasa nggak cocoklah aku, habisnya jadi sinetron bgt 😅 Mereka akhirnya pergi ke Sumba jg karena pengaruh Ocha yg pengin ngikut GTR. Hmm... 😑
Di antara 3 jagoan silat itu, tokoh utamanya Aura. Mahasiswa rantau dari Sumba. Tapi, aku lebih suka kalau Arif yg jadi tokoh utama, kelihatan lebih bisa diandalkan gitu daripada Aura yg kesannya biasa aja. Kalau Siti, meskipun paling jagoan, dia itu anak Papa. Bikin greget lagi ini, soalnya harus melewati drama dulu dg papanya Siti biar bisa liburan ke Sumba :))
Sampai sini aku masih bertahan. Siapa tau pas mereka udah sampe di Sumba ceritanya akan jadi lebih menarik. Tapi, makin lama aku justru makin kehilangan minat. Mana tiap GTR muncul nyebelin bgt pula. Mau nggak mau aku skip saking betenya 🥲
Pada akhirnya, meskipun aku udh melewati bagian serang menyerang dan kejar-kejaran dg musuh, aku masih nggak tertarik. Aku jg nggak peduli sama tokoh utamanya, mau nanti dia menghadapi musuh yg sehebat apa, nasibnya kayak gimana jg aku nggak penasaran. Jadi, ya, buat apa aku lanjut baca? 😔
Tapi, aku lihat review buku ini di sini cukup bagus. Banyak juga yg kasih rating tinggi. Sepertinya emang cuma masalah selera ya. Kurang cocok di aku belum tentu sama bagi org lain.
Meskipun begitu, aku mengapresiasi keberanian penulis yg mencoba untuk menulis cerita fantasi. Mengingat si penulis belum pernah masuk ke genre ini sebelumnya.
"Di balik tiap pengorbanan, ada lelah yang disembunyikan, senyum yang dipalsukan, dan terkadang, pelukan pertemanan. Juga seutas doa kala malam, yang entah dari siapa."(hal. 250)
Buku ini adalah karya ke tiga Bang @j.s khairen, dua di antaranya adalah Kami (Bukan) Sarjana Kertas dan Kami (Bukan) Jongos Berdasi. Untuk buku ketiga ini, masih sama, masih sama-sama keren buat saya pribadi. Saya tidak tahu cara menggambarkan perasaan saya saat lagi serius baca tiap adegan, pukulan, hantaman yang dilakukan oleh 4 jagoan silat, Aura, Arif, Ocha, dan Siti si anak Ayah.
Meskipun genrenya berbeda dengan karya sebelumnya, tapi karya yang satu ini tetap saling berkaitan dengan si kuning dan si merah. Malah di babak-babak terakhir saya terkejut dengan hadirnya sosok Dokter cantik, teman curhatnya Ogi.
Sejujurnya sambil baca #novelmelangkah ini, saya membayangkan juga bagaimana jika karya Bang J.S. Khairen ditayangkan di layar lebar. Wuihh... makin seru kali ya pertarungan antara saudara tiri yang tidak pernah saling tahu ini. Dan juga bagaimana hantaman dan pukulan yang dilayangkan Siti si jagoan silat yang memenangkan 37 Medali emas, kekuatan Arif yang tidak pernah terlihat di arena, dan juga jurus Ocha yang tersembunyi.
Mungkin isi buku ini bukan lagi tentang kisah mahasiswa dari Kampus UDEL, melainkan kisah 4 jagoan silat. Cara menggambarkan setiap adegannya juga tersusun rapi loh, dan tidak kalah mengagumkannya lagi, di sini digambarkan bagaimana rakusnya manusia terhadap listrik. Meski itu fiksi, ada pesan yang sebenarnya ingin disampaikan ke masyarakat luas.
Saya yakin, kamu tidak akan menyesal dengan buku ini. Seriusan. Tapi jangan lupa baca si kuning dan si merah ya, supaya kalian kenal siapa sih Lira Estrini ini.
3.5/5.0 Suka dengan nuansa Sumba, ilmu silat, serta pemahaman ekonomi yang diangkat di novel ini. Untuk pengembangan ceritanya, secara keseluruhan mudah dipahami.
Hal yang kurang aku sukai dari novel ini adalah karakteristik tokoh, termasuk tokoh utama yang tidak dewasa dan tidak bisa menjadi teladan bagi saya sebagai pembaca. Seperti tokoh aura yang tidak percaya pada hal mistis, dan ingin sekali keluar dari lingkungan budayanya. Siti yang mudah emosional dan sedikit-sedikit ingin beradu dengan GTR. Ocha yang ingin mengikuti kekinian dan gabung GTR meskipun disitu tidak dihargai, dan akhirnya dia berubah pikiran dan malah menjelekan GTR. Saya tidak bisa melihat dia itu pura pura saja atau tidak memiliki pendirian.
Meskipun demikian, saya menghargai penulis dan isi buku ini. Setidaknya, buku ini berhasil membawa saya berpetualang ke Sumba selama satu hari.
Salah satu kutipan yang aku suka : "Kekhawatiran berlebihan, membuat kau tertinggal jauh. Ketakutan yang tidak pada tempatnya membuat tangismu sia-sia." (Hal 319)
Satu hal yang paling saya suka dalam novel ini adalah saat momen dialog tokoh antara Siti dan ayahnya ketika di Bandara. Bagi saya, dampak dari bacaan dialog itu sedikit banyaknya membawa pemikiran baru bagi saya perihal langkah-langkah dan strategi baru dalam sebuah pemikiran yang tidak selalu benar di mata banyak orang, meskipun kita menganggapnya benar. Itu hanya satu dari beberapa bagian, masih ada banyak hal lainnya yang turut serta membawa langkah baru dalam pemikiran saya, sesuai dengan judulnya "Melangkah" dan novel ini benar-benar membawa saya melangkah, selain berimajinasi pada latar yang bertempat di Sumba, juga pesan-pesan yang ada di dalamnya. Tubuh saya saat sedang membaca ada di rumah, tetapi imajinasi saya turut serta di bawa novel ini "Melangkah."
Saya mulai membaca buku ini sejak pertengahan tahun 2022 lalu dan baru selesai dibaca hingga bab terakhir di awal januari ini.
Membaca buku “Melangkah” ini serasa membaca “ Kami Bukan Sarjana Kertas” yang melambungkan nama sang penulis. Mungkin secara lini masa penulisan mereka berdekatan, kali ya. Perasaan yang sama dari kedua buku itu adalah “mencoba dengan keras menjadi asik”.
Secara alur cerita, Melangkah ini sebenarnya sama dengan buku atau film petualangan sejenisnya dimana pemeran utama akan menang dan penjahat utama adalah orang baik yang sakit hati. Penulis mencoba kekuatan sci-fi dengan riset terlihat mendalam namun beberapa aksioma masih agak susah dicerna. Karakter tokoh-tokoh yang dituliskan sebenarnya juga sudah terurai dengan baik meski pada beberapa tokoh yang masih nanggung.
Ciri khas penulis yang suka memainkan akronim jelek seperti di seri Kami Bukan, juga masih ada dibuku ini, dengan level kegaringan seperti pada buku “ Kami Bukan Sarjana Kertas”. Penempatan diskusi yang menampilkan istilah akademis akuntansi menurut saya juga sedikit garing namun belum pada level mengganggu.
Secara keseluruhan, "Melangkah" merupakan buku yang menyenangkan untuk dibaca saat sedang bepergian. Namun, menurut saya akan cukup sulit untuk diadaptasi menjadi media audio visual.
Novel yang easy to read, seru dari awal, ga ketebak akhir ceritanya.
Baca novel ini bikin kita jadi pengen ikut ke Sumba. Nambahin wawasan ttg budaya dan adat Sumba. Sungguh jadi pengen beli mamuli ! Keren bgt !!!
Juga jadi ngerti teori2 berkaitan dengan ekonomi. Walau gw bukan seorang lulusan sarjana ekonomi, Dan menurut gw belajar ekonomi itu sulit di buku ini kok gw jadi gampang ngerti ttg teori2 tersebut. Mungkin penulisnya berbakat jadi dosen ekonomi :)
Oh iya. Satu lg, silat !. Penulis cukup detail menjelaskan saat tokoh2 tersebut tarung silat.
Lagi-lagi, untuk gw novel ini mudah bgt untuk menggambarkan suasana yang dimau si penulis. Kena pas gitu detailnya. Pokonya keren BANGET.
Belum pernah baca tulisan penulis ini sebenernya. Tertarik karena sinopsisnya tampak "waw" tapi ternyata tidak sesuai ekspektasi. Gaya penulisan dan bahasanya not my cup of tea, menurutku cara penulisan agak kekanak-kanakan. Banyak plot bolong kurang penjelasan, agak sci-fi tapi gak masuk akal, gak ada penjelasan runtut, agak fantasi tapi juga ngayal banget. Rating 2 untuk apresiasi sudah menulis
Jujur, saya bukan pembaca yang suka dengan novel bertema action ataupun fantasi. Bukan tidak suka sih, lebih tepatnya agak susah nyambung dengan diri saya. Dan ketika saya sampai di kata akhir buku ini, rasanya ada yang akan berubah dari genre yang saya baca dan mungkin buku ini adalah permulaannya.
Melangkah adalah sebuah novel yang bercerita tentang empat mahasiswa ekonomi di sebuah universitas kota kembang. Selepas UTS mereka menjadwalkan liburan ke Sumba. Hamparan tanah yang sangat luas dengan keindahan yang mungkin sulit untuk di deskripsikan. Liburan yang membawa empat sahabat pada sebuah pengalaman yang membuat mereka mengerti arti sebuah perjuangan. Aura si gadis berdarah Sumba yang tidak percaya dengan hal mistis harus berurusan dengan banyak kejadian aneh ketika ia baru saja mendaratkan kakinya di tanah sumba. Pemadam listrik yang terjadi pun tak kalah mengherankan baginya, apalagi ketika ia masih berada di kota kembang listrik juga sudah sering mati. Dan pematik dari semua keanehan tersebut ada di kampungnya sendiri. Seseorang bernama Runa telah membuat suatu yang berhubungan dengan listrik. Ia adalah penyebab dari semua kekacauan yang mulai terjadi. Aura bersama dengan 3 sahabatnya pun mulai melancarkan aksi penyerangan. Siti, Arif dan Ocha adalah atlet pencak silat yang membuat mereka dengan mudah melawan para lawan.
Cerita yang menurut saya amat sangat menarik. Tiap adegannya bikin saya menahan napas karena deg-degan atau lebih tepatnya takut. Dan di novel ini juga di hadirkan sosok Bu Dosen Lira dimana ia adalah ahlinya dalam dunia perhewanan. Saya pikir Bu Lira yang akan menjadi tokoh utama di cerita ini tapi ternyata dugaan saya salah.
Yang bikin saya senang banget dengan cerita ini adalah teori-teori yang di pakai sama dengan teori ketika saya kuliah ekonomi beberapa waktu lalu. Tentang invisible hand, inelastisitas, equilibrium, penawaran dan permintaan. Semua teori-teori yang di pelajari di kuliah bisa saja di terapkan di dunia nyata seperi apa yang di lakukan oleh empat sahabat tersebut.
Selain itu, novel ini juga banyak terselip makna tentang kehidupan. Mungkin apa yang di lakukan oleh Runa benar, ia ingin menyelamatkan tanah Sumba dari keserakahan manusia elit tapi cara yang ia pakai salah. Karena dendam masa lalu membawa ia menjadi sosok yang sama dengan seseorang di masa lalunya. Itu sebabnya, apa pun yang menjadi luka masa lalu, biarlah mengering bersama waktu.
Karena aku jarang nemuin novel lokal yang genre-nya action, bisa dibilang novel Melangkah jadi angin segar buat novel bacaanku.
Aku mau ngeapresiasi dulu sama suasana kota Sumba yang benar-benar se-REALISTIS itu. Aku kayak dibawa jalan-jalan ke kota sumba sambil menikmati alam dan kebudayaan di sana, sekilas kayak jadi novel travel tapi nggak sama sekali kok!! Di awal cerita bahkan udah dibikin kaget karena Trio Silat- Aura, Siti, dan Alif- di sergap mendadak sama pak polisi di bandara dan ketika tiba di kota Sumba keanehan-anehan lain makin banyak muncul.
Novel ini aku anggap bergenre action, sci-fiction, dan pastinya adventure yang lokal banget. Buat full review bisa baca di https://www.instagram.com/p/ClOFv71yJ...
Salah satu penulis favorit saya adalah J.S. Khairen. Awal saya menemukan buku ini di kamar kakak saya. Saya melihat bahwa penulisnya adalah J.S Khairen, disitu saya menjerit kegirangan. Saya percaya dan yakin bahwa isi buku ini akan sangat bagus dan menarik. Hal itu benar-benar terbukti. Awal-awal cerita perasaan saya terasa dimainkan kadang sedih, senang, takut, terkejut, jengkel, deg2an semuanya serasa campur aduk. Dalam buku ini ada banyak kalimat-kalimat yang sangat memotivasi juga sangat relate dengan apa yang saya alami saat ini. Namun, ada satu kalimat yang sangat amat saya sukai bahkan sudah saya hafal diluar kepala kalimatnya berbunyi "Saat kau menyerah pada hal-hal yang mampu mengukir senyummu, saat itu juga menu kebahagiaan yang telah lama kau pesan lewat doa, tak jadi diantarkan." Mengapa saya sangat suka dengan kalimat ini? karena kalimat ini seperti menohok perasaan saya. Saya memiliki mimpi yang besar dan sedang dalam proses mencapainya tentu tidak mudah, ralat sangat sulit malahan. Maka dari itu pernah terbesit dipikiran saya untuk cukup membayangkannya sambil tersenyum tanpa perlu melakukan action karena sangat sulit. Namun, dari kalimat tersebut saya belajar bahwa setiap hal yang kita bawa dalam doa dan apabila menurut Tuhan kita "membutuhkan hal itu" maka mungkin mimpi kita sedang dalam proses untuk dikabulkan oleh-NYA tetapi jika kita menyerah, tentunya hal yang kita impikan akan menjadi angan belaka. Saya juga sadar bahwa untuk mendapat sesuatu atau berhasil dalam sesuatu butuh proses yang panjang juga usaha yang maksimal namun semua proses itu akan dimulai ketika kita memutuskan untuk "melangkah" Saya Sangat berharap teman-teman mau membaca buku ini. I'll make sure you guys will adore that story and you guys can find the message to apply that in your daily life.
Buku pertama dari J.S Khairen yang selesai kubaca. Awalnya iseng saja pengen baca bukunya karena muncul di gramedia digital. Pas sudah baca, ketagihan harus selesai satu hari nih.
Buku ini bercerita tentang empat sahabat pesilat yaitu Aura, Siti, Arif dan Ocha. Aruna yang orang asli sumba, Siti anak ayah yang selalu juara silat, Arif yang juara dua silat tapi pemberani dan Ocha yang diam-diam pesilat ahli. Petualangan mereka dimulai dari rencana liburan mereka ke kampung halaman Aura, Sumba. Namun sejak awal rencananya, hal-hal aneh mulai muncul. Pemadaman listrik tiba-tiba hingga hal-hal mistis ketika tiba di Sumba.
Asli ini novel action yang bikin pembaca ikut deg-degan euy. Beberapa kali aku ngambil jeda buat baca karena ikut takut. Hehehe. Sebagai tokoh anagonis, Runa membuatku gregetan tentang dendamnya yang seakan mendapatkan jalan mulus. Hingga semua rencana-rencananya yang tersusun rapi. Untungnya, ditengah-tengah kengerian selalu ada adik Aura, Daniel si miskol yang sukses bikin suasana jadi kocak dengan mobil diskonya.
Novel ini juga banyak sekali kata-kata bijaknya. Setiap bab diawali dengan kata-kata bijak yang membuatku jadi berpikirb oh benar juga ya. Perpaduan ilmu silat juga akutansinya gak kalah keren. Diakhir cerita disuguhi cuilan cerita buku selanjutnya Berlari yang kelihatannya gak kalah seru. Mari kita tunggu saja.
⚡🐴⚡ Novel ini mengisahkan perjalanan empat mahasiswa jurusan Ekonomi yang berlibur ke pulau Sumba. Untuk bisa berangkat kesana, mereka terlebih dahulu harus mengatasi beberapa masalah dan ternyata di hari keberangkatan pun masalah terus saja mengikuti mereka hingga mereka mendarat di Sumba.
Setiba di Sumba, mereka harus bertarung dengan pasukan berkuda yang bisa melontarkan listrik. Siapa sangka ternyata pemimpin pasukan adalah seorang buronan tingkat tinggi yang mempunyai rencana besar dan sangat mengerikan. Mampukah mereka memenangkannya? ⚡🐴⚡
Seru sih novel ini, perpaduan menarik antara aksi dan misteri bikin bacanya nggak mau berhenti. Dengan unsur budaya lokal dan latar Sumba dalam cerita juga membuatku masuk dan merasa seolah-olah ikutan ada di sana.
Dialog yang dimunculkan penulis juga asyik, beberapa hal sangat berkaitan dengan teori ekonomi, jadi berasa lagi dikasih materi kuliah tapi dengan cara yang berbeda.😃
Secara keseluruhan novel ini menarik, meski ada beberapa hal yang kurang gereget sih buatku. Nah bagi kalian pecinta genre aksi dan menyukai petualangan, novel ini harus masuk daftar bacaanmu juga ya. 📚🌵
Karya ketiga dari kak @js_khairen yang berhasil saya tamatkan. Masih dengan latar belakang mahasiswa dengan jurusan kuliah di ekonomi.
Tak jarang, kita akan menemukan berbagai teori ekonomi seperti demand dan suply, equilibrium, utilitas, hingga materi terkait marketing sebuah produk.
Novel yang mengangkat Sumba sebagai latar tempatnya, juga memperkenalkan tentang adat istiadat serta budaya setempat.
Hal ini tentunya akan menambah keinginan kita untuk bisa tiba di salah satu destinasi wisata terbaik yang dimiliki bangsa ini.
Awalnya, saya mengira bahwa Buk Lira (dosen kampus UDEL dan UDIN) akan menjadi tokoh sentral dalam cerita ini. Dan setelah berada di "babak keempat" saya baru mendapati bahwa posisi Buk Lira hanya sebagai tokoh pendukung yang berfokus pada pengembangan rekayasa genetika seperti pada novel sebelumnya.
Narasi baru dari novel ini adalah tentang pertarungan silat, yang sangat jarang akan kita temukan dalam karya-karya penulis di Indonesia.
Saya kira fokus utamanya akan membahas perseteruan dua suku, seperti pertarungan yang ada di prolog. Namun ternyata ada masalah lain yg tidak dibahas di awal, yang justru menjadi pusat konflik cerita.
Adegan pertarungan dan dialog awal agak kaku. Semakin ke belakang, semakin baik, malah terlalu banyak adegan bag big bug nya.
Budaya sumba sangat kental di sini, diselimuti aura mistis yang masih melekat kuat. Akhirnya, ini adalah young adult yang cukup menghibur, dengan pengenalan keragaman adat sumba yang kental.
Ini pertama kalinya aku baca karya J.S Khairen, ternyata enak pisan tulisannya. Ngaliiiirrr dan alurnya mulus.
Cerita dimulai dengan adanya upacara Pasola yakni saling melempar tombak kayu yang dilakukan oleh para laki-laki berkuda. Harusnya upacara ini dilakukan dengan sebagai ungkapan syukur atas hasil panen dan untuk menjaga keseimbangan alam serta mempererat hubungan antarwarga, namun kali ini justru menjadi ajang tumpah darah karena perebutan batu besar untuk pemakaman Tetua Adat yang dilakukan oleh dua suku berbeda. Semua tewas, tinggal seorang anak yang kelak diharapkan mengubah Sumba menjadi yang seharusnya kembali. Runa Anapaku.
Jujur, aku tertarik baca buku ini karena premisnya gong banget, bikin aku sepenasaran itu sama Runa Anapaku serta bagaimana perkembangan karakternya sebagai anak Sumba yang telah dikhianati dan berharap ia membalas dendam dengan elegan, cerdas dan bijak.
Namun ternyata aku salah ekspektasi, bab pembukaan cerita justru dikenalkan dengan tokoh baru : Aura, Siti, Arif dan Ocha, atlet Pencak Silat yang sedang berlibur ke tanah kelahiran Aura di Sumba. Siapa sangka, kepulangan mereka justru bertemu dengan hal tak terduga, yang menjadikan mereka harus tanding bukan sekedar di laga olimpiade, tapi pertaruhan hidup dan mati.
Menurutku dari sini alur lumayan lambat, akunya padahal udah nggak sabar ketemu sama sepak terjangnya Runa Anapaku. Eh pas ketemu scene-nya dia, malah ga sesuai harapanku, hiks mengsedih :’(
Tapi aku suka sekali bagaimana Bang Khairen menyajikan nilai budaya Sumba dengan begitu kental dan sarat akan pesan moral, beneran jadi pengen menginjakkan kaki di tanah Sumba.
Lagi-lagi, ada buku yang menyindir keras tentang eksploitasi sumber daya alam oleh oknum penguasa dan pemodal, yang mengorbankan alam dan masyarakat lokal demi keuntungan pribadi.
Pernah terbersit tidak jika liburanmu berubah menjadi petualangan menyelamatkan umat manusia?
Aura, Siti, Arif dan Ocha tak pernah terpikir liburan semester mereka ke Sumba, kampung halaman Aura, malah berubah menjadi malapetaka. Mereka terlibat dalam petualangan antara hidup dan mati dengan pasukan berkuda yang melontarkan listrik.
Novel ini bergenre fantasy action berlatar di Indonesia bagian timur, Sumba. Jadi belajar banyak tentang Sumba. Kata sapa yang digunakan juga baru pertama kali tau seperti Umbu, Rambu, Tamu Rambu. Tentang adatnya; festival kuda pasola, hamayang, kubur batu. Belajar teori-teori ekonomi dan pencak silat juga.
Tiap tokoh punya karakter yang kuat dan mudah banget dibedakan dari dialognya. Jadi tetep ingat yang ngomong itu siapa. Pas baca juga ikut bernada sama kayak si tokoh. To be honest aku paling suka miskol dan truk diskonya. Super scene stealer.
Ada bagian percakapan yang bikin aku "Heh! Masih aja ngebahas itu sekarang!". Gak kunjung ketemu sama dalang dibalik semua kejadian huru hara itu tapi kok udah ditengah aja. Jadi ngedumel sendiri, ini awas aja kalo lanjut part 2 kayak tiktok. Wkwkwk
Dalang utamanya punya alasan yang cukup masuk akal kenapa dia melakukan itu semua. Kalo jadi salah satu tokoh disana kayaknya aku bakal bersekongkol sama dia. Kayak "Eh bener juga lu. Hayuk lah gaskeun!" Ga baik sih caranya. Tapi ya gimana. Emang bener sih apa yang dia bilang. Kritik sosialnya makjleb! Seperti quotes di episode 18.
Eits! Nampaknya petualangan empat serangkai belum berakhir nih! Melangkah ditutup dengan kemungkinan munculnya Berlari.
Listrik padam di seluruh Jawa dan Bali secara misterius! Ancaman nyata kekuatan baru yang hendak menaklukkan Nusantara.
Saat yang sama, empat sahabat mendarat di Sumba hanya untuk mendapati nasib ratusan juta manusia ada di tangan mereka! Empat mahasiswa jurusan Ekonomi ini, harus bertarung melawan pasukan berkuda yang bisa melontarkan listrik! Semua dipersulit oleh seorang buronan tingkat tinggi bertopeng pahlawan yang punya rencana mengerikan.
Ternyata pesan arwah nenek moyang itu benar – benar terwujud. “Akan datang kegelapan yang berderap, bersama ribuan kuda raksasadi kalamalam. Merka bangun setelah sekian lama, untuk menghancurkan Nusantara. Seorang lelaki dan seorang perempuan ditakdirkan membaurkan air di lautan dan api di pegunungan. Menyatukan tanah yang menghujam, dan udara yang terhampar.”
Kisah tentang persahabatan, tentang jurang ego anak dan orang tua, tentang menyeimbangkan logika dan perasaan.
bahwa, apa pun yang menjadi luka masa lalu, biarlah mengering bersama waktu.
ISI
Melangkah adalah karya ke 11 milik J. S. Khairen. Berbeda dari karya - karya yang sebelumnya, dinovel ini ia memberi sedikit imajinasi yang ia tanamkan. Terdapat 36 episode dan 5 babak.
Pada babak pertama, Novel ini sekilas membahas mengenai apa yang akan terjadi di masa mendatang. Ya, bisa dibilang alur ini mundur dulu baru maju. Dan sudah pasti di bab selanjutnya alur berjalan maju. Jika dikarya yang sebelumnya J.S. Khairen memperkenalkan mahasiswa dari kampus Udel. Tapi tidak pada novel melangkah ini, di novel ini kamu akan dipertemukan dengan karakter 4 orang mahasiswa yang unik, tentunya jago silat ya. Ke empat mahasiswa tersebut bernama Siti, Aura, Arif dan juga Ocha.
Siti si anak ayah yang jago silat dan sudah mendapatkan 37 medali, Arif juara silat kedua dan pemberani, Ocha yang bukan hanya pandai ilmu ekonomi namun juga diam - diam ia jago silat. Oh iya, ada lagi sih mahasiswa lainnya yaitu geng tajir atau biasa disebut dengan GTR. Jikalau mau tau siapa geng tajir itu, ya dicoba aja dibaca bukunya.
Petualangan ke empat mahasiswi itu dimulai saat rencana ingin liburan ke kampung halaman Aura, yaitu berada di daerah Sumba. Namun sejak awal rencana kepergian mereka, hal - hal aneh mulai muncul. Termasuk tragedi yang terjadi di pesawat, pemadaman listrik hingga hal - hal mistis ketika berada di Sumba.
Novel ini juga menyinggung bagaimana rakus dan serakahnya manusia terhadap listrik dan dunia. Meski hanya sebuah fiksi, namun terdapat pesan yang sebenarnya ingin disampaikan kepada masyarakat luas. Bukan hanya itu saja, di buku ini juga terdapat dialog antara seorang anak dan ayah yang memberi taktik bagaimana caranya seorang anak bernegosiasi kepada ayahnya. Jadi jika kamu berkata novel "Melangkah" ini adalah novel percintaan dengan kegalauan melupakan sosok sang mantan. Mungkin kamu belum pernah membaca blurb ataupun tanpa pernah mencari tau apa sebenarnya isi dari novel ini.
Perasaan yang didapat begitu selesai membaca novel melangkah: ada sebuah kalimat yang sangat melekat di ingatan kepala saya. Sembari membacanya diri ini merasa tertampar. Pada bab 11 – Pintu Bandara
“Berhasil melakukan negosiasi dengan orang tua, dengan tidak menyakiti setitik pun hati mereka, adalah salah satu kesuksesan paripurna seorang anak. Tidak selamanya kita akan hidup bersama mereka. Masa depan dikayuh dengan peluh dan restu yang utuh”.
Paling sangat suka dengan bab ini, tak heran jika berulang kali dibaca pun tak akan bosan. Buku ini sebagai buku pertama yang membahas konflik anak dengan orang tuanya sendiri yang pernah saya temukan.
Apa ada perubahan setelah membaca buku Melangkah :
Eps. 24 pada Quotes “Jangan diam. Tidak ada perjalanan yang sia – sia. Tapi rintangannya menyimpan dua kemungkinan ; mempertemukanmu dengan orang baru, atau jati diri yang selama ini kau cari”.
Pada bab ini Siti, Aura dan Arif saling menyemangati satu sama lain, saling menopang tangan, tak ada kekecewaan dan terus mencari jalan keluar. Mungkin saya pribadi tidak mempunyai rekan seperti mereka. Tapi saya punya semangat seperti mereka. Iya, tentang Quotes, Jangan diam, jangan hanya diam saja. Quotes ini sangat membantu untuk saya agar mampu melangkah lebih laju lagi.
“Di balik tiap pengorbanan, ada lelah yang disembunyikan, senyum yang dipalsukan, dan terkadang, pelukan pertemanan. Juga seutas doa kala malam, yang entah dari siapa.” 😇
kompak banget kerennn. Runa sebenernya bagus si rencananyaa, salah dinipunya ajaa
Konsep cerita yang sangat luar biasa, memadukan antara lokalitas dan teknologi, seperti kolaborasi hal2 mistis dan logis. Sebelum mulai membaca, ekspektasi sy tentang Melangkah sangatlah tinggi.
Dengan genre aksi, petualangan, persahabatan, dan semi2 science-fiction, menurutku eksekusi naskahnya tidak konsisten. Mungkin karna sudah berkespektasi duluan, sy agak kecewa ketika sudah sampai pertengahan.
Pertama, konsepan peralatan dan teknologi yg kurang dijelaskan hingga terkesan sangat fiksi ketika dibaca. Menurut sy, fiksi yg baik adalah fiksi yg terasa seperti nonfiksi. Alat pelontar cahaya pada tombak dan pada tameng kuda yg tidak dikisahkan dgn jelas membuat alat itu terkesan bohongan. Sy sedang berandai2 apakah 'cahaya biru dan merah' itu maksudnya listrik? Apakah listrik bisa dilontarkan hanya dgn media udara? Sy belum bisa dapat logikanya. Serum yg digunakan untuk manusia jg tidak dijelaskan, mengapa mereka berubah mirip2 monster atau bahkan zombi lincah, apa serum kuda dipakai untuk manusia? Kegunaan panel surya di situ juga tidak bisa saya tangkap. Apakah kekuatan listrik Runa berasal dari panel surya? Atau bahkan dari air yg telah dimodifikasi?
Kedua, peran mahasiswa dan peran polisi membuat ceritanya seperti novel petualangan untuk anak2. Dari polisi dan Bu Lira yg mempercayakan eksekusi dilakukan oleh anak2 remaja yg sama sekali tak paham teknologi di sana, hingga ketika polisi bak pahlawan kesiangan yg datangnya ketika semua sudah hampir selesai.
Ketiga, ada beberapa plot2 non sense seperti reaksi Daniel yg sok misterius ketika pertama kali mereka akan masuk ke wilayah panel surya tersebut, namun di part selanjutnya hal itu tidak pernah dijelaskan kenapa dan untuk apa plot seperti itu dimasukkan. Kehadiran GTR yg berkarakter seperti antagonis dalam sinetron juga membuat kisahnya makin khas anak2.
Keempat, kedudukan Runa. Sebenarnya apa posisinya Runa hingga dia bisa punya jalur koneksi listrik suatu negeri? Orang dengan posisi penting seperti itu harusnya punya back up an yg kuat seperti mafia dsb. Di sini disebutkan partnernya hanya seorang Prabu yg juga tidak diketahui kedudukannya.
Kelima, dari 4 novel J.S Khairen yg sy baca, selalu ada kesalahan dalam menulis nama tokoh (alias ketuker). Harap ke depannya diperhatikan lg penulisan namanya.
Sebagai seorang yang pertama kali membaca dari karya yang ditulis oleh @js_khairen . Aku merasa cerita dari novel ini memiliki alur yang cukup campur-aduk. Cerita yang ingin disampaikan terasa kurang fokus dan terkonsep dengan baik sehingga pesan yang ingin disampaikan pada setiap bab terasa kurang mengena atau sulit untuk ditangkap inti pesan yang ingin disampaikan. Walaupun novel ini mengulas kebudayaan dari #Sumba namun sebagai novel fantasi tetap terasa nanggung dan masih kurang berbobot. Apabila hal ini dilihat dari sisi penggunaan imajinasi, cerita dari novel ini sudah cukup baik.
Salah satu kelebihan yang dapat dilihat dari novel ini adalah penggunaan kuotasi (#quotes) pada setiap awal bab pada cerita tetapi tata bahasa yang digunakan masih terasa kurang rapi dan tercampur dengan penggunaan kata baku, informal, bahasa daerah, maupun slang. Selain juga terdapat kata-kata makian kasar yang harusnya memperhitungkan target pembaca, khususnya apabila target pembaca masih berusia muda/𝘶𝘯𝘥𝘦𝘳𝘢𝘨𝘦.
Jika penulis menggunakan nama tempat atau istilah yang tidak lazim bagi pembaca umum, mungkin perlu diperhitungkan/dipertimbangkan untuk memberikan catatan kaki (𝘧𝘰𝘰𝘵𝘯𝘰𝘵𝘦) yang menjelaskan hal tersebut.
Dalam novel ini juga terdapat pesan yang menarik para pembaca untuk meningkatkan minat membaca khususnya di Indonesia. 𝘉𝘳𝘢𝘷𝘰! 👏
Semangat selalu buat penulis ( @js_khairen ) untuk menghasilkan karya selanjutnya yang lebih baik lagi.
Terima kasih kepada penulis, #temanbaca , dan tim penerbit @grasindo_id @fiksigrasindo @fiksigpu @gramediadigital @bukugpu @gramedia @gwrf.id @gramedia.com yang sudah meluncurkan buku ini.
Sekian review buku kali ini. Review berikut juga dapat di baca di blog dan instagram saya.
Sebetulnya saya ingin ngasih 3,5 tapi di sini angkanya bulat semua yaudah saya kasih 3 saja.
Ada beberapa kekurangan yang saya rasakan dalam buku ini diantaranya: 1. GTR seperti tokoh menyebalkan dalam sinetron alias tidak REAL. Sifat menyebalkan mereka terasa dibuat-buat sebatas agar pembaca merasa mereka menyebalkan. Gaya bicara mereka terlalu lebay, seperti yang saya bilang, seperti tokoh di sinetron. 2. Ada beberapa bagian yang ujug-ujug muncul dan membantu Aura terutama bagian pertarungan terakhir. 3. Ending kurang nendang. Novel yg fast phase begini sayangnya tidak diberikan ending yang memuaskan menurut saya. Agak klise endingnya yang tahu-tahu tokoh utama menang. 4. Dialog antar tokohnya kadang terasa "kurang ngalir" entah apa memang begitu cara biacara orang di desa atau gimana. 5. Penyebutan teori ekonominya kadang terasa dipaksakan untuk dibahas yang sebenernya kalo ga dibahas pun ga masalah juga. 6. Rasa ga ngerasa agak memaksa memasukkan unsur kuda fantasinya yang sampe mengeluarkan listrik. Mungkin niatnya untuk membangun pasukan tp terasa kyk dipaksakan bgt kehadirannya. Apalagi ini tentang menyerang ibu kota yg pasti pasuka kuda begitu kalah dgn kekuatan militer nasional.
Ada juga kelebihan dari buku ini yang layak untuk dibaca: 1. Alur fast phase-nya enak untuk dibaca. 2. Buat yang ngikutin seri Kami Bukan, universenya nyambung kok. 3. Adegan silatnya asik buat diikutin dan cukup bisa dibayangkan tiap gerakannya. 4. Plot twistnya juga bagus bahwa ternyata mereka punya hubungan meskipun saya berharap kedua tokoh sempat tersadar dan sedikit membahasnya tapi ternyata tidak.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Satu lagi penulis yang mengeksplore genre novel yang jarang ditulis di Indonesia: crime-thriller-action. Dengan tempo cepat, novel Melangkah bergerak cepat selekas kuda Sumba berlari di Padang sabana. Fokus pada aksi dengan sedikit deskripsi, ibarat menonton film yang bergerak cepat sebagaimana tendangan menyamping pesilat.
Selain tema actionnya, dua poin plus buku ini ada di setting Sumba dan pencak silatnya. Masih sangat sedikit novel yang bersetting Indonesia bagian timur. Dari novel ini juga saya baru tahu kalau Sumba beda dengan Sumbawa. Juga tentang tenun Sumba yang luar biasa itu. Snagat mencerahkan menyimak berbagai penjelasan menarik tentang adat istiadat Sumba, budayanya, seni tenun karyanya, hingga keindahan alamnya.
Bagian ending yang menurut saya kecepetan, dan ada beberapa scene yang ujug ujug muncul, walaupun adegan pertarungan pencak silatnya begitu banyak dan menyenangkan untuk disimak. Bagian pertama tentang silat dan bagian tengah tentang Sumba adalah yang paling menarik menurut saya.
Lebih ke 2.5/5 bintang sebetulnya. Kalau mau jujur, saya kurang bisa menikmati alur ceritanya. Terlalu banyak kebetulan yang dipaksakan, dan plot twist yang ada juga tidak berpengaruh banyak pada cerita, aka twist for the sake of having twist.
Pemaparan ilmu ekonomi dan budaya Sumba-nya kadang terasa seperti ditempel alih-alih diintegrasikan dengan baik ke dalam cerita. Kurang show, terlalu banyak tell. Motif dan kelakuan antagonisnya menurut saya kurang meyakinkan. Juga, pasukan berkuda yang bisa menembakkan listrik terdengar keren secara estetis, tapi tidak berguna secara praktis.
Bagian paling menarik menurut saya adalah Babak II-III, ketika kita mulai dikenalkan kepada para tokoh dan latar cerita ini. Saya suka latar yang diambil penulis untuk kisah ini, dan sebetulnya sedikit berharap kalau kisah ini lebih banyak menonjolkan aspek ke-Sumba-annya di bagian-bagian berikutnya alih-alih memasukkan unsur soft sci-fi. Unsur silatnya juga saya apresiasi.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Jujur, di bagian awal ceritanya agak terkesan lompat-lompat. Maklum, mungkin karena memang ada dua cerita di waktu yang berbeda. Bukan bermaksud membandingkan, tapi aku yang terbiasa baca serial Bumi dari Tere Liye jadi agak kepikiran waktu baca cerita ini. Ada sekelompok anak muda yang sama-sama punya keahlian bertarung, melawan kejahatan. Ya walaupun jelas keahlian mereka beda, yang satu jago silat, yang lainnya jago pake kekuatan sihir (anggap saja begitu). Di sisi lain, cerita ini justru terasa lebih realistis. Mereka dengan latar belakang silat, normal ketika mereka harus bertarung. Ah yaampun, jadi membandingkan. Maaf. Judul novel ini terasa sangat cocok. Aku seolah diajak jalan-jalan ke Sumba, membayangkan keindahan alam di sana.
Nb: Sangat disayangkan ketika Runa Anapaku jadi tokoh antagonis. Ya tujuannya memang mulia, tapi ketika dilakukan dengan cara salah ya jadi salah. Tapi ku pikir dia akan jadi tokoh yang baik di novel ini :"
This entire review has been hidden because of spoilers.
Dengan ide cerita yang ambisius, eksekusinya terasa seperti baca teenlit. Ketuaan mungkin ya yang baca. Dialog-dialog yang ramai, cara bercerita yang 'telling' instead of 'showing', seperti membaca film yang dibukukan.
Yang menarik dari buku ini, justru teori-teori ekonomi yang hadir lewat dialog-dialog tokoh-tokohnya. Seni silat dan budaya Sumba juga cukup berhasil tersampaikan.
Di setiap bagian, penulis memberikan quote-quote indah dan dalam. Suka sekali. Yang sayangnya, quote-quote yang sudah melangit itu seperti ditarik-tarik ke bawah oleh Aura, Arief, Siti, dan Ocha, keempat jagoan kita yang memenuhi buku ini dengan perdebatan dan percakapan mereka yang penuh sesak dan klisee ala-ala novel 90an.
Sepertinya ini akan bagus jadi materi sinetron. Apalagi endingnya ternyata sudah sinetron banget, the hero and the evil ternyata adalah saudara kandung. 😅 eh spoiler....
This entire review has been hidden because of spoilers.
ini novel tipe yang bisa 'dibaca sekali duduk', bukan! bukan karena ceritanya yang kependekan, bukan juga bermaksud dibaca sekenanya! tapi ini karna saking serunya dari bab pertama, makin ke bab2 selanjutnya bikin penasaran. fyi hari pertama baca ini dari jam 22.00-04.00 non-stop ga tidur! padahal paginya harus siap2 kerja, kalo besoknya weekend paling di tancap juga sampe tamat bang. maafkan menyalahi aturan 😂
suka banget sama karakter2 tokoh nya, nampak real banget. ikatan persahabatannya. petualangan yg bikin deg2an bin geregetan, tp kadang ada selipan humornya juga.. trus bisa dapet gambaran bahasa dan budaya sumba juga..
jadi pertanyaannya yang berlari kapan rilis bang? ✌️😆
Siapa sangka kalian bisa belajar silat, prinsip ekonomi dasar, energi terbarukan, rekayasa genetik, politik, adat dan budaya di tanah Sumba, sekaligus kisah mengharukan tentang persahabatan dan keluarga hanya dengan membaca satu buku ini?!
Ini adalah buku pertama J.S. Khairen yang kubaca. Alhamdulillah bisa dapat salinan buku ini di Ipusnas. Kalian bisa cek disana jika tertarik untuk membaca bukunya karena stoknya cukup banyak, tidak perlu repot mengantri. Sungguhan, kalian wajib baca buku ini!
Buku ini menceritakan tentang petualangan 4 orang sahabat di tanah Sumba. Kental dengan segala hal mistis yang berbau adat, para petarung silat muda ini menyelami sejarah di tanah tersebut dan menghadapi musuh yang akan menghancurkan Nusantara. Taruhannya adalah hidup atau mati. Tidak hanya nyawa mereka, tetapi juga nyawa seluruh negeri.
Hal pertama yang kusoroti di buku ini adalah kutipan-kutipan menarik yang disediakan oleh penulis di setiap subbab yang ada. Bayangkan, ada sekitar 36 kutipan tentang kehidupan yang mengawali setiap episode di buku ini! Tidak hanya membuat diri ini merenung, tetapi juga membangkitkan perspektif baru tentang kehidupan.
Setiap tokoh memiliki karakter unik yang membuat perjalanan di buku ini terasa menyenangkan. Kisah pertemanan mereka dan percakapan yang ada pun cukup relate dengan kondisi saat ini, walaupun aku agak sangsi dengan keberadaan Genk Tajir Remponk. Memangnya masih ada yah modelan mahasiswi seperti mereka?
Selain itu, penulis membawa kita menikmati keindahan Sumba beserta adat budayanya yang unik. Kita diajak pergi untuk membayangkan indahnya sabana nan luas dengan kuda-kuda yang berlarian secara bebas. Di samping itu, penulis juga menyoroti tentang rusaknya sistem pembangunan yang tidak merata ke daerah, menjadikan hal ini sebagai alasan utama sang antagonis untuk melancarkan misi biadabnya.
Aku hanya kurang cocok dengan karakter tokoh yang tiba-tiba berubah menjelang akhir cerita. Ketika beberapa tokoh di sisi penjahat berbalik haluan untuk membantu para mahasiswa untuk menyelamatkan Nusantara. Ini mungkin memang konsep ceritanya, tapi entahlah, terlalu mendadak saja. Beberapa nama tokoh juga sepertinya tertukar saat mereka berada dalam adegan di tempat yang sama.
Tapi, secara keseluruhan, cerita di buku ini seru dan epik sekali. Seperti yang kusampaikan di paragraph awal, kalian mendapatkan banyak hal hanya dengan membaca satu buku. So, just give it a try! I hope you like it, too.