Suka banget sama tulisannya, soalnya ngerasa relate. Dan penyampaiannya kocak banget sih ini, tapi ngena banget. Paling suka bagian tentang relationship goals dan media sosial, hmm sama ini bagian mencintai diri sendiri. Soalnya bener, orang sama diri sendiri aja ngga sayang, gimana berurusan sama orang lain.
Dan paling lucu soal sekolah Ibu, beneran deh. Emang ya namanya berpasangan urusan bersama, kenapa hanya salah satu pihak yang diedukasi? Puollll daaah ini!
Setelah saya baca beberapa halaman pertama di buku ini, saya langsung tahu kalau buku ini bukan untuk saya. Ada beberapa hal yang membuat saya berpikir seperti itu, tapi faktor terkuat adalah gaya penulis bercerita. Mungkin kalau saya baca buku ini ketika masih SMP/SMA, saya akan enjoy bacanya dan buku akan terkesan asik, but not in my 27th y.o.
Selain itu, menurut saya beberapa topik sebenarnya bukan hanya berlaku untuk perempuan, tapi laki-laki juga. Saya jadi bingung, buku ini seolah labil dengan isinya. Plus saya menemukan beberapa bagian yang menunjukkan kalau penulis 'suka' mengeneralisir dan berpikir apa yang dipikirkannya adalah hal yang mutlak benar dan normal.
Sebenarnya buku ini punya potensi bagus untuk menguatkan pemahaman 'how we, the girl, must live'. Ya tapi mungkin memang sasaran pembaca buku ini bukan saya yang sepanjang baca berkali-kali berucap "apaan sih" karena mayoritas cara penyampaiannya yang terkesan nyinyir.
Apa ya... bener-bener nggak bisa berhenti membaca. Bahasanya anak muda sekali, dengan gaya menulis yang mengalir. Seolah-olah, ini tuh kita lagi duduk bareng temen lama yang ketika ketemu, obrolan ngalir gitu aja sampe-sampe kopi di depan kita dingin karena terlupakan.
Banyak hal-hal yang jadi sorotan penting dalam tuisannya. Ia membahas segala bentuk hubungan yang bisa dialami oleh perempuan. Dari mulai pacaran, putus, menikah, kemudian masalah-masalah yang bisa terjadi pada perempuan dan hubungannya. Sampai pada penutup yang membahas tentang kekerasan seksual yang bi(a)sa menimpa para perempuan.
Awalny aku kira ia akan menyajikan banyak narasi semacam tulisan-tulisan sejenis. Ternyata ia menyajikannya dengan berbeda. Awalnya sedikit ada dugaan bahwa ia akan membawa narasi feminis dan embel-embelnya. Nyatanya di dalam buku ini tidak begitu. Ia justru menuliskan realitas dan tanggapan-tanggapan bijak khas anak muda, dan sepertinya benar-benar khas dirinya. Tanpa dikte apapun. Baik paham, atau kepentingan tertentu.
Saya suka sekali bagian 'Menikah' dan 'Perempuan dan SelfLove'. Benar-benar bagian yang relate dg kehidupan kini. Dan menjadi perbincangan yg penting untuk perempuan. Meskipun memang, buku ini terlalu membawa pendapatnya secara general bagi sebuah hubungan perempuan. Ada juga beberapa bagian yang aku, secara pribadi agak kurang sreg. Tapi ya itu tadi, seperti kita ketemu teman lama, meski ada yang kurang sreg, ya kita akan mencoba membaca dari posisinya. Overall, masih oke kok.
Dengan membaca buku-buku semacam ini (re: tentang perempuan), aku semakin terbuka terhadap banyak hal. Semakin memahami tentang diri sendiri, dan teman-teman perempuan lainnya. Dan aku berharap, aku juga akan semakin bijak. Bisa semakin merealisasikan ajaran agama yang telah kuyakini sebagai ajaran yang melindungiku sebagai manusia dan sebagai perempuan. Tidak melulu meng'agama'kan realitas sebagai bentuk pembenaran dari apa yang melenceng dalam akalku.
SELESAI juga!~~✨😍 Buku pertama yg selesai dibaca setelah beberapa waktu tanpa tanda 'selesai' di bookshelves 🥲
Tentang buku ini... buku yg cukup menarik menurutku Tidak sedikit aku mendapat insight baru tentang fenomena yang terjadi sehari-hari disekitar kita, seperti, pertemanan wanita dan pria itu ternyata bisa loh tanpa ada unsur saling-suka, kemudian tentang bagaimana bersikap akan suatu hubungan baik yg sedang kasmaran, sedang ada masalah, atau yg ditinggalkan dan masih bnyk lagi
Dibuku ini, kita diajarkan untuk bersikap 'dewasa' dengan berbagai kejadian yang kurang lebihnya tidak ingin kita temui selama hidup ini, t-tapi... hidup tidak bisa berjalan lurus-lurus saja bukan? 🫶🏻
Ada beberapa quotes menarik yg cukup membekas ketika aku membaca buku ini, awalnya pgn ditulis disini tapi mAlaS cAri di bUkuNya LaGi 😭🙂🫶🏻 yaitu ttg konsep seseorang memiliki standar ideal tersendiri dalam memilih pasangan, bagaimana menyikapi ditinggalkan dan meninggalkan, konsep 'permasalahan' yg kerap dijumpai ketika membina hubungan, dan hal lain sebagainya
Oh iya, di beberapa halaman akhir aku agak sdkit kurang nyaman membacanya, krena isinya sprti 'memaksakan' gitu tapi itu tidak berlangsung lama. Selebihnya keseluruhan isi buku ini cukup menarik bagiku
Bonus! beberapa quotes (((yg akhirnya))) berhasil aku dokumentasikan *hasil ngubek instastory 😆
(1) Kepergiannya itu tidak selalu tentang kita (2) Tidak perlu banyak mengeluarkan tenaga hanya untuk menghukum diri sendiri (3) Jika mmg dia tidak ingin berjuang sprti kita, itu artinya tidak ada gunananya berusaha mempertahankannya (4) Harus memahami bahwa kegagalan dalam sebuah hubungan itu wajar (5) Kehidupan tidak ada tombol pause, seberat apapun itu tidak ada pilihan lain selain melanjutkan
sebelum membaca buku ini saya sdh bersiap untuk menghadapi aneka wacana teoritik nan kontemplatif soal perempuan dan relasinya di masyarakat. Tp ini justru lbh mirip ktm seseorang yg menggelontor mu dgn opini nya. Jadi ada baiknya kalo membaca buku semacam ini lbh hati-hati ya. Utk beberapa org, isinya mungkin 'wah' namun di sisi lain kita ga blh lupa bhw ini semata opini seseorang thd suatu isu. Tdk bs kamu pakai sbg patokan tp bs jadi tambahan pendapat/bahan pertimbangan. Biar bagaimana pun, pembaca buku semacam ini saya taksir di usia2 yang masih mencari jawaban atas kegalauan diri dari berbagai linimasa atau sosmed.
Bahasa penyampaian nya mmg dibuat se-akrab mungkin utk mengurangi jarak. tp mungkin utk pembaca spt saya ini rasanya spt terlalu persuasif. hehehe. saya gak masalah sih krn bisa memilih mana pendapat yg cocok buat saya mana yang enggak. tp mgkn orglain yg blm mengalami hal2 tsb bs aja langsung meng-amini. ya gpp juga tp semoga kita smw lebih hati-hati dlm membaca opini yang ada diluar sana.
semoga tulisan semacam ini makin banyak tersaji dengan format yang lebih nyaman bagi smw kalangan usia.
“Tidak ada seorang pun yang berhak menentukan kebahagiaan kita. Kita sendirilah yang bertanggung jawab dengan diri kita, dengan kebahagiaan kita.”
Buku ini terdiri atas lima bagian, yaitu pacaran, putus, menikah, perempuan, dan suara perempuan. Setiap bagian berisi opini penulis mengenai tema-tema atau topik yang diangkat.
Menilik dari judulnya, Woe-man Relationship: Perempuan Dengan Segala Hubungannya, mungkin persepsi awal yang muncul adalah buku ini membahas segala masalah yang melingkupi perempuan. Meski begitu, beberapa isu yang diangkat sebenarnya merupakan isu umum yang tidak hanya terjadi pada perempuan.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Waktu pertama kali membaca, saya langsung merasa narasi yang disampaikan terdengar tidak asing. Mungkin karena saya pernah bekerja di salah satu media juga, jadi cara penyampaiannya terasa sangat familiar. Gaya bahasanya satir, blak-blakan, dan sejujur mungkin, sehingga mudah sekali bagi saya membayangkannya, meskipun ada beberapa poin yang menurut saya agak bertentangan.
Namun, buku ini tetap memberikan sudut pandang baru yang cukup menarik untuk menemani akhir pekan saya, terutama soal cara pandang perempuan dan bagaimana seharusnya kita menyikapinya.
Awal2 bosen bacanya ya, karena emang tipeku gasuka baca buku yang isinya pendapat orang. tp dibagian terakhir-terakhir aku cukup menikmati. Bbrp hal secara gak langsung membuatku sadar karena membaca buku ini.
Bagus dibaca untuk yang belum nikah, kalo udah nikah. Gatau ya, kurang cocok mungkin karena isinya seperi kritikan-seorang-perempuan yang belum menikah wkwk.
Seperti judulnya buku ini membahas lika-liku percintaan perempuan. Sangat sesuai dengan realita. Pembahasannya sangat ringan dan mudah dipahami dengan dibumbui kalimat-kalimat jenaka. Sayangnya bukunya bukan aku banget karena nggk terlalu suka dengan buku-buku yang membahas percintaan. Tapi dari buku ini aku paham berbagai permasalahan yang terjadi dalam sebuah hubungan.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Full opini. Jika dibaca oleh anak SMA yang sedang mengalao masa pergolakan dalam hidupnya, akan lebih bagus lagi. Bahasanya ngalir, seperti orang ngajak ngobrol walau beberapa kesannya sedikit menggurui, bukan mencoba memahami. Namun, keseluruhan isi dan substansi masih bagus.
Sebuah buku self development yang menarik. Membahas tentang kehidupan perempuan dan tuntutan yang dihadapi mereka dari dunia. Ditunjang beberapa data ilmiah.
Gaya bahasa yang santai dan anak muda sekali. Seperti obrolan tatap muka antara dua teman lama. Isinya juga relate dengan apa yang diresahkan perempuan pada umumnya.
Bacaan sekali duduk, hasil ikutan giveaway. It’s good, but that’s it, nothing really special or new. Yang ditulis di sini sebenarnya sudah sering kita dengar atau baca, but it’s always nice to be reminded of things we often forget.