Jump to ratings and reviews
Rate this book

Rumah Bambu: Kumpulan Cerpen Pertama dan Terakhir

Rate this book
Rumah Bambu adalah kumpulan cerpen Romo Mangun yang pertama dan terakhir kali diterbitkan. Sebagian besar cerpen-cerpen itu ditemukan di rumah penulis, di Kuwera, Yogyakarta, dalam keadaan penuh koreksi dan sulit dibaca. Dari duapuluh cerpen yang ada dalam buku ini, hanya tiga yang pernah dipublikasikan.

Hampir semua tema cerita dalam buku ini adalah peristiwa-peristiwa yang kelihatan sederhana, sepele, dan mungkin remeh. Memang, Romo Mangun adalah sosok yang dikenal sederhana, lembut, mudah terharu dengan penderitaan orang lain, tetapi kalau perlu, bisa juga keras. Bila hari hujan, ia sering membayangkan nasib anak-anak gelandangan yang tidur di emper-emper toko. Kalau sudah gelisah, ia lantas berjalan mengelilingi meja makan, bisa sampai lebih dari 15 kali.

Buku ini menantang kita untuk merasakan kehidupan manusia yang mung kin tidak pernah kita bayangkan.

200 pages, Paperback

First published January 1, 2000

58 people are currently reading
596 people want to read

About the author

Y.B. Mangunwijaya

43 books276 followers
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya was an architect, writer, Catholic priest, and activist. Romo Mangun (Father Mangun) was publicly known by his novel "Burung-Burung Manyar" which was awarded Ramon Magsaysay Award for South-East Asia Writings on 1996.

Not only active in the fiction genre, Romo Mangun also wrote many non-fiction and architectural works such as "Sastra dan Religiositas" [tr.: Literature and Religiosity] which won The Best Non-Fiction prize in 1982.

Bibliography:
* Balada Becak, novel, 1985
* Balada dara-dara Mendut, novel, 1993
* Burung-Burung Rantau, novel, 1992
* Burung-Burung Manyar, novel, 1981
* Di Bawah Bayang-Bayang Adikuasa, 1987
* Durga Umayi, novel, 1985
* Esei-esei orang Republik, 1987
* Fisika Bangunan, buku Arsitektur, 1980
* Gereja Diaspora, 1999
* Gerundelan Orang Republik, 1995
* Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa, novel, 1983
* Impian Dari Yogyakarta, 2003
* Kita Lebih Bodoh dari Generasi Soekarno-Hatta, 2000
* Manusia Pascamodern, Semesta, dan Tuhan: renungan filsafat hidup, manusia modern, 1999
* Memuliakan Allah, Mengangkat Manusia, 1999
* Menjadi generasi pasca-Indonesia: kegelisahan Y.B. Mangunwijaya, 1999
* Menuju Indonesia Serba Baru, 1998
* Menuju Republik Indonesia Serikat, 1998
* Merintis RI Yang Manusiawi: Republik yang adil dan beradab, 1999
* Pasca-Indonesia, Pasca-Einstein, 1999
* Pemasyarakatan susastra dipandang dari sudut budaya, 1986
* Pohon-Pohon Sesawi, novel, 1999
* Politik Hati Nurani
* Puntung-Puntung Roro Mendut, 1978
* Putri duyung yang mendamba: renungan filsafat hidup manusia modern
* Ragawidya, 1986
* Romo Rahadi, novel, 1981 (he used alias as Y. Wastu Wijaya)
* Roro Mendut, Genduk Duku, Lusi Lindri, novel trilogi, 1983-1987
* Rumah Bambu, 2000
* Sastra dan Religiositas, 1982
* Saya Ingin Membayar Utang Kepada Rakyat, 1999
* Soeharto dalam Cerpen Indonesia, 2001
* Spiritualitas Baru
* Tentara dan Kaum Bersenjata, 1999
* Tumbal: kumpulan tulisan tentang kebudayaan, perikemanusiaan dan kemasyarakatan, 1994
* Wastu Citra, buku Arsitektur, 1988

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
181 (23%)
4 stars
256 (33%)
3 stars
244 (32%)
2 stars
66 (8%)
1 star
11 (1%)
Displaying 1 - 30 of 74 reviews
Profile Image for Christan Reksa.
184 reviews11 followers
August 6, 2022
Romo Mangun adalah seorang tokoh yang saya kagumi sepak terjangnya. Awal saya mengetahuinya adalah saat membaca wawancaranya di majalah Bobo, yang sayangnya tak lama kemudian beliau meninggal.

Namun saya baru mulai mengetahui apa kiprahnya menjelang saya lulus kuliah. Selain seorang imam Katolik, saya baru sadar dia adalah arsitek, budayawan, penulis, & aktivis sosial yang begitu getol menyuarakan pergumulan "rakyat kecil". Sosok yang saya kagumi karena iman Kristennya yang begitu publik, tapi juga karena tulisannya. "Burung-burung Manyar" begitu memukau, pun saya menggemari tulisan2 nonfiksinya.

Beberapa waktu lalu baru teringat, saya sudah terlalu lama tidak membaca Romo Mangun. Masih banyak publikasinya yang belum saya baca. Menjumpai buku ini di Gramedia, saya pun langsung membelinya.

Ini adalah satu2nya kumpulan cerpen Romo Mangun, yang dikumpulkan, disunting, & diterbitkan setelah beliau meninggal. Sebagian cerpen belum pernah dirilis, & bahkan ada yang merupakan naskah belum selesai. Amat mengapresiasi editor & tim penyusun yang bisa mengumpulkan & membagikan kumpulan cerpen yang menghadirkan napas beliau.

Kekhasan beliau tampak di berbagai cerita: hangat, menyoroti hal2 sederhana dalam keseharian "rakyat kecil", pun membahas ambisi2nya akan masa depan Indonesia lewat beberapa tokoh perkotaan terdidik dalam perjuangan mereka di profesi2nya, & tak lupa celekitan kisah2 tentang romo & jemaatnya, yang saya yakin hadir dari interaksinya dengan jemaat yang unik2 latar belakangnya. Gaya menulisnya tidak akan terlalu cocok dengan sebagian orang, & sebagai anak zamannya ada beberapa candaan & kisah yang tidak "politically correct". Namun ketulusannya dalam mengenali dunia tempat pelayanan hidupnya hadir bahkan dalam kisah2 fiksinya.

Membaca ini mengingatkan: saya kangen Romo Mangun. Iya, saya kangen seorang tokoh yang tidak saya kenal & baru ketahui aktivismenya saat beliau sudah lama meninggal. Aktivismenya, tulisannya, karyanya, pun keunikannya & kelemahannya, yang digambarkan di kata pengantar dari Joko Pinurbo.

Tampaknya benar, orang yang baik & tulus akan selalu dikangeni.
Profile Image for Dion Yulianto.
Author 24 books196 followers
July 30, 2020
Seperti menemukan kembali aroma Umar Kayam dan Kuntowijoyo yang njawani tetapi pernah sekolah tinggi di luar negeri. Cerpen - cerpen di buku ini mengajak kita menikmati romantisme tempo doloe dan kesederhanaan wilayah pedesaan. Begitu naratif Romo Mangun menuliskan kisah-kisah ini, ibarat mendengarkan dongeng yang mengalir luwes dari seorang bijak yg sudah banyak makan asam garam cabe dan gula kehidupan. Sederhana, tetapi begitu memikat dengan elemen klasiknya. Tepuk tangan meriah untuk beliau.
Profile Image for Deva.
44 reviews
December 1, 2023
Karya terakhir. Iya benar, bisa dikatakan sebagai karya terakhir dari Romo Mangun. Ya, saya menyebut Romo Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, yang namanya sering dieja Y.B. Mangunwijaya, dengan nama Romo Mangun. Biar terlihat lebih akrab saja. Walau mustahil saya menjumpai beliau yang wafat 10 Februari 1999, sedangkan saya menangis pertama kali bulan Maret tahun 2000. Tak mengapa, menyebut beliau sebagai "Romo" saja, membuat saya merasa punya tiga orang "mbah kakung" sekarang. "Rumah Bambu" konon katanya dikumpulkan oleh penyunting buku ini setelah beliau wafat. Diambil dari serakan-serakan mal kertas yang penuh coretan dari meja kerja beliau. Belum pernah terbit sebelumnya. Untunglah masih bisa diselamatkan karya yang penuh emosional tapi mengandung pengetahuan dan pandangan baru tentang peristiwa yang kita anggap biasa di sekitar kita. Mulai dari usaha seorang abang yang memberi adiknya hadiah, tentang nenek yang merawat cucunya yang mengalami disabilitas, perkara perselingkuhan seorang istri akademisi dan diplomat di Eropa nun jauh, terkait perselingkuhan antara janda dan duda agamis yang bertetangga, mengenai kehidupan ksatria Jawa era Mataram yang terlalu cepat menjadi manggaluyudha, hingga kisah-kisah tentara pelajar rendahan. Semua ditulis bukan hanya narasi kronologis. Analisis mendalam mengenai konflik sosial, pertentangan kelas, kecemburuan sosial, pengabdian sejati, cinta kasih orang tua, kejujuran, hingga nafsu manusia yang memaksa semua orang bermuka dua diramu dengan indah dalam setiap ceritanya.

Gaya yang berbeda setiap ceritanya menunjukkan betapa hebat Romo Mangun membangun sebuah esai. Jika tiap cerita ini dipisah menjadi buku yang tersendiri, mungkin orang bisa tidak mengenali ini adalah karya dari satu orang. Begitu hebat kedalaman pemikiran dan keluasan bacaan Romo Mangun dalam buku ini. Dalam menceritakan kisah-kisah sederhana yang biasa kita alami kesulitan terbesarnya adalah mengemas narasi itu dalam bentuk sastra. Didalam buku ini pembaca diajari bagaimana menarasikan suatu peristiwa sederhana menjadi peristiwa yang memiliki gaya magis berkat bahasa ceritanya.

"Boleh jadi lebih benar aku wanita terbelah, Dewi Umayi dan Durga dalam satu sosok. Terobek masa lampau dan masa mendatang. Aku tak membutuhkan belas kasih atau pengampunan. Hanya pengertianlah. Bagi si rahim yang sudah mandul tetapi yang nyatanya masih hidup hangat"

"Orang dewasa dapat menghayati dua kehidupan yang sama sekali bertentangan pada saat yang sama. Manusia dewasa wajib berpura-pura tidak melihat dosa orang lain".t
Profile Image for melmarian.
400 reviews134 followers
May 3, 2020
Dibaca untuk tantangan #BacaKelilingDunia
Perhentian pertama: Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah.

Kebanyakan cerpen dalam buku ini mengisahkan tentang orang-orang desa dengan kehidupan mereka yang sederhana, jenaka dan tak jarang juga nakal. Tapi ada beberapa yang lain sendiri seperti Rhenstein, Pilot, dan Thithut yang tokoh utamanya bukan manusia.

Beberapa cerpen favoritku dari 20 judul cerpen dalam buku ini: Colt Kemarau, Pahlawan Kami, Rheinstein, Mbak Pung, dan Thithut.
Profile Image for Michiyo 'jia' Fujiwara.
428 reviews
February 22, 2018
Kumcer pertama dan terakhir kali milik Romo Mangun yang diterbitkan. Mengangkat tema kehidupan sederhana dan dapat terbaca bahwa Romo merupakan sosok yang lembut dan mudah terenyuh dengan penderitaan orang lain

Dan Romo membagikan perasaannya kepada pembaca untuk merasakan dan juga mungkin berempati tentang kehidupan manusia yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya
Profile Image for Eka Fajar Suprayitno.
80 reviews
January 29, 2022
Tulisan YB Mangunwijaya di kumpulan cerpen ini tetaplah merakyat. Menggambarkan lapisan bawah yang kadang ia sebut "akar rumput".

Tapi bagi saya hanya beberapa cerpen yg benar-benar menarik. Salah satunya adalah "Malam Basah".
Profile Image for Andrea.
13 reviews2 followers
May 18, 2022
ceritanya sederhana. paling suka cerita hadiah abang, pahlawan kami dan terutama pilot! :')
cerita pilot buat ternganga di akhir ceritanya, juaraa
Profile Image for Nindya Chitra.
Author 1 book21 followers
July 8, 2019
Setiap cerpen meninggalkan kesan begini, "Ketika lagi suka-sukanya, tiba-tiba berakhir." Bagusnya, berakhir tanpa penyesalan.
109 reviews
December 25, 2021
Romo Mangun, begitu brilian dalam kesederhanaannya. Aku suka sekali dengan caranya bertutur lewat tulisan. Fiksi yang tidak begitu mendayu, tapi bisa juga sampai di hati. Favoritku adalah "Rheinstein" dimana Romo Mangun bisa menulis sebagai perempuan di sudut pandang orang pertama. Sebagai seorang perempuan, sangat menyenangkan membacanya, tidak terkesan berlebihan, justru malah menjadi sangat dekat denganku, seolah-olah aku adalah tokohnya.

Namun, cerpen terfavoritku adalah "Tak Ada Jalan Lain"; membuatku berdecak kagum setelah membacanya. Romo Mangun dan kepekaannya dengan soal kemanusiaan memang tak perlu diragukan lagi.
Profile Image for Windy hapsari.
54 reviews9 followers
December 15, 2008
kumpulan cerita dari Romo Mangun ini bagus, walaupun kata orang penuturnnya sedikit berbelit belit. but for me message delivered !.
potret masyarakat desa dan problematikanya sehari hari, begitu realistis sekaligus memprihatinkan.
sudut pandang dan cara berpikir Romo Mangun kok sedikit banyak sama dengan sudut pandang saya. itu yang bikin shock. sumpah !
contoh di salah satu cerpen, Romo Mangun menceritakan anak kutu buku yang menggembala domba dombanya, dan kemudian ditipu orang sehingga dombanya dibawa lari. dan menangis dan meratap lah anak melarat itu. persis sama seperti pikiran andai andai saya waktu lihat anak anak yang menggembalakan ternak, gimana kalo mereka ditipu, gimana kalo mereka dirampok. dan masih banyak lagi .. gue rasa karena itu gue jadi suka sama buku ini ;)
tapi cerita favorit gue yah Rumah Bambu, dimana disini Parji yang jongos aka tukang kebun losmen pak Kolonel tidak bisa meyakinkan istrinya untuk percaya padanya daripada orang lain yang dianggap lebih modern, berpendidikan, priyayi, dst dst..
padahal Parjo sudah mati matian berusaha untuk mewujudkan keinginannya menyediakan hunian layak buat istrinya dan anaknya yang baru lahir sesuai dengan kemampuannya. dilihat secara kasat mata lebih menyedihkan .. ada sisi lain yang menyindir dan memprihatinkan, bukan cuma secara materi terkadang dalam hal lain pun kita lebih percaya pada orang lain yang kita anggap 'lebih' daripada orang yang kita sayangi yang sudah mati matian berusaha agar kita percaya dan yakin padanya( maafin gue ya Ka .. )
i wish i knew better ..
jadi pengen baca Rara Mendut nya Romo Mangun nih ..
Profile Image for Melita.
41 reviews2 followers
September 22, 2010
Membaca buku ini seperti duduk mendengarkan penuturan begitu banyak orang tentang cerita hidupnya. Ada si sinden wedok, anak perempuan kecil yang mencuri cat, pilot pesawat tempur wanita, dan banyak lagi. Mengasyikkan!

Katanya (di sampul belakang buku), "Buku ini menantang kita untuk merasakan kehidupan manusia yang mungkin tidak pernah kita bayangkan." :)
Profile Image for Ria.
113 reviews
Want to read
July 4, 2012
kali pertama membaca tulisan Romo...

* Tak Ada Jalan Lain - ...Biar damai, asal tidak ramai?. Tiba-toba terasa sakit hatinya ooleh kesadaran bahwa kedamaian bagi orang punya dan tak punya memang tidak sama akarnya (9)

*Cat Kaleng - Jika seorang anak kecil mencuri maka alasan sederhana orang tuanya adalah "Ah, memang bibitnya sudah terlanjur buruk. Yang salah salah bibitnya". eh?
Profile Image for Charina.
16 reviews7 followers
July 2, 2009
borrowed it from a friend....
Profile Image for Aris Setyawan.
Author 4 books15 followers
November 5, 2024
Romo Mangun adalah pengejawantahan dari slogan kampus tempat saya menuntut ilmu sekarang: cerdas dan humanis. Sebagai sosok budayawan, sastrawan, cendekia, arsitek, dan Romo, ia sangat mengedepankan ilmu pengetahuan dan sisi humanisme dalam karya-karyanya, dan rasa-rasanya sisi humanis ini penting mengingat bagaimana kita sebagai manusia terkadang kerap lupa dengan kemanusiaan kita.

Saya memang tidak terlalu banyak membaca karya-karya beliau. Satu-satunya roman beliau yang saya baca adalah "Burung-Burung Manyar". Itupun karena dulu saya mengikuti sebuah klub baca di Yogyakarta yang pada satu sesi membahas buku yang menceritakan Nasion bernama Indonesia tersebut. Kemudian saya membaca kumpulan cerita pendek ini, dan menemukan sisi humanis yang sama.

Cerita-cerita dalam kumcer ini memang pendek secara harfiah. Pendek sependek-pendeknya. Satu cerita terkadang hanya sepanjang dua hingga tiga halaman. Namun, entah bagaimana caranya secara magis Romo Mangun mampu memepatkan sisi humanis dalam semua ceritanya. Ceritanya bisa tentang nasib-nasib nahas yang dialami kaum papa, kisah asmara, atau pergulatan batin seseorang, dan semuanya terasa hangat dan nyaman untuk dibaca. Saya lupa kapan terakhir kali tidak merasa ke-trigger ketika membaca cerita tentang nasib malang seseorang. Mungkin ini karena kepiawaian Romo Mangun menggubah cerita. Alih-alih membikin pembaca merasa iba dan meratapi nasib, ia malah membikin kita merenung dalam dengan pikiran yang jernih. Memang beberapa cerita terkesan janggal dan nyeleneh. Namun, barangkali ini merupakan representasi dari sosok Romo Mangun sendiri yang konon terkenal nyleneh (baca: eksentrik).

Sebuah buku bagus untuk kamu yang ingin membaca dan duduk santai di sore hari, menyesap secangkir teh, dan mendengarkan musik-musik Indonesia era 70-80an atau musik-musik irama lenso kegemaran Padoeka Jang Moelia Soekarno.
Profile Image for Devon Anakotta.
5 reviews
August 7, 2022
Sejak membaca kumpulan cerpen Eka Kurniawan bertajuk Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi, sepertinya gw kembali menemukan kenikmatan sendiri menemukan cerpen; kenikmatan yang hanya dulu gw rasakan ketika masih rajin membaca rubrik-rubrik cerpen Mombi dan Bobo. Karena itulah gw kembali mencari-cari kumpulan cerpen berikutnya dan ketemulah: Rumah Bambu karya Romo Mangun.

Cerpen-cerpen di dalam Rumah Bambu banyak mengisahkan kisah-kisah dari akar rumput dan orang-orang bawahan sampai seorang istri komandan AU: pada akhirnya apa yang Romo Mangun ceritakan adalah manusia-manusia dengan intrik dan kisah-kisah hidupnya masing-masing, yang sering kali tidak terlihat oleh pengamat-pengamat dari luar. Seperti tulis penerbit di sampul belakang buku: "Buku ini menantang kita untuk merasakan kehidupan manusia yang mungkin tidak pernah bayangkan."

Gaya menulis Romo Mangun (setidaknya dalam cerpen ini) terkesan spontan. Dalam satu paragraf bisa terdapat lompatan-lompatan tak terduga ke adegan di suatu waktu, tempat, atau situasi yang lain. Mungkin karena memang Romo Mangun adalah orang yang kadang tak terduga juga laku dan perasaannya. Prosa-prosa indah, masygul, dan jenaka kadang menyatu dalam ramuan-ramuan spontan di setiap ceritanya.

Secara garis besar, buku ini merupakan buku yang sangat layak dibaca. Pembaca akan menemukan cerpen-cerpen di dalam buku ini mengusik, menggelitik, dan mengkritik.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Kepo Buku.
60 reviews46 followers
April 23, 2022
Untaian cerita yang bermakna dari Romo Mangun.

“Mungkin takut nanti ban mobil gembos atau mesinnya macet seperti hati takhayul serdadu bilang. Ah, tahu apa kami tentang cinta atau bukan cinta… Kami biarkan Nani menangis seorang diri.” ― YB. Mangunwijaya, Rumah Bambu.

Rumah Bambu adalah kumpulan cerpen pertama dan terakhir dari rohaniwan, arsitek dan sastrawan Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau lebih akrab dengan nama Romo Mangun. Kumpulan cerpen ini pertama diterbitkan sekitar satu tahun setelah Romo Mangun meninggal dunia. Rekan-rekannya mengumpulkan karya-karya beliau dari berbagai sumber, melakukan sejumlah editing dan menerbitkannya.

Di edisi #DengarSastraBicara Podcast Kepo Buku membahas sejumlah cerpen di Rumah Bambu yang sangat kental dengan kisah-kisah wong cilik yang menjadi kepedulian Romo Mangun semasa hidupnya, termasuk membacakan cuplikan beberapa cerpen favorit setiap host agar teman-teman pendengar yang baru berkenalan dengan tulisan Romo Mangun bisa mengetahui sekilas seperti apa gaya tulisan beliau yang menarik.

Dengar di Spotify https://open.spotify.com/episode/75vM... atau https://kepobuku.com/kb0532-rumah-bam...
Profile Image for Nina Bookshelves.
24 reviews
October 20, 2020
Ok mungkin ini bukan cup of tea nya semua orang. Tapi saya merasa buku ini jujur dan ringan, ditulis dengan apa adanya, unik menggelitik bukan hanya karena lucu tapi karena kadang bisa menyedihkan. Menceritakan tentang manusia- dan mahluk lainnya (anjing, dewa). Cerita-ceritanya sederhana, tapi juga tidak. Seperti seorang anak yang hendak menjual cat curian, sepasang pilot yang berputar-putar diudara (diceritakan dengan apik serasa ikut terbang dan menyaksikan sendiri pemandangan indah didepan mata), seorang penarik becak yg tdk ingin menjual lampu warisan . Diceritakan dengan bahasa yang tentu saja sepertinya sederhana pada jamannya, istilah2 yang apa adanya membuat tersenyum karena terasa aneh untuk jaman skrg. Tapi, selalu ada sesuatu. yg menarik dan layak dipikirkan dari setiap ceritanya. Buat saya ini buku yng menyenangkan walau agak lama menyelesaikannya karena banyak kata2 yg pada masa sekarang terdengar aneh, sehingga harus sangat berkonsentrasi untuk bisa memaknai buku ini, terkadang harus membaca lebih dari satu kali baru mengerti. Tapi ini buku yang menyenangkan, dan suatu hari mungkin saya akan baca lagi.
2 reviews
April 10, 2021
"Merasakan kehidupan manusia yang tidak pernah kita bayangkan." deskripsi ini tepat sekali dengan isi dari buku kumcer Rumah Bambu. Mungkin karena rata-rata ceritanya dituliskan pada tahun 1980-an, jadi bahasanya cukup berbeda dengan bahasa Indonesia saat ini, jadi cukup sulit dipahami.

Ketika membaca buku ini rasanya tidak seperti membaca sebuat cerita, melainkan seperti didongengi oleh si penulis sendiri. Seolah-olah tokoh utamanya sedang menceritakan apa yang tengah terjadi dalam hidupnya. Realistis. Konfliknya tidak selalu ada. Kalau boleh saya bilang cerpen-cerpen dalam buku ini seperti alur kehidupan, ya kadang ada konflik, kadang tidak. Ada konflik pun tidak aneh-aneh. Kalau kamu suka dengan buku yang punya konflik hebat dan dramatis, maka buku ini bukan untukmu.
Profile Image for Ahmad  Zufar.
24 reviews
May 8, 2022
Menggunakan peristiwa sekitar dan pengalaman yang dialami dalam keseharian adalah salah satu sumber termudah untuk menumpahkan cerita. Namun, sangat sedikit yang mampu memanfaatkan kedua hal tersebut, untuk menjadi sebuah struktur cerita dengan kekhasan yang naratif, sederhana dan mengena. Romo Mangun memenuhi semua kriteria yang disebutkan sebelumnya. Boleh jadi setiap cerita yang beliau bangun benar-benar pengalaman disekitarnya. Gaya penulisan yang dituangkan seperti anak panah yang diluncurkan menembus angin dan tepat pada sasaran. Pembaca seakan ditarik untuk merasakan empati dalam cerita, dengan Ide cerita sederhana tetapi mengandung aspek sosial yang kuat.
Profile Image for Saji.
96 reviews5 followers
July 24, 2022
Cerpen favorit: Rumah Bambu

Pantas itu jadi judul bukunya. Ending cerpen Rumah Bambu benar-benar membekas pada pembacanya. Kisah seorang suami yang berjuang keras menafkahi keluarganya dan menyenangkan hati istrinya. Sayang, di dalam banyak hal, si istri kerap meragukan usaha suaminya. Seolah, si suami kurang berjuang dan kurang berwawasan.

Cerpen lainnya kurang membekas. Dari pengalaman membaca tiga buku YB Mangunwijaya, memang buku fiksinya punya daya tarik pada gaya bahasanya yang lugas dan konflik batin para tokohnya yang rumit dengan latar masa penjajahan atau baru merdeka.
Profile Image for Ariesy 'Hiariesy' Perdana.
65 reviews1 follower
February 28, 2024
Aku sangat aware bahwa ini sastra. Tapi gaya tulisannya sulit kupahami lantaran baik susunan kalimat maupun sejumlah istilahnya tidak familiar di aku, belum lagi beberapa kata yang tidak mengikuti PUEBI (mungkin karena--berdasarkan yang kubaca di bagian belakang-- sebagian cerpen di sini ditemukan di hunian mendiang Romo Mangun dan ada yang sulit dibaca?) Bagaimanapun, aku sangat tertarik dengan kisah-kisah berlatar vintage yang fokusnya lebih ke kaum marjinal. Cerpen favoritku di sini adalah Pahlawan Kami (ini enjoyable dan ada lucunya juga sih) dan Mbak Pung.
Profile Image for Nourman Yafet Goro.
99 reviews7 followers
June 22, 2020
Kumpulan cerpen yang sebenarnya cukup sederhana ceritanya, tetapi mempunyai pesan yang mendalam. Ada beberapa cerpen favorit saya di kumcer ini, seperti:
1. Colt Kemarau. Bagian paling menyedihkan dari kumpulan cerpen Rumah Bambu ini
2. Thithut. Tentang anjing cacat yang ditinggal pemiliknya, akhir kalimat dari cerpen ini cukup bikin saya merenung.
3. Natal 1945. Cerpen terakhir dari buku ini yang entah kenapa mengingatkan saya pada buku Burung-Burung Manyar.
Profile Image for Kimi.
401 reviews30 followers
February 24, 2021
Dari dua puluh cerita pendek tersebut, jujur saja, saya tidak memilih cerita favorit. Saya kurang merasa menyatu dengan cerpen yang ada jadinya kurang menikmati. Entah kenapa. Mungkin suatu saat perlu dibaca ulang dan akan kita lihat apakah penilaian saya akan berubah.


Resensi lengkap ada di sini.
13 reviews
August 18, 2021
Membaca buku ini seperti memutuskan untuk diam sejenak dan memerhatikan sekeliling—realitas yang tidak selalu terceritakan pada kita. Kadang kala membaca tentang manusia biasa yang bukan siapa-siapa seperti orang-orang di buku ini mengingatkan kita bahwa selain orang-orang besar, kisah-kisah mereka justru krusial untuk dibaca. Persoalan hidup dan nasib, berkelindan dalam kisah yang tampak seperti dapat kita temukan dengan mudah seandainya kita benar mencari.
Profile Image for Biru.
103 reviews
March 18, 2022
Ini merupakan buku Romo Mangun pertama yang aku baca. Di sini ada beberapa cerita yang kurang masuk di aku, tetapi sebagian besar cerita masih bisa aku nikmati. Aku paling suka dengan cerita Malam Basah, Colt Kemarau, dan Rheinstein. Bagus. Aku menikmati buku ini. Beberapa cerita juga terasa 'dekat' dan menggelitik. Sederhana saja, perasaan itu muncul karena latar belakangku yang dibesarkan di desa. Aku beberapa kali menemukan karakter orang-orang desa di dalam cerita yang benar sama dengan yang kujumpai dalam keseharian.
Profile Image for Alessandro Manuel Rustanto Sitompul.
109 reviews3 followers
December 16, 2022
Cerita- cerita yang kehidupan sehari, bahkan terkesan sepele, namun terkadang menusuk hati seperti kekejaman manusia yang tidak bisa mengerti dalam cerpen Colt Kemarau atau seorang bapak yang tidak dihargai untuk membangun rumah bambu untuk keluarganya.

Begitu dekatnya Romo Mangun dengan kenyataan hidup ini.

Profile Image for Eva.
8 reviews
January 11, 2017
Kumpulan cerpen RUMAH BAMBU merupakan buku pertama Romo Mangun yang saya baca dan tentunya membuat jatuh cinta serta menumbuhkan rasa penasaran akan sosok sang Romo yang sayangnya sudah tiada. Tidak mudah memang membaca kumpulan cerpen ini dikarenakan faktor perbedaan generasi. Untungnya, kebiasaan mendengarkan kisah keseharian orang tua sangat membantu membuat imajinasi akan cerita Romo Mangun. Terutama juga karena Romo banyak menghabiskan waktu di Jogja dan Magelang yang merupakan daerah asal saya sehingga cukup mudah untuk membayangkan kejadian yang diceritakan.

Jika alasan tadi sangat personal, kali ini kita menuju ke gambaran umum kumpulan cerpen ini. Kebanyakan cerita dalam RUMAH BAMBU merupakan kumpulan kisah sehari-hari yang sangat menggambarkan kehidupan pada masa Romo Mangun. Banyak kisah penderitaan, perjuangan, keputusasaan, dan pengorbanan yang masih relevan dengan apa yang terjadi pada zaman sekarang. Jangan lewatkan juga kisah ‘Pilot’ yang menegaskan wawasan luas dan latar belakang ilmu Romo Mangun. Beberapa kisah juga menggambarkan pendidikan Romo dalam bidang Filsafat dan Teologi. Nama tokoh wayang tidak lupa hadir sebagai wujud kecintaan Romo akan budaya Jawa. Semakin lengkap, Romo juga membuat kisah dengan menyebutkan makanan lokal seperti ‘cucur’ dan ‘benguk’ yang mungkin akan membuat generasi saat ini berpikir seperti apa wujud dari makanan tersebut.

Secara tutur bahasa, tidak mudah menggambarkan cara berkisah Romo. Ia berada di antara zona lugas dan sastrawi secara bersamaan. Indah namun tidak mengada-ada. Sungguh kumpulan cerpen ini menjadi menarik dan bisa dipahami atas campur tangan penyunting yang menyelesaikan goresan kata dari Romo Mangun yang masih tercerai berai.

Satu hal terakhir yang menarik dari RUMAH BAMBU adalah desain muka yang sangat menarik dan kekinian. Jika anda ingin sebuah karya yang menggambarkan kehidupan sosial sebuah masa, jangan lewatkan buku ini. Sebuah kesederhanaan kisah dari Romo Mangun yang dirangkai indah menjadi sebuah keistimewaan karya untuk generasi saat ini.
Displaying 1 - 30 of 74 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.