Definitely one of my favorite this year😍 Walaupun cukup tebal (dengan font yang menurutku agak kecil🤨serta mengangkat tema yang cukup berat), bagiku buku ini menyenangkan & mudah dibaca Basically ini mengisahkan tentang suka duka kehidupan Quilin mulai sejak dia magang di Toko Kelontong Selatan sampai sukses nanti termasuk kisah mengenai orang2 di sekitarnya sehingga terkesan karakternya banyak. Namun karena terjemahannya apik, tulisannya mengalir dan tidak ngejelimet walaupun banyak karakter bersiweran Aku rekomen untuk para penggemar sastra Tiongkok, fans tulisan Yu Huang serta kisah2 getir, ini worth to try banget🥰
"Kamu sudah bisa menyadarinya kan? Betapa kebenaran bisa begitu sulit diungkapkan. Namun, ketika pada akhirnya kata-kata terlontar, hal terpenting tentang kebenaran dan kebohongan bukanlah orang yang mengucapkannya, melainkan orang yang mendengarkannya."
Gimana ya saya mengungkapkan isi hati saya tentang buku ini? Rasa-rasanya bagi saya buku ini tidaklah terlalu spesial, hanya berupa tentang kehidupan Qiulin dan orang-orang di sekitarnya. Saya bisa melihat betapa tokoh-tokoh di dalam buku ini menjalani kehidupannya yang sering kali terasa getir bagi saya.
Kalau boleh dibilang saya tidak mempunyai karakter favorit dari buku ini, mungkin memang itu sengaja dilakukan sang penulis, karena memang para tokoh di buku ini tidak memiliki sesuatu yang spesial, betul-betul hanya manusia biasa yang bisa berbuat jahat dan kesalahan namun di sisi lain juga bisa menjadi seorang yang begitu baik di lain waktu; hanya manusia biasa kan? Manusia dengan sisi abu-abunya.
Sampai di akhir halaman buku ini saya merasa tidak ada satu pun tokoh yang memiliki ending yang bahagia. Tapi memang begitu kan hidup? Lagipula seperti apa sih happy ending itu di kehidupan yang nyata? Mungkin sebenarnya tidak ada happy ending di hidup ini, hanya beberapa momen-momen bahagia yang muncul di sana sini saat kita menjalani kehidupan ini, sama seperti yang dirasakan tokoh-tokoh di buku ini. Jika kita beruntung momen-momen bahagia itu akan berlangsung lama dan sering; jika tidak beruntung, mungkin kita hanya memiliki dan merasakan sekejap rasa senang yang itu pun jarang bisa ditemukan.
"Saya benar-benar harus menerima bahwa saya memang sudah tua. Jika kamu tidak menerima usia tua, usia tua juga tidak akan menerimamu."
"Qiulin tiba-tiba memahami sebuah kebenaran, dalam hidup ini kita tidak lebih dari mengenal satu per satu dan meninggalkan satu per satu. Menjadi seorang manusia itu benar-benar kosong, tidak menarik sama sekali. Memikirkan hal ini, rasa kesepian melanda Qiulin untuk sementara waktu."
Kayaknya emang kurang cocok sama novel ini. Awalnya kukira bakal lebih banyak ngebahas kehidupan toko kelontongnya, ternyata itu cuma jadi pijakan penting di awalnya aja. Setelahnya cerita berlanjut dengan kehidupan masing-masing karakternya.
Jujur aku kesulitan buat mengingat nama-namanya karena masih nggak familier di aku, jadi sering kebolak-balik. Mana karakternya lumayan banyak pula.
Haruki Murakami finally meets his rivals for female objectification in literature. All the female characters in this book seem unable to fight for their own lives and that is a harsh reality that we have to accept about what happened to Chinese society at that time. Set in the 1960s, this book tells a lot about domestic violence experienced by women. However, I feel the author's way of writing implicit content narration is so disgusting that I can't finish this book and leave the last 2 chapters. Besides, Qiulin, the main character supposed to teach a lot about honesty, is more naive and not indecisive. What's the point of being able to tell right from wrong if you can't fight for it? Reading this book feels like watching a long documentary. With a slow-paced plot, each character is flawed and has their own story which is explained clearly and well. As a reader, I use my right to determine whether their flaws are justified. The story of the Qi family is my favorite. However, I still can't like this book for it's implicit content without giving a content warning and the way the writer not talk about Du Ying (female protagonist) enough.
Bahagia banget bisa minjem buku ini lagi. Ternyata emang bagus. Ceritanya gak cuma fokus di satu tokoh tapi juga nyeritain beberapa tokoh. Di sini jadi tau juga gimana kehidupan Cina di tahun 1980. Karakternya dibuat membumi sih, gak yang sempurna banget terus banyak kurangnya. Sebenernya heran juga kenapa tokoh perempuan di sini karakternya dibuat begitu. Penuh penderitaan ya diselingkuhin suami, kdrt, suaminya meninggal, atau gak seneng jadi selingkuhan, atau penggoda suami orang. dan tokoh cowoknya pada mata keranjang. Karakter paling sedih di sini menurutku Du Mei sama Tuan Qi
Di awal kehidupan Qiulin di toko selatan aku suka banget, terus pas pindah jadi juru tulis juga suka. Kagum liat kerja kerasnya ampe bisa kayak gitu. Sedih pas tau kalo Qiulin ngerokok padahal pas di toko selatan enggak. Banyak yang gak sreg sama buku ini terutama tokoh-tokohnya tapi kalo diliat dari hal lain banyak juga yang menarik dan banyak pesan-pesan yang bisa diambil.
Banyak pertanyaan salah satunya keadaan Weiguo gimana ya??
Yah terlepas dari apapun, sangat berkesan baca buku ini.
p.s. Gara-gara Qiulin beliin tuan Wu tahu goreng, aku jadi kepengen tahu goreng juga wkwkw
Tadinya saya berpikir kisahnya akan terpusat di Toko Kelontong Selatan, ternyata sosok Qiulin muda akan terlibat dalam distribusi bahan kebutuhan masyarakat hingga ke Koperasi Pemasok dan Pemasaran. Lewat cerita perjalanan Hidup Quilin akan tergambar bagaimana sistem dalam masyarakat Tiongkok era 1970-80an mengelola dan mendistribusikan kebutuhannya, sekaligus gambaran sosial budaya yang berjalan di masa tersebut.
Quilin adalah tokoh yang memulai karir dari level bawah sehingga saya jadi mengetahui bagaimana sistem mengatur supaya setiap orang mendapatkan stok kebutuhan yang sama melalui pemberian kupon jatah untuk produk-produk tertentu, seperti gula, ikan, beras bahkan rokok. Rokok sendiri menjadi barang yang prestisius dalam sepanjang alur cerita, seringkali dijadikan alat tukar, hadiah istimewa, simbol gengsi—yang disiratkan pada merek-merek tertentu, juga dapat menjadi sogokan untuk memuluskan proyek. Bahkan Quilin pernah mati-mati mendapatkan merek rokok tertentu untuk menarik hati gadis pujaan dan ibunya.
Kenapa ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️? Bagi pecinta budaya, ini bacaan ringan tentang kehidupan sehari-hari orang-orang biasa di daerah yang tidak biasa bagi saya. Bagaimana sistem pemerintahannya yang memberi pengaruh unik pada cara mereka berbisnis menggambarkan benang merah dimana akhirnya kemampuan menjalin relasi menjadi penting, tak peduli hidup di negara demokratis maupun komunis.
Sudah lama saya tidak membaca buku fiksi yg menarik seperti ini. Dengan setting yg menarik, Cina pada era revolusi kebudayaan hingga era keterbukaan ekonomi. Ceritanya berkutat pada kehidupan tokoh utama, Lu Qiulin yg menapaki karir dari pegawai toko kelontong di pelosok kemudian naik ke posisi yg tinggi. Alur ceritanya paralel antara tokoh-tokoh yg berbeda (yg masih terkait dengan Quulin). Pesan moral sy sukai adalah keteguhan hati, kesederhanaan, menjalin hubungan baik dengan semua orang.