Agastya Renandi merasa hidupnya hancur. Pada usia 27 tahun, ia diputuskan sepihak oleh Diga, pacarnya sejak SMA. Otomatis, ia juga kehilangan pekerjaannya di perusahaan milik Diga. Atya merasa sendirian dan nyaris tak punya uang sepeser pun.
Reuni SMA yang diharapkannya bisa sedikit menghibur, malah berakhir dengan buruk setelah Atya melabrak Diga yang membawa pacar baru. Atya mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang dari reuni. Saat membuka mata dan melihat cahaya menyilaukan, ia berpikir dirinya pasti sudah mati. Namun, ia justru mengalami hal ajaib dan mendapatkan kesempatan untuk menjalani kembali masa SMA-nya.
Atya harus memperbaiki semua kesalahan yang diperbuatnya saat remaja. Ia pun berfokus mencari cara agar tidak kehilangan pacarnya yang sempurna. Namun, hidup selalu punya rencana tak terduga. Atya bimbang saat hatinya mulai terbuka pada pilihan lain yang terbentang di hadapannya.
Selesaiiiii! Dan sukaaa 🤩🤩🤩. Novel ini ringan dan nggak terlalu tebal bacanya nggak akan kerasa. Tapi menurutku bacanya jangan terlalu cepat biar dapat aja apa yang mau disampaikan oleh penulis. Novel ini menurutku cocok buat yang masih sekolah apalagi yang terkadang seperti hilang arah bingung mau melanjutkan kemana mari coba dibuka dulu diarynya untuk mengingat-ingat apa yang menjadi passion kalian. ‘Hiduplah sepenuh hatimu supaya kamu tidak pernah merasa perlu untuk kembali dan mengulang waktu.’
Unik sih ngangkat tema rebirth :D Cuma di bab 17 rada nggak make sense. Aku lebih suka bab 17 mungkin dibuat after story atau epilog aja. Lebih terasa pas. Sadar nggak ya ujung-ujungnya Atya seperti 'melawati' masa-masa bahagia yang dia perjuangin sampai balik jadi SMA lagi?
Atya nih beruntung banget ya. Udah lompat waktu. Dibimbing pula. Manjanya. WKWKWK. Aku jadi ngayalin Atya di demensi lain. 'Kalau' saja dia melompati waktu, tanpa petunjuk sama sekali, apakah pada akhirnya dia tahu apa yang telah hilang dari dirinya di masa lalu? Apakah pada akhirnya dia punya inisiatif sendiri buat berubah?
35-2020 Setelah membaca Ganjil-Genap yang 13 tahun patjaran lalu putus, aku membaca ini, TYC pun begitu, 12 tahun lalu putus. Aku sepertinya perlu mencari bacaan yang 11 tahun patjaran putus agar hattrick. Tersebutlah Atya yang kecelakaan, setelah kayaknya dia merasa hidupnya tuh hancur banget. Ga punya kerjaan, diputusin, ke reuni sekolah dan mengalami hal buruk. Atya lalu diberi kesempatan untuk kembali ke usia 17 tahun dan memperbaiki hidupnya, kalau ia tak bisa memperbaiki hidupnya, ia berpulang---kalau nggak salah, karena aku mulai lupa. Kalau aku sudah di ujung kematian gitu dan diminta kembali, kayaknya aku milih mati aja, deh. Tapi aku suka kok sama pesan yang diangkat, soal passion, soal independen, soal bullying, kusenang membacanya. Oiya, TYC agak mengingatkan sama komik Orange, meskipun ga mirip, hanya sama-sama balik ke SMA. Aku jadi bertanya-tanya kalau Atya membuat masa remajanya memburuk bagaimana, ya? Well, TYC lancar dibaca, aku iseng membaca di Gramdig sebelum tidur dan habis sekali tidur-tiduran. Pengantar tidur yang cukup menyenangkan dibaca. Meski bagian belakang terasa agak cepat melesat kilat. Tapi menarik dan menghibur. Terima kasih
Suka banget ❤️❤️ Bacaan ringan yg penuh dengan pesan kehidupan Untuk novel 200 halaman, pesan yg ingin disampaikan dapet banget Bisa related banget deh sama novel ini
Tertarik baca ini karena judul dan jumlah halamannya yang sedikit 😂
Baca ini jadi inget seventeen once again, walaupun ceritanya beda jauh, tokoh ceweknya bisa dibilang sama-sama punya mental usia dewasa. Apalagi gaya bicaranya Atya jadi gak sama kayak anak-anak SMA, mungkin pengaruh dari keformalan Hiro juga sih.
Walaupun alur di bagian pertengahannya agak berantakan, tapi bagian akhirnya bagus. Suka juga sama pembahasan eskul multimedianya. Kalau bagian itu dilanjut dan bukan narasi aja mungkin bakalan lebih bagus lagi. Yah, tapi ini juga udah cukup kok.
It's not a bad book tho, but i just didn't really enjoy the whole story! Khususnya di bagian kontes2 whatever apalah itu yg gue engga terlalu paid attention into it. Malah jadi kaya keluar jalur dari yg gue duga alur ceritanya akan jadi kaya apa!
Entahlah, gue merasa bagian2 kontes itu justru menyita porsi yg seharusnya jadi romance. Atau mungkin buku ini memang engga diniatkan untuk jadi buku romance? (ok, tapi gue engga mau repot2 cari tau).
Imo, tema time travel biasanya lekat dengan tipikal slice of life, tapi di buku ini gue merasa kurang banget. Nah karna bagian2 kontes yg gue sebut sebelumnya, buku ini jadi kaya melenceng, karna porsinya jadi terasa dominan.
"Hubungan yang baik perlu dua orang yang sama-sama kuat. Bukan yang kuat terus-terusan menopang yang lemah. Itu bukan cinta, itu ngabisin energi."
Karya kedua kak mutiarini yang ku baca. Untuk dan novel ke 3 genre young adult yang aku baca, genre baru dari gpu yang menjadi favorit aku walau baru baca 3 novel dengan genre ini tapi ketiga novel tersebut aku suka! Jalan ceritanya singkat dan ringan, malah aku merasa bukan kayak baca novel tapi cerpen karna ya singkat, novel ini punya 200 halaman jadi tidak perlu waktu yang lama untuk menghabiskan lembar demi lembar novel ini. Kalau secara realita, ya emang ini bukan sesuatu yang masuk di akal ya, kita dikasi waktu untuk kembali ke masa lalu dan mengubah apa yang perlu, memperbaiki apa yang harus di perbaiki. Time travel bukan sesuatu yang baru buat aku, dan ini bukan novel pertama yang aku baca tentang time travel, tapi aku suka cara kak mutiarini mengeksekusi ceritanya. Mengalir seperti air. Hanya saja menurut aku ceritanya terlalu singkat, tau tau udah selesai aja. Kayak nanggung gitu tapi sebenarnya ga gantung juga ceritanya, hanya saja alurnya jadi cepat pas baca tau tau udah tamat.
"Ketika kamu nggak mau berjuang untuk hidupmu, ya artinya kamu nggak cukup mencintai diri sendiri. Artinya, kamu sudah membuat hidupmu sia-sia."
Jika diberi kesempatan kembali ke masa lalu, hal apa yg ingin kamu ubah?
Beruntung, itu kata yg kusematkan pada Atya. Berada di titik terendah: kehilangan kekasih, pekerjaan, hingga mempertanyakan apa yg bisa dibanggakan darinya. Ia berkesempatan kembali ke 10 tahun yg lalu, masa SMA, memperbaiki yg terjadi di masa kini.
Suka sekali sosok Atya. Di kehidupan sebelumnya, ia sosok yang tidak punya tujuan hidup. Namun, saat di kesempatan kedua, dia berubah lebih baik. Berani untuk memilih jalan yg dia yakini membawa kebahagiaannya, demi dirinya bukan orang lain.
Hiro, teman seangkatan SMA-nya. Hiro yg penyendiri & misterius. Bagaimana dari dia kubelajar apa itu kebahagiaan sejati.
Walaupun, Diga itu ambisius & workaholic. Namun, dari dia aku tahu penting untuk memiliki tujuan hidup.
Selain kisah hidup Atya, buku ini juga menyorot isu sosial seperti bullying & pendidikan. Tidak peduli seperti apa kondisi fisik seseorang, tak ada yang layak menerima bullying. Ketidakmerataan kualitas pendidikan dipengaruhi oleh kesenjangan sosial yang ada di masyarakat.
Pelajaran yang kuambil dari kisah ini adalah tidak bisa menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain, kebahagiaan tidak berasal dari orang lain. Cinta adalah dua orang yg sama-sama mau berusaha dan jalan beriringan untuk menjadi lebih baik. Dan juga, tidak boleh menyakiti orang lain walaupun bisa. Perbuatan buruk di masa lalu akan kembali ke diri sendiri di masa depan
Rekomendasi untuk kamu yg cari buku romance: pencarian jati diri & meraih mimpi dengan terselip isu sosial: bullying & pendidikan. Sedih, marah, terkejut, miris, greget, dan tentu saja salting manja bakal kamu dapatkan di buku ini.
Ikuti keseruan pengalaman bacaku & berbagai rekomendasi buku digital di instagramku @cornflovvers
Bagaimana rasanya diberikan kesempatan untuk memperbaiki hidup dengan mengulangi semuanya sekali lagi?
Itulah yang dialami Atya. Setelah diputuskan oleh Diga, pacarnya, Atya mengalami kecelakaan yang merupakan portal baginya kembali ke sepuluh tahun yang lalu. Ten years challenge memberinya kesempatan mengulangi kehidupannya di SMA, menemukan kembali jati diri dan passionnya. Semua dilakukan Atya agar dirinya bisa tetap bersama Diga.
Ketika kembali itu, Atya menemukan banyak hal yang tidak beres di hidupnya. Perlahan dia mulai menata kembali hidupnya. Namun, meskipun Atya sudah berusaha keras, ada satu yang tidak berubah. Diga tetap tidak bisa ada dalam genggaman tangannya.
Konsep time travelling menjadi benang merah dalam novel ini. Cukup menarik karena selain tentang pencarian jati diri, novel ini juga mengangkat tentang bullying di sekolah, keluarga broken home, dan kondisi pendidikan dari sudut pandang ekonomi. Lumayan padat untuk novel setebal 200an halaman.
Excited karena nggak sampai 200 halaman dan isinya memang wow. Atya versi masa depan dan dapat pencerahan memang pantas disebut buta, sih, pantas awal-awal aku sempat skeptis ceritanya nggak akan terlalu membuat terkesan, tapi salah! Salah besar. Perjalanan Atya ke masa SMA justru banyak mengubah beberapa hal dan oh, memang sih nggak segampang itu mengubah masa lalu dengan harapan masa depan jadi lebih baik, but sekali lagi ini kisah fiksi hahah.
Sebel kuadrat sama Diga. Katanya pacar supportive tapi malah kasih pilihan ke Atya buat milih dirinya atau projectnya sama Hito. Alasannya juga konyol. Namanya project barengan ya memang banyak bareng-bareng, lah. Kalau cemburu kenapa nggak nempel Atya ke mana-mana? Terus dia bilang mau mendukung walaupun enggak paham dengan bidang yang diminati Atya, tapi turns out jadi cowok nggak cool. Curiga sebelum Atya mengalami challenge sebenarnya Diga hanya nggak mau Atya memilih jalannya sendiri. Tipikal pengatur, posesif, dan manipulatif. Lihat aja kelakuannya di masa depan sebelum Atya kecelakaan.
Harusnya Diga dengar waktu Hiro ngomong ini, sih, "Kalau dia betulan cinta sama kamu, dia pasti akan percaya dan dukung kamu sepenuhnya. Ini semua tentang kamu, dan bukan dia. Kamu berhak bahagia. Kamu nggak harus membuat pilihan apa pun." (Halaman 127)
Karena tujuan Atya balik ke 10 tahun sebelumnya agar bisa menemukan jati dirinya, passion yang bikin dia nggak akan merasa menyesal di masa lalunya, kan? Jadi, sempat jengkel waktu Atya memutuskan memilih Diga ketimbang melanjutkan projectnya bareng Hiro, sih.
Anyway, buku ini memang nggak sepanjang YA lain, tapi isinya menghibur dan banyak memberikan insight soal passion tanpa harus ikut-ikutan orang lain. 4 stars then. Good job buat penulisnya👌🏻
This entire review has been hidden because of spoilers.
Dari prolog, aku sudah suka! Gaya penulisannya mengalir. Alurnya maju mundur, tetapi mudah dipahami. Konfliknya tidak yang terlalu berat. Meski begitu tetap memberikan pesan yang sarat akan makna. TW: pembullyan
Aku dibuat penasaran setiap membaca tiap halamannya. Aku juga bangga dengan pengembangan kepribadian dari tokoh utama. Selain dibuat penasaran, aku juga dibuat emosi, geram, dan tentu saja berdebar. Kalau boleh, aku mau satu yang seperti Hiro 🫣
Bacaan ringan yang cocok dibaca ketika waktu luang atau ketika ingin meredakan pikiran yang suntuk. Mungkin cukup, sampai jumpa! 💛
Sama seperti The Privileged Ones, Ten Years Challenge juga tampil sebagai novel lugas dari Mutiarini yang kali ini mengambil tema pencarian jati diri. I read just in a day and it felt more teenlit-ish more than young adult, mungkin karena kisah pencarian passion yang cukup sat set di Ten Years Challenge meski dengan elemen fantasy didalamnya.
Untungnya, aku suka dengan karakter Atya & Hiro bahkan Diga, yang ketiganya tampil dengan goal masing masing dalam hidup dan sometimes we need to look further buat tau apa sih yang terbaik buat kita. As always, cerita Mba Mutiarini selalu ada isu isu sosial yang menampar tapi engga menggurui. Meski endingnya terasa terburu buru, dan agak ftv hahahaa aku suka dengan gaya Ten Years Challenge dan bagaimana kamu menemukan dan menyayangi dirimu sendiri. Put yourself first before others!
Bukunya asyik dibaca. Aku juga suka karena buku ini fokus sama himaan Tya ngubah hidupnya biar jadi lebih baik. Semuanya kerasa pas dan nggak ada yang berlebihan. Awalnya kukira bagian perisakannya terlalu too much tapi ya ternyata pas aja sih.
Aku juga suka banget bagian pendidikannya itu. Emang merepresentatifkan pendidikan di Indonesia banget.
Aku penasaran juga sih sama Raline nasibnya gimana. Wkwk
Cuman emang banyak banget konfliknya, dan bukunya tipis, jadi semuanya selesai serba instan aja. Hanya dideskripsikan. Mungkin bakalan lebih asyik kalau lebih fokus aja sih. Soalnya jadi kaweur dengan masalah Hiro juga yang begitu aja.
Novel ringan setebal 200 halaman yang aku baca dalam beberapa jam karena terhanyut dengan alur ceritanya. Walaupun dikategorikan sebagai young adult, isi cerita novel ini cukup berat, bercerita soal passion, tujuan hidup, dan mencintai diri sendiri. Sayang menurutku penyelesaiannya terlalu terburu-buru, aku kan pengen tahu cerita cinta Atya dan Hiro.
Buku ini buatku seperti kombinasi a perfect book in the perfect moment. Bukunya tipis banget, cuma 200 halaman dan iseng aku baca ketika lagi nunggu jadwal KRL berangkat. Little did I know, aku langsung suka sama jalan ceritanya dan topik utama yang dibawa di buku ini.
Dari segi gaya menulis dan karakter utamanya, sebetulnya aku nggak ada issue. Nggak buruk, cukup enjoyable dan relatable, tapi bukan yang instant favorite gitu. Yang bikin aku bener-bener suka buku ini adalah topiknya tentang passion dan the idea of fixing the past.
Personally aku bukan orang yang pengen balik ke masa lalu untuk 'fix' apapun itu. Tapi buku ini bikin aku percaya bahwa it was okay dan therapeutic untuk balik ke masa lalu dan berusaha untuk mendalami who we are, what we want to be, and etc. Ya nggak harus dengan balik ke masa lalu literally, tapi at least bisa dilakukan dengan refleksi diri gitu.
Yang berlanjut soal passion. Personally aku lagi dalam kondisi terus bertanya dan berpikir, what is my passion? Jadi segala rasa yang dialami Atya itu relatable banget. Mungkin buatku nemuin that passion tidak semudah proses yang dijalani oleh Atya di buku ini, but I'm ready for the journey to find it.
So... 5 out of 5 stars.
Note to self: Review ini dibuat tengah malem setelah capek seharian kerja dengan segala dramanya. So be kind to yourself kalo baca ini di masa depan :D
Gak suka karakter si atya. Kehidupan sebelumnya seperti tidak memberi pelajaran berarti pada karakter ini. Udah tau bakal dikhianati sama Diga, eh di kehidupan kedua dia masih berusaha bertahan sama Diga dan berharap bisa hidup bareng si Diga selamanya. Terlalu buta cinta. Kalau aku kejadian kayak gitu kayaknya udah ilfeel banget, gak mau deket-deket. Oke, si Diga yang di kehidupan kedua kan belum pernah mengkhianati Atya. Tapi plis deh, sekali lagi. Atya seharusnya tau kalau Diga memprioritaskan dirinya sendiri di atas segalanya setelah pernah punya hubungan selama dua belas tahun dan dibuang gara-gara dianggap gak berguna dan cuma menghambat si Diga syalalalala ini.
Selain itu, pernah hidup sampe 27 tahun juga gak membuat pola pikir dan cara mengambil keputusan si Atya ini lebih bijak. Banyak banget cara-cara penyelesaian masalah Atya di kehidupan keduanya yang malah nambahin masalah. Heran, deh. Udah pernah hidup 27 tahun lho, masak sih cara mikirnya gak lebih maju daripada anak SMA yang notabene lebih kurang pengalaman hidup dibanding dia. Duh 😩
Dan lagi terlalu detailnya cerita tentang lomba dari UNESCO atau apapun itu malah membuat cerita makin melebar dan bikin lebih bosan lagi.
Overall, cerita ini punya nasihat baik yang ingin disampaikan pada para generasi muda. Bisa juga bagus dibaca untuk orang lain, cuma kurang cocok aja di aku.
Apa yang kamu lakukan jika kamu diberi "kesempatan kedua" untuk kembali ke 10 tahun yang lalu? Begitulah Atya, the lucky one yang bisa memperbaiki usia 17 tahun dengan pemikiran usia 27 tahun.
Setelah membaca semua buku Mutiarini, aku menyadari satu hal kalau penulisnya selalu menyisipkan "pesan". Kali ini tentang passion dan upaya meraih apa yang kita cintai. Ini memang secara kehidupan agak klise, ya. Sebab, nggak semua passion itu bisa jadi menyenangkan kalau sudah masuk ranah profesional. Tapi karena ini genrenya young adult, jadi memberikan semangat kepada para remaja muda-mudi yang sedang meraih mimpi untuk memperjuangkan mimpinya.
Instalasi pameran yang dibuat Atya dan Hiro itu sungguh konsep yang bagus. Penulisnya detail memperlihatkan kesenjangan antara keluarga Andrew dan Arik. Untuk konsep yang dibuat anak SMA, ini beyond of imagination sih.
📍Spoiler Yang agak sedikit mengganjal buat aku adalah Raline setelahnya bagaimana? Lalu, bab terakhir agak escalated quickly. Atya dengan Diga after [redacted] kayak cuma tukeran kartu nama dan jadi kerja bareng tuh jadi sebelumnya lost contact atau bagaimana? //
Karena hanya 200 halaman jadi semua singkat, padat, dan cepat. Kalau ditambah 50 halaman lagi mungkin pendalamannya bisa lebih terasa.
Well, sebuah novel YA yang bagus. Penulisnya masuk list aku untuk novel yang karyanya akan selalu ku baca 💐
Tiba-tiba setelah praktikum kelas ditiadakan jadilah aku kembali ke kosan dan karena aku ingin membaca jadilah ku pilih novel ini untuk menemaniku menghabiskan waktu bersama hujan
Awal baca aku merasa kurang tertarik karena lumayan banyak narasinya tapi konflik yang bermunculan membuatku penasaran dan ingin terus membacanya. Di lain sisi, alur dan latar lumayan menarik dan mendukung cerita di dalamnya. Nuansa dan ambisi anak SMA yang berusaha mencari jati dirinya bisa kurasakan dan membuatku bernostalgia mengenai perasaan seperti itu dulu sekali saat aku masih SMA. Bagus perkembangan karakternya aku suka, tokoh bisa mengambil pelajaran dan berubah menjadi tokoh yang lebih baik. Tata bahasa yang digunakan juga baik. Mungkin karena halamannya juga cuma 200 an jadi cepet banget tamatnya but aku suka dengan cerita di novel ini.
Apa yang dialami oleh Atya, setidaknya dialami oleh banyak remaja (dan mungkin pemudi) di sekitar kita. Itu bisa kamu, dan bisa jadi aku. Memilih jurusan kuliah hanya karena teman-teman di sekitar memilih jurusan yang sama. Kekasih memilih jurusan yang sama, dan karena tidak ingin berpisah dengan mereka, kita pun memilih jurusan yang sama. Andaikata perkuliahan itu berhasil, pilihan pekerjaan yang tersedia menjadi lebih sempit lagi. Bukankah itu lebih menyedihkan?
Sebenarnya udah selesai baca novel ini tanggal 15 lalu karena memang tipis (200 halaman) dan lupa mau rating karena kuis dan tugas :))
Ceritanya asik si menurut saya. Saya kayaknya dulu pernah baca cerita mirip seperti ini, tapi lupa di mana dan apa judulnya. Ten years challenge bagusnya dibaca buat anak sma yang masih bingung menentukan pilihan jurusan. Pesan moralnya dapet, dan nggak muluk² juga.
Kekurangannya menurut saya kurang penjelasan di bagian dia kok bisa kembali ke masa lalu. Kurang nendang gitu di bagian sananya. Overall, saya suka sama novel ini :>
Buku yang page turning. Ceritanya menyenangkan untuk diikuti dengan penggunaan bahasa yang mudah dimengerti. Terdapat pesan moral juga menurut saya terkait dengan bullying. Secara pribadi membuat saya berkhayal seandainya saya diberikan kesempatan kembali ke zona waktu tertentu, apakah saya akan mengubah keputusan saya akan sesuatu dan bagaimana kah pengarunya dengan kehidupan saya saat ini 😊
This entire review has been hidden because of spoilers.
02.02.23 Ten Years Challenge • Mutiarini • GPU • 2020 • 200 hlm.
"berdasarkan yang kupelajari, alam semesta ini bekerja seperti cermin. Dia memantulkan energi yang kita pancarkan." - Hlm. 23
"Hubungan yang baik perlu dua orang yang sama-sama kuat, Atya. Bukan yang kuat terus-terusan menopang yang lemah. Itu bukan cinta, itu ngabisin energi." - Hlm. 31
"Mengakui kesalahan adalah langkah awal untuk memaafkan diri sendiri, Tya." - Hlm. 39
"Saya percaya mengalami hal buruk dalam hidup sama dengan memasuki kamar gelap untuk mencetak film. Perlu waktu dan kesadaran. Tapi jika kita cukup berusaha, pada akhirnya kita akan mendapatkan gambar-gambar indah." - Hlm. 92
Tya runtuh ketika Diga kekasihnya selama belasan tahun memutuskannya. Bukan hanya itu, itu artinya ia juga kehilangan pekerjaannya. Di tengah keterpuruknnya--tanpa pekerjaan, tabungan yang seadanya--ia dipertemukan dengan sosok dirinya 10 tahun lalu karena kecelakaan yang menimpanya setelah mengalami hal memalukan di acara reuni akbar SMA.
Sosok Tya muda memberinya kesempatan untuk hidup sekaligus memperbaiki masa depan. Tya masa kini menjalankan masa mudanya untuk kedua kalinya dengan misi untuk mempertahankan Diga. Namun, ia justru menyadari bahwa ia telah melakukan banyak kesalahan semasa muda. Selain itu, kehidupan ini membuatnya sadar bahwa ia tidak pernah paham apa minat dan mimpi yang diraihnya karena selama ini seolah apa yang dilakukannya hanya mengikuti Diga atau menyenangkan orang lain. Mampukah Tya menemukan dirinya kembali? Berhasilkah misinya mempertahankan Diga?
Woy, cerita apa ini? Tidak kusangka aku bisa melahapnya hingga halaman terakhir hanya kurun waktu kurang dari 24 jam! Kuakui buku yang mengusung tema magical realism kembali ke masa lalu dengan misi memperbaiki masa depan pastilah bukan buku ini saja. Aku menduga bakal ada banyak pesan yang tertuang di dalamnya. Ternyata, oh, ternyata ... banyak sekali pesan yang quotable!
Jangan kira buku tipis ini hanya mengangkat isu sederhana. Buku ini mengangkat isu perisakan; ketimpangan akses pendidikan yang terimbas dari tingkat ekonomi; pencarian jati diri dan mimpi, sekaligus upaya meraihnya. Di dalamnya juga diselipkan informasi soal fotografi.
Sering kali manusia tidak mampu memahami dirinya sendiri--terutama apa minat, bakat, dan mimpi--lantaran sibuk bersikap sesuai harapan lingkungan di sekitarnya. Buku ini mengingatkanku bahwa kitalah yang harus mencari tahu apa yang membuat hati berdebar. Jadi, kurekomendasikan buku ini untuk kamu yang tengah mencari jati diri dan minat. Semoga kamu beruntung menemukannya tanpa perlu mengalami kehidupan kedua--karena itu hanya ada dalam cerita.
"Kamu pikir, Diga-lah kunci kebahagiaanmu. Masalahnya, kebahagiaan tidak pernah berasal dari orang lain, Atya." - Hlm. 39
"Ketika nggak mau berjuang untuk hidupmu, ya artinya kamu nggak cukup mencintai diri sendiri. Artinya, kamu sudah membuat hidupmu sia-sia. Itu, Atya, adalah kesalahan kamu yang paling besar." - Hlm. 40
"Kira tidak bisa berharap untuk memiliki dunia yang lebih baik tanpa memperbaiki individu di dalamnya. Untuk itu, setiap dari kita harus bekerja memperbaiki diri dan, di saar yang sama, bertanggung jawab terhadap kemanusiaan, terutama untuk membantu mereka yang kita pikir paling membutuhkan." - Hlm. 56
"Rasanya seru, sih, being part of something. Tapi kalau itu bikin lupa sama diri kira sebenarnya, nggak sehat namanya," - Hlm. 71
"Rasa cemburu tidak seharusnya menghalangi orang yang ia sayangi untuk mengembangkan diri. Menyayangi seseorang bukan berarti harus menghambat jalannya." - Hlm. 83
"Tidak peduli seperti apa kondisi fisik seseorang, tak ada yang layak menerima bullying." - Hlm. 115
"Ayahku selalu bilang, kita bukan produk lingkungan sosial kita. Semua yang kupunya hanfa alat, tapi harus aku yang menentukan arah hidupku. Semua itu nggak ada artinya kalau aku bahkan nggak tahu apa yang mau kulakukan dalam hidup," - Hlm. 123
"You need to stand up for yourself. Kalau kamu kesulitan, jangan ragu minta bantuan orang lain. Nggak ada orang yang berhak menyakiti kamu, membuat kamu merasa buruk atau rendah diri," - Hlm. 143
"Passion mungkin mengingatkan siapa kita sebenarnya, dan apa yang ingin kita lakukan dalam hidup. Tapi kegigihan seperti motor yang memberi kita kekuatan untuk terus bergerak ke depan. Sedangkan niat baik, selalu memastikan bahwa apa pun yang sedang kita usahakan adalah untuk manfaat yang lebih besar." - Hlm. 190
--
This entire review has been hidden because of spoilers.
"Gimana caranya mimpimu akan terwujud, kalau kamu bahkan nggak tahu apa yang ingin kamu lakukan? Apa yang kamu sukai? Selama bertahun-tahun, kamu hidup untuk orang lain karena kamu nggak kenal dirimu sendiri." hlm. 42
........................................................... Novel ini mengisahkan tentang Atya. Di usianya yg 27 thn, hubungannya dgn Diga kandas, padahal mereka sudah berpacaran selama 12 thn. Atya juga kehilangan pekerjaannya. Ia sungguh merasa gagal dan hancur. Reuni yg ia hadiri makin membuat suasana hatinya tdk baik, hingga ia mengalami kecelakan pd perjalanan pulang. Siapa sangka pada kecelakaannya, Atya justru mendapat kesempatan 'Ten Years Challenge' untuk memperbaiki hidupnya dgn kembali pada masa lalu, tepatnya pada masa SMA. ✨
Novel yg ringan, dgn latar kota Bandung dan tempat sekolah Atya. Alur yg disuguhkan akan mengajak pembaca menikmati perjalanan waktu seorang Atya. Tulisannya terasa mengalir hingga novel ini mampu dihabiskan hanya dgn dua kali duduk tadi siang, jeda makan dan salat. Dua kali duduk kan jadinya? 😁
Awal² membaca aku ikut setuju dgn perkataan Diga sih, karakter Atya memang sangat disayangkan (kasian tapi gimana ya). Syukurnya saat ia kembali ke masa lalu, ia berhasil mengenal dirinya sendiri dan bisa berdiri di bawah kakinya sendiri sesuai dgn keinginan hati. Jadi suka sama Atya deh. Tapi kalau ceritanya dibuat kembali lagi ke masa kini, terus Atya memperbaiki hidupnya kurasa ceritanya jadi lebih menarik lagi. Terlepas dari itu aku suka ide ceritanya, juga suka dgn kehadiran tokoh Hiro yg positif vibes.✨
Novel ini menyematkan banyak pesan : Yaitu 👇
√ Ajakan utk mengenal diri sendiri lagi agar tahu apa yg dituju saat sdg kehilangan arah, utk adik² yg duduk di bangku SMA membacanya bisa membantu mengenali potensi dan jati diri. √ Menyadarkan betapa pacaran sangat menghabiskan waktu, terlebih jika sosok itu tidak membantu utk membuat diri berkembang sesuai dgn keinginan hati. √ Mengingatkan bahwa tindakan bullying sangatlah tidak keren dan tak patut utk dilakukan. √ Menyadarkan bahwa selalu ada pelajaran di setiap kejadian, tinggal pandai² diri mengambil pelajaran dari pengalaman.
Maafkan diri, lanjutkan hidup ✨❤️ #jejak_sibuku
This entire review has been hidden because of spoilers.
Ceritanya mengharukan banget. Kesempatan yang didapat Atya untuk memperbaiki pilihannya semasa SMA ternyata nggak cuma berdampak pada hubungannya dengan Diga, tapi juga dengan banyak hal. Atya sempat mengira dia harus menjaga ending-nya (hubungan dengan Diga di masa sekarangnya, tahun 2027). Untung aja, Atya cepat sadar. Dia kembali ke sepuluh tahun yang lalu, 2017, untuk tahu apa yang paling dia kepenginin dalam hidup.
Aku suka banget dengan semua yang berhasil Atya selesaikan. Udah menduga juga tentang Hiro. Bahagia banget untuk Atya. Dia nggak cuma memperbaiki hubungan dengan Diga, tapi juga masa depannya.
Novel ini ngajarin aku tentang pentingnya bijak membuat pilihan. Agak tertampar juga, karena aku pun kayak Atya. Nggak tahu apa yang paling kupenginin. So far, aku menjalani hidup sehari demi sehari. So far juga, aku belum ada penyesalan. Semoga nggak akan pernah menyesal. I love my life. Aku senang Atya juga akhirnya punya hidup yang membuat dia bahagia lahir batin.
Pelajaran keras: apa yang kita pikir "terbaik" saat ini belum tentu tetap "terbaik" di masa depan. Seperti Diga bagi Atya.
5 stars. One of the most enchanting (apasih genrenya, young adult?) book I read. Ringan tapi berisi. Light but serious. Mengejutkan bahwa buku macam ini gak meledak di pasaran dan gk banyak direview di base literature. Soalnya bagus bgt. Mungkin kekurangannya adalah terlalu serius menggambarkan anak SMA. Ya emg balik ke sepuluh tahun tapikan anak lainnya gk semua umur 27. Andai diperkuat background karakter lain serta ada sisi kocaknya, mungkin bisa lebih mantap jiwa. Soalnya buku ini kayak padat bgt, seperti lurus ingin menyampaikan pesan. Meskipun ini juga udh bagus atau dalam kata lain kuingin tulisannya lebih panjang dan tidak cepat habis:( writer please notice me. I need some more and definitely will read another book of yours.
Mengangkat tema Time Travel buku ini menghadirkan cerita yang segar. Alur berjalan dengan tepat. Tak lambat, juga tak terburu-buru dalam membangun cerita. Padat, dengan premis menarik. Seseorang yang kembali ke masa remaja untuk memperbaiki hidupnya. Melalui karakter yang dibangun dengan sangat Epik, buku ini mengajak pembaca untuk menemukan "Passion". Tentunya tidak lupa unsur cinta remaja yang mana menjadi ciri khas buku dengan label #YA. Porsinya sangat pas, manis, juga terdapat takaran pahit. Lika-liku kehidupan remaja saat SMA yang tak jauh dari perundungan juga menyelip diantara perjuangan untuk menemukan Passion dan cinta.
Sudut pandang orang ketiga, fokus kepada Atya. Metode tekanan perasaan lebih banyak digunakan dengan detail yang sedikit. Ya, aku merasa bahwa pembaca lebih banyak dijejali oleh emosi daripada narasi yang membinggungkan tentang latar. Dialognya ringkas dan dapat aku katakan tersampaikan ke diri pembaca. Banyak kutipan menarik yang aku dapat dari buku dengan ketebalan yang cukup ini. Meski hanya 200 halaman, rupanya punya bobot yang hampir berkilo-kilo lebih dari bobot fisik buku.
Plotnya sendiri rapi hampir tanpa celah, barisan adegan yang membentuk konflik diselesaikan dengan baik. Eksekusinya bagus, meski mudah untuk ditebak. Akhir cerita menjawab semua pertanyaan diawal. Sayangnya, sebab mengapa bisa kembali ke masa lalu itu tidak dijabarkan dengan detail. Juga proses untuk mengejar mimpi itu, tiba-tiba berputar haluan 90 derajat. Satu lagi, jika memang mengulang ke masa lalu, pastinya akan muncul sesuatu yang bisa disebut paranoid. Di buku ini mengalir begitu saja, sehingga pembaca merasa bahwa perjalanan waktu itu, hampir tidak ada. Tapi, aku bisa memaklumi hal tersebut. Untuk pembaca remaja, sudah sangat lebih dari cukup. Terlalu berlarut-larut akan membuat pesan yang ingin disampaikan melenceng jauh.
Aku suka dengan cara berpikir yang disampaikan oleh penulis. Bahasa yang mudah dipahami dan juga enak untuk dibaca. Menghabiskan buku ini sekali duduk pun tak akan mustahil. Materi yang padat, dimana akan meminta pembaca untuk memahami keinginannya sehingga tak menimbulkan sesal di masa yang akan datang. Aku juga suka dengan latar yang dipakai. Bahkan ada bagian yang membuatku mengerti banyak hal, tentang photografi dan juga fashion, meski tak banyak, cukup untuk memberikan kesan menyenangkan. Cerita yang hangat, perkembangan karakternya, hingga karakterisasi setiap tokohnya yang relevan, cocok untuk remaja yang butuh akan hiburan dan juga bahan renungan. Pembaca dewasa juga masih relevan. Setidaknya mereka akan ikut menyesali apa yang terjadi. Pilihan yang terbaik, kadang tak berpihak pada diri dan pilihan salah belum tentu sebenarnya salah. Masing-masing punya kendali dalam pilihan. Tinggal bagaimana cara menyingkapi atas pilihan tersebut. Hal ini yang ingin disampaikan penulis melalui tokoh Atya. Atya yang polos, lugu, tak bisa menentukan apa pilihannya dimasa SMA, berubah menjadi mandiri dan penuh semangat setelah perjalanan hidupnya yang gagal. Diga yang sempurna, bisa meraih apa saja yang diinginkannya, menjadi sosok yang menyebalkan. Tapi, karakternya yang dibuat seperti itu kebetulan jadi ujung tombak cerita. Sebab, manusia punya sisi lain yang mungkin tak bisa dilihat saat semuanya baik-baik saja. Hiro yang mana tampak sebagai peran kedua justru tampil memukau, pembaca akan mendapatkan kejutan darinya. Sayangnya tokoh-tokoh pelengkap banyak yang hanya numpang lewat saja. Padahal tokoh itu termasuk krusial.
Tapi, aku sangat berharap bahwa ada hubungan keluarga yang hangat. Tak banyak diungkap bagaimana keluarga Atya, bahkan hal ini tak banyak dibahas. Intrik tentang keluarga Hiro juga tak banyak diungkap. sehingga sedikit menggantung. Walau endingnya sangat memuaskan. Ada satu misteri sampai saat ini masih menjadi pertanyaan terbesarku. Bagaimana cara kembali ke masa lalu, apakah dengan mengalami peristiwa yang menyakitkan begitu pula sebaliknya. Proses ini tidak terlalu dijelaskan, bahkan jika dipikir secara logika maupun ilmiyah tetap saja membingungkan. Siapakah pemberi tantangan? Apakah tantangan ini acak datang terhadap orang-orang yang beruntung? Atau hanya orang-orang yang mengalami mimpi buruk? Tapi, intinya bukan itu, lebih ke asal-usul dari tantangan kembali ke masa lalu ini, tidak ada penjabaran yang rinci. Lebih menekankan drama sebenarnya dari pada fantasi. Bagian time travel hanya menjadi sebab yang berakibat pada cerita. Wajar saja, jika pertanyaan ini sama sekali tak terjawab. Tapi, tak perlu khawatir, ini sama sekali tak merusak cerita yang sudah dibangun kokoh sejak awal. Pemilihan tata bahasa yang tepat,
Satu hal penting yang benar-benar tersampaikan. Hiduplah dengan passion yang disukai. Dengan passion, bahagia dan tujuan hidup itu akan berjalan sesuai dengan keinginan. Perundungan adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan. Merendahkan orang lain adalah tindakan bodoh. Orang-orang yang lemah akan menjadi kuat dan suatu saat dapat menerkam yang kuat. Hukum timbal balik itu pasti terjadi. Di buku ini, jelas membuktikan itu.
Aku pikir, ini adalah sajian yang menyenangkan dan penuh hiburan. Cerita cinta, patah hati, kesempatan kedua, pilihan, harapan, cita-cita, dan passion. Komponen tersebut meramu kisah dengan indah. Nilai moral yang disampaikan, pesan-pesan yang tidak terselebung mengalir ke dalam buku yang mudah ditebak akhirnya ini. #TenYearsChallenge bisa menjadi pengobat rasa gundah menghadapi kenyataan hidup yang rumit, manisnya masa remaja masa SMA akan mengantarkan pembaca mengenang kembali kenangan itu. Ditemani secangkir teh hangat, kisah Atya ini menghangatkan jiwa dan raga. Layak baca!
Suka banget sama cerita ini,walaupun cerita fiksi tapi makna nya dalem. cerita tya yang diberi kesempatan memperbaiki masa SMA dan menentukan apa yang dirinya sukai bukan mengikuti arus. walau cerita ini singkat tapi pesan nya sangat bagus . tya bukan hanya merubah hidupnya tapi juga hidup orang yang baru dia kenal tapi ternyata penting untuk masa depanya
"Ketika kamu nggak mau berjuang untuk hidupmu, ya artinya kamu nggak cukup mencintai diri sendiri. Artinya, kamu sudah membuat hidupmu sia-sia."—halaman 40
"Kayaknya, saya terlalu fokus sama orang-orang di sekitar saya. Pacar dan sahabat-sahabat saya. Apa yang mereka suka, apa yang mereka ingin raih, apa yang bisa kita lakuin bareng-bareng. Rasanya seru, sih, being part of something. Tapi kalau itu bikin kita lupa sama diri kita sebenarnya, nggak sehat namanya."—halaman 71
"Passion mungkin mengingatkan siapa kita sebenarnya, dan apa yang ingin kita lakukan dalam hidup. Tapi, kegigihan seperti motor yang memberikan kita kekuatan untuk terus bergerak ke depan. Sedangkan niat baik, selalu memastikan bahwa apa pun yang sedang kita usahakan adalah untuk manfaat yang lebih besar."—halaman 190
⏳️⏳️⏳️
Setelah putus dan merasa dikhianati oleh Diga, Atya mengalami kecelakaan dan bertemu dengan dirinya yang berusia 17 tahun. Dalam pertemuan yang singkat itu, Atya yang berusia 27 tahun memilih untuk melakukan tantangan 10 years challenge dan kembali ke waktu usianya 17 tahun. Dengan tekad besar memperbaiki hubungannya dengan Diga, Atya rela mengulang waktu untuk mencari jati diri dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukannya 10 tahun sebelumnya.
Ringan, padat, dan menyampaikan makna yang cukup dalam, begitulah kesan yang kudapat ketika membaca novel ini. Dibawakan dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, novel ini cocok dijadikan teman bacaan akhir pekan setelah bergumul dengan hari-hari yang berat sebelumnya 🤭
Konflik yang diangkat pun cukup menampar dan relate dengan kehidupan kita semua. Sehingga tidak sulit bagi pembaca untuk mengidentifikasi emosi yang dibawakan oleh para tokoh dalam cerita. Setidaknya, kita semua pernah satu-dua kali mengalami hal serupa yang terjadi pada Atya di rela life, kan? Hehe.
Hal lainnya yang aku suka lainnya dari buku ini adalah sentuhan fantasinya! Untukku pribadi, sentuhan fantasi selalu menjadi hal menarik dan nilai tambah dalam sebuah bacaan fiksi.
Dengan pace yang cenderung cepat, novel ini berhasil menggambarkan secara gamblang bagaimana patah hatinya Atya pada Diga, bagaimana galaunya Atya yang merasa kehilangan jati diri, bagaimana akhirnya Atya memutuskan kembali menyusuri masa lalu untuk mencari jawaban, dan bagaimana Atya survive mempertahankan impiannya.
Menurutku, walau sederhana, tetapi pesan yang ingin penulis sampaikan dalam bukunya adalah pesan yang aku dan kita semua sering lupakan. Tentang bagaimana cara kita mencintai diri dan survive dengan segala rintangan yang datang untuk meraih impian kita.
Setelah membaca novel ini, sedikitnya aku bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah aku sudah cukup mencintai diriku sendiri? Apakah aku sudah mengeluarkan semua usaha untuk meraih mimpi-mimpiku? Apakah aku sudah berada di jalan yang benar sebagaimana apa yang kuinginkan? Lalu, bagaimana dengan kalian? Apakah kalian sudah cukup mencintai diri sendiri hari ini?
Ada beberapa yang agak membuatku terganggu, terutama di bagian akhir, karena kan dia transfer ke masa lalu, terus masa depannya berubah, juga dimana dia sekarang, posisi, kondisi, dan semuanya juga ikut berbeda, kan? Gimana Atya adapt secepat itu dengan aliran informasi yang deras setelah ia kembali ke masa sekarang? Atau dia memang terprogram mengikuti alur waktu. Iya sih, aku tahu time skip memang agak-agak tricky, tapi karena ini fiksi dan hiburan sekali, kulahap sajalah.
Untuk 200 halaman, perjalanannya lumayan cepat dan berguncang di tempat tak terduga, ya. Aku sempat mau marah dan bakal drop kalau Atya ternyata lebih memilih mempertahankan Diga. Dude!? Cowok yang bikin kamu terpaksa memilih is not a good one! Ngomongnya dukung dan selalu support, tapi kalau endingnya disuruh milih? Meh :/ untungnya Atya nggak sedodol itu, walaupun salah juga dia nggak bilang baik-baik ke Diga dan malah diam-diam lanjutin project sama Hiro, cuma aku paham, posisi Atya disitu memang serba salah.
Disini juga diangkat kasus bullying, perihal ketimpangan sosial, tentang pilihan dan tujuan hidup, tentang kebimbangan remaja tentang identitas yang menurutku dikemas apik dan padat. Aku setuju dengan omongan Sachi yang bilang kebahagian yang didapat dari orang lain bukan kebahagiaan, serta omongan Hiro tentang tidak harus bersama untuk bisa mencapai kebahagiaan.
Hiro benar-benar karakter yang dewasa dan tenang, mungkin karena dia dewasa sebelum waktunya, tapi tentang dia yang mengelola emosinya dengan baik dan tidak konfrontasi dengan Diga benar-benar keren! Termasuk bagian "Kamu adalah hal terbaik yang pernah terjadi pada saya." AAAAAHHHH IM IN LOVE ㅠㅇㅠ
Waktu Hiro melamar Atya juga, narasinya benar-benar membuatku geelindingan. Tidam dibuat seromantis mungkin, tapi terasa sangat intim. "My best friend, my partner in crime, my pretty little mind, would you marry me?" Im so done with this. I love this sentence to much. In my very personal opinion, "partner in crime" is a symbol of trust and lifetime partner! Mengindikasikan bahwa ingin melakukan sesuatu ke depannya, dalam hal apapun, dengan pasangannya.
A really nice read!
P.s. : i want one Hiro in my life too :"
This entire review has been hidden because of spoilers.