Jump to ratings and reviews
Rate this book

Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya: Kisah Sufi dari Madura

Rate this book
Serial Cak Dlahom mulanya dimuat di situs mojok.co selama ramadan 2015 dan 2016. Telah dibaca lebih dari enam ratus ribu kali, kini sufi ala Madura ini hadir lewat buku untuk mengajak kita merenungkan kesombongan kita yang acap merasa lebih pintar.

Buku ini menceritakan tentang kehidupan di suatu kampung bersama dengan penduduknya yang memiliki karakter yang beraneka ragam. Ada Mat Piti yang suka membantu tetangganya, Ada juga Cak Dlahom yang dianggap kurang waras sama orang dikampungnya, Ada juga Romlah putrinya Mat Piti yang menjadi kembang di desanya, Ada juga Pak Lurah dan lainnya.

+++

Meskipun bukan seorang ustaz, ulama, atau pendakwah, melalui buku ini Rusdi menunjukkan kualitas dan kecerdasannya dalam mengajarkan agama. Sebagai seorang jurnalis, Rusdi lebih mampu menunjukan kemampuan menyiarkan agama daripada beberapa orang yang mengaku sebagai pendakwah. Melalui karya ini kita bisa mengenal Rusdi nan berwawasan agama luas ketimbang pendakwah-pendakwah yang sering berkutat dengan kontroversi.

Membandingkan karya Rusdi ini dengan pendakwah-pendakwah memang bukan sesuatu yang seimbang. Karena yang dilakukan Rusdi adalah menulis cerita dan kemudian dibukukan. Sedangkan yang dilakukan oleh para pendakwah adalah menyiarkan agama di depan orang banyak. Tapi kiranya dari kisah-kisah di buku ini bisa diambil pelajaran untuk kita semua.

-Dandy Try Yacoby, LPM Kemerdekaan

226 pages, Paperback

First published October 1, 2016

187 people are currently reading
2126 people want to read

About the author

Rusdi Mathari

8 books59 followers
Rusdi Mathari menekuni profesi jurnalistik sejak 1990-an. Ia telah melanglang karier sebagai wartawan di Suara Pembaruan, lalu bekerja di InfoBank, detikcom, Pusat Data dan Analisa Tempo, dan Trust. Pada 1999, dia terpilih sebagai salah satu wartawan investigatif terbaik versi ISAI dan dikirim ke Bangkok untuk mengikuti crashprogram penulisan jurnalistik tentang HAM.

Saat ini, ia masih aktif menulis di beberapa media. Termasuk menulis catatan dan pengalamannya yang dimuat blog pribadinya maupun status-status di dinding Facebook-nya. Di blognya, kita akan menemukan banyak tulisan-tulisannya yang serius. Sedangkan di Facebook, kita menemukan tulisan-tulisan yang sederhana seputar keseharian, pada sosok yang dijumpai, imajinasi pada tempat-tempat yang jauh, juga corat-coret pendeknya atas satu isu yang menurutnya gatal untuk menuliskannya. Gaya menulis yang mudah dipahami dan sudut pandang yang menarik adalah ciri khas tulisan-tulisan nonfiksi Cak Rusdi.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
799 (56%)
4 stars
469 (33%)
3 stars
106 (7%)
2 stars
23 (1%)
1 star
21 (1%)
Displaying 1 - 30 of 323 reviews
Profile Image for raafi.
926 reviews448 followers
May 20, 2019
cocok sekali baca ini di bulan puasa mengingat latar waktunya juga saat Ramadan. kisah ini bisa saja memiliki karakter-karakter fiktif, tetapi kontennya sungguh bukan fiksi dan pembaca diberi banyak sekali pelajaran dari tingkah laku dan kata-kata Cak Dlahom.

saya ingat ingin sekali membawa buku ini untuk merantau ke negeri Paman Sam tahun lalu. saya ingat bahwa buku ini memberikan banyak pelajaran terutama dari sisi agamis dan barangkali bisa membuat saya jadi persona yang baik. tapi, waktu itu relatif. dulu atau sekarang terasa sama saja. yang penting, saya berkesempatan membaca buku luar biasa ini.

Cak Dlahom dianggap orang gila oleh warga kampung--saking gilanya, dia sempat membawa anjing ke kandang kambing dan memeluk mereka. namun, Mat Piti melihat Cak Dlahom lain dan ingin berguru kepadanya. dan setiap percakapan yang timbul di antara keduanya pada setiap bab memberikan pelajaran berharga yang bisa dipetik.

membaca ini seperti perut ditonjok bertubi-tubi. terasa sakit luar biasa tetapi memiliki efek mengosongkan pikiran dan hati yang hebat pula. saya seperti diberikan seember air bersih dan secara pelan-pelan dibasuhkannya ke sekujur tubuh. saya jarang sekali membaca buku tentang agama dan membaca ini membuat saya ingin belajar agama dari Cak Dlahom dan diberi petuah yang dalam dan nyelekit dan menyejukkan di saat yang sama.

setidaknya ada lima pembelajaran luar biasa dari Cak Dlahom yang saya catat:
1. belajar kemuliaan dari nyamuk
2. belajar keikhlasan bersama kencing dan berak
3. belajar memikirkan eksistensi diri dari wayang
4. beajar definisi fitnah dengan kapuk yang keluar dari bantal
5. belajar kesetiaan dari batu

sungguh buku yang bermanfaat. dan saya berharap dapat membacanya lagi suatu saat.
Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
February 5, 2017
** Books 43 - 2017 **

Buku ini untuk memenuhi Tsundoku Books Challenge 2017

3,8 dari 5 bintang!

"Kenapa yang harus dihormati hanya orang yang berhaji? Kenapa orang yang salat tidak dipanggil pak Salat? Orang yang puasa dipanggil Pak Puasa? Orang yang berzakat, Pak Zakat?" - Cak Dlahom (Halaman 137)"


Jujur saya tidak menyangka bahwa buku ini ternyata mengupas sisi religi dari perspektif yang menarik. Padahal saya penasaran kenapa buku ini ada label sufi dari Maduranya ternyata buku ini membuat saya terkejut dengan pembawaannya yang ringan tetapi sarat akan makna didalamnya

Buku ini menceritakan tentang kehidupan di suatu kampung bersama dengan penduduknya yang memiliki karakter yang beraneka ragam. Ada Mat Piti yang suka membantu tetangganya, Ada juga Cak Dlahom yang dianggap kurang waras sama orang dikampungnya, Ada juga Romlah putrinya Mat Piti yang menjadi kembang di desanya, Ada juga Pak Lurah dan lainnya. Saya senangnya buku ini mengupas kejadian sehari-hari didesa itu dengan perspektif Cak Dlahom sebagai tokoh utama yang memberikan warna tersendiri kepada sisi keagamaan dan berhasil membuat saya tersentil juga sebenarnya. Setelah saya membaca dengan seksama ternyata banyak inspirasi kisah yang berdasarkan cerita dari Syekh Maulana Hizboel Wathany Ibrahim yang menarik untuk disimak

Ini adalah beberapa kutipan favorit saya didalam buku ini :
1. "Sebulan yang lalu? setahun yang lalu? sejak mulai kamu lahir, kamu ingat, berapa kali kamu berak dan kencing?" / "Sampean juga ndak ingat toh?" / "Seperti itulah ikhlas.. amal perbuatanmu yang tidak pernah diingat-ingat" - Cak Dlahom (Halaman 42)

2. "Kamu mulai pintar. Itulah berderma. manusia begitu sayang untuk berzakat, bersedekah, membayar infak. Kalau pun dilakukan, dikeluarkannya sedikit. Memberi sesuatu dihitung-hitung. Atau dipilih dan diambilnya yang jelek-jelek. Yang sudah tidak terpakai atau yang paling minimalis. Disayang-sayang hartanya. Padahal semua itu adalah kotoran yang bisa membuat sakit. Pilihannya menyimpan terus kotoran atau membuangnya tanpa rasa takut. Tidakkah mustahil kita menyimpan dan hidup dengan kotoran?" - Cak Dlahom (Halaman 74)

3. "Menjadi istimewa apabila orang semacam kalian yang justru bersedekah, beramal, dan berinfak. Benar, kalian mungkin kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, tapi justru karena kseulitan hidup kalian itulah sedekah kalian menjadi luar biasa. Sangat istimewa. Orang miskin yang sanggup berinfak. Dan kalian tahu, tak semua orang sanggup berbuat seperti itu. Nilainya berbeda. Sangat berbeda. Lalu kenapa kalian ingin dan menunggu jadi kaya hanya agar bisa bersedekah dan menolong orang lain?" - Cak Dlahom (Halaman 182)
Profile Image for Riz.
1,262 reviews139 followers
May 3, 2021
4.5 ⭐

Suka banget sama buku ini! Ditulis dengan ringan dan jenaka tapi bisa ngasih perenungan yang mendalam 🤍

P.S : Sebenarnya udah baca ini dari 2019, tapi galau mau masukin buku ini ke akun ini atau nggak. Kan kalau dibandingkan buku-buku yang mengisi rak akun GR gua selama ini dan buku reliji ini tuh berasa langit dan bumi wkwkwk 👀🙈 Buku Abi Quraish yang udah gua baca juga belum berani gua masukin ke sini 👀🙈
Tapi yawda lah ya. Sekali-kali perlu masukin buku yang bisa sedikit memberi "warna" di akun gua ini wkwkwk.
Profile Image for MAILA.
481 reviews121 followers
March 1, 2017
saya pernah punya keinginan nulis di mojok-yang ternyata dan sepertinya tidak bisa diwujudkan sampai sekarang karena sebentar lagi mojok akan ditutup. hhhhh
***

membaca buku ini seperti membaca buku Abu Nawas. pada beberapa cerita, cak dholom(? duh lupa namanya), itu sedikit mirip abu nawas gitu. baca ini benar-benar bikin geleng2 kepala dan merasa gak berguna banget wqwq

judulnya memang menampar, ''merasa pintar, bodoh saja tak punya''. harus baca sendiri buku ini biar ngerti arti dari judulnya itu xD

catatan cerita kesukaan saya...banyak banget. hampir semuanya saya suka kayaknya. cuma kalau gak salah ingat, ada sekitar 2 cerita yang saya pernah baca sekilas mirip2 gitu di sebuah kolom surat kabar hari jumat.

beberapa yang saya ingat dan membuat saya merasa ''ya allah, w debu bat dah'' adalah


''allah menciptakan nyamuk antara lain untuk menghisap darah manusia. agar manusia tahu ada hak mahluk lain pada dirinya. dan menghisap darah adalah ibadahnya nyamuk kepada allah''
''sampean tahu darimana cak?''
''ada tah, mat. allah menciptakan sesuatu itu sia-sia dan tidak untuk beribadah kepada-Nya?''
''ndak ada, cak...''

(kebetulan pas baca itu, saya habis nyemprot semprotan nyamuk ke kamar. trus jadi merasa bersalah sendiri gitu......)

''jangan dirikan salat kalau kamu tidak tau siapa yang kamu sembah. kalau kamu melakukannya juga, kamu seperti memanah burung tapi tanpa melepas anak panah dan busurnya. sia-sia karena dipuja hanya wujud khayalmu''

''banyak dari mereka yang menolong bukan karena benar-benar ingin menolong. tapi karena rasa iba. rasa tidak enak. rasa ingin dilihat dan dipuji orang lain bahwa mereka bisa menolong. mereka sibuk melihat orang lain tapi alpa melihat ke dalam diri mereka sendiri. sibuk menilai orang lain dan lupa menilai kekurangan diri sendiri. orang-orang semacam itulah yang mestinya perlu ditolong''

juara.
Profile Image for Nike Andaru.
1,634 reviews111 followers
February 3, 2020
25 - 2020

Buku kedua dari Cak Rusdi yang saya baca.
Kali ini bukan esai, tapi kumpulan cerita tentang Desa Ndusel, yang di dalamnya ada tokoh bernama Cak Dlahom. Dlahom ini diceritakan banyak yang bilang gila, gak waras, sukanya main di kuburan tapi semua yang dia ucapkan justru bener banget. Makjleb rasanya buat saya yang baca.

Cerita islami yang dituturkan dalam buku ini ringan, tapi mengena sekali. Cocok banget buat bacaan kala ramadhan, bulan puasa (karena setting dalam bukunya saat ramadhan). Andai saja cerita Cak Dlahom ini dibawa sebagai cerita pendek pas menunggu azan maghrib di tv, pasti oke banget ini.
Profile Image for Zomi.
55 reviews14 followers
August 5, 2020
Merasa suci, merasa benar, merasa baik, merasa pintar, merasa ini adalah pakaian yang harus ditanggalkan dan kotoran yang harus dibuang.

Melalui Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya kita akan diajak Cak Dlahom memikirkan ulang tentang perilaku kehidupan kita sehari-hari sekaligus pemahaman kita dalam beragama.

Meski Cak Dlahom terkenal dengan tingkahnya yang tidak biasa, dia masuk kandang kambing, memeluknya dan mengajaknya bicara, mengaku anjing, mengaku wayang. Dia dianggap sinting oleh penduduk desa. Namun jangan tertipu oleh semua itu, jangan percaya dengan tipu daya mata. Jangan hanya melihat kulitnya saja, galih lebih dalam untuk bisa memahami yang sebetulnya. Mat Piti adalah orang yang penasaran dengan tingkah Cak Dlahom dan mendengar ocehannya.

اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلاَ تَنْظُرْ مَنْ قَالَ
“Lihatlah apa yang dikatakan (diucapkan) dan jangan melihat siapa yang mengatakan”

Kalimat ini mewakili Cak Dlahom, karena dibalik tingkahnya yang tidak biasa, dia bermaksud menyampaikan pesan yang membuat penduduk desa merenungkan kembali apa yang disampaikannya. Karena kata-katanya kadang membuat kita tersentil bahkan sampai membuat kita tertampar.
Profile Image for nuhakhr.
61 reviews2 followers
April 16, 2022
Sore hari di bulan Ramadan saat ku sedang leyeh-leyeh sambil baca buku ini, ibuku menceletuk, "Kamu dari dulu hobi baca tapi kok yang dibaca novel melulu?"

"Loh, enggak kok," aku, yang tahu benar bahwa buku di tanganku bukanlah novel, menangkis.

"Itu di rak banyak buku-buku agama, kitab-kitab fiqih. Coba dibaca juga, biar belajar agama juga."

Tersentil aku dibuatnya. Bukan lantaran tiba-tiba disuruh mempelajari agama, namun sebab belajar agama, rasanya, tidak cuma bisa dilakukan dengan mendaras kitab-kitab. Jadi, aku menjawab, "Ini juga buku agama, kok."

-------------------
Jalan menuju spiritualitas adalah jalan yang sangat personal. Tidak adil jika memaksakan satu jalan menuju iman kepada orang sekecamatan. Para Mualim mungkin mendapatkan ilmu agama dengan cara berguru langsung pada kitab-kitab. Sementara ummat yang masih cetek seperti saya ini, kalau tidak mengaji pada para Mualim, ya seringnya belajar agama lewat humor-humor sufistik macam Abu Nuwas. Atau opsi lain, ya tulisan-tulisannya Rusdi Mathari di buku ini.

Nanti, kalau sudah naik level dan merasa cukup mampu untuk memaknai suratan dalam kitab-kitab. Nanti, baru kucoba mengintip yang tebal berjilid-jilid itu, yang ibu dan bapak beli beberapa tahun lalu namun tak pernah tersentuh itu ya. Setidaknya, buku ini langsung kusentuh setelah mas-mas paket mengantarnya ke rumah di siang hari, di hari yang sama.
Profile Image for Faiz • فائز.
358 reviews3 followers
December 23, 2025
Buku ini dihadiahkan oleh bang Iqbal; fresh dari Indonesia. Membaca tajuknya sahaja sudah menikamdalam. Usahkan berada pintar, bahkan bodoh pun tidak punya! Merasa memiliki... walhal memiliki yang buruk sahaja tidak! Kurang-lebih begitulah maksud buku ini.

Ia adalah kumpulan cerpen yang pernah diterbitkan di Mojok.co dan mendapat sambutan yang hangat daripada pembaca semua. Kemudian, ia dikumpulkan hinggalah terbit menjadi sebuah buku. Pengarangnya sendiri telah pun meninggal dunia pada tahun 2018. Al-Fatihah buat beliau.

Buku ini ringkasnya ialah kisah tasawuf yang diadun dalam bentuk penceritaan; bersifat memberi pengajaran dalam nada yang agak sinis dan berbaur jenaka. Cak Dhalom, digambarkan sebagai orang tua kurang waras menyampaikan pesanan-pesanan agama lewat dialog ringkas. Pembaca turut diajak untuk merenung kembali pengamalan keberagamaan yang selama ini [barangkali] sudah dirasakan sempurna.

Cerita-cerita yang dimuatkan dalam buku ini mengingatkan kembali saya kepada kisah-kisah Nasruddin Hodja dan Abu Nawas, namun mengambil budaya setempat iaitu Indonesia. Sangat membidik tepat, menyinggung tajam dan hal yang dibicarakan pula berkait dengan agama dan masyarakat. Tidaklah berlebihan untuk saya mengatakan bahawa inilah sastera yang transendental-humanisme! Atau, dalam bahasa Pak Kunto: sastera profetik. Semoga saya dikurniakan kelebihan untuk mengarang sastera seperti ini.

Al-Fatihah buat sang pengarang, Rusdi Mathari. Saya meyakini bahawa beliau ialah orang yang hampir dengan Allah ﷻ kerna manakan mungkin untuk menyadur semula kisah-kisah sufi tinggi sebegini dan dipersembahkan pula dalam bahasa yang mudah dicerna, melainkan dirinya sendiri benar-benar menghadam akan segala kisah-kisahnya.
Profile Image for Hanaan  Haseen .
9 reviews1 follower
September 13, 2020
Di awal kita akan disambut perkenalan dari masing-masing tokoh. Membaca tiap cerita akan membuat berfikir dan "oiya ya" pada akhirnya. Seperti membaca cerita abu Nawas waktu kecil hehe ceritanya yang sarat makna cocok sekali disampaikan dikala ramadhan. Cerita didalamnya juga diadopsi dari cerita dan kisah-kisah yang telah disampaikan tokoh-tokoh dan dipoles sedemikian rupa sehingga cukup memahamkan saya sebagai orang Indonesia.
Profile Image for owlshell.
63 reviews10 followers
February 23, 2021
Semua cerpen di buku ini berhasil merangkum pesan beragama dengan lebih kritis tapi dengan cara yang sederhana dan santai.
Disertai lelucon dan gaya nyablak nya Cak Dlahom, buku ini akan jadi salah satu bacaan terfavoritku tahun ini.
Profile Image for Alfath F. R..
233 reviews4 followers
February 18, 2019
Memperluas wawasan sebagai bahan berkaca dan memancing diri kembali menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan kehidupan.

Ada beberapa bagian dalam buku ini yang menarik untuk disimpan dan menjadi favorit saya:

Persoalannya, bagaimana kamu akan mengenali Allah sementara salatmu baru sebatas gerakan lahiriah. Sedekahmu masih kautulis di pembukuan laba rugi kehidupanmu. Ilmumu kaugunakan mencuri atau membunuh saudaramu. Kamu merasa pintar sementara bodoh saja tak punya.- hal.24


Kamu sudah tidak bisa menciptakan, membunuhnya, kemudian juga menganggapnya pengganggu. Kamu itu masih merasa paling mulia, Mat. - hal. 36


Di usus sampean, di lambung sampean ada apa, Pak Lurah, selain taek? Sama dengan yang tersimpan di perut manusia-manusia lain. Tak ada bedanya. Kita semua yang mengaku ganteng dan cantik setiap hari ya diganduli sekantong taek. Yang miskin dan kaya juga membawa sekantong taek. Kita semua cuma sekantong taek. Lalu apa yang mau disombongkan, lah wong kita ini hanya taek? - hal. 75


Hidup ini hanya harus dijalani. Kalau kita takut pada ujian dan cobaan, menghindar dari persoalan, kita mestinya tak perlu hidup. Musibah atau ujian apa pun mestinya bisa mengantar seseorang menjadi semakin dekat dengan penciptanya. Lewat mesibah, mereka seharusnya menyadari, diri mereka fakir. Tidak punya apa-apa. Tidak punya daya kekuatan apa pun di hadapan Allah. - hal. 124


Dan kuburan ini isinya hanya bangkai. Bangkai tak mungkin disimpan bahkan oleh orang-orang yang sebelumnya mengaku paling mencintainya. Bangkai manusia yang ketika roh masih melekat pada jasadnya selalu merasa dan mengaku bisa berbuat. Merasa punya nama. Mengaku-aku ada. Padahal mereka semua tidak ada. Tidak abadi kecuali hanya jadi bangkai, dimangsa cacing, ditelan tanah. - hal. 174
Profile Image for (≧∇≦).
128 reviews7 followers
August 21, 2021
Kenapa yang harus dihormati hanya orang berhaji? Kenapa orang yang salat tidak dipanggil Pak Salat? Orang yang puasa dipanggil Pak Puasa? Orang yang yang berzakat, Pak Zakat?


Buku ini merupakan karya pertama Rusdi Mathari yang saya baca. Berisi kumpulan kisah Cak Dhalom yang menurut warga 'sesat' disampaikan dengan bahasa yang lugas, ringan dan disertasi candaan. Banyak nasihat Cak Dhalom yang sangat relate dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan mungkin kita tanpa sadar melakukan hal-hal yang tersebut, seperti menghitung-hintung berapa banyak sedekah yang sudah dikeluarkan atau hal sederhana seperti mengabaikan tetangga yang kesulitan. Beberapa cerita dalam kumcer ini sudah banyak kudengar di ceramah atau ajaran guru saat MTs. Meski begitu semua cerita masih sangat dinikmati gaya penceritaan penulis yang tidak menggurui tapi tetap terselip pelajaran hidup. Dan walaupun berupa kumcer setiap cerita masih terjalin membangun suatu kisah yang utuh.

Buku ini sangat menenangkan untuk dibaca disela kepenatan rutinitas sehari-hari. Mungkin aku akan re-read ini berkali-kali jika butuh ketenangan.
Profile Image for Vanda Kemala.
233 reviews68 followers
September 3, 2018
This book is super duper good!

Idenya memang nggak terlalu baru, bahkan banyak yang terinspirasi dari cerita lain. Beberapa ada yang idenya datang dari cerita cak Nun, tapi almarhum Rusdi berhasil menghadirkan gaya cerita yang segar, lewat bahasa dan gaya kehidupan masyarakat sehari-hari.

Dibawakan oleh tokoh yang diberi nama Cak Dlahom dan Mat Piti, beserta seluruh warga rekaan di desa Ndusel (nama desanya bikin ngakak, hahaha), almarhum Rusdi seakan membawa kita ke dunia pola pikir yang, kadang, sama sekali tidak atau belum pernah terpikirkan. Ajaran sufi bisa jadi ringan, tanpa perlu mengerutkan dahi terlalu sering. Mulai dari ajaran memaafkan, hidup bertetangga, bagaimana kita menghadapi kehidupan, dll.

Setidaknya, perlu mengosongkan pola pikir lebih dulu, sebelum membaca buku ini. Bukan karena isinya yang terlalu bagus, tapi bagi saya, supaya kita bisa lebih sadar dan memahami kalau ternyata masih banyak hal yang belum kita lakukan. Bahkan, kenyataan kalau sebenarnya di alam semesta ini, kita bukanlah (si)apa-(si)apa di hadapan-Nya.
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book265 followers
August 19, 2020
Judul buku ini yang memikat saya untuk membelinya. Sebenarnya beberapa tulisan di dalam buku ini pernah tampil di Mojok. Tapi membacanya secara runtut di dalam sebuah buku rasanya berbeda.

Tokoh utama adalah Cak Dlahom, duda tua yang dianggap gila oleh penduduk. Soalnya Cak Dlahom suka ketawa sendiri, main di kandang kambing, menyendiri di telaga dan beberapa aksi aneh lainnya. Tapi di balik semua itu, Cak Dlahom adalah seorang yang bijaksana. Dia sering mengeluarkan kalimat yang membuat orang menjadi sadar akan kekeliruan mereka.

Latar belakang tulisan di dalam buku ini adalah bulan Ramadhan. Ada banyak ajaran islami yang disampaikan dengan jenaka namun mendalam. Saya yang non muslim menikmati bacaan ini dan ikut manggut-manggut membaca petuah Cak Dlahom.
Profile Image for Khurin W. F..
192 reviews6 followers
April 6, 2022
Kumpulan cerpen yang amat sangat menyenangkan, menghibur sekaligus memberikan bermacam pengingat perihal ajaran Islam. Buku ini dibagi menjadi dua bagian: Ramadan Pertama dan Ramadan Kedua. Berlatar dan diperankan oleh tokoh yang sama: Cak Dlahom dan para masyarakat Desa Ndusel. Didominasi dengan dialog-dialog yang jenaka tapi kuat akan pesan moral dan nilai-nilai keislaman, Cak Dlahom dengan gaya selengekannya selalu berhasil membuat lawan bicaranya kehabisan kata-kata, bahkan menangis. Terlebih caranya yang unik untuk menyampaikan 'pesan' ke lawan bicaranya: selalu melalui analogi dan serentetan pertanyaan pembuka. Belajar Islam tidak melulu harus mendengarkan ceramah atau membaca buku nonfiksi, buku fiksi pun bisa menjadi media yang tepat. Buku ini adalah buktinya.
Profile Image for Yesahta Rinda.
65 reviews11 followers
December 2, 2021
Perjalanan dua kali ramadhan-nya Cak Dlahom dan Mat Piti. Berisi nasihat-nasihat dari Cak Dlahom yang sangat di luar pemikiranku tapi berhasil bikin aku, "Ya Allah, iya juga, ya?"

Dan di akhir bab aku mendapat nasihat yang baru aku butuhkan banget. Terharu :(
Profile Image for Hannah Amaya.
21 reviews
August 25, 2022
Seperti pengantar yg disampaikan oleh Mahfud Ikhwan, tokoh Cak Dhalom memiliki pandangan yg berbeda terhadap dunia. Ketika membaca kisah di halaman-halaman awal, kita (atau lebih tepatnya saya) mungkin akan merasa aneh atau bahkan berprasangka dengan tokoh Cak Dhalom, tetapi pada akhirnya kita akan mulai mengerti dan terbiasa. Penulis mengajak kita untuk merefleksikan diri melalui nasihat-nasihat yang disampaikan lewat tokoh Cak Dahlom. Buku ini banyak memberi pesan kepada kita manusia agar tidak jemawa, tidak merasa paling suci dan lebih baik dari yang lain. Dengan mengangkat kisah kejadian sehari-hari berlatar bulan Ramadan, menjadikan buku ini mudah dipahami sekaligus menjadi pengingat yang baik untuk kita semua.
Profile Image for Happy Dwi Wardhana.
244 reviews38 followers
December 17, 2019
Lama sekali tidak membaca anekdot-anekdot agama seperti ini. Meskipun ini kumpulan tulisan yang ada di Mojok.co, tetapi mulai awal sampai akhir ada kisah yang terselip dan tetap menyambung antara judul satu dan lainnya.

Dengan bahasa yang ringan, Rusdi Mathari memberikan penjelasan agama dengan mudah. Yang terpenting, apa yang dijelaskan adalah esensi bergama itu sendiri, bukan ceramah. Pembaca (apalagi pendosa seperti saya) tidak merasa terhakimi.

Cak Rusdi meninggal 2 Maret 2018 yang lalu. Buku ini adalah warisannya. Warisan kepada pembaca agar tetap berpikir waras. Semoga kebaikan-kebaikan yang dilahirkan dari buku ini menjadi amal yang tak putus baginya. Amin.
Profile Image for Nauval Fadillah.
11 reviews2 followers
August 15, 2020
Serial Cak Dhalhom, Mat piti dan Romlah ini adalah sebuah cerita pendek yang dibukukan oleh Mojok.co. Ceritanya linear dengan membahas hal yang bisa diamati, menceritakan seseorang yang dianggap "gila" namun tak ada yang benar-benar berani mengusirnya. hanya Mat piti yang meanggap bahwa cak Dhalhom adalah orang shaleh.
Namun, setelah banyak membaca buku, dahi saya malah mengkerut. bagiamana bisa ia mengaku muslim namun tidak shalat? sesederhana itu saja, namun jika melihat dari sudut pandang yang berbeda. cara Cak Dhalhom dalam menyampaikan dakwahnya dengan satire cukup berhasil dan mengena.
Profile Image for Ripeh.
50 reviews3 followers
July 17, 2021
Dibaca berapa kali pun, yg memudar cuma sensasi humor-nya, pesan2nya sama dan relevan dari waktu ke waktu. Kepada penulisnya, terima kasih sudah menulis buku ini 🙏
Profile Image for Rido Arbain.
Author 6 books98 followers
March 6, 2025
Berlatar suasana Ramadan di Desa Ndusel, lewat karakter Cak Dlahom—tokoh sentral dalam buku ini—kita akan diajak duduk bersila untuk kemudian mempertanyakan kembali jiwa keislaman kita. Sekali pun bukan muslim, rasanya cerita-cerita dalam buku ini juga akan mengusik perilaku umum kita dalam menjalin hubungan antarmanusia (Habluminannas).

Dalam bab berjudul “Menghitung Berak dan Kencing” misalnya, kita akan resan ketika Cak Dlahom yang sering didikte kurang waras justru berhasil menyindir kita perihal makna ikhlas. Ia memberi pengandaian bagaimana kita selalu ikhlas melakukan aktivitas badaniah seperti berak dan kencing, tanpa pernah menghitung kuantitasnya dalam sehari, seminggu, bahkan sedari kita lahir; tetapi sering dengan sengaja menghitung-hitung apa yang kita berikan kepada orang lain. Ikhlas bukan yang seperti itu.

Meski dikemas dalam bentuk anekdot, interaksi kasual antara Cak Dlahom, Mat Piti, Romlah, Pak Lurah, hingga Gus Mut, kadang kala menjelma semacam esai tajam yang mengkritisi berbagai aspek sosial, politik, dan budaya di Indonesia. Dengan gaya penulisan yang lugas dan satire, Cak Rusdi mengajak pembacanya merenungkan kembali ironi dalam kehidupan sehari-hari, terutama tentang mentalitas dan perilaku elite para tokoh masyarakat—meski dalam konteks ini hanya di level lurah atau penceramah di masjid kampung.

Ambil contoh dalam bab berjudul “Iblis Dikurung, Manusia Jadi Tak Seru”, dengan nyali besar karakter Cak Dlahom memprotes penceramah yang mengatakan bahwa iblis adalah makhluk tak berguna. “Jika iblis tidak ada, manusia menjadi tidak bergairah beribadah dan mencari nafkah,” kata Cak Dlahom. “Karena iblis yang berfungsi sesuai kehendak Allah: menggoda kita, memengaruhi kita.” Jangankan iblis, menurutnya makhluk seperti nyamuk pun ada gunanya: memberi kesempatan manusia untuk bersedekah darah.

Pada bab yang lain lagi, saat Cak Dlahom tiba-tiba mengumandangkan azan menjelang tengah malam hingga mengundang warga kampung ramai datang ke masjid, alhasil semua orang menganggap ia gila dan juga sesat. Namun, bukan Cak Dlahom namanya kalau tak siap beradu argumen. Lantas ia pun merespons, “Tadi, waktu azan Isya, ke mana kamu? Ke mana kalian semua? Kenapa tidak ada yang datang ke masjid?” Jangankan warga yang ditanya, saya pun merasa tersindir sampai di titik nadir saat membacanya.

Tulisan-tulisan Cak Rusdi di sini menjadi sangat menarik karena tak hanya menyuguhkan semata-mata iktirad, tetapi ia juga menawarkan refleksi mendalam tentang bagaimana kita sering kali merasa paling tahu, padahal justru gagal memahami hal-hal paling mendasar.

Coba baca pesan Cak Dlahom ini: “Banyak dari mereka yang ingin menolong bukan karena benar ingin menolong. Mereka menolong hanya karena rasa iba. Rasa tidak enak. Rasa ingin dilihat dan dipuji oleh orang lain bahwa mereka bisa menolong. Mereka sibuk melihat orang lain, tapi alpa melihat ke dalam diri mereka. Sibuk menilai orang lain dan lupa menilai kekurangan diri sendiri. Orang-orang semacam itulah yang mestinya perlu ditolong.”

Ampun, Cak! Ampun.

Bukan hanya tersindir dan tersinggung, bahkan beberapa kali saya sampai mbrebes mili membaca potongan cerita dan dialog-dialog antartokoh di sekitar Cak Dlahom, yang memang sebagian besar merupakan pengejawantahan ulang dari kisah-kisah yang diceritakan oleh Syekh Maulana Hizboel Wathany Ibrahim atau yang diadaptasi secara sadar oleh Cak Rusdi dari cerita yang disampaikan oleh Cak Nun (Emha Ainun Nadjib).

Setelah menyelesaikan buku ini, rasanya saya kembali disadarkan bahwa sudah semestinya kita tak merasa pintar, sebab bodoh saja bahkan kita tak punya. Seperti kata Cak Dlahom, tak ada sesuatu pun di dunia ini yang betul-betul kepunyaan kita. Astagfirullah. Astagfirullah. Astagfirullah.
14 reviews
September 2, 2019
Buku ini lebih seperti kumpulan cerita sih, jadi mau membacanya sebagian saja atau nggak runtut dari awal pun nggak masalah. Tapi saya baca semuanya. Bahkan saya tandai beberapa bagian yang tetap menarik meski saya baca lagi dan lagi. Ceritanya yang "sehari-hari" banget membuat buku ini ringan dibaca, tanpa kehilangan makna mendalam yang ingin disampaikan penulis.

Buku ini berhasil menyampaikan satire melalui tokoh Cak Dlahom dan kelakuan-kelakuan ajaibnya. Cak Dlahom dianggap kurang waras oleh orang-orang di kampungnya. Suka tertawa cekikikan, berteriak-teriak, kadang meracau berbicara pada air di pinggir kali, tidur di kandang kambing, menciumi kambing-kambing lalu menangis, tidur di kuburan, bahkan pernah bertelanjang bulat di depan masjid. Begitu seringnya hingga orang-orang maklum, anak-anak menertawakan, kecuali Mat Piti yang menganggapnya istimewa. Mat Piti ini tokoh penting dalam hampir semua episode Cak Dlahom. Mat Piti seolah paling tahu, jika Cak Dlahom mulai berlaku aneh, pasti ada sesuatu yang mengusiknya. Karenanya Mat Piti lah yang seringkali menenangkan 'kegilaan' Cak Dlahom. Dialog antara mereka membuat setiap cerita menjadi hidup dan sarat makna.

Cak Dlahom mungkin gila, tapi siapa sangka orang-orang kampung termasuk Pak Lurah, Mat Piti, bahkan penceramah di masjid pernah tidak bisa menafikkan perkataan dari seorang gila sepertinya. Kita yang waras ini seringkali merasa lebih beradab, lebih berilmu, lebih alim. Kita ini hanya sering merasa pintar dan kadang merasa bodoh, padahal dua-duanya kita tak punya.
Profile Image for Febritri.
62 reviews
December 25, 2025
MERASA PINTAR, BODOH SAJA TAK PUNYA
karya Rusdi Mathari

📄 226 halaman
🇮🇩 Bahasa Indonesia
🏢 Buku Mojok
📍 Kumpulan Cerpen, Slice of life

Di sebuah desa hiduplah Cak Dlahom. Seorang pria tua yang dianggap gila dan tidak waras oleh semua warga desa. Cak Dlahom sering berbicara sendiri, mondar-mandir tidak jelas dan berdiam diri di makam kampung seorang diri. Seringkali, Cak Dlahom melakukan hal-hal tidak masuk akal dan membuat orang kampung menjadi khawatir.

Hanya Mat Piti yang bersedia untuk berbicara dan menenangkan Cak Dlahom saat dia sedang kumat. Diluar dugaan, walau Cak Dlahom sering bersikap aneh dan tidak waras, dia dianggap "cukup" berilmu untuk bisa menjawab banyak pertamyaan warga kampung. Terutama seputar agama dan kehidupan.

🕌🕌🕌🕌🕌

Buku ini berisi 30 cerita pendek yang saling menyambung. Fokus cerita ada pada Cak Dlahom dan beberapa warga kampung (Mat Piti, Romlah dan Gus Mut). Aku suka dengan cara penulis menceritakan kisah Cak Dlahom serta respon paea warga kampung terhadapnya. Buku ini penuh dengan sentilan-sentilan tentang agama. Walau terkesan dangkal, namun sebenarnya maknanya sangatlah dalam. Perkembangan tokoh Cak Dlahom cukup minim disini. Tidak banyak ada perubahan dari awal sampai akhir.

Rate: 5/5
Profile Image for Wirotomo Nofamilyname.
380 reviews51 followers
October 9, 2018
Buku #28 di tahun 2018.

Tidak semua ocehan Cak Dlahom harus kita ikuti sih, pada dasarnya Beliau memang agak gila. Hahaha. Tapi anda harus tetap membacanya (atau mendengarkannya?) karena dari ocehan-ocehan itu lah anda akan mendapatkan nasihat yang luar biasa tentang bagaimana seharusnya hubungan kita dengan Sang Pencipta, manusia lain, dan mahluk lainnya. Sungguh pengalaman membaca yang mencerahkan buat saya. Saya baca dalam 2 kali kesempatan baca di malam yang sama. Sangat menyenangkan sekaligus mencerahkan. Saya berdoa semoga kemudian saya juga bisa menerapkan di kehidupan saya sebenarnya, bukan cuma “saya akan begitu” tapi kemudian terlupa seiring berjalannya waktu.

Saya bersyukur pak Rusdi Mathari, dengan mengambil inspirasi dari kisah-kisah sufi lain, sempat menuliskan kisah-kisah ini, dan Mojok.co mau menampilkannya di tahun 2015 dan 2016, dan kemudian Buku Mojok mau menerbitkannya sebagai sebuah buku di tahun 2016, sebelum pak Rusdi Mathari wafat di bulan tahun Maret 2018 kemarin.
Semoga penulisan kisah cak Dlahom dan rekan, yang mencerahkan ini, dapat dihitung sebagai amal ibadah Beliau oleh Allah SWT. Aamiin.
Profile Image for Agung Wicaksono.
1,089 reviews17 followers
January 30, 2024
Cak Dlahom yang menjadi sosok nyentrik di buku ini memang memiliki pemikiran-pemikiran yang melawan arus utama dalam memahami agama Islam. Tak heran, ia sering dianggap sebagai orang yang kurang waras. Sikapnya yang tidak peduli dengan anggapan orang lain karena memiliki alasan yang benar, malah membuat orang lain yang mendengarkan petuah-petuah Cak Dlahom langsung sadar.

Cak Dlahom tidak ingin dan tidak pernah merasa menjadi guru spiritual. Ia merasa hanya manusia biasa dan memiliki banyak kesalahan. Namun, dari sikap dan kata-katanya, bagi orang yang berpikir, akan mengetahui bahwa ada makna tersirat di dalamnya. Ia tidak ingin agama Islam hanya sebatas simbol dan salat (serta ibadah lainnya) hanya jadi ajang pamer ketaatan; melainkan agama Islam harus dimaknai secara mendalam dan dipraktikkan secara nyata bagi kemaslahatan umat manusia di sekitarnya.

Buku yang cocok bagi kita yang ingin menambah pemahaman tentang Islam tidak hanya pada "kulit"-nya, tetapi lebih kepada perenungan dan kesadaran tentang makna "Islam" itu sendiri.
Profile Image for Lina Maharani.
271 reviews15 followers
September 9, 2023
MENCOBA MEMPERTANYAKAN HAL TAK LAZIM

Setidaknya gitulah pendapat saya kalo ditanya ini buku soal apa, ya seperti menanyakan hal-hal yang sejatinya slm ini taken for granted. Yaa, kadang2 saya juga bertanya2 semacam ini sih. Cuma apa yang ada di buku ini lebih dalam & penuh perenungan. Seperti mendengarkan tuturan seorang teman yang pemahaman agamanya jauh diatas diri saya yang kadang-kadang saja ini. wkwkwk

Seru juga sih membahas hal-hal spiritual-agamis tp pakai cara bertutur semacam potongan fragments begini. Plot twistnya Cak Dlahom sm Romlah agak bikin saya, 'HAH APAA?? WAIT. GMN??' for a minute. kwkwkwk~ agak kaget yha. Tp selanjutnya oke sih, sejauh yang saya baca renungan dari ragam obrolan serta kejadian di buku ini mungkin banget terjadi di sekitar kita. Bukan hal yang baru tp mungkin saja bikin kaget atau bahkan berujar, 'loh iya yah? kok ga kepikiran aku?'

okelah kalo butuh bacaan yang bikin bertanya-tanya pada diri sendiri. hehehe
Profile Image for KucingGendut.
74 reviews1 follower
August 14, 2022
Udah lama nggak ngasih buku bintang 5 legit! Awalnya gue kira buku ini tuh non-fiksi dan pembahasannya akan serius banget. Ternyata melebihi ekspektasi karena bisa ngasih pesan yang 'makjleb' lewat cerita fiksi.

Intinya buku ini akan ngeingetin kita untuk jadi orang yang humble dalam beragama, nggak sombong, selalu ikhlas, selalu tahu prioritas kita dalam beragama. Bukan jadi golongan orang-orang yang baru mencicip sedikit ilmu tapi udah ngasih berbagai judgement ke orang lain, padahal cacat kita dalam beragama masih banyaaak bangettt...

Berharap makin banyak buku agama humble macam ini, yang bukan ditulis oleh ustad atau kiai kondang, menjadikan isinya tetap relatable. Al-Fatihah untuk alm. Pak Rusdi, terima kasih sudah membuat buku yang bikin saya haru biru nangis tersedu-sedu.
Profile Image for Anggun P.W.
270 reviews91 followers
January 26, 2018
Buku ini dibeli sejak tahun lalu, dan baru dibaca 60% nya, lalu saya tinggalkan di laci kantor, pas kemarin bersih2 desk bertemulah kembali saya dengan buku ini, akhirnya saya putuskan untuk melanjutkannya. Dan tentu saja saya kembali menyukai cerita dibuku ini, dan Cak Dlahom tentu karakter terfavorit *saya akui nama si Cak ini susah, karena di otak saya keingetnya Cak Dhalom teruus,lol*

Saya suka semua cerita dibuku ini karena rasanya semua yang terjadi seperti memang begitu adanya.
Profile Image for Novita Albab.
21 reviews
August 14, 2024
Buku ini sukses membuatku nyengir, malu, sekaligus merenungkan kembali apa yg disampaikan Cak Dlahom. Dia menyampaikan hal sepenting itu dengan cara yang bisa dipahami oleh orang bodoh sepertiku, atau mungkin bodoh pun aku tak punya, seperti judul buku ini.

Semoga berawal dari buku ini, aku bisa terus menata hati, menyingkirkan segala penyakit hati, beribadah secara ikhlas, tanpa merasa lebih superior ataupun inferior dari siapapun.
Profile Image for Tika W.
75 reviews7 followers
December 25, 2020
Buku ini patut dimiliki, dipunyai, jangan kasih pinjam ke orang lain. Takut nular. Tak boleh banyak orang seperti Cak Dlahom atau pengikut sekte Cak Dlahom.

Cak Dlahom itu sesat. Nggak pernah shalat. Kerjanya cuma ngelihatin pintu masjid saja.

Kamu jangan baca, nanti ketularan. Cukup aku saja.
Displaying 1 - 30 of 323 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.