Jump to ratings and reviews
Rate this book

Jangan Mati Sebelum Berguna

Rate this book
Penyair hilang tak menjadikan
buah persetubuhannya sebagai layaknya mereka
Karena penyair di negerimu
tidaklah seperti aku
Karena puisi di negerimu
tidaklah seperti puisiku
Aku adalah kebebasan yang menjadi nakal
Bermain kejar-kejaran dengan sederhananya bahagia
di lorong-lorong yang digelapkan gerhana kehidupan
Setengah tak dianggap

***

Dalam kumpulan puisi ini, Fitri Nganthi Wani menerjemahkan luka, cinta, duka keluarga, dan peliknya kehidupan sebagai anak Wiji Thukul—aktivis yang hingga sekarang tak terang keberadaannya. Sesekali dengan bahasa manis, lebih sering dengan bahasa menggertak, memperlihatkan kegeraman dan nada perlawanan yang kentara sebagai perempuan.

Persis seperti yang disampaikannya, Perempuan memang begini. Kalau tidak melawan, tidak akan menawan.

152 pages, Paperback

First published April 15, 2020

12 people are currently reading
116 people want to read

About the author

Fitri Nganthi Wani

4 books1 follower

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
11 (16%)
4 stars
34 (51%)
3 stars
16 (24%)
2 stars
5 (7%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 16 of 16 reviews
Profile Image for raafi.
926 reviews448 followers
August 26, 2020
Sungguh masih berlaku: Satu dibagi nol sama dengan tak terhingga.


Itu adalah kutipan nomor 30 dari 68 #QuoteWani yang tersaji dalam buku ini. #QuoteWani merupakan salah satu bagian dari buku ini yang memberi wejangan tentang bagaimana menjadi berani dengan kata-kata yang quotable dari penulis.

Sudah lama ingin membaca salah satu karya Fitri Nganthi Wani hingga akhirnya bisa membaca buku yang paling mudah diakses olehku ini. Tidak cuma syair, buku ini berisi prosa, kutipan, dan wejangan hidup dari Fitri; begitu beragam dalam kesatuan karya tulis. Tidak terlalu mengandai-andai bagai puisi kebanyakan, Fitri memilih jalur yang praktis dengan diksi yang tegas dalam setiap karya tulis dalam buku ini.

Fitri mengungkapkan perasaannya tentang hubungan keluarganya, terutama sang ayah Widji Thukul. Satu prosa favoritku berjudul "Biji Bunga Pembangkang" mengisahkan seorang "aku" yang dihadang Tembok Tirani karena menyuburkan tanaman bunga pembangkang. Itu seperti pengungkapan kisah hidup sang ayah.

Karya tulisnya yang lain mengekspresikan perjuangan, kemandirian, dan tentu saja keberanian. Buku yang menarik walaupun mungkin sedikit mendikte dengan wejangan-wejangan hidup bak kata-kata mutiara dari seorang motivator.

Sungguhpun: Widji Thukul. Keberaniannya menular; kepada karyanya, kepada anaknya, kepada karya anaknya, dan tentu saja kepada pembaca.
Profile Image for Nike Andaru.
1,634 reviews111 followers
April 17, 2020
64 - 2020

Kali pertama membaca buku dari Fitri Nganthi Wani. Sebelumnya saya gak tau, penulis adalah anaknya Wiji Thukul, tapi rasanya pernah dengar nama ini. Karena judul buku ini menarik buat saya, maka saya baca lah.

Saya mungkin berpikir di awal baca, akan menemukan puisi-puisi dengan tema-tema yang mirip dengan karya Wiji Thukul, apalagi buku ini dibuka dengan tulisan pertama yang diberi judul 'Negeri Karya'. Wah, luar biasa sekali pikir saya tulisan Wani ini.

Memasuki lebih ke dalam lagi buku ini, saya lalu merasa Wani memang anaknya Wiji Thukul, keberaniannya mengalir dalam darah juga tulisannya. Semua hal dituliskan dalam buku ini, dari luka hati, cinta, definisi pernikahan, perempuan, patriarki, hingga kalimat-kalimat wejangan pada diri yang sederhana namun amat bermakna.

Ah, sulit buat saya menuliskan betapa banyak judul dalam buku ini yang menjadi favorit saya, tapi boleh lah saya tulis beberapa ya, ini dia;
- Cinta Selalu Cukup
- Sebuah Wejangan
- Mending Undur Diri
- Ibu Puisi
- Tentang Bahagia
- Pernikahan Adalah Panggung

Utama

bahkan ketika kamu harus sendirian
tetaplah memihak kebenaran
Profile Image for Happy Dwi Wardhana.
244 reviews38 followers
August 25, 2020
Karena dibaca saat suasana hati sedang carut-marut, puisi-puisi di buku ini jadi sangat relate sekali.

Saya pikir Wani tidak banyak bermain dengan diksi karena pilihan kata-katanya sangat familiar. Di satu sisi ia dengan gamblang mengungkapkan makna, di bagian lain Wani bermain penuh dengan metafora.

Judul-judul favorit saya:
1. Perkara Modar
2. Cahaya Sukma
3. Hantu Tarendra 10, 15, 18
4. #QuoteWani 28, 67
5. Yang Mengobati Adalah Sikap
6. Painkiller (1)

"Trauma tidak akan benar-benar pergi. Mereka akan terus ada seperti halnya bekas luka. Karenanya aku mengindahkan mereka sebagai beberapa luka bernilai seni di tubuhku, daripada terus memakinya namun tak memperbaiki apa pun. Membuatnya bisa terlihat adalah menerimanya sebagai bagian dari diriku" (hal. 55)
Profile Image for syarif.
295 reviews58 followers
September 17, 2021
Kumpulan puisi yang sangat menggugah jiwa! salut sama si penulis yang bisa mengolah rasa secara hebat dengan sentuhan ciamik.

Awalnya entah mengapa terasa agak bosan tapi justru makin ke belakang ternyata makin menikmati dengan sajian kata yang menurut saya pasti semua kalangan pernah mengalami kejadian yang disuguhkan.
Profile Image for Nabilah S.
172 reviews1 follower
March 13, 2024
Ntah mengapa suka dengan buku ini walaupun kebanyakan isinya adalah puisi (aku tipikal orang yang ga terlalu suka puisi soalnya). Ada beberapa part yang relate banget dan bagus banget menurutku sampai sampai pengen ku screenshot lalu kubagikan tapi urung kulakukan karena aplikasi reader ku tidak memperbolehkan tangkapan layar apapun wkwk.
Profile Image for Septiani Ewiantika.
56 reviews5 followers
August 29, 2020
Karya penulis yang pertama saya baca. Diksinya sederhana dan mudah di mengerti.

“Jadikan lelahmu karena sibuk bekerja
Bukan karena memikirkan omongan orang
Bukan juga karena sibuk berharap”

4/5 ⭐️
Profile Image for Daniel.
1,179 reviews851 followers
May 3, 2020
Fitri Nganthi Wani
Jangan Mati Sebelum Berguna
Gramedia Pustaka Utama
152 halaman
7.7
Profile Image for Hëb.
170 reviews7 followers
May 7, 2022
Kumpulan puisi yang bisa kubilang punya bait-bait yang berani, lantang, dan dengan jelas menyuarakan tentang hak perempuan. Aku menemukan beragam isu yang diangkat penulis lewat puisi-puisinya di sini. Mulai dari kritik sosial, soal negara, hukum, sampai kebobrokan patriarki. Penulis juga lihai mengubah curhatannya menjadi puisi yang punya bermacam warna. Ada beberapa puisi yang berbicara soal "bapak", maksudnya Wiji Thukul. Ada juga yang menunjukkan kekaguman penulis terhadap sosok ibu yang hebat dan berani. Beberapa puisi juga merujuk pada fenomena sosial, misalkan soal penggunaan smartphone. Menurutku, ini cocok dibaca buat siapapun yang menyukai puisi sebagai salah satu "senjata" kritik, atau sebagai bentuk curahan isi hati.
Profile Image for Launa.
235 reviews51 followers
June 29, 2023
"Tetaplah melangkah maju mengikuti kata hatimu. Teruslah mencari cara terbaik versimu sendiri agar bisa selamat dari sisi pedih kehidupan. Cuma kamu yang paling tahu hal yang terbaik buatmu. Karena orang-orang yang sok tahu belum tentu mau menanggung beban hidupmu." (Puisi Hantu Tarendra, halaman 42)

Ada 12 puisi yang paling kusuka: Negeri Karya, Getir, Lingkungan Kita, Painkiller (1), Biji Bunga Pembangkang, Menjadi Budeg Kadang Perlu, Pernikahan adalah Panggung, Memeluk Diri, #Quotewani, Sudut Pandang Pelaku, Nomophobia, Definisi Menikah.
Profile Image for Firdausi.
24 reviews8 followers
January 2, 2022
[Kita harus tetap bekerja karena hidup hanyalah ruang tunggu. Jangan sampai menganggur agar tak terbunuh pikiran sendiri.]

[Berdoalah tanpa memilih-milih apa yang ingin Tuhan berikan padamu. Berdoalah untuk menyampaikan rasa percayamu pada seluruh rencanaNya. Berdoalah tanpa mengatur Tuhan.]

Berasa dipeluk tapi juga ditampar pada beberapa bagian, an enjoyable read to me.
Profile Image for Salma.
10 reviews
August 6, 2022
“lingkungan kita ini aneh
yang bikin pintar dibilang komunis, kafir
yang manjur dibilang bahaya, adiktif, haram
yang tidak bermanfaat dilebih-lebihkan
yang terlantar disingkirkan
yang benar disalahkan
yang salah diam saja, lalu sibuk pencitraan”
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Chels.
180 reviews3 followers
May 27, 2024
Diksi yang digunakan, dunia yang dibangun, dan perasaan yang dialirkan oleh Fitri Nganthi Wani menciptakan debaran di hatiku. Lukaku laiknya diraba dan dimanifestasikan olehnya dalam puisi ini. Sangat relate. Sangat dalam. Sangat sampai.
Profile Image for D.
69 reviews14 followers
December 2, 2021
I’ll make sure to buy the physical book later. This book gave me more than just agony and pain, but beautiful phrases too.
Profile Image for Hawari.
66 reviews
October 11, 2022
DNF but this book is the epitome of nepotism privilege.
Profile Image for Nur Rokhmani.
255 reviews6 followers
February 26, 2023
Judulnya, nggak tau kenapa rasa-rasa nggak terlalu related gitu.

Tapi, ya cukup lancar dibaca meskipun saat mood membaca anjlok banget.
Profile Image for Angelyne.
115 reviews
March 4, 2023
Buku kumpulan puisi ini isinya lebih unik dan beragam dan saat itu memutuskan untuk membaca buku ini karena dibacakan salah satu kutipannya dari Mba Najwa Shihab. Untuk isinya ada beberapa hal yang sulit untuk ditafsirkan sehingga bukan merupakan buku yang bisa dibaca di saat sedang dalam kondisi yang sulit karena pasti akan menjadi lebih sulit lagi. Tapi ada beberapa poin penting yang disampaikan Kak Fitri dalam buku Jangan Mati Sebelum Berguna ini, salah satunya ada pada bagian untukmu yang sedang belajar menjadi pemberani.
Displaying 1 - 16 of 16 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.