Jump to ratings and reviews
Rate this book

Anak Rantau

Rate this book
Hepi, perantau bujang yang menyalakan dendam di tepi danau.

Martiaz, ayah yang pecah kongsi dengan anaknya di simpang jalan.

Datuk, kakek yang ingin menebus dosa masa lalu di tengah surau.

Pandeka Luko, pahlawan gila yang mengobati luka lama di rumah usang.

Apakah "alam terkembang jadi guru" menjadi amanat hidupnya?

Mungkinkan maaf dan lupa menjadi penawar bagi segenap luka?

Ikuti petualangan Hepi bersama Attar penembak jitu dan Zen penyayang binatang, bertemu semua tokoh ini, bertualang mendatangi sarang jin, menghadapi lelaki bermata harimau, memburu biduk hantu, dan menyusup ke markas pembunuh. Semuanya demi melunasi sebuah dendam, sebuah rindu.

***

"Anak Rantau mengajak kita menjenguk ulang makna keluarga, persahabatan, serta akar budaya. Bak hidangan Minang yang gurih dan bikin menagih, karya A. Fuadi ini elok dibaca dan renyah dinikmati."

(Dee Lestari, penulis)

"Novel ini paket lengkap spesial. Ada cerita tentang keluarga yang mengharukan, persahabatan, lingkungan hidup, bahkan juga tentang penjelasan pemberontakan besar di masa lalu lewat sudut pandang yang berbeda. Bacalah. Kalian akan merasakan petualangan seru."

((Tere Liye, penulis)

"Lebih berwarna dari Negeri 5 Menara. Melalui karya terbarunya ini, Fuadi menunjukkan sebuah upaya untuk terus memperluas batas kemampuan dan imajinasinya sebagai seorang pencerita."

(Okky Madasari, penulis)

"A. Fuadi mengajak kita pulang dari rantau, bukan sekadar mengingat tetapi untuk membangkitkan lagi kekuatan kampung halaman."

(E.S. Ito, penulis)

370 pages, Paperback

First published July 3, 2017

187 people are currently reading
2021 people want to read

About the author

Ahmad Fuadi

22 books1,426 followers
Fuadi lahir di nagari Bayur, sebuah kampung kecil di pinggir Danau Maninjau , tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Ibunya guru SD, ayahnya guru madrasah.

Lalu Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat.

Gontor pula yang membukakan hatinya kepada rumus sederhana tapi kuat, ”man jadda wajada”, siapa yang bersungguh sungguh akan sukses.

Juga sebuah hukum baru: ilmu dan bahasa asing adalah anak kunci jendela-jendela dunia. Bermodalkan doa dan manjadda wajada, dia mengadu untung di UMPTN. Jendela baru langsung terbuka. Dia diterima di jurusan Hubungan Internasional, UNPAD.

Semasa kuliah, Fuadi pernah mewakili Indonesia ketika mengikuti program Youth Exchange Program di Quebec, Kanada. Di ujung masa kuliah di Bandung, Fuadi mendapat kesempatan kuliah satu semester di National University of Singapore dalam program SIF Fellowship. Lulus kuliah, dia mendengar majalah favoritnya Tempo kembali terbit setelah Soeharto jatuh. Sebuah jendela baru tersibak lagi, Tempo menerimanya sebagai wartawan. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah para wartawan kawakan Indonesia.

Selanjutnya, jendela-jendela dunia lain bagai berlomba-lomba terbuka. Setahun kemudian, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk program S-2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya—yang juga wartawan Tempo—adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawan VOA. Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.

Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Kini, penyuka fotografi ini menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature Conservancy.

Fuadi dan istrinya tinggal di Bintaro, Jakarta. Mereka berdua menyukai membaca dan traveling.

”Negeri 5 Menara” adalah buku pertama dari rencana trilogi. Buku-buku ini berniat merayakan sebuah pengalaman menikmati atmosfir pendidikan yang sangat inspiratif. Semoga buku ini bisa membukakan mata dan hati. Dan menebarkan inspirasi ke segala arah.
Setengah royalti diniatkan untuk merintis Komunitas Menara, sebuah organisasi sosial berbasis relawan (volunteer) yang menyediakan sekolah, perpustakaan, rumah sakit, dan dapur umum secara gratis buat kalangan yang tidak mampu.

Untuk informasi lebih jauh, silakan klik www.negeri5menara.com, http://fuadi.multiply.com, http://duotravelers.wordpress.com,htt... dan laman Facebook penulis http://www.facebook.com/ahmad.fuadi1

Untuk menghubungi penulis, silakan email ke negeri5menara@yahoo.com .
Atau add "Ahmad Fuadi" di Facebook dan follow "fuadi1" di twitter

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
600 (43%)
4 stars
529 (38%)
3 stars
175 (12%)
2 stars
38 (2%)
1 star
25 (1%)
Displaying 1 - 30 of 213 reviews
Profile Image for yun with books.
714 reviews243 followers
August 5, 2021
"Bagaimana sedih dan merasa terbuang itu melemahkan. Bagaimana terlalu berharap kepada manusia dan makhluk itu mengecewakan. Jadi, kalau merasa ditinggalkan, jangan sedih. Kita akan selalu ditemani dan ditemukan oleh yang lebih penting dari semua ini.
Resapkan ini: kita tak akan ditinggalkan Tuhan. Jangan takut sewaktu menjadi orang terbuang. Takutlah pada kita yang membuang waktu. Kita tidak dibuang, kita yang merasa dibuang. Kita tidak ditinggalkan, kita yang merasa ditinggalkan. Ini hanya soal bagaimana kita memberi terjemah pada nasib kita."


Nah, di atas adalah salah satu kutipan yang menurut saya sangat menggetarkan hati dan tentu masih banyak kutipan-kutipan yang berisi life lessons dari novel Anak Rantau.

Sinopsis singkat buku ini adalah menceritakan tentang kehidupan anak laki-laki berusia 15 tahun bernama Donwori Bihepi (Hepi) yang sebelumnya adalah seorang anak keturunan Minang yang tinggal di Jakarta, Hepi seorang anak yang nakal dan sering bolos sekolah, tetapi cerdas dan seorang kutu buku. Ketika rapor sekolah Hepi kosong (tidak ada nilai sama sekali), ayah Hepi yang bernama Martiaz terpaksa harus menitipkan anaknya ke rumah orangtuanya di Kampung Tanjung Durian, Sumatera Barat. Dengan alasan mudik, Hepi dan Martiaz berangkat ke Kampung Tanjung Durian tetapi kenyataan yang terjadi adalah Martiaz sengaja ingin menitipkan Hepi agar Hepi tidak nakal dan bolos sekolah lagi.
Hepi tidak menginginkan tinggal di Kampung Tanjung Durian, Hepi marah dan dendam kepada ayahnya karena sudah meninggalkan dirinya di kampung bersama kakek dan neneknya. Hepi menjalani hari di Kampung Tanjung Durian dengan berat hati, sambil mengumpulkan uang untuk kembali ke Jakarta. Namun, berbagai kejadian dan pengalaman hidup membuat Hepi mengerti dan mempertanyakan keinginannya kembali ke Jakarta.

Plus
Pertama, yang saya suka dari buku ini adalah tema yang diangkat oleh Uda Ahmad Fuadi masih sama seperti seri Negeri 5 Menara, yaitu tokohnya yang tidak suka berada di keadaan tertentu tetapi bisa mendapat banyak pelajaran hidup dari kondisi yang tidak disukai tersebut.
Kedua, saya suka karena buku ini lebih ceria dan ekspresif dari buku-buku Uda sebelumnya. Saya beberapa kali tertawa membaca adegan-adegan ketika Hepi bersama dua sahabatnya, Atta dan Zen.
Ketiga, buku ini memang banyak memberikan pelajaran tentang kehidupan, seperti mencoba memaafkan keadaan, cinta tanah air, cinta kampung halaman, gotong royong, aspek religiusitas juga tidak ketinggalan dan masih banyak lainnya.
Keempat, plot twist di akhir buku yang cukup membuat saya kaget dan tidak menduga sebelumya.

Minus
Pertama, saya menemukan banyak typo dalam penulisan buku ini. Seperti tidak ada spasi. Lumayan, ada kurang lebih 5 saya temukan kesalahan penulisan.
Kedua, ada bagian yang membosankan seperti bagian Hepi yang terus menerus mengeluh dan kebanyakan kesal-kesal sendiri. Haha...

Kalo keseluruhan buku ini bagus banget, ekspresif dan ceria. Berharap buku ini berseri tapi kayaknya ini buku stand alone ya? :(((
Pengen tahu kelanjutan cerita Hepi dan Puti, Pak Martiaz dan Ibu Ibet haha...Selain itu pengen lebih dapet pelajaran hidup dari Pandeka Luko lagi.
Profile Image for Sharulnizam Yusof.
Author 1 book95 followers
August 26, 2017
Ada perasaan yang berbaur sepanjang membaca buku ini.

Pertamanya; saya bagaikan kembali ke satu masa yang lalu dan menyaksikan kehidupan nenek moyang saya berwakilkan Hepi, Martiaz, Pak Datuk dan kehidupan di kampung Tanjung Durian. Anak Minang yang menyanjung adat, menggenggam agama dalam hidup. Saya jadi penasaran mahu tahu, bagaimana kehidupan mereka pada zaman dahulu, yang hidup betul-betul bersendikan adat. Dan juga saya mahu tahu, kenapa akhirnya nenek moyang saya merantau ke Tanah Melayu.

Sedikit sebanyak, saya "kenal" dengan budaya dan asal-usul.

Keduanya; oleh kerana buku ini sudah "dekat" di hati, saya jadi seronok dan teruja menelusuri helai demi helai cerita dari bumi ranah Minang ini. Lagipun, ada perkara-perkara yang ditempuhi Hepi (dan rakan-rakan) juga pernah saya alami satu ketika dahulu.

Seterusnya perihal kekeluargaan yang punya pasang surut, antara tiga keturunan laki-laki! Sang datuk yang keras kepala, ayah yang merajuk dan cucu yang memberontak. Cantik susunan cerita A. Fuadi!

Dan sudah tentu, cerita kekeluargaan begitu saja mudah menjadikannya bosan. Lalu kesepakatan antara Hepi, Zen dan Attar menjadi tunjang isi cerita ini. Mereka menjadi akrab, dan sama-sama "mengembara" di dalam kampung sendiri. Perseteruan mereka membanteras Lenon dan kuncu-kuncunya walaupun nampak biasa, tetapi aksinya lain. Lain boi, lain! Bagi saya, sekurang-kurangnya.

Oh! Aktiviti "Berdirinya Surau Kami" bagus kalau diteruskan masa kini. Sangat elok dan saya sendiri mahu menyertai kalau ada khas untuk warga tua. Hahahaha!

Buku ini ada cerita. Mungkin biasa-biasa saja bagi orang lain tapi bagi saya yang dapat "berhubung" dengan kisah di dalamnya, ianya memberi kepuasan. Dan kenangan.

Terima kasih, A. Fuadi.

Saya jangka, akan ada buku seterusnya. Bongkar masih hilang, Puti masih belum tahu isi hatinya dan Martiaz, mungkin akan ada hubungan lanjut dengan Ibu Ibeth.
Profile Image for Hestia Istiviani.
1,035 reviews1,962 followers
July 3, 2017
Ahmad Fuadi mempunyai kekuatan untuk menuturkan kisah secara rapi dan runtut. Plotnya tersusun minim celah sehingga pembaca bisa mengikuti dengan nyaman. Tidak terburu-buru dan tidak juga dibuat mengantuk. Begitu pula dengan penokohannya yang masing-masing tokoh sentral memiliki latar belakang yang cukup kuat untuk dikembangkan.

Resensi lengkapnya
Profile Image for Utha.
824 reviews398 followers
February 11, 2018
Akhirnya selesai juga baca novel ini. Khas Ahmad Fuadi, seru dan enak dibaca. Menceritakan Hepi, bocah laki-laki bandel yang dikirim ayahnya ke kampung halaman. Ceritanya sih enak dibaca, tapi naik-turun untuk pace-nya.

"Itulah hebatnya mereka, membunuh kepribadian orang dengan menciptakan cerita-cerita bohong. Fitnah yang diceritakan dan dikipasi terus sampai marak jadi api unggun." hlm. 253

"Aku heran kenapa negeri ini sekarang percaya kepada yang tidak layak dipercaya. Kabar di jalan, di lapau, di pasar, kabar bisik-bisik, kabar ambuih-ambuih. Semakin beredar, kabar semakin bertambah bunga-bunganya. Tidak kayak tidak miskin, cerdik pandai, senangnya menyebar kabar fitnah tidak jelas ini." hlm. 254

Kutipan di atas menunjukkan gue paling suka dengan karakter Pandeka Luko.

3.5 bintang
Profile Image for Lailaturrahmi.
154 reviews18 followers
December 31, 2019
Buat saya, buku ini mengena karena 1. berlatar Minangkabau, 2. kisah pencarian jati diri, 3. pertemuan dan perlintasan antara orang urban dan orang kampung dengan segala dinamikanya. Sebagai orang yang belum pernah tinggal lama di ibukota, saya masih mengira-ngira seperti apa rasanya menjadi orang rantau yang pulang sesekali sambil membawa oleh-oleh dan cerita kesuksesan. Kendati demikian, saya sadar pula bahwa rantau bisa mengubah orang kampung dan kampung itu sendiri. Jika Anda bingung maksud saya, akan sangat baik jika Anda baca buku ini sendiri.

Namun tenang saja, Anak Rantau bukan buku diskursus urban vs rural, tradisi vs modernitas, dan sebagainya, melainkan kisah tentang Hepi, si anak rantau yang ditinggal ayahnya di kampung dan menjalani hidupnya dengan berkelindan sedih, marah, dan dendam di sana pada awalnya. Bersama Zen si penyayang binatang (yang agak mengingatkan saya dengan Lennie Small di Of Mice and Men) dan Attar si jago ketapel, hari-hari Hepi di kampungnya, Tanjung Durian, menjadi semakin berwarna meski sering dimarahi Datuk Marajo, kakeknya yang berwatak keras. Datuk Marajo pun sehari-harinya berusaha untuk menukar segantang dosa masa lalu dengan keping demi keping amal saleh sebagai penebusnya.

Pada akhirnya tampak jelas apa yang sebelumnya tersembunyi. Bahwa yang dirasakan Hepi selama ini bukan dendam, melainkan rindu. Bukan ambisi untuk membuktikan diri di hadapan sang Ayah, melainkan semangat untuk belajar dari alam dan orang-orang di sekitarnya.

Keseharian trio Hepi, Attar, dan Zen juga mengingatkan saya dengan film Surau&Silek (dan mudah-mudahan kisah Anak Rantau ini juga bisa menyapa penonton dari layar lebar).
Profile Image for Afifah Alfiandri.
46 reviews
August 28, 2021
Saya menemukan buku ini di perpustakaan daerah, tempat biasa saya meminjam buku. Sebenarnya sudah cukup lama melihat buku ini, namun baru memutuskan meminjam kemarin-kemarin.

Seperti biasa dan seperti yang terlihat pada judulnya pula, A. Fuadi juga memasukkan unsur ke-Minangkabau-an di dalam novel ini. Menurut saya, kejadian yang dialami si tokoh utama, Hepi, cukup "relate" dengan kehidupan saya di beberapa bagian, karena saya juga anak rantau di kampung Ayah, di Sumatera Barat. Jadi, alur cerita si Hepi ini cukup membikin penasaran. Pesan yang bisa diambil dari novel ini, bagi orang Minang, tentu saja mengingat kembali nilai falsafah yang dibawa oleh para pendahulu kita, mengingatkan kembali "Adaik basandi syarak, syarak basandi Kitabullah". Bagi pembaca yang bukan orang Minang, novel ini bisa jadi salah satu sarana untuk berkenalan dengan budaya Minang.

Ada satu hal yang bikin saya kurang sreg saat membaca novel ini, yakni, alur yang terkesan seperti terburu-buru sehingga momennya seperti melompat-lompat. Tapi, secara keseluruhan "Anak Rantau" sangat menarik, dapat "feel"-nya, dan banyak tersisip nilai moral. Selamat membaca!
Profile Image for Naila.
100 reviews46 followers
January 22, 2023
BUKUNYA BAGUS BANGET 😭❤️
Aduh ga tau lagi aku harus nulis ulasan kayak gimana. Salah satu buku terbaik yang pernah kubaca.
Aku merekomendasikan buku ini untuk dibaca paling tidak sekali seumur hidup!
Profile Image for Truly.
2,762 reviews12 followers
January 2, 2018
Blm.sempat bkn review.
Semula saya mengira bakalan bertemu dengan aosok Alif versi lain.

Ternyata kisahnya cukup bisa berbeda dengan seri sebelumnya. Urusan pentingnya pendisikan tetaplah menjadi inti kisah ini.

Sang tokoh, Hepi, memperkenalkan saya dgn budaya Minang yang kental. saya seakan ikut mendengarkan diskusi.seru para datuk. Memahami berbagai petuah yang ada.

seandainya penulis pembuat sosok Hepi tidak begitu saja mudah menerima keadaan ditinggal di kampung, tentu kisahnya makin seru. Misalnya Hapi nekat kabur berjalan kaki sampai mana, lalu kehabisan tenaga. Sementara nyaris seluruh isi desa mencarinya.
Profile Image for Nining Sriningsih.
361 reviews38 followers
July 13, 2018
bisa pinjam di bookabuku.com yaa
=)

"alam semesta ini penuh kejutan. coba kau amati dan renungkan. ambil pelajaran dari semuanya. itulah yg disebut oleh orang-orang tua kita di Minang, alam takambang jadi guru. alam terkembang jadikan guru." (hal 18)

"belum pernah dia menangis seperti ini seumur hidupnya. menangislah dgn puas, katanya kepada dirinya sendiri. ini hanya di antara kita saja, katanya kepada dirinya lagi. tiada yg akan mendengar kita terisak menggerung karena deru air. tiada yg akan tahu air mata kita banjir karena kita sedang basah kuyup di bawah curahan pancuran." (hal 160)

"kita boleh ditinggalkan, tapi jangan mau merasa ditinggalkan. kita boleh dibuang, tapi jangan merasa dibuang." (hal 235)

"bagaimana terlalu berharap kpd manusia & makhluk itu mengecewakan. jadi, kalau merasa ditinggalkan, jangan sedih. kita akan selalu ditemani dan ditemukan oleh yg lebih penting dari semua ini. resapkan ini: kita tak akan ditinggalkan Tuhan. jangan takut sewaktu menjadi orang terbuang. takutlah pada kita yg membuang waktu. kita tdk dibuang, kita yg merasa dibuang. kita tdk ditinggalkan, kita yg merasa ditinggalkan." (hal 255-256)

"dia marah karena sayang. dia dendam karena rindu." (hal 347)

selesai membaca novel ini, bikin q merenung, apalagi quote terakhir..
terlalu banyak dendam yg tersimpan di hati ini.. >,<
petualangan Hepi sbg "anak rantau" seru dan mendebarkan..
smoga q jg bs "maafkan, maafkan, maafkan. lupakan"
:D
Profile Image for Riska Amaliah.
51 reviews17 followers
October 12, 2017
Hal pertama yang menarik buat saya saat awal membaca Anak Rantau adalah:

'Eh, Hepi?
Bagaimana bisa seorang anak laki-laki diberi nama Hepi? Pasti ada alasan tertentu mengapa anak ini diberi nama Hepi oleh orangtuanya.'

Dan benar saja, Hepi merupakan kependekan dari Donwori Bihepi (cmiiw). Kisah berawal dari Hepi si anak laki - laki yang haus perhatian keluarganya (ayah & kakaknya) sehingga dia berulah & dikirim ke kampung ayahnya di Sumatera Barat untuk di didik oleh kakek & neneknya. Dari sinilah kisah petualangan Hepi dimulai.

Bacalah.
Ini bukan kisah petualangan anak-anak seperti yang saya kira pada awalnya. Ini kisah tentang memaafkan & berdamai dengan takdir. Kalian akan menemukan banyak sekali pelajaran hidup didalam novel ini (ini hal yang saya sukai dari membaca novel), kalian akan dibuat tertawa, sedih, gemas juga deg-degan oleh ulah Hepi, Attar dan Zen, kalian juga akan mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat Sumatera Barat seperti melihatnya langsung dengan mata sendiri. Walaupun memang, ada lumayan banyak typo didalam penulisannya.

Sungguh, 2 tahun saya tahu istilah "alam terkembang jadi guru" saat belajar Sastra Indonesia di SMA baru lewat novel ini saya memahami istilah tersebut.
Profile Image for Aditya Prabowo.
46 reviews7 followers
October 1, 2024
Novel Ahmad Fuadi lannya setelah Negeri 5 Menara (versi B. Inggrisnya) kali ini tidak menyangkut kisah Alif (semacam Autobiografidari penulisnya sendiri) dalam trilogi Manara. tapi, cerita baru yang kali ini berfokus pada kehidupan kampung yang terletak di wilayah Sumatra Barat, tentang keseharian kehidupan Anak dari Kota yang baru melihat kampung halamannya disini.

jadi cerita ini berkisahkan tentang seorang anak dari Jakarta bernama Donwori BiHepi (ya itu namanya aneh kan? jangan tanya kenapa namanya begitu yang terpenting itu berasal dari sebuah lirik lagu, dah) seorang anak berusia 15 Tahun yang sangat berbakat dalam Silat hingga mendapatkan sabuk hitam serta Pandai membaca bahkan hingga membuat Perpustakaan ludes ia baca semua. tetapi, ia sering merasa bosan saat nerada dalam kelas, hingga membatnya sering membuat onar & Bolos kelas yang mendapatkan Rapot semesterannya Bolong tanpa nilai. Papanya yang bernama Martiaz. seorang mantan Preman yang baru Tobat, akhirnya mengajak Hepi untuk pergi ke kampung halamnnya yang bernama Tanjung Durian (namanya seperti kampung Durian Runtuh di serial Upin & Ipin tempat mereka tinggal) dimana Hepi diajak bertemu dengan Kakeknya yang bernama Musa yang bergelar Datuk Marajo Labiah, seorang Kepala desa & Imam & Neneknya bernama Salisah yang sempat berkunjung ke Rumahnya Hepi di Jakarta saat ia masih balita. Hepi & Martiaz menghabiskan hari2 mereka di kampung ini. pada saat Liburan selesai. Martiaz memutuskan untuk meninggalkan anaknya untuk tinggal di Kampung kelahirannya ini, untuk memberi pelajaran. Hepi mencoba mengejar Ayahnya itu yang sudah terlanjur menaiki Bis arah Pulang. tetapi itu hanya berhadiahkan Koper yang ia bawa berserakan. & sekarang, dimulailah petualangan Hepi untuk bisa Pulang ke Jakarta dengan mandiri, ditempat yang bahkan Datuk bersyukur bisa tinggal di Kampung ini.

bagaimana Aku bisa jelaskan? jadi... Novel ini jelas bertemakan Petualangan & persahabatan dimana Hepi berteman dengan 2 Orang anak yang tinggal dikampung ini. yakni ada; Attar, seorang anak yang Tinggi & lincah dalam bermain Bola. serta Zen, seorang anak gembul yang cinta sama Hewan, bahkan mungkin ia ingin menjadi kolektor Hewan saat dewasa (mungkin ya). mereka bahkan membuat Markas di atas Surau (semacam Masjid Lokal) di lantai paling atas yang terbengkalai, mereka menamai markas tersebut Sarang Elang (butuh banyak pertimbangan dalam memberi nama) ada banyak Tokoh yang mendiami Kampug ini; dari bang Lenon, Mantan Preman juga selain Martiaz yang katanya sudah Tobat; Ibu Ipet, Guru dari Jakarta keturunan Minang yang telah menjadi Guru di kelasnya Hepi; Puti, pemalu yang suka membaca Novel, sepertinya Hepi punya perasaan sama Tokoh ini (tidak digrubis); Mak Tuo Ros, seorang Ibu2 penjual makanan yang dihormati para penduduk; Serta Pandeka Luko, mantan Tentara tyang telah berperang dalam kemerdekaan Negara kita ini, sayangnya ia Terlibat dalam PRRI yang sebenarnya bermaksud untuk mencari keadilan bagi daerahnya, sekarang ia menjadi seorang Legenda yang salah diartikan, yang malah mengira dirinya adalah Dukun paling berbahaya di Kampung... (Aku bilang apa sih tadi?) oh ya jadi.... Novel ini juga terdapat unsur2 Narkoba, tentang jaringan berbahaya yang menyebar di Pulau Sumatra yang dikaitan dengan pencurian2 barang berharga di kampung tersebut.

walau begitu... Aku merasa apa ya? bosen membaca Novel ini, Aku merasa sudah... selelai bisa baca Novel ini? sepertinya diluar Autobiografi yang difiksikan tentang Ahmad Fuadi ini lebih dapat terasa perjalanan hidupnya. yang satu ini seperti sedang menonton episode sinetron yang... tak pernah Aku perhatikan... (sepertinya Aku bahkan kekurangan ide menuaikan kritik tentang Buku ini) ini sebenarnya cuma Buku Anak2 jadi, tidak perlu dibawa serius.

jadinya begitu saja pendapatku mengenai cerita anak yang merantau ke kampung halamannya. gimana? apakah AKu menikmatinya? samapaikan salam untuk Review Aku berikutnya, sampai jumpa.....
Profile Image for Nur Afifah.
96 reviews3 followers
May 26, 2018
Cerita berawal dari kisah Hepi yang nakal, sehingga dia harus "dibuang" oleh bapaknya—Martiaz—ke kampung halaman dengan tujuan agar Hepi dididik oleh kakeknya, tentunya secara islamiyah. Tentu Hepi marah, yang selanjutnya berujung ke usahanya menabung agar ia bisa balik ke Jakarta—rumahnya. Pekerjaan apapun ia jalani mulai dari kurir hingga tukang cuci piring.

Tak hanya itu, dia juga dididik di pendidikan surau ala warga Sumatera yang diemban oleh kakeknya. Nama kegiatannya "Berdirinya Surau Kami". Dimana anak-anak seumuran Hepi tidur di surau, berkegiatan bermanfaat seperti mengaji, azan, dan berlatih silat. Awalnya memang sulit, namun berbagai hal terjadi sehingga program "Berdirinya Surau Kami" benar-benar banyak peminatnya.

Salah dua tokoh yang aku suka dalam cerita ini adalah Kakek dan Pandeka Luko. Kakek yang tak gentar mendidik anak-anak kampung untuk menjadi remaja yang islamiyah. Sedang Pandeka Luko yang memendam dendamnya sendiri serta menguburnya dalam-dalam demi kebaikan, dan seorang penulis.

Latar yang paling aku sukai adalah Sarang Elang dan perpus milik Pandeka.

Ceritanya asik, menggunakan kata-kata perandaian yang cantik, deskripsi tentang budayanya juga lengkap. Jempol deh 👍. .
Bagi anak rantau, wajib baca! 😎
Profile Image for Tika W.
75 reviews7 followers
August 3, 2017
Membaca Anak Rantau seperti membaca petualangan Empat Sekawan versi Minang. Ceritanya melibatkan emosi melankoli sekaligus petualangan detektif kampung cilik Hepi, Attar, dan Zen. Dibuka dengan adegan Hepi digantung preman, novel ini nyaris sukses dengan twist plotnya, namun malah tertebak di seperempat bagian akhir ketika eyang Hepi menyambangi rumah Pendekar Luko.

A. Fuadi (seperti biasa) membudidayakan taman bunga kata-kata dalam tulisannya. Banyak istilah berbahasa Indonesia yang kurang familiar bagi saya, apalagi novel tersebut kental dengan kosakata Minangkabau.

Ada plot cerita yang dirasa nggak perlu, menurut saya, yaitu masa lalu kelam eyangnya Hepi. Terlalu memaksakan kalau jadi latar belakang ketaatannya pada agama. Kalau cerita gratifikasi itu dihilangkan, tidak akan mengubah esensi cerita, kami cukup puas menerima bahwa eyang Hepi tipikal orangtua konservatif pada umumnya.

Untung saja A. Fuadi membubuhkan detail2 cerita dengan pas dan logis. Ia pun cukup lihai menggambarkan emosi tokoh sekaligus mengaduk emosi pembaca.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Hanifah .
113 reviews5 followers
September 8, 2024
"Kalau orang tua itu sendiri yang lemah dan goyah, apa yang mau diharapkan?" -168

Sebagai orang tua didiklah anak sesuai jaman. Tentu tidak mudah membentuk karakter anak yang punya prinsip, nilai dan pembiasaan beribadah. Fondasi itu dibentuk dari keluarga kecil terdiri dari ayah dan ibu yang menjalankan kewajiban sebagai orang tua.

Jangan-jangan karakter anak jaman sekarang yang negatif itu salah satu dari kontribusi yang menormalisasikan hal yang salah dianggap benar atau membiarkan begitu saja. Degradasi moral.

Kembali lagi yang perlu dievaluasi adalah diri sendiri, ini cara untuk memperbaiki generasi kedepannya. 💫
Profile Image for Indira.
200 reviews5 followers
September 18, 2022
Wholesome read! Quite an easy book to pick up and I really enjoyed reading a non-Java-centric Indonesian book. Although it doesn’t really “feel” very deep like a lot of other books are (in fact, a lot of the things that happen in the book are very mundane, and the main characters are also teenagers), at the end of the day the book is about what it means to feel rejected, and what it means to feel a sense of belonging.

Thank you Lala for the recommendation!

3.5/5
Profile Image for Amel.
205 reviews4 followers
August 12, 2025
☆ 3.5/5

Cerita yang cukup mengesankan, tapi terasa ada lubang-lubang ketidaksempurnaan yang kurasa seharusnya bisa ditutup dengan rapi oleh penulis.

A. Fuadi dengan tulisannya yang selalu indah, dan selalu penuh makna. Keindahan dan makna itu juga akan dengan leluasa ditemukan di buku ini.

Sepanjang baca, aku banyak menulis catatan-catatan di sepinggiran buku. Selain itu juga menandai dengan garis bawah apa-apa pelajaran berharga atau sesuatu yang perlu aku komentari.
Profile Image for Harumichi Mizuki.
2,430 reviews72 followers
March 20, 2020
Ya Allah. Indah nian novel ini! Aaaaaa! Ya Allah Ya Rabb. Semoga novel ini berumur panjang dan bisa terduplikasi jadi banyak media.

WAG SatuPena itu, pengin gabung huahauahua. Pengin segrup WA sama Ahmad Fuadi hauahauah. Akademi Menulis 5 Menara... ada, ya?

Cerita novel ini adalah... aaaaaa... nanti diterusin kalau udah di laptop, ngetiknya lebih enak. Aaaa. Ya Allah....
Profile Image for Indriana .
36 reviews
February 1, 2023
Novel ini penuh dengan pesan moral, bermandikan beragam petuah minang yang bermakna dan gambaran kehidupan di salah satu kampung dengan kisah seorang anak rantau yang begitu mengandung emosi. Sangat menarik, dan buku ini juga cocok untuk dijadikan film.
Profile Image for Erick Paramata.
21 reviews8 followers
January 2, 2018
Tadinya saya pikir ini buku tentang seorang mahasiswa yang merantau kemudian berjuang di tanah rantau untuk semangkuk mie rebus di akhir bulan. Ternyata salah. Ini cerita tentang seorang anak yang merantau di kampung halaman bapaknya.

Ada banyak petualangan menarik, banyak belajar juga soal adat dan budaya Minang. Menarik. :)
Profile Image for Vivin.
26 reviews
September 17, 2017
Pertama kali tahu A. Fuadi dari buku Negeri 5 Menara yang langsung buat saya jatuh hati dengan tulisannya. Buku yang ditulis oleh Beliau selalu sarat dengan pesan moral dan ajaran-ajaran yang menurut saya sangat bagus dan dikemas dengan bahasa yang menarik. Hal ini jarang sekali saya temukan di novel-novel zaman sekarang yang seringnya hanya berisi percintaan - roman picisan saja.
Dan A. Fuadi membuktikannya lagi melalui novel ini. Dengan bahasa yang nikmat untuk dibaca, jalan cerita yang menarik, dan pesan moral yang sangat baik, saya tidak ragu memberikan bintang 5 untuk novel ini.
Profile Image for Romey Linda.
23 reviews2 followers
June 19, 2018
Awalnya baca buku ini sedikit bingung karena ada beberapa kosakata yang tidak begitu aku pahami.

Namun, semakin dibaca semakin larut dalam ceritanya. Alam mengajarkan banyak hal bagi kita. Tingkah Hepi yang songong dan rasa ingin tahu yang begitu besar membuat dia dalam masalah. Namun, satu hal yang sangat saya sukai dari Hepi adalah ketika dia melihat buku matanya langsung berbinar-binar.. Ada dahaga/hasrat untuk segera "melahap" buku-buku tersebut.

Benci dan rindu beda tipis. Jangan biarkan dendam menguasai diri kita. Orang-orang baik teruslah berbuat dan jangan hanya berdiam diri saja.
Profile Image for Jiwa Rasa.
407 reviews59 followers
March 25, 2019
A Fuadi tidak pernah mengecewakan. Cerita yang menarik
Profile Image for Haryadi Yansyah.
Author 14 books62 followers
December 18, 2019
Anak Rantau [2017]

Donwori Bihepi aka Hepi adalah anak yang tumbuh tanpa didikan seorang ibu. Dia hanya tinggal bersama Martiaz -ayahnya yang mantan preman, dan seorang kakak perempuan.

Ayahnya kini sudah bertobat dan membuka pabrik percetakan di Jakarta. Kakaknya beranjak dewasa yang mulai sibuk dengan segala urusan di rumah, kuliah dan juga mengurusi pabrik sehingga Hepi kadang merasa kurang diperhatikan.

Anak cerdas ini melancarkan sebuah "balas dendam" dengan cara membandel di sekolah. Bukan menjadi anak bebal yang suka tawuran dsb, tapi dengan tidak mengisi satupun jawaban saat ujian, padahal dia mampu melakukannya.

Dia ingin ayahnya marah. Dia ingin ayahnya memperhatikannya.

Alih-alih mengamuk seperti bayangannya, ayahnya hanya diam seribu bahasa. Dia bahkan mendapatkan hadiah pulang kampung ke desa ayahnya di Sumatra Barat sana. Tempat yang selalu ia rengekkan tapi tak juga dipenuhi ayahnya.

"Ini jelas kemenangan yang terlalu gampang. Bukan perhatian semacam ini yang ia bayangkan." Hal.11.

Dari sini, dan dari judulnya kita sudah tahu apa yang terjadi pada Hepi, bukan? yak benar. Hepi kemudian ditinggalkan di desa bersama kakek dan neneknya.

Hepi marah luar biasa dan dia merasa terbuang. Ayahnya pun sebetulnya tak tega, namun dia meneguhkan hati dengan harapan Hepi akan belajar nilai-nilai kehidupan di kampung.

"Jika kau mau pulang, carilah sendiri uang untuk ongkos ke Jakarta," kata ayahnya.

Sejak itu, Hepi bertekat untuk membuktikan bahwa ia bisa. Di bawah pengawasan kakeknya yang tegas dan neneknya yang lembut, Hepi berupaya mencari pekerjaan.

Bersama dua teman barunya -Attar dan Zen, Hepi bekerja di sebuah warung makan. Apa saja dia lakukan dimulai mencuci piring, melayani pembeli, dsb.

Tapi upahnya sangat sedikit. Makanya, dia berani menerima tawaran Bang Lenon menjadi asisten pribadi. Kakeknya tak suka, karena Lenon adalah bandit besar yang kembali ke kampung karena sudah bertobat. Kakeknya masih belum mempercayai itu.

Di kampung, ada juga sebuah rumah yang dihuni oleh Pandeka Luko, sosok misterius yang dipercaya memiliki kekuatan gaib dan sering mencelakai orang. Ini Hepi ketahui saat tak ada yang berani mengambil bola yang tak sengaja masuk ke perkarangan Pandeka Luko.

"Berbahaya! gak ada yang berani masuk ke dalam sana," ujar sahabatnya.

Kehidupan hepi berjalan lambat di kampung. Dia ingin sekali pulang ke Jakarta. Naas, uang yang selama ini ia kumpulkan hilang bersamaan beberapa barang di rumah.

Kampung mereka menjadi tidak aman! dan, mereka berusaha untuk mencari tahu siapa dalang dibalik semua kejadian ini.

Endingnya sendiri pasti sudah ketebak, ya. Tapi, yang spesial dari buku ini ialah A Fuadi dapat meramu kisah drama dan misteri dengan mengaitkannya terhadap kebudayaan di Sumatra Barat.

Aku takjub loh dengan deskripsinya soal perkampungan, adat istiadat (misalnya acara khataman Alquran yang ternyata semeriah itu), kebiasaan merantau hingga menyentuh kisah PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) yang dulu ada di Sumatra Barat di tahun 1958.

Sebagaimana trilogi Negeri 5 Menara, aku kembali merasakan kekhasan yang sama dari diksi-diksi yang digunakan oleh A.Fuadi. Sempat terbersit, "ya ampun ingin rasanya bisa nulis kayak gini."

Aku suka banget buku ini. Dibeli setahun lebih lalu, tapi aku baru menuntaskannya sekarang hehe. Dulu, pas baca beberapa puluh halaman, bukunya dipinjam dan aku tak tega hati menolak. Baru semalam aku menutaskan buku setebal 360-an halaman ini.

Skor akhir 9/10

Beberapa kutipan yang aku suka (dan baru tertandai setelah menjelang akhir buku hehe).

"...bagaimana sedih dan merasa terbuang itu melemahkan. Bagaimana terlalu berharap kepada manusia dan makhluk itu mengecewakan." Hal.255

"Rindu yang selama ini dia selubungi erat-erat dengan sedih dan marah. Dia marah karena sayang. Dia dendam karena rinu. Alangkah anehnya perasaan itu bekerja. Dia membolak-balik logika suka-suka, dan dia ternyata mau saja diperdaya." Hal.347.


1 review
February 2, 2018
Judul buku: Anak Rantau
Penulis: A. Fuadi
Penerbit: PT Falcon
Terbit: Cetakan keempat, Desember 2017
Harga: Rp90.000
Tebal: 382 halaman
Ukuran: 14 x 20.5 cm
Cover: Softcover
ISBN: 978-602-605114-9-3

Merantau di Tanah Kelahiran Ayahku
Setelah sukses dengan novel “Negeri Lima Menara”, A Fuadi kembali membuat novel yang berjudul “Anak Rantau”. Novel karya A. Fuadi ini menceritakan keinginan anak yang merasa di buang ke kampung halaman ayahnya untuk kembali ke tanah kelahirannya. Keinginan tokoh utama untuk pulang melunasi sebuah dendam. Donwori Bihepi biasa di panggil Hepi adalah tokoh utama di Novel ini. Ayahnya Martiaz yang seorang perantau dan kakak perempuannya Dora yang sudah SMA hanya berbeda beberapa tahun dengannya yang SMP dan berumur 15 tahun.
Menjadi piatu sejak kecil membuatnya iri dengan kebanyakan teman-temannya yang mendapat perhatian lebih dari ibu mereka. Ayahnya yang sibuk dengan perusahaan percetakannya dan kakaknya yang sibuk dengan urusannya sendiri sejak SMA tak sempat mendidik hepi dengan baik. Jadilah ia anak nakal yang sering bolos sekolah membuat nilainya jelek. Setelah melihat nilai rapor Hepi yang kosong membuat bapaknya merasa gagal mendidik anaknya dan memutuskan membawa anaknya pulang ke tanah kelahirannya yang telah ia tinggal begitu lama.
Setelah beberapa minggu di Kampung Tanjung Durian tinggal bersama ayahnya, kakeknya Datuk Marajo Labiah dan neneknya Salisah, Hepi menemukan teman Baru Attar dan Zen. Ayahnya juga memutuskan untuk menitipkan anaknya dengan Ayah dan Ibunya di kampung. Hepi yang merasa di buang begitu dendam pada ayahnya. Maka Hepi memutuskan untuk mencari uang di kampung demi membalaskan dendamnya pulang ke Jakarta dengan tiket pesawat.
Setelah melakukan petualangan bersama dua sahabatnya, mencari uang sana sini untuk sebuah dendam. Lalu setelah semua ini apakah ditinggalkan masih sebuah dendam? Setelah kenangan bersama teman-temannya? Apakah kerja kerasnya hanya untuk sebuah dendam? Ataukah itu semua hanyalah sebuah rindu? Begitulah yang dipikirkan Hepi setelah berhasil mengumpulkan uang yang ia cari dengan kerja keras. Setelah pengalaman hidupnya di kampung membuatnya mempertanyakan keinginanya untuk membalaskan dendamnya.
Novel ini menceritakan petualangan bujang rantau di tanah minang. Anak yang merantau di tanah kelahiran bapaknya sendiri. Menceritakan pentingnya memaafkan dan dendam yang sia-sia. Tentang arti penting persahabatan, kerja keras, dan bahkan masa lalu yang telah terlupakan. novel ini menceritakan tentang lingkungan hidup yang memberikan banyak pelajaran dan wawasan kepada tokoh utama “Alam terkembang jadi guru” yang menjadi amanat hidup Hepi dan kawan-kawan. Novel ini juga menceritakan tentang budaya orang minang yang sekarang sudah mulai hilang.
Hanya saja masih ada kata-kata yang menurut saya dilebih-lebihkan seperti “Sarang jin” ataupun “Biduk hantu”, alur yang tidak begitu menarik dan datar di awal cerita yang hanya memuat masa lalu tokoh utama dan budaya orang minang. Masih ada juga beberapa kesalahan penulisan kata dalam novel ini. Dari cover buku warnanya cukup menarik dan menggambarkan anak yang ditinggal di suatu tempat yang terlihat bukanlah sebuah kota sehingga kurang sesuai dengan judulnya. Ataupun mungkin ada arti lain dari “Anak Rantau” pada novel ini. Novel ini saya rekomendasikan untuk pembaca kalangan umum. Melalui novel ini, kita dapat merasakan petualangan di tanah minang sekaligus kebiasaan dan budayanya.








Profile Image for Yuan Astika Millafanti.
314 reviews7 followers
August 17, 2022
Anak Rantau • A. Fuadi • Falcon • Cetakan ketiga, Februari 2022 • x + 372 hlm.

"Aku pernah berperang karena dendam dan marah. Akibatnya menyakitkan hati, baik ketika menang apalagi ketika kalah. Karena itu jangan berbuat apa pun karena dendam dan marah, tapi bertindaklah karena melawan ketidakadilan," - Hlm. 273

Hepi merasa kecewa, sedih, dan marah setelah ditinggalkan oleh Martiaz, bapaknya--satu-satunya orang tua yang tersisa--di kampung halaman orang tuanya lantaran Hepi tinggal kelas. Dendam membuatnya mengukuhkan janji untuk terbang kembali ke Jakarta dengan uang hasil jerih payahnya sendiri demi bersitatap dengan Martiaz.

Bersama kedua sahabatnya, Attar dan Zen, Hepi berusaha mengumpulkan uang keping demi keping. Mulai dari membantu di lapau Mak Tuo Ros, menjadi kurir pengantar paket Bang Lenon, sampai menjual durian hasil panen kakeknya. Namun, perjuangan itu tidak mudah. Celengan Bambu yang nyaris penuh digasak maling berbarengan dengan raibnya perhiasan neneknya serta mik dan pelantang suara surau. Mampukah Hepi kembali ke Jakarta dengan uangnya sendiri?

Jujur saja, nama besar penulis sudah membuatku penasaran. Baru kali ini aku berkesempatan membaca karyanya. Kini aku malah kebingungan bagaimana harus memulai merangkai kata perihal pengalamanku saking menariknya buku ini.

Aku tersentak ketika membaca empat halaman pertama cerita. Penulis cukup piawai memasukkan penggalan konflik sebagai pembuka. Halaman ini berhasil membuatku membalik halaman berikutnya dengan rasa penasaran akan kelanjutan cerita. Halaman-halaman selanjutnya aku justru dibuat terkesima perihal kisah tanah Minang. Entah soal alamnya, adat dan tindak-tanduk warganya, atau makanannya.

Seperti yang tercantumkan pada sampul belakang buku ini, aku pun mengakui bahwa buku ini adalah paket lengkap. Kita akan menemukan kisah dendam-rindu-cinta keluarga, petualangan, persahabatan, isu lingkungan hidup, budaya, serta sejarah. Saking banyaknya isu dan tema yang diangkat buku ini, aku sampai kebingungan sendiri mencari tahu sebetulnya topik (paling) besar apa yang diusung oleh penulis: kebudayaan yang mulai terkikis, ketidakacuhan manusia akan alam, atau justru soal persahabatan dan kasih keluarga. Apanpun itu, aku sangat menikmati buku ini.

Kalau kamu kerap memilih bacaan dari desain sampulnya yang menarik, kupastikan kamu tidak akan kecewa membaca buku ini. Selain itu, bagi kamu yang tengah berjarak dengan tanah Minang, mungkin saja buku ini mampu mengaburkan sedikit kerinduanmu. Keren!

"Kita tidak dibuang, kita yang merasa dibuang. Kita tidak ditinggalkan, kita yang merasa ditinggalkan. Ini hanya soal bagaimana kita memberi terjemah pada nasib kita." - Hlm. 256

"Merdeka ternyata tidak selalu melahirkan keadilan. Mungkin tidak tepat terlalu berharap, atau aku telah salah berharap kepada sesama manusia. Berharap itu memang hanya kepada Tuhan Maha Pencipta." - Hlm. 252
Profile Image for Felita.
1,216 reviews52 followers
March 4, 2018
Bisa dibilang membaca buku ini, setelah ada kesempatan bertemu sang pengarang di program TV Kick Andy. Masih ingat betul ketika selesai show, aku maju ke atas panggung dan minta berfoto. Deg-deg-deg an pasti, kubilang

" Pak Fuady, saya sudah membaca seri buku bapak negeri 5 menara "

" Sudah kamu baca buku saya yang terbaru ? Anak rantau ?"

"Belum pak."

"Coba baca deh, saya buat cerita itu dengan gaya yang berbeda dari negeri 5 menara"

Dan di sinilah, setelah beres membaca, kupikir beginilah seharusnya budaya diperkenalkan dalam cerita fiksi. Budaya Minang sangat kental dalam cerita ini, kembali membuat nostalgia, bagaimana kehidupan anak kampung yang penuh dengan nilai adat.

Hepi, anak Jakarta, ditinggalkan bapaknya di kampung halamannya. Gara-garanya, Hepi bandel di sekolahnya. selalu bolos. Bapaknya hilang akal buat mendidik Hepi. Maka Martiaz, bapaknya Hepi meminta tolong ke ayahnya di kampung untuk mendidik Hepi. Kebetulan watak kakeknya Hepi ini sangat keras. Martiaz berharap Hepi bisa belajar banyak.

Sementara Hepi, dia kesal ditinggalkan bapaknya di kampung. Sebetulnya Hepi selalu bolos itu lantaran pengen bapaknya memperhatikannya lagi. ngga disangka, kenakalannya itu jadi back fire, Hepi ditinggalin ama kakeknya yang keras. kekesalan ini bikin Hepi membulatkan tekad buat ngumpulin uang untuk bisa beli tiket pesawat ke Jakarta.

Konfliknya adalah bagaimana Hepi berjuang mencari pekerjaan kecil-kecilan dan beradaptasi dengan hidup di kampung. ngga ada ditampilkan teknologi handphone, bikin cerita ini bebas dari penggunaan gadget. rasanya kembali ke tahun 90-an. bikin kangen ama kampung halaman sendiri. hiks....

Suka deh membaca kegiatan Hepi. Main di danau, belajar agama dan silat ama kakeknya, dan mencoba mendekati Pandeka Luko, orang misterius di kampung. Ahmad Fuady berhasil membuat pembaca bernostalgia dengan suasana kampung. Gaya story tellingnya lebih baik dibanding negeri 5 menara. tetapi alurnya agak lambat hampir sepertiga buku, yang kalau pembaca seperti aku butuh kesabaran untuk menantikan apa klimaks cerita ini.

Terakhir ceritanya tentu happy ending. tapi sebagian kecil dari endingnya, mengingatkanku dengan cerita negeri lima menara, di mana Alif yang masih tinggal di kampung, berusaha belajar biar keterima sekolah.

Buku ini recommended buat bernostalgia dengan suasana tradisional kampung, khususnya Minang. Plus cerita dengan gaya seperti Enid Blyton atau bocah petualang. Saat Hepi berpetulang di kampungnya sampai dia menemukan jaringan narkoba. Aku berandai-andai, dari sini Hepi ke depannya jadi seperti Inspektur Saldi.

4 bintang
Profile Image for Niki Yuntari.
87 reviews7 followers
December 30, 2017
Ini adalah novel pertama A. Fuadi yang saya baca. Saya tertarik membaca karena terpikat dengan cover-nya yang entah mengapa menggoda saya untuk membaca buku ini. Covernya bagus. Ternyata gambar sampul ini adalah ilustrasi Hepi, ketika di tinggalkan oleh ayahnya pulang ke Jakarta. Wah, ternyata sampul ini tak sekadar sampul biasa yang tiada makna. Dari gambar sampulnya saja sudah merepresentasikan isi cerita novel ini.

Saya agak terkecoh dengan judul novel ini. Anak Rantau. Saya pikir novel ini menceritakan lika-liku kehidupan sekorang perantau. Namun saya salah total. Novel ini justru menceritakan seorang anak rantau yang pulang ke kampungnya setelah sekian lama.

Prolog dibuka dengan kisah Hepi dan kedua kawannya, Attar dan Zen yang tengah tegang menanti akhir dari nasib mereka. Saya menyukai cara penulis membuka cerita. Pembaca dibuat deg-deg-an dengan nasib Hepi dan kawan-kawannya, hingga penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Tapi ternyata kisah ini adalah ‘gong’ yang kelanjutannya baru saya temukan menjelang akhir cerita.

Kisah ini diceritakan dengan alur maju yang dapat saya nikmati saat membacanya. Tidak cepat, tidak lambat juga. Seluruh cerita dikisahkan dengan sangat detail oleh penulis, kental sekali dengan budaya Minang. Saya juga mendapati kisah yang saya nggak duga sama sekali. Kisah perjuangan seorang pahlawan kemerdekaan dan usahanya untuk memaafkan. Padahal saya pikir, ini hanya tentang Hepi dan petualangannya.
Di dalam novel ini pembaca tidak akan bosan. Karena penulis menyelipkan sedikit humor yang mampu membuat sebuah adegan serius menjadi agak santai. Tak hanya itu, diberikan pula pengetahuan yang selama ini telah salah kaprah dipahami oleh orang-orang. Saya termasuk orang yang kurang paham dengan itu. Saya hanya bisa ber-oh- ria saat mengetahui kebenarannya. Hayoo, pedang dari Jepang itu namanya apa?

Selain pengetahuan umum saya bertambah, kosa kata saya pun demikian. Saya harus bolak balik membuka KBBI, karena cukup banyak kosa kata yang saya baru dengar. Kosa kata bahasa Indonesia saya seketika meningkat, hahaha.

Namun sayang sekali, di dalam novel ini ada beberapa kata yang nggak berspasi. Memang nggak terlalu kelihatan. Tapi akan lebih baik bila hal-hal kecil seperti ini diperhatikan. Selebihnya, novel ini nggak ada masalah lain kok.
Review selengkapnya dapat dibaca di sini https://wennykinanthi.wordpress.com/2...
Profile Image for Kai.
84 reviews2 followers
January 11, 2025
"Cover cantik, isinya juga cantik", itu kesimpulan saya selepas membaca Anak Rantau. Saya akui kalau saya memboyong novel ini dikarenakan jatuh hati dengan covernya, dan siapa yang menyangka kalau isinya pun 'daging'.

Diawali dengan prolog yg mendebarkan, bang Fuadi seperti khasnya membubuhkan banyak petuah-petuah dan taman bunga kata-kata dalam karyanya. Tentu, sama seperti karyanya yang lain, Anak Rantau juga diisi dengan pendidikan.

Awal mula saya berpikir kalau Anak Rantau bercerita tentang sosok seperti Alif, namun ternyata lebih dalam dan berwarna.

Hepi, seorang anak Jakarta yang diceritakan berusaha 'menarik' perhatian sang ayah di hari pembagian raportnya, ternyata justru berakhir dikirim ke rumah sang kakek dan nenek di tanah Minang. Berada di tanah Minang inilah yang nantinya akan membentuk dan mendidik karakter Hepi.

Saya pikir ada beberapa part yang tak perlu dikisahkan dan takkan mengubah jalan dan makna cerita. Saya senang dan 'terpukul' dengan kisah Pandeka Luko yang tanpa sadar juga mengiyakan dan setuju dengan kisah-kisah beliau yang menyayat hati.

Menuju akhir cerita, plot twist banyak ditemukan. Walau beberapa sudah saya tebak sejak awal dan benar, namun ngga nyangka kalau ternyata Pandeka Luko kakeknya Hepi! Pengembangan tiap karakter juga cukup memuaskan, terlebih dengan mantra "maafkan, maafkan, maafkan, lupakan". Semoga kita senantiasa berbesar hati untuk memaafkan ya.

Lebih jauh daripada itu, adalah benar pendidikan dan guru yang tepat akan mempengaruhi karakter para penerus bangsa. Memang, mendidik anak bukan duduk perkara yang mudah, tapi masa anak-anak adalah masa emas untuk membentuk moral dan karakternya, kan?

Walaupun saya baru mendapat feel dan pace nya setelah menghabiskan ratusan halaman, saya ucapkan terima kasih terkhusus pada Penulis karena dengan karyanya ini, saya merasa dipeluk dan dituntun bareng. Terakhir, saya jadi pengen terbang langsung ke Minang karena budaya yang diceritakan di Anak Rantau ini bikin penasaran <3
Profile Image for Faiz • فائز.
357 reviews3 followers
February 21, 2025
Hepi, seorang anak kota yang tumbuh dalam kasih ayah, tanpa dakapan seorang ibu, di kota besar Jakarta. Kehidupannya yang terjungkir balik di kota kerana kekurangan perhatian ayahnya yang sibuk dengan kerja demi membesarkan Hepi dan kakaknya, telah menjadikan dirinya tercampak ke Tanjung Durian, sebuah kampung di ranah Minang. Ayahnya, Martiaz merasakan hanya dengan asuhan di kampung, oleh datuk dan neneknya akan menjadikan kehidupannya kembali kepada aturan yang selayaknya.

Kesal dengan keputusannya ayahnya, tujuan Hepi di kampung hanya satu: membeli sendiri tiket pesawat ke Jakarta. Dia menerima cabaran ayahnya untuk pulang sendiri ke Jakarta. Pertemuan Hepi dengan Kakek dan Nenek, Datuk Marajo dan Salisah, dua orang teman sepermainannya, Zen dan Attar, Pandeka Luko, Ibu Ibet, Puti, Lenon dan ramai lagi telah mencorakkan ‘perjuangan-membeli-tiket’nya. Tanpa Hepi sedar, yang didapati dalam ‘perjuangannya’ bukan hanya uang semata-mata, bahkan kekeluargaan, cinta, persahabatan, dendam dan luka, khianat, keberanian dan pengorbanan.

---

Cerita ini bukan sekadar perihal rantau, tapi peribadi diri dan peminggiran tradisi. Bagaimana peribadi yang kuat itu tidak hanya terbina dengan perjuangan yang menuntut luka, tapi juga dengan akal yang sihat dan tajam kerana membaca. Dan bagaimana kerosakan mulai menampakkan dirinya, apabila tradisi yang baik mulai dipinggir dan dilupakan.

Anak Rantau ini terlalu lunak ceritanya. Ada semacam perasaan sebak dan terharu yang kekal membekas dalam hati ini, dan mungkin hanya akan larut setelah beberapa hari. Jarang perasaan sebegini muncul selepas saya menamatkan mana-mana cerita, melainkan ia benar-benar menyentuh satu bahagian yang tersembunyi dalam hati ini. Bahagian yang paling menyentuh ialah perihal merasa terbuang oleh Pandeka Luko. Pesannya: “kita tidak akan ditinggalkan Tuhan. Jangan takut menjadi orang terbuang”.

Anak Rantau, pasti akan dibaca lagi di kemudian hari! Dan, akan diulas kembali dengan perasaan yang baharu barangkali.
Displaying 1 - 30 of 213 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.