Jump to ratings and reviews
Rate this book

Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin?

Rate this book
Time heals nothing.

Frasa itu yang kami pilih untuk menjadi pembuka buku ini.


Selama ini, ada konsepsi bahwa luka batin akan sembuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Bahwa pada akhirnya kita akan mampu memaafkan orang-orang yang telah menyakiti hati kita. Bahwa trauma kita akan hilang. Bahwa kita akan baik-baik saja. Tapi, itu semua keliru. Menyembuhkan luka batin bukanlah pekerjaan pasif.

Kita tidak bisa diam dan membiarkan “waktu yang menyembuhkan”. Menyembuhkan luka batin adalah pekerjaan aktif, dan kita harus menyediakan energi, waktu, biaya, dan komitmen kita untuk sembuh dari luka psikologis yang telah kita tumpuk entah sejak kapan. Sama seperti luka fisik yang butuh dibersihkan, ditutup, dirawat dan disembuhkan, luka batin juga membutuhkan langkah-langkah pengobatan agar tidak menjadi parah hingga membusuk di dalam diri kita.

Setiap luka di fisik membutuhkan penanganan dan perawatan yang berbeda. Jika intervensi yang diberikan tidak tepat, luka di tubuh bisa mengalami infeksi, membengkak, dan menjadi lebih parah. Demikian adanya dengan luka batin. Kita butuh tahu luka apa yang kita miliki dan memahami langkah apa yang tepat untuk menyembuhkannya.

208 pages, Paperback

Published March 16, 2020

174 people are currently reading
1368 people want to read

About the author

Pijar Psikologi

3 books16 followers
Pijar Psikologi adalah organisasi non-profit yang ingin mencerahkan pemahaman masyarakat Indonesia tentang kesehatan mental. Kami percaya bahwa perbuatan kecil mampu hadirkan perubahan besar.

#UnderstandingHuman

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
273 (44%)
4 stars
252 (41%)
3 stars
73 (11%)
2 stars
9 (1%)
1 star
5 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 132 reviews
Profile Image for Gita Karmani.
430 reviews15 followers
July 6, 2020
Buat saya, mungkin isi buku ini lebih banyak membicarakan luka batin dari sisi psikolog. Bisa dikatakan bahwa di perjalanan hidup kita ini ternyata cukup banyak faktor yang membuat kita memiliki luka batin, tetapi kita lebih banyak berusaha mengabaikannya. Dan akhirnya semua itu bertumpuk di dalam diri kita dan menyebabkan mengapa kita merasakan gejala-gejala seperti insecure, cemas, bahkan depresi.

Butuh waktu yang agak lama buat saya menyelesaikan buku ini. Bisa dikatakan relate, tetapi saya sempat berada di fase dimana saya berusaha mencari pertolongan psikolog, berat hati mengikuti terapi yang disarankan (karena saya pasti selalu menangis saat terapi), sekaligus berjuang dan belajar untuk memaafkan diri sendiri sampai detik ini. Meskipun dunia, lingkungan, seseorang, bahkan hubungan adalah sesuatu yang melukai saya.

Kurang lebih, psikolog yang saya temui juga membicarakan hal-hal yang sama seperti di buku ini. Namun di buku ini, penjelasan lebih detail dengan penyampaian yang mudah dipahami. Saya menganggap buku ini dekat dengan saya tetapi saya sendiri juga memerlukan waktu untuk memahami isinya karena satu; memaafkan diri sendiri itu tidak pernah mudah.

Untuk siapapun itu, perlu dipahami kalau segala apapun bisa menjadi bibit yang membuat kita memiliki luka batin. Mau sekuat atau setegar apapun mental, suatu saat pun (baik cepat atau lambat) bisa juga hancur. Karena itu jangan percaya kalau waktu bisa menyembuhkan luka. Yang ada luka tersebut akan menumpuk dan menghancurkan diri secara perlahan. Setidaknya ini adalah hal yang saya alami. Dan saya tidak mau orang lain mengalami hal yang sama.

Dan perlu diingat, jika saat ini mindset kita pun juga perlu diubah. Jika memang memiliki luka batin yang dianggap remeh oleh orang lain, berhentilah berbagi cerita dengannya. Lebih baik temui orang yang ahli di bidangnya dan katakan permasalahannya pada mereka.
Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
March 29, 2020
** Books 35 - 2020 **

4,3 dari 5 bintang!

Ketika pagi ini saya melihat buku ini udah terdapat di Gramedia Digital Premium tanpa pikir panjang lagi saya langsung membacanya karena jujur saya sangat menyukai buku Loving the Wounded Soul: Alasan dan Tujuan Depresi Hadir di Hidup Manusia yang ditulis oleh Mas Regy dan saya ingat kalau mas Regy juga berada didalam pijar psikologi

Buku ini dimulai dengan pengertian apa itu luka batin? Dan saya baru tahu kalau luka batin ternyata banyak macamnya seperti trauma, primal wounds, unfinished business dan negative core belief. Dari buku ini juga dipaparkan kalau pola asuh didikan orang tua juga berperan atas timbulnya luka batin. Body shaming juga ternyata membuat hal yang sama.

Paling suka di bab dimana kita cara menyembuhkan luka batin bisa dengan self healing, menulis jurnal rasa syukur, adanya penerimaan diri hingga buku ini ditutup dengan bagaimana mencintai dan menerima diri sendiri. Buku ini berhasil membuat saya semakin penasaran dengan ilmu psikologi dan tampaknya saya akan segera membeli buku fisiknya untuk masuk dalam koleksi buku non fiksi saya :)

#StayAtHome #SelfQuarantine

Terimakasih Gramedia Digital Premium atas peminjaman bukunya!

Profile Image for Nike Andaru.
1,632 reviews111 followers
April 25, 2020
67 - 2020

Pas liat buku ini nongol di Gramedia Digital, langsung unduh karena dari judulnya aja udah menarik buat dibaca. Setelah itu, nama Regis sudah saya kenal lewat bukunya Loving the Wounded Soul: Alasan dan Tujuan Depresi Hadir di Hidup Manusia, jadi saya merasa buku ini akan menarik untuk saya baca.

Kali ini bukan cuma Regis yang menulis dalam buku ini, tapi tim Pijar Psikologi. Buku ini sepertinya akan menjadi pembuka buku-buku selanjutnya yang diberi label (atau tagar?) #UnderstandingHumanSeries. Khusus untuk buku ini lebih khusus membicarakan soal luka batin.
Dari sini aja sebenarnya memang kelihatan apa yang akan dibicarakan dalam buku ini karena soal luka psikis ini akan menjadi hal yang pribadi sekali dan mengena mungkin pada setiap orang. Saya meyakini bahwa tiap orang punya luka batin sendiri-sendiri, entah itu besar atau kecil memengaruhi hidupnya hingga saat ini.

Buku ini ditulis secara bergantian oleh tim pijarpsikologi.com tapi dengan bab demi bab yang sudah diatur agar kita lebih memahaminya dengan runut. Di awal dijelaskan apa itu luka batin, dari mana, bagaimana bentuknya, apa yang biasa dilakukan orang-orang atas luka tersebut, ya tentunya ada banyak istilah psikologi di dalamnya, tapi enaknya istilah tersebut gak bikin para pembaca mumet karena sudah diganti dengan kata-kata yang lebih bisa dipahami setiap orang.

Selanjutnya lebih dalam pembaca akan diajak lebih dalam soal self help, self awareness, self care, self love, self affirmation. Menarik banget, apalagi ditambahkan contoh-contoh yang bikin saya lebih mudah memahaminya. Membaca buku ini saya sampe nulis-nulis di buku tentang banyak hal biar gak kelupaan, saking serunya kayaknya memang harus beli versi fisiknya nih buku biar mudah distabilo-in :D

Setiap orang harusnya bisa membaca buku ini, karena ini adalah buku yang wajib diketahui diri sendiri untuk mengetahui diri, menghargai diri, mencintai diri hingga membuat diri menjadi lebih baik.

Oh ya, satu hal lagi, ilutrasi di tiap bab bagus banget. Saya suka sekali.

Profile Image for Maya Hartina Hutagalung.
23 reviews
June 14, 2021
Buku bagus dengan konten yang cukup lengkap dan dikemas dengan bahasa yang sederhana. Sayang ada beberapa repetisi untuk topik-topik yang sama di beberapa subbab berbeda.
Profile Image for trimardiars.
12 reviews
June 16, 2021
Buku berkaitan mental health yang ringan dan sangat mudah untuk dipahami, juga ada gambarnya yang menambah menarik buku ini.. juga lengkap dengan caki yang jadi sumber terpecayanya..
Profile Image for Roem Widianto.
83 reviews3 followers
September 17, 2021
Ketika kita mendapat luka secara fisik, seperti lutut yang sobek karena terjatuh atau tangan yang berdarah karena teriris pisau, kita biasanya langsung mengobatinya supaya luka itu bisa segera teratasi dan tidak menjadi semakin parah. Lalu bagaimana kalau yang terluka itu bukan fisik kita, melainkan batin kita?

Kita paham tentang segala luka yang mungkin terjadi di fisik kita dan paham pula bagaimana cara untuk mengatasinya, tapi tidak dengan luka batin kita. Kita cenderung tidak tau, bahkan tidak sadar kalau batin kita sebenarnya sedang terluka.

Melalui buku ini kita diajak ngobrol tentang luka batin seperti halnya kita membahas tentang luka fisik. Buku ini mengenalkan apa aja luka batin yang mungkin sedang kita derita dan bagaimana caranya untuk mengatasi luka itu.

Buku ini recommended banget buat kalian-kalian yang bener-bener concern dengan topik mental health karena buku ini menjabarkan masalah luka batin dan cara mengatasinya secara detil dan mudah dipahami bahkan untuk orang awam sekalipun.
Profile Image for Ratna Juwita.
68 reviews18 followers
October 10, 2020
4.5 untuk buku ini.

Mungkinkah ada sesuatu di masa lalu yang belum usai dan berdampak pada kehidupan kita saat ini? Ya, mungkin ada.

Buku ini merupakan kumpulan artikel ilmiah bergenre psikologi yang runtut. Ditulis oleh banyak orang yang memang bergelut di bidangnya. Ketika melihat cover buku ini pertama kali sebenarnya kukira ini adalah sebuah novel, tapi ternyata ini adalah sebuah buku nonfiksi psikologi yang bagus.

Meskipun ditulis oleh beberapa penulis, isi dalam buku ini tidak acak. Semuanya dibagi ke dalam empat bagian dan masing-masing bagian terdiri dari beberapa artikel ilmiah yang tidak kaku. Mungkin kesan yang langsung muncul di benak kita begitu mendengar kata "artikel" adalah tulisan kaku dan mengandung unsur-unsur ilmiah, tetapi buku ini berbeda. Gaya bahasa setiap penulis sangat komunikatif dan informatif. Sangat "ramah" untuk orang awam.

Sebagian besar artikel dalam buku ini menyebutkan mengenai pola asuh orangtua dan pengalaman masa lalu sebagai penyebab semua reaksi kita dalam merespons segala hal yang terjadi di kehidupan sehari-hari.

Dalam buku ini terdapat banyak istilah dalam bidang keilmuan psikologi yang dijelaskan dengan ringkas, padat, dan mudah dimengerti. Begitu kita membuka bagian pertama buku, kita akan langsung disuguhi beberapa istilah terkait "masa lalu", di antaranya adalah trauma, unfinished bussiness, dan primal wounds. Ada beberapa perbedaan dari ketiga istilah tersebut.

Semakin ke belakang, kita akan dituntun untuk mengenali berbagai bentuk self-healing. Beberapa di antaranya adalah journaling, mindfulness, meditasi, affirmasi positif, dan sebagainya. Kita juga akan diajari cara mengenali emosi-emosi yang kita rasakan, kemudian menemukan cara terbaik mengatasinya.

Membaca buku ini adalah keputusan yang tepat. Dari buku ini aku menyadari banyak hal yang sebelumnya tidak kuketahui, termasuk nama-namanya. Ada banyak hal yang langsung menjadi lebih terang begitu memahami tulisan-tulisan renyah di buku ini

Sangat direkomendasikan untuk kalian yang ingin mengenal diri sendiri lebih dalam dan mengatasi "racun-racun" yang tanpa disadari menggerogoti kesehatan jiwa kita. Selamat membaca!
Profile Image for Farid Ardian.
1 review
February 11, 2021
Buku ini bagus di awal doang, selanjutnya kek baca kumpulan artikel. Antara penulis satu dengan yang lain kek gak sinkron.

Sebaiknya ada kejelasan tiap bab apa yang dibahas agar tertata dan tidak tumpang tindih isi bukunya.
Profile Image for Anisa Ningtias.
88 reviews
January 11, 2021
"Eh, kamu gendutan ya sekarang?"

Pernah nggak mendengar hal seperti itu? Atau mungkin pernah berkata seperti itu kepada orang lain?

Setelah mengucap atau mendengar seperti itu gimana perasaannya? Baik-baik saja? Kalau enggak, coba kita membenahi ucapan atau cara pikir kita. Nggak jarang dari kita mengucap hal seperti itu dengan niat mencairkan suasana atau sebagai ucapan karena bertemu teman yang udah lama nggak ketemu. Tapi, pepatah, diam itu seperti emas emang benar ya. Kita nggak tau gimana penerimaan orang terhadap apa yang kita ucapkan. Kadang, ucapan dg maksud candaan bisa jadi melukai hati orang tersebut.

Buku ini menjelaskan luka-luka diri yang tak terlihat. Bagaimana emosi yg kita rasakan atau sikap yang kita tunjukkan saat ini berhubungan dengan luka masa kecil yang tak kita ketahui. Luka itu yg membentuk cara kita memandang dunia dan pola pikir kita. Trauma-trauma yang muncul dewasa ini, bisa jadi ada hubungannya dengan luka batin di masa lalu. Trauma ini yang kemudian jadi membuat luka batin yang akhirnya membuat kita terluka tanpa kita sadari.

Ada contoh dalam buku ini yang cukup menarik buat aku. Ketika kita mengetahui seorang anak kecil menangis, dan kita malah berkata, "Jangan nangis, ya, nanti dibeliin permen." Ternyata kata sepele seperti itu bisa jadi memaksa mereka untuk menutup emosinya. Ya karena kita tidak membolehkannya menangis, dan bisa jadi itu bakalan berpengaruh kepada emosi dirinya di masa depan. Sesepele itu tapi sebesar itu juga dampaknya. :(

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Biar luka itu nggak malah membusuk dan jadi sakit di hati? Ya disembuhin dong. Selain membahas apa aja yang bisa jadi alasan luka batin, buku ini juga menjelaskan metode apa saja yg bisa digunakan agar kita tau luka batin apa yg kita hadapi dan bagaimana menyembuhkannya.

Buat kalian yg mungkin sedang terluka, mengutip awalan buku ini, inget, time heals nothing. Kalau sedang luka, obati. Mau itu fisik atau mental. It is okay not to be okay.

I recommend this book to everyone, mau kalian sedang terluka atau enggak. Siapa tau, kita bisa jadi lebih hati-hati agar tidak menimbulkan luka bagi orang lain. :)
Profile Image for Annida.
61 reviews7 followers
October 29, 2020
Time Heals Nothing.

Selama ini banyak yang bilang kalau waktu akan menyembuhkan semuanya. Bahwa pada akhirnya kita akan memaafkan orang-orang yang menyakiti kita seiring berjalannya waktu. Buku ini mematahkan keyakinan itu karna kenyataannya waktu tidak menyembuhkan luka kita. Yang ada hanya luka kita mengendap dan terus mempengaruhi kehidupan kita hingga dewasa.

Luka batin yang kita terima tidak seharusnya kita anggap sepele. Sekecil apapun luka, itu tetaplah luka yang harus segera kita obati, sama seperti luka fisik bila tidak segera diobati akan jadi infeksi dan menjadi luka yang membekas, luka batin kitapun sama.

Banyak penjelasan dibuku ini tentang hal-hal yang kita anggap biasa tapi menjadikan itu luka yang terus mempengaruhi kehidupan kita, karna kita terbiasa dilukai dan tentu saja itu bukankah hal yang baik.

Buku ini juga membantuku lebih banyak mengerti dan lebih memperhatikan diriku sendiri agar aku tahu bahwa diriku tengah terluka, dan tidak lagi terjerat dalam luka batin masa lalu.
Profile Image for Zein.
3 reviews1 follower
September 30, 2020
Yang tidak akan ditemukan di buku ini adalah kalimat-kalimat pendek manis yang dapat menghibur hati yang lara, kata-kata cantik yang bisa dipakai sebagai pembingkai caption atau postingan sosial media. Melainkan, buku ini mengajak kita untuk membumikan pembicaraan mengenai luka batin selayaknya pembicaraan mengenai luka fisik, menyadarkan kita bahwa bertambahnya usia kita setiap tahunnya beriringan dengan proses penyembuhan luka batin.

Terdiri dari kumpulan artikel yang disusun menjadi bab-bab yang berurutan, yang ditulis oleh praktisi, penggiat, peminat psikolog klini. Buku ini menurut saya telah berhasil membuat topik psikologi menjadi lebih popular, topiknya jadi lebih mengalir karena dibawakan dengan bahasa yang ringan dengan contoh kisah yang erat kita alami.

Tidak hanya itu, pembaca juga dapat terjun lebih dalam menelusuri pembahasan di setiap bab karena buku ini banyak merujuk ke jurnal, artikel, serta buku psikologi lain.
Profile Image for Alif Syahrul Wahyudi.
126 reviews22 followers
August 30, 2021
4★

Time heals nothing. Satu frasa yang mengawali buku ini, dituliskan dengan jelas dan saya setuju seberapapun besarnya usaha kita menunggu waktu menyembuhkan luka batin tidak akan sembuh sempurna bahkan hanya diredam hingga batas waktu yang bisa saja menjadi bom waktu.

Penulisannya di awal terasa terlalu akademik, tapi masuk ke bagian ke dua udah bisa menikmati cara penulisannya, mungkin juga karena tiap bagian ditulis oleh orang yang beda-beda. Tapi gak masalah sih karena narasi penulis-penulis di dalamnya bisa dipahami jelas.

Isi bukunya sederhana merangkum bagaimana luka batin yang muncul dari masa kecil. Menjelaskan bahwa setiap orang akan selalu punya luka batin. Dijelaskan juga sumber-sumber luka batinnya dari relasi dengan ortu dan sosial.

Katarsis dan pengenalan emosi harus banget diajarkan dan dibiasakan sejak kecil. Jarang bahkan gak pernah liat bagaimana orangtua mengajari anak-anak melabeli emosi yang mereka rasakan.
Profile Image for Murtyas Puspasari.
93 reviews7 followers
May 25, 2020
This book explain about basic psychology knowledge really clear, so it's understandable for common people like me. Explaining how it's really important to treat your trauma, primal wound, unfinished business and heal them, just like any other physical illness. You have to know yourself and love it despite anything people say. You define your own self and accept yourself the way you're. You could find some way to do that in this book. Meditation also being mentioned here.
Profile Image for Ela.
20 reviews4 followers
October 2, 2021
Aku selalu suka bagaimana pijar menulis. Selalu memadukan bahasa yang akrab, topik tren dan keilmuan psikologi. Gak lupa juga mencantumkan sumber di catatan kaki yang cukup membantuku dalam menelusuri kembali sumber untuk bahan belajar.

Buku ini membantu kita untuk mengetahui hal-hal yang mungkin selama ini tidak kita sadari terjadi di diri kita. Juga membantu kita merefleksikan hal-hal yang sudah jalani. Aku juga suka di buku ini selalu memberitau kita cara untuk melatih self awerness, self care, self love dll dengan sederhana dan mudah dilakukan
Profile Image for Khurin W. F..
192 reviews6 followers
March 4, 2022
Kumpulan-kumpulan artikel di buku ini bisa menjadi pengingat yang baik sekaligus menghangatkan untuk kita yang merasa atau tidak menyadari sedang tidak baik-baik saja. Dibagi menjadi empat bab besar berdasarkan langkah untuk 'menyembuhkan diri', artikel di buku ini tidak bersifat menggurui, melainkan seperti mengajak berdialog tentang sudah seberapa jauh kita mengenali diri kita sendiri, atau sudah seberapa banyak kita memberi cinta kepada diri. Tidak hanya melulu teori, di buku ini juga disertakan beberapa contoh kondisi riil yang bisa membuat kita merasa lebih relate dan terbantu untuk mengaplikasikannya. Definitely my new-found comfort book.
Profile Image for Arvia Maharhani.
231 reviews29 followers
August 6, 2021
Buku ini mudah dipahami apalagi buat pembaca yang ingin mempelajari tentang luka batin karena menjelaskan tentang konsep dasarnya.

Bab self-healing bener-bener menyentuhku sih, mungkin karena aku merasa perlu menyembuhkan dan memaafkan diriku.
Profile Image for Ainay.
418 reviews78 followers
December 30, 2020
Wow, lebih bagus daripada ekspektasiku.
Sejujurnya aku sudah punya Gratitude Journal seperti yang berkali-kali disarankan oleh penulis berbeda dalam buku ini, tapi mandek karena 2020 ... begitulah. Tapi, aku jadi ingin mencoba lagi. Mencoba melanjutkan kegiatanku menulis Gratitude Journal.
1 review
December 22, 2022
Good book
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for soph.
3 reviews
November 17, 2024
Buku Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin? oleh Pijar Psikologi adalah kumpulan esai para penulis dari Pijar Psikologi yang mengandung banyak sekali insight tentang luka batin—mulai dari penyebab hingga penanganannya. Melalui buku ini, kita diajak kembali ke masa lalu untuk mengulik asal-usul luka batin, mengenali luka batin, menerima luka batin sebagai bagian dari perjalanan hidup, hingga merawat dan menyembuhkan luka batin.

Sayangnya, membaca buku ini buat aku cukup jenuh. Walaupun udah menggunakan bahasa yang sederhana, pemilihan kata dan struktur kalimatnya terasa canggung dan kurang efektif. Ide/gagasan yang disampaikan di tiap subbab pun terasa seperti diulang-ulang. Mungkin karena setiap esai cenderung menonjolkan gagasan khas masing-masing penulis, pembagian ide/gagasan menjadi kurang jelas.

Terlepas dari itu, buku ini pas banget untuk orang awam yang ingin belajar tentang kesehatan mental lebih dalam, khususnya luka batin. Wawasan tentang luka batin yang disajikan sangat membantu pembaca untuk mulai berkenalan dengan diri sendiri.
Profile Image for Faizah.
16 reviews
August 8, 2021
This is one of the best book that I've ever read.

1. Buku ini membahas beragam topik yang berkaitan dengan kesehatan mental dalam bentuk esai/artikel. Setiap esai/artikel di dalam buku ini ditulis oleh tim Pijar Psikologi sehingga hampir setiap esai/artikel penulisnya berbeda.
2. Bahasanya lugas, cukup mudah dipahami, tidak berbelit-belit, dan di beberapa esai/artikel terdapat tabel ataupun ilustrasi yang memudahkan pembaca untuk memahami topik tersebut.
3. Terkadang ada tip dan trik yang diberikan oleh penulis untuk mengidentifikasi ataupun menangani permasalahan dari topik yang sedang dijelaskan. For example: bagaimana cara membersihkan sampah pikiran, mengidentifikasi luka batin, dll.

Kesan saya setelah membaca buku ini adalah bahwa saya merasa buku ini berhasil meningkatkan insight dan awareness di dalam diri saya mengenai isu-isu kesehatan mental. Saya sebagai orang yang awam di dunia psikologi setidaknya jadi lebih banyak mengetahui beragam istilah-istilah baru mengenai kesehatan mental, meskipun masih mendasar. Tidak hanya itu saja, beberapa tip dan trik yang diulas di dalam buku ini menurut saya tidak sulit untuk diterapkan. Saya sudah mencoba salah satunya, itu cukup membantu saya untuk tetap berpikir positif dan mengurangi sampah pikiran di dalam benak saya.

Selain itu, pembahasan mengenai self love juga cukup menyita perhatian saya. Pasalnya di beberapa artikel dijelaskan dengan singkat, padat, dan jelas bahwa self love bukanlah suatu hal yang egois, lalu dilanjutkan dengan pembahasan mengenai mencintai diri sendiri dan makhluk lain (yang disayangi ataupun dibenci), dan diakhiri dengan penjelasan mengenai afirmasi positif.

Meskipun kelihatannya mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, sepertinya mayoritas dari kita bahkan belum bisa menerapkan untuk mencintai dan menghargai diri sendiri. Dengan memahami pentingnya afirmasi positif, kita bisa belajar untuk lebih menyayangi jiwa dan raga yang selalu setia bersama kita.

Salah satu kalimat yang saya suka ditulis oleh Kak Isnaniar, kalimat tersebut berbunyi:
"Hidup adalah tentang bagaimana kita menerima setiap peristiwa baik itu menyenangkan maupun menyakitkan, serta memaafkan orang-orang yang terlibat di dalamnya, termasuk diri kita sendiri."

- 2020, h28.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Siti Bariroh Maulidyawati.
102 reviews6 followers
June 21, 2020
"time heals nothing"


Sungguh kalimat awal yang cukup menohok.

Sebagaimana judulnya, buku ini membahas akan pentingnya berdamai dengan hal-hal yang telah lalu. Meskipun ditulis oleh lebih dari satu penulis, namun buku ini tergolong runtut dari awal hingga akhir. Sehingga alurnya sangat menyenangkan untuk dinikmati. Dimulai dari berdamai dan mencintai diri sendiri, orang lain, hingga semua makhluk.

Ini merupakan salah satu buku berbasis psikologi dari penulis Indonesia yang saya pribadi rekomendasikan untuk dibaca. Terutama untuk anak usia 20-an awal. Biarpun penulisnya mayoritas se-usia saya atau bahkan lebih muda, tapi isinya ngga main-main. Beda juga dengan beberapa buku self-help yang pernah saya baca, biasanya isinya masih banyak mengandung unsur cerita yang sifatnya personal. Menurut saya, yang disampaikan di dalam buku ini bisa tetap objektif dan tepat sasaran.

Part favorit saya adalah Meditasi Cinta Kasih, yang mana menjelaskan mengenai self-compassion. Ada tiga unsur utama yang perlu diperhatikan yaitu mindfulness, non-judgemental atau self-kindness, dan common humanity. Buku ini juga terus menegaskan secara tersirat kalau lagi-lagi.. we are all only human nggak sih?

Terima kasih, Pijar Psikologi, bukunya bagus. Proficiat!
Profile Image for Alya Putri.
77 reviews133 followers
December 31, 2020
Siapa yang suka bilang gapapa kok semua baik-baik saja? Tapi dalam hatinya tidak sebaik yang kelihatannya. Berawal dari anggapan gapapa ini, membuat kita sadar atau tidak memupuk segala rasa negatif ke dalam diri. Rasanya kaya capek sendiri, uring-uringan, atau menyesal bahkan menyalahkan diri sendiri. Nah, udah saatnya kenali rasa itu semua di dalam buku ini.

Buku ini ditulis dengan istilah psikologi yang cukup membumi. Ditambah lagi, dipermudah melalui kisah yang erat dengan apa yang kita alami, di masa lalu. Bisa dibilang buku ini jadi pengingat bagimu untuk mencintai diri sendiri, tertuang dalam cara memberikan kasih sayang pada diri sendiri atau juga pada orang lain. Nah, buat caranya bisa dipraktekin kok karena termasuk dalam self help ya, cuma semuanya balik lagi sama dirinya sendiri ya.

Setelah baca buku ini jadi dapat pencerahan bahwasanya masa lalu memang tidak bisa diubah, dan pastinya dalam perjalanan pasti ada luka. Namun, satu hal yang bisa kita lakukan adalah mengobati luka dalam batin kita, barulah kita bisa merasakan kedamaian yang sesungguhnya.

Buat yang punya masalah diatas, hmm tenang kamu ngga sendiri, silakan buku ini lebih lanjutnya ya. Kalau udah bingung banget, jangan segan buat cari bantuan profesional.
Profile Image for Ripeh.
50 reviews3 followers
February 26, 2021
Sebelumnya saya udah baca sebuah buku lain yang di dalamnya memakai teori psikologi Alfred Adler sebagai patokan, dan sedikit-sedikit atau lebih tepatnya sekedar coba-coba mengamalkan, teori Adler tidak sejalan dengan Sigmund Freud yang dalam buku ini meyakini adanya sebab di masa lalu untuk keadaan kita saat ini.

Buku ini beberapa kali bikin saya hampir mewek. Karena saya jadi menyadari kadang-kadang saya memperlakukan diri saya dengan cara yang salah, suka bicara yang jelek-jelek, uring-uringan, marah-marah nggak jelas sama diri sendiri kalau gagal ngelakuin sesuatu, masih sering nyalahin diri sendiri. Buku ini ngasih tau bahwa cinta diri itu nggak sama dengan egois.

Bab yang paling saya suka dari buku ini adalah bab tentang self-awareness. Saya lagi tertarik sama topik ini dan sekarang jadi tambah tertarik.

Saya juga suka ilustrasi-ilustrasi di sampul dan dalam bukunya. Gambar-gambar itu bikin bukunya nggak terasa sepi. Satu hal, sayangnya, saya ngerasa unsur "tell" dalam buku ini lebih menonjol daripada "show"-nya. Padahal menggunakan kata ganti kamu untuk merujuk ke pembaca itu menurut saya pilihan yang bagus karena kerasanya halus, santai dan enggak kaku.
7 reviews
April 24, 2025
Review Buku Yang Belum Usai oleh Pijarpsikologi.org

Tumbuh menjadi orang dewasa bukan berarti kita otomatis dewasa secara emosional. Sering kali, kita membawa luka dari masa kecil atau trauma yang belum sempat sembuh. Alih-alih menyembuhkannya, banyak dari kita justru memilih menguburnya dalam ingatan atau membiarkannya menetap di alam bawah sadar.

Seiring berjalannya waktu, berbagai peristiwa datang silih berganti. Pada awalnya, luka itu tersembunyi rapat. Namun, perlahan-lahan ia muncul ke permukaan—tersalurkan melalui ledakan amarah, emosi yang tak terkendali, atau reaksi yang tak kita sadari.

Buku *Yang Belum Usai* ditulis oleh sejumlah psikolog berpengalaman. Meski ditulis oleh banyak penulis, setiap bab dalam buku ini tetap tersusun rapi dan menyatu secara epik. Beragamnya sudut pandang justru menjadi kekuatan buku ini, menjadikannya kaya akan perspektif dan penuh makna.

Bab pertama membahas berbagai jenis luka batin: trauma, *primal wound*, *unfinished business*, serta *negative core beliefs*. Di bab ini, pembaca diajak mengenali luka batin melalui kesadaran terhadap pola yang berulang, kalimat yang sering terucap saat marah atau mengeluh, dan perasaan negatif yang sering muncul terhadap orang-orang tertentu.

Bab kedua membahas luka akibat pola pengasuhan di masa kecil (*inner child*), yang kerap menjadi akar permasalahan di usia dewasa. Ada pula bahasan tentang *body shaming*—sering kali dianggap candaan, padahal bisa sangat melukai. Lalu, *negative core beliefs* dibahas sebagai "virus" dalam pikiran yang menanamkan rasa rendah diri dan keyakinan keliru, yang kemudian memperburuk kondisi psikologis.

Bab ketiga menjelaskan mekanisme pertahanan diri manusia terhadap serangan psikologis. Mulai dari *denial* (penyangkalan terhadap realita menyakitkan), *represi* (penekanan kesadaran ke alam bawah sadar), hingga *displacement* (pengalihan emosi ke objek lain). Ada pula *reaction formation* (berperilaku sebaliknya dari keinginan hati), serta *sublimasi*, yaitu mengalihkan dorongan negatif menjadi sesuatu yang positif. Sublimasi menjadi salah satu cara sehat untuk mengelola kecemasan.

Bab keempat mengajak pembaca memahami mengapa pola luka bisa berulang. Salah satunya karena masalah *attachment*, misalnya hubungan orang tua–anak yang toxic namun sulit diputuskan karena ketergantungan emosional. Di bagian ini, pembaca diajak melepaskan pola lama melalui katarsis—menyalurkan emosi dengan menulis, mendengarkan musik, membuat karya seni, atau menonton film. Intinya, mengakui dan menghadapi perasaan yang selama ini tersembunyi.

Pembaca juga diperkenalkan pada cara membersihkan “sampah pikiran” melalui berbagai teknik seperti *therapy notes*, *gratitude journal*, dan *thought record*. Dengan membayangkan diri sebagai sahabat yang baik, kita bisa mulai membangun kendali atas diri sendiri.

Bab berikutnya berfokus pada *self healing*, proses penyembuhan luka psikis dengan memanfaatkan kekuatan diri secara utuh untuk membentuk kepribadian yang sehat. Proses ini bukanlah sesuatu yang instan; setiap orang memiliki waktunya masing-masing, bergantung pada ketahanan dan kesiapan dirinya.

*Self healing* dimulai dari mengenali luka, menerima kehadirannya, memproses emosi yang muncul, hingga akhirnya menyembuhkan dan melepaskannya. Salah satu bentuk penyembuhan adalah melalui *self-acceptance*—menerima diri sendiri secara jujur dan terbuka. Ini bukan proses mudah, karena dibutuhkan kejujuran dan penilaian objektif terhadap diri sendiri.

Manusia kerap memiliki *blind spot*—bagian dari dirinya yang tak bisa ia lihat, namun tampak jelas oleh orang lain. Ditambah lagi dengan *introspection illusion*, yaitu kecenderungan ego untuk menilai diri secara positif, membuat kita sulit objektif. *Confirmation bias* juga menjadi penghalang, karena kita lebih cenderung percaya pada apa yang ingin kita percayai.

Langkah awal menuju *self-awareness* dapat dimulai dengan meluangkan waktu untuk diri sendiri, melakukan *journaling*, dan melatih *mindfulness*. Setelah *self-awareness* dan *self-acceptance* terbentuk, tahap berikutnya adalah *self-care* untuk menjaga keseimbangan mental. Praktik ini bisa dilakukan melalui latihan pernapasan, meditasi, dan menulis *gratitude journal*.

Bab terakhir ditutup dengan ajakan untuk mencintai diri sendiri. Penulis mengingatkan bahwa mencintai diri bukanlah tindakan egois; ia berbeda dari mementingkan diri sendiri. Mencintai diri berarti:

1. Memberikan *compassion*—ruang untuk menangis, berkeluh kesah, dan menerima diri apa adanya, sembari memeluk diri dengan cinta dan kehangatan.
2. Menentukan batasan—mengenal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan demi menjaga kesehatan diri.
3. Bergaul dengan orang-orang yang suportif—mereka yang menerima dan mendukung kita dalam menggali potensi terbaik diri.

Sebab bagaimana mungkin seseorang bisa mencintai orang lain, jika ia belum bisa mencintai dirinya sendiri? Buku ini menutup dengan pengingat kuat: mencintai diri sendiri adalah pondasi untuk mencintai orang lain dengan utuh.

Sebagai penulis ulasan ini, saya teringat sebuah kutipan terkenal dari seorang ulama: *"Siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya."* Sebagaimana Nabi Ibrahim yang memulai pencarian Tuhannya dengan merenungkan keberadaan dan penciptaan dirinya sendiri.

Sebagai penutup, saya sangat merekomendasikan buku ini. *Yang Belum Usai* adalah bacaan sederhana namun bermakna dalam, yang bisa menjadi pertolongan pertama saat seseorang terluka secara psikologis. Buku ini meyakinkan pembaca bahwa proses penyembuhan bisa dimulai dari diri sendiri. Namun, jika luka tak kunjung sembuh atau justru memburuk, penulis tetap menyarankan untuk segera mencari bantuan profesional.

Buku ini benar-benar keren. Semoga kita semua bisa pulih dari berbagai jenis luka yang pernah kita alami.

riview by: Nurul Aeni
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for An-nisa Pratiwi.
76 reviews1 follower
December 30, 2020
Buku ini menjawab pertanyaan saya tentang banyak hal. Especially why people the way they are. Manusia adalah pribadi kompleks, bukan yang bisa dimasukkan dalam kotak-kotak stereotypes atau archetypes sekalipun. Selalu ada sebab untuk setiap pola perilaku, pun sedikit banyak buku ini memberi clue untuk kita berdamai dg diri sendiri.
Profile Image for Mangku Parasdyo.
83 reviews5 followers
November 9, 2021
Buku ini memberikan penjelasan mendasar mengenai Luka Batin, sebuah luka yang jarang dilihat, sering diremehkan, tapi dapat memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan diri. Materi luka batin disajikan secara runtut dalam 4 bagian mulai dari pengenalan apa itu luka batin, faktor apa yang mempengaruhi serta apa yang membuat luka itu tak kunjung sembuh, cara menyembuhkan luka batin serta cara mencintai diri. Beberapa tips praktis yang bisa diaplikasikan sendiri secara langsung seperti menulis gratitude journal, meditasi, serta afirmasi positif juga dibahas dibuku ini.

Frasa utama yang dipilih untuk buku ini adalah 'Time heals nothing' cukup menarik, aku berharap banyak contoh kasus yang diangkat sehingga bisa memperkuat premis 'Time heals nothing' untuk membuktikan bahwa luka batin memang tidak bisa sembuh hanya karena didiamkan lama. Hanya saja contoh-contoh yang diangkat dibuku ini tidak terlalu banyak ataupun terlalu spesifik, meskipun begitu semuan contoh yang diberikan sudah cukup on-point.

Buku ini tidak ditujukan untuk akademisi, penulisannya berupaya menuju ke arah populer walaupun ada kesan canggung yang tertangkap, terutama ketika memberikan penjelasan mengenai self-love dan self-compassion yang katanya sering tertukar namun kok jadinya malah tukar-tukaran di buku ini. Ilustrasi yang ditampilkan sebenarnya sangat apik tapi kurang di eksploitasi untuk memberikan point-point, hanya sebagai hiasan pembuka judul atau bab. Buku ini ditulis oleh beberapa orang dan ada beberapa tulisan ada yang terasa mengulang (gratitude journal) saking terasa pengulangannya aku sempat mengira diriku yang salah scroll halaman. Apabila buku Stop Membaca Berita dan Mahadata adalah sebuah penjabaran panjang artikel atau kumpulan artikel, maka buku ini adalah penjabaran panjang caption-caption media sosial.
Profile Image for Nur Rokhmani.
255 reviews6 followers
February 6, 2022
🍃 YANG BELUM USAI 🍃
🕊 @pijarpsikologi
🌿 187 halaman
🚀 @elexmedia

🕰 Time Heals Nothing. 🕰

Sejak pertama kali membuka buku ini, bahkan sudah ada yang membuat pikiranku cemas. Aku takut, bahwa setelah membaca ini, aku jadi menyadari sesuatu yang salah dalam diriku—meskipun jika memang begitu, aku akan bersyukur jika aku akhirnya menyadarinya.

📚 Buku ini, adalah kumpulan artikel ilmiah yang bersembunyi dalam buku self healing—yang membuat kita menyikapi artikel menjadi sesuatu yang lebih bisa dinikmati.

Pembawaan setiap penulis seolah sudah diprogram, sehingga tulisan didalamnya terkesan serius tetapi santai. Ringan tapi berbobot.

📓 Yang Belum Usai, adalah sebuah usaha menyadarkan banyak orang bahwa setiap kita bisa saja memiliki luka batin, baik yang sudah kita lupakan atau yang masih bersemayam, dan meminta untuk diselesaikan. Buku ini adalah karya komprehensif yang dapat menyadarkan, atau minimal membuat orang-orang tau bahwa luka batin bukan sebuah aib, bukan sebuah masalah yang harus dicari siapa yang salah—melainkan perlu dicari akar penyebabnya, solusi, dan penyelesaiannya.

🏥 Luka Batin sama dengan Luka Fisik. Luka batin sudah seharusnya kita sikapi dengan sikap sebagaimana ketika kita membicarakan luka fisik seperti luka akibat jatuh atau terkena pisau.

🔖Dan aku menemukan banyak sekali halaman yang tertandai, setelah selesai membacanya. Agak kaget juga, bahkan di bagian pendahuluan, sudah ada TIGA highlight. Jujur, aku menemukan kembali sensasi membaca buku yang tak hanya sekadar dinikmati, tetapi juga membuat hangat hati, hangat pikiran.

🧘‍♀️Bahkan, ketika di bagian latihan mindfulness, aku benar-benar tergerak untuk segera melakukannya. Mengikuti dengan segenap kepasrahan dan penghayatan. Memaknai setiap tarikan napas, hembusanya, dan aktivitas tubuh yang sedang dilakukan.

Semoga, setelah ini yang belum usai bisa segera usai. Yang belum tersadar, segera menyadari. Yang belum mampu memaknai, bisa memaknai dengan kekhusyukan yang mendalam.

YANG BELUM USAI, KINI USAI.
10 reviews30 followers
December 20, 2020
Yang Belum Usai or "Unfinished Business" is a second book from Regis Machdy. A non-fiction book talking about inner wound. I recommend this book for anyone who like mental health genre, need a book for self-help or anyone who wants to coping with unfinished business about love, relationship, or parents-kids relation. Regis is not just tells us what is unfinished business defined in chapter 1 (like like trauma, negative core beliefs) but also how to release it in chapter 2.

Knowing and releasing those unfinished business are the beginning part. What should we do next is "healing". With his background of psychological degree and also a lecture of psychology, he wrote how to do self-healing, self acceptance and self-care in chapter 3. And this book closed with "How to Loving Yourself" in the last chapter.

This book is really easy to understand and all of the steps are easy to follow. For my personal experience, Yang Belum Usai help me to understand myself better than before, what unfinished business that I have and how I deal with it day by day. Keep going and keep fighting during this pandemic are not an easy things for many people. So do I. Accept all bad experiences, especially trauma in the past and learn from it are not easy things to do, trust me. If you're struggling with it right now and you can't bear it. I recommend you to seek professional help like psychologist or psychiatrist. And this book is a good start to know our unfinished business also a good friendwho will accompany you throughout your healing journey.

Thank you for bring this book Mas Regis Machdy!
Displaying 1 - 30 of 132 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.