Cinta yang menjadi judul buku ini sangat luas artinya. Lembaran-lembaran ini menggambarkan hubungan dan harapan dalam spektrum konteks yang sangat beragam. Sebagian di antaranya menguras air mata, sebagian menyalakan semangat mencapai cita-cita. Menjaga diri, saling mengapresiasi, dan memelihara semesta begitu banyak kewajiban perempuan sejak hari pertamanya di dunia, tapi menulis dan membaca seharusnya jadi menu harian yang tak terlewatkan di segala usia.
Cinta yang dilabel terlalu sempurna karena kekurangannya pun dihitung sebagai bagian yang pantas dijaga Cinta yang punya suara, bukan hanya gema, cinta yang dipilih, bukan hanya dikasih
Cinta yang muncul bukan hanya dalam puisi, tapi dari hasil observasi Cinta yang hadir bersama seribu ketakutan berbeda, namun rasa takut kehilangannya selalu lebih dari segalanya
Semoga buku ini sampai kepada sebanyak mungkin Ratu atau Putri untuk mempertajam samurai mereka; para peneliti atau mufassir kitab suci untuk memperdalam dedikasi keilmuannya; ibu tiri, ibu yang mengadopsi, atau sedang menyusui untuk menguatkan keluarganya; pahlawan lingkungan atau pengusaha teknologi untuk menghadapi apa pun yang mengerdilkan masa depan kita.
Agak kecewa karena judulnya bagus banget, tapi isinya ga sebagus itu. Mungkin ekspektasi saya juga sih yang bikin kecewa.
Saya beli buku ini karena tertarik dengan judulnya. Saya kira ini akan seperti kumpulan esai berdasarkan pengalaman nyata perempuan2 Indonesia. Ternyata lebih ke opini penulisnya.
Don't get me wrong, opini beliau bagus, dan sebagian besar saya setuju, tapi selama membaca saya terus berpikir bahwa si penulis terlalu berfokus pada merangkai kata2 agar terdengar indah dan berima, sampe kadang terasa bertele2 dan belibet. Pun quote2nya yg melimpah soal cinta, meskipun bagus, tapi kurang mengena karena cerita2nya sendiri ga se mendalam itu.
Kemudian ketika membahas soal isu2 yg lebih serius seperti ketimpangan representasi perempuan di dunia kerja, ato soal kekerasan seksual, alangkah baiknya apabila ikut menyertakan data dan statistik pendukung biar argumennya lebih valid lagi.
Other people might enjoy this book and its beautiful sentences, but it's not for me. It was hard to finish it.
"...Kita terlalu peduli pada 'kesempurnaan' perempuan lain di media sosial walaupun sadar, ia sama seperti saya dan kebanyakan anda, punya kecemasan dengan berbagai beban di kehidupan nyata" (Hal. 17) . . . 👩 Buku ini memuat ide-ide dan selipan kisah yang mengagumkan,inspiratif dan ditulis dengan indah dengan pesan yang tidak memberatkan pembaca, sehingga ketika pembaca yang terbiasa dengan bacaan fiksi seperti saya pun bisa dibuat hanyut (bahkan pada beberapa bahasan saya sempat menangis xD) terutama pada bagian yang menjelaskan kedekatan ibu dengan putrinya.
👩 Saya bukan pembaca cepat apalagi untuk bacaan nonfiksi karena membutuhkan waktu lebih lama untuk mencerna isinya namun perlahan karena buku ini saya merasa dapat lebih menikmati bacaan nonfiksi.
👩 Cinta untuk Perempuan yang Tidak Sempurna merupakan perwujudan dari bagaimana perempuan seperti saya dan kita pembaca dengan keresahan,kisahnya,problema,juga latar belakang masing masing tetap menjadi luar biasa dengan semua poin tersebut. Khusus bagi saya,memberi keberanian untuk mulai 'terapi mandiri'
👩 Buku ini hampir tidak menjabarkan secara rinci mengenai hasil riset tertentu namun bagi saya ini merupakan langkah awal untuk menyalakan semangat saya agar tetap belajar dengan mencari referensi dan literatur ilmiah.
👩 Judul buku ini sama sekali tidak membuat pembaca pria harus berpikir dua kali untuk membaca buku ini karena pembaca manapun tetap dapat membacanya karena pandangan hidup serta pesan yang disampaikan penulis juga relate dengan kehidupan sehari-hari. Saya merekomendasikan kalian untuk membaca buku meneduhkan ini 😊🙏
"Cinta yang mengisi perpustakaan dengan buku-buku yang belum pernah ditulis sebelumnya, menghiasi mimpi dengan imajinasi dan berbagai kisah walau belum pernah terbayangkan waktu terjadinya." - (hal.111)
Apakah kita harus menjadi sempurna dahulu, baru bisa merasakan indahnya cinta? Bayang-bayang ini selalu menghantui, apalagi untuk kita, sebagai perempuan.
Buku ini berisi kumpulan cerita non fiksi gitu, tapi lebih kaya catatan sih dari beberapa perempuan yang menjadi inspirasi. Ya, intinya makna cinta itu luas banget dan punya peranan yang luas banget pula. Ngga cuma isinya tentang hal hal yang membahagiakan, tapi tersimpan juga kegelisahan, kebingungan, dan kecemasan. Dan ya, buku ini ngajakin kita buat refleksi.
Nah apa aja ceritanya? Banyak banget, misalnya tentang perdebatan antar perempuan. Bukankah sesama perempuan mestinya mendukung perempuan lainnya? Tapi kita malah berkompetisi mendapatkan afirmasi ya dengan cara agresif. Terus juga ada cerita bagaimana yang hidup tanpa pasangan, apakah selalu berkorelasi pada kegagalan?
Terus ada juga cerita tentang bagaimana diri menerima tubuh yang ada, multiperan yang dijalani oleh perempuan, dilema memilih bekerja atau tidak, tentang ibu, kisah perempuan pintar, dan drama lainnya yang bikin blur apa itu kebahagiaan.
Intinya, buku ini menarik untuk dibaca sebagai penguat bagi kita yang berada pada pusaran masalah sebagai perempuan. Memang untuk menghadapi dunia ini, kita perlu belajar bijaksana bersikap, berdandan, dan memaafkan segala ketidaksempurnaan yang ada. Terakhir, siapapun punya hak untuk mendapatkan dan memberikan cinta, ngga perlu tunggu jadi sempurna.
This is a warm-hearted, light and inspiring non-fiction with lots of encouraging quotes about how women should love themselves more and the meaning of love in every aspect of life.
“Mari terus mempraktikkan kebaikan dan mengajarkan bahwa kerendahan hati bukan kelemahan.”
Perempuan dengan segala lika-likunya selalu membutuhkan dukungan dari sekitarnya. Buku yang ditulis mb Najelaa ini kurang lebih menyampaikan kebutuhan perempuan atas dukungan dari pilihan-pilihan yang mereka ambil.
Penulis melihat saat ini banyak bullying atau tuntutan menjadi sempurna, yang terkadang disemburkan oleh sesama perempuan, padahal menjadi perempuan sudah cukup berat dengan pandangan merendahkan dan stereotip yang menempel.
Kalimat-kalimat yang ditulis untuk menyemangati para perempuan yang gelisah serta menerbitkan empati dan kesadaran sekitarnya ini, diambil dari beberapa peristiwa yang terjadi di masyarakat. Beberapa pandangan cukup inspiratif buatku seperti tentang ibu-anak perempuan, tetapi sebagian lagi berseberangan, semisal tentang konsep tubuh.
Cuman sepanjang membaca buku ini, yang muncul di kepala malah gambaran "betapa lemahnya makhluk bernama perempuan." Dukungan perlu, tetapi memperkuat diri sendiri juga penting, poin ini yang rasanya masih kurang digali dalam buku.
Semua pilihan memiliki konsekuensi, jangan biarkan "mulut-mulut tak beradab" tersenyum melihat semburannya berhasil melemahkan hati dan pikiran.
Sedikit mengeluarkan uneg-uneg setelah membaca buku ini, keluarga dan antar-perempuan memang perlu saling bergandengan, tetapi tidak sekadar saling mendukung, tetapi juga saling menasehati dalam ranah mengingatkan esensi sebenarnya kehidupan di dunia.
Untuk buku yang tampak tipis ini saya cukup lama membacanya. Saya coba resapi dan nikmati kata demi kata yg disampaikan oleh penulis. Isu yang diangkat dalam buku ini adalah yang dihadapi oleh perempuan dalam sehari-hari. Masih adanya pandangan bahwa perempuan sebaiknya mengenyam dirumah, mendidik dan menjaga anak2, tidak perlu berpendidikan tinggi, dan sebaiknya tidak tampil dimuka layar untuk menyampaikan aspirasi. Dengan adanya emansipasi semua pandangan itu dipatahkan, perempuan harus maju, bisa mengutarakan isi hati dan pikirannya. Perempuan dipandang bahwa harus berpenampilan sempurna baik dimata laki-laki maupun dunia, padahal sadarkah ia hadir didunia dengan kesempurnaan yg diberikan Tuhan? Buku ini memberi pesan bahwa perempuan tidak perlu takut untuk berkarya, berpendidikan tinggi, atau bahkan kehilangan cinta hanya karena ia berusaha mengedepankan cita-cita dan keinginannya. Ia tidak perlu takut kehilangan cinta dan kasih sayang karena ia akan mendapatkan cinta kasih dari sekelilingnya. Secara keseluruhan semua tulisan yg disampaikan ibu Najeela Shihab sangat hangat, penuh haru dan semoga membangkitkan kekuatan dari setiap perempuan.
Buku ini berisi kumpulan opini penulis akan isu-isu keperempuanan yang terjadi akhir-akhir ini, mulai dari peran ganda perempuan, wanita karir, dilema seorang ibu, seksualitas, dll.
Menurutku pribadi, opini penulisnya kayak cuma di permukaan gitu, gak mengupas secara dalam soal isu-isu yang diangkat di setiap chapter-nya. Mungkin memang itu tujuannya cuma sebagai encouragements saja untuk para perempuan. So, kalau kalian memang cari buku yang ringan, ini bisa dimasukkan ke list bacaan kalian selanjutnya. Namun, kalau kalian butuh buku yang membahas isu keperempuanan secara lebih kompleks, aku tidak menyarankan buku ini.
Membaca buku ini untuk kedua kali dan pendapat saya masih sama: bintang 5. Topiknya relevan, ditulis dengan puitis dan manis tapi tidak bertele-tele. Berisi kumpulan tulisan tentang perempuan, saya bisa merasakan besarnya empati dan perhatian Mba Ela pada isu-isu terkini soal perempuan, mulai dari soal perundungan, pilihan untuk menjadi multi-peran, sampai dinamika hubungan ibu dan anak. Ada beberapa cerita personal yang hangat sekaligus memberi inspirasi.
Buku ini merupakan kumpulan esai yang memuat seputar kehidupan perempuan, seperti stigmastisasi, oposisi biner atas pilihan - pilihan hidup , pengambilan keputusan. Setiap pembahasannya penulis memakai berbagai perspektif tanpa menyudutkan perempuan, secara keseluruhannya penulis memberikan dorongan untuk perempuan untuk berperan di segala lini dengan berkolaborasi, menjadi perempuan bermakna apapun pilihannya.
Buku ini ditulis dengan bahasa yang ringan namun bertenaga dan cenderung puitis. Buku ini merupakan hasil perenungan penulis dalam menjalani peran sebagai perempuan seumur hidupnya, sekaligus melakukan observasi terhadap kehidupan perempuan disekelilingnya. Buku ini mengulas cinta dengan definisi yang luas bagi perempuan dengan segala atribut yang melekat. Buku ini dipenuhi ilustrasi dengan corak kertas warna-warni yang menggambarkan aneka rasa dalam kehidupan perempuan.
Isu-isu yang diangkat di buku ini seperti perundungan terhadap perempuan yang bahkan dilakukan oleh sesama perempuan, perempuan yang melajang atau ibu tunggal tidak bahagia. Penulis menegaskan bahwa sumber bahagia adalah dengan mencintai diri sendiri dan lingkungan yang supportif. Sedangkan untuk menjalin relasi perempuan dan laki-laki bukan karena kepintaran melainkan masing-masing mempunyai sikap saling menghargai, menghormati, masing-masing tetap punya ruang untuk bertumbuh, isu yang lain yaitu ibu bekerja dan tidak bekerja, relasi ibu dan anak, relasi perempuan dengan tubuh dan kesehatan mental.
Meskipun buku ini tidak terdapat daftar isi untuk melihat daftar isu-isu yang ada, namun buku ini cocok dibaca oleh laki-laki yang ingin memahami perempuan, terlebih cocok untuk dibaca oleh perempuan yang punya banyak keresahan akan identitas keperempuanannya, yang sedang mengupayakan bahagia dan makna dalam hidupnya, mereka ingin mendapatkan suntikan keberanian untuk menghadapi dunia, dan yang ingin menguatkan perempuan lain.
"Anak adalah pengamat yang luar biasa, tetapi pengalaman yang masih terbatas dalam hidupnya, juga kesulitannya untuk memahami perspektif yang berbeda, membuat anak seringkali punya interpretasi yang tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya. Memandang perceraian orangtua sebagai kesalahannya, percaya bahwa ibu bisa membaca pikirannya, melihat peri di bunga yang mekar di pekarangan rumahnya. Kombinasi dari imajinasi, kemampuan observasi, pertanyaan di kepala yang bertubi-tubi sering kali jadi pikiran dan perbuatan yang mencengangkan saat dituangkan dalam berbagai ekspresi."
Tulisan-tulisan dalam buku ini sangat berkesan. Mengangkat isu-isu yang mungkin terlihat biasa, namun sebenarnya memiliki banyak makna. Kekerasan verbal-non verbal yang membuat perempuan saling menjatuhkan bukannya menguatkan, generalisasi terhadap kesendirian, body shaming yang memicu timbulnya parameter kesempurnaan pada setiap diri perempuan, ketakutan-ketakutan akan masa depan, perempuan yang mengemban multiperan, jiwa seorang ibu yang ada pada masing-masing diri perempuan, kecakapan dalam pekerjaan, bagaimana berdamai dengan diri sendiri agar dapat memaafkan setiap kesalahan, dan sebagian besar kompleksitas permasalahan pada perempuan. 4/5 ⭐️⭐️⭐️⭐️
Baca buku ini habis dalam sekali duduk. Selain isinya yang sedikit banyak relevan, juga kalimat dan kata-kata yang dipakai juga indah. Berisi pesan yang disampaikan untuk perempuan masa kini. Just share kutipan, karena suka sekali✨
Cinta yang tak butuh dipuji karena terlalu sedikit lama yang bisa digunakan sebagai deskripsi.
Cinta yang pasrah, melepas ikatan dan kepenatan titik mengurai beban dan pikiran mengiyakan semua keraguan yang dibisikkan orang lain dalam kerumunan.
Cinta yang berputar di orbitnya selamanya, yang alih-alih melelahkan hati, siklus pertamanya jadi candu di hati untuk puluhan kali siklus berikutnya tanpa henti. Cinta yang dinyatakan dengan keras justru dalam sunyi. 60
Cinta sejati yang adiksinya bukan sesuatu yang perlu dihindari, tetapi menjadi modal untuk selalu berani. 7
Cinta yang ada di frekuensi yang sama yang nyamannya serasa pulang ke rumah dan diikat rantai waktu sejarah. Cinta yang melawan amnesia selalu terkenang sepanjang usia. Cinta yang diiringi syukur bahwa Tuhan menciptakannya dalam kondisi yang selapang-lapangnya hati. 7
Cinta yang kembali karena hati selalu mencari rumahnya yang sejati dan selalu menolak merasa sendiri.
10 Cinta yang jadi kepompong nyaman untuk menertawakan diri sendiri berbagi frekuensi hati tanpa peduli akan dievaluasi.
Cinta yang tak perlu kehati-hatian kau mau mengikuti semua sudut keseharian, semua tikungan yang akan datang
Cinta yang sudah jumpanya mengisi energi, tanpa membuat kenyang berlebih lemak yang setiap pisahnya menyebarkan cahaya, tanpa mengosongkan hati
Cinta yang menyala tanpa henti kau mau meyakinkan hati tanpa akal perlu memberi bukti
11 Cinta yang penuh peduli, tanpa memaksa kekasih jadi satu-satunya sumber bahagia dalam hidup ini
Cinta yang mendapatkannya diprioritas tertinggi tidak berkompetisi dengan peran-peran yang perlu diseimbangkan dalam hidup ini.
Cinta yang mengisi perpustakaan dengan buku-buku yang belum pernah ditulis sebelumnya, menghiasi mimpi dengan imajinasi dan berbagai kisah walau belum pernah terbayangkan waktu terjadinya.
13 Cinta yang bahagianya sederhana, bukan di upacara atau hari raya, tetapi dalam cerita dan pangkuannya... di mana saja
Cinta yang kasmarannya memberi energi untuk terus berlari.
Cinta yang sulit dipahami, sebagaimana bintang di langit yang tinggi cara termuda adalah menamakannya keajaiban yang tak perlu narasi
14 Cinta yang membelah sangkakala sangkakala agar waktu berdua tak pernah terasa terburu-buru.
Lema/pepatah Menenangkan hati untuk merajut ide lewat berbagai puisi
Cinta yang langka dan membuat hidup membara dan menjadikannya rela mengikuti sumber adiksi di manapun berada
Cinta yang menimpa dengan ribuan cara dan warna berbeda
Cinta yang sulit terkendali saat melihatnya tertawa tetapi makin indah saat melihat jiwanya
Cinta yang penuh komplikasi yang disadari, tetapi tetap bermakna untuk dijalani hari ini
Cinta yang menghangatkan dari kejauhan, bagaikan api unggun di perkemahan
Cinta yang membingungkan, berisiko saat dijalankan, namun akan menjadi tekanan tak berkesudahan saat dihentikan.
Dari judulnya bagus, saya langsung tertarik untuk membacanya. Potongan-potongan paragraf atau bait tentang cinta di halaman2nya cukup bagus dan mengena, tapi bagaimana dengan isi dari chapter2nya? Saya merasa seperti membaca kata pengantar untuk sebuah buku atau skripsi, terus, terus dan terus menerus tentang kata pengantar, tanpa isi, tanpa inti, tanpa bobot, dan tanpa solusi. Buku ini sendiri menyadari hal itu, sesuai dengan yang tertulis di halaman 82 : "Refleksi dalam tulisan ini bertujuan untuk memantik diskusi, bukan mencari konklusi." Then what is the purpose? Topik nya bagus, menarik, judul diskusi yang sangat mengena untuk perempuan, tapi apa tujuannya apabila tidak dilanjutkan lebih dalam? lebih dari itu, saya merasa penulis lebih memikirkan untuk merangkai kata-kata yang berima daripada yang berisi. It was awful.
Lalu ditambahkan dengan chapter yang berisi seperti latar belakang penulis, latar belakang pendidikan, psikologi, i mean, it's good for you, really, but i'm not here looking for your autobiography. Lalu dengan chapter tentang Yogyakarta? Ok, sudah meloncat jauh, jauuh sekali dari tema dari buku. Saya senang dan bersyukur akhirnya menyelesaikan buku ini. Akhirnya berakhir juga!!
I'm being generous with two stars. Dua bintang itu saya berikan untuk ilustrasi yang indah dan potongan2 kata-kata tentang cinta di dalamnya. Saya harap saya tidak kena reading slump gara-gara baca buku ini . Biasanya langsung malas membaca kalau abis baca buku yang rasanya bikin kapok baca. Dear author i'm sorry, it's not personal, you seem wonderful and smart. It's not about you, it's about the book. Semoga ke depannya bisa merilis buku yang lebih baik dan lebih bermanfaat.
Berbicara mengenai perempuan sepertinya tak akan pernah ada habisnya. Dua sifat yang saling bertentangan, tetapi ada dalam satu tubuh. Kekuatan dan kelemahan. Perempuan itu kuat dan tangguh. Sudah berapa banyak kita lihat fenomena seorang ibu menjadi tulang punggung keluarganya?. Sudah berapa banyak kita lihat perempuan mampu melakukan pekerjaan kasar demi sesuap nasi?. Bahkan, datang bulan dan melahirkan pun suatu peristiwa yang membuat perempuan begitu kuat karena mampu menahan sakit yang dirasa. Namun, di satu sisi, perempuan itu lemah. Ia lemah lembut saat merawat anak-anaknya. Lemah lembut membiarkan dirinya tak dapat apa-apa asal keluarganya bahagia. Perempuan merupakan sosok yang luar biasa.
Perempuan dan pilihannya kerap menjadi stigma di masyarakat saat ini. Katanya, perempuan yang bekerja tak akan becus mengurus keluarga. Katanya, perempuan yang terlalu pintar akan sulit dapat jodoh. Katanya lagi, perempuan hanya dilihat dari wajah dan bentuk tubuhnya saja. Dan begitu banyak stigma yang ada. Perempuan bukanlah manusia kelas dua. Perempuan sama dengan laki-laki, juga seorang makhluk Tuhan. Sedih rasanya saat membaca sejarah bagaimana dahulu bayi-bayi perempuan dibunuh oleh orang tua nya karena merasa malu melahirkan bayi perempuan. Perempuan juga punya hak untuk hidup.
Buku ini membahas beberapa isu-isu perempuan yang ada di sekitar kita. Membuat kita berpikir lebih terbuka bahwa perempuan itu unik. Buku ini ringan dan bahasanya puitis. Namun, seperti yang Mbak Ela katakan di kata pengantar, buku ini adalah buku yang belum selesai. Ku rasa belum selesai karena buku ini harusnya dijadikan pemantik awal diskusi.
Sedikit kecewa dengan isi bukunya yang ga sesuai dengan ekspektasi (banget). Sudah tahu kalo buku ini non-fiksi tapi ga nyangka kalo ternyata isinya adalah sepenuhnya pemikiran penulis tentang keperempuanan yang kompleks. Bagus, tapi merasa kurang aja. Faktor lain yang juga bikin kurang sreg adalah diksi yang terkesan dipaksa berima, pembaca awam yang kurang mengerti dengan istilah yang ga familiar akan bingung untuk mencerna hanya agar menjadikan tiap kalimat di dalamnya terdengar berima—dan puitis. Menurutku, sesuatu yang berlebihan justru akan ngilangin rasa itu sendiri.
Malah aku lebih suka dengan opini penulis tentang pilihan beliau terhadap bidang psikologi. Di bagian ini penulis terlihat menumpahkan semua pemikirannya dengan apa adanya, mengalir gitu, jadi kita pun sebagai pembaca akan mengerti sepenuhnya, ga perlu nebak-nebak—karena ya, di bagian ini yang tulisannya ga terlalu berima dan puitis alias pure seperti membaca pendapat orang yang dijadikan tulisan. Inget banget kata dosenku kalo tulisan yang baik itu adalah tulisan yang bisa dimengerti oleh semua kalangan—tulisan dengan kata yang sederhana aja.
Terlepas dari semua itu, ada bagian yang bikin aku tersentuh yaitu bagian "drama ibu dan putrinya". Entah mungkin karena terasa relate jadi bagian ini menyentuh sekali buat aku.
Cinta Untuk Perempuan Yang Tidak Sempurna berisi tentang isu-isu perempuan hasil dari observasi dan refleksi pribadi si penulis.
Awalnya saya kira bakalan lebih banyak dari sudut pandang perempuan di luar sana, tetapi lebih banyak dari pandangan si penulis karena pada keterangan buku tidak dijelaskan bagian ini jadi sedikit kecewa karena tidak sesuai dengan ekspektasi.
Buku ini terbit pada tahun 2020, saya membaca buku ini tahun 2024. Saya bersyukur banyak 'perempuan' berkembang jauh pada era ini sehingga lahirlah istilah 'woman support woman' yang diharapkan para perempuan bisa lebih mendukung perempuan yang lain (merujuk pada chapter 1 tentang perempuan vs perempuan)
Juga ada lagi istilah 'independent woman' merujuk pada perempuan mandiri, perempuan kuat di luar sana yang tidak bergantung pada laki-laki (merujuk pada chapter 4 tentang semua perempuan multiperan) karena pada nyatanya seorang perempuan bisa berperan sebagai 'wanita karir' 'orangtua tunggal' serta 'sahabat' baik untuk anaknya maupun keluarga serta teman-temannya dan mungkin ini berbanding lurus dengan peringkat Indonesia sebagai negara 'fatherless' ketiga di dunia
Satu hal lagi di luar topik pembahasan buku tersebut yaitu tata bahasa yang terlalu puitis (untuk saya) jadi sedikit bingung untuk memahami di beberapa bagian
Kesimpulannya buku ini cocok dibaca sebagai gambaran garis besar isu-isu apa saja yang dialami oleh perempuan
Membaca kurang dari satu jam dan saya yang memutuskan untuk ‘tenggelam’ dalam buku ini, cintaaa sama penjabaran mbak Najelaa yang netral dan tidak menyalahkan pihak laki-laki maupun perempuan, sampai banyak yang saya jilid halamannya 😂👍🏻❤️
Buku ini berisi beberapa esai/ prosa mengenai berbagai masalah yang umumnya dihadapi perempuan (khususnya masa kini), dalam bermacam rentang usia mulai dari remaja, menjadi ibu, hingga usia tua. Bagaimana peran seorang ibu dalam menghadapi anak perempuannya yang mulai mendewasa dan ingin mandiri, membiarkannya berdiri menghadapi masalah sendiri. Stay at home mom atau working mom, sama-sama punya resiko (diomongin tetangga dan netijen tentunyaaa). Pentingnya pemberdayaan perempuan dan buat para perempuan diluar sana jangan takut dibilang kepinteran! Kita juga sadar diri, kok, laki-laki tetap yang pantas jadi imam (ngetik begini bukan berarti kolot-minded atau nurut sama patriarki).
Selain hampir tiadanya typo, ilustrasi dan pemilihan warna yang menarik, penyampaiannya juga menghangatkan, enak dibaca dan cukup mudah dimengerti. Sekali duduk kelar, didalamnya sedikit banyak juga dijelaskan perjalanan mbak Najelaa selama menjadi psikolog (dan pertimbangannya mengambil jurusan sampai akhirnya memilih psikologi) jadi ingin belajar psikologi juga 😄
One word: KUDOS!
This entire review has been hidden because of spoilers.
DNF. Tertarik sama bukunya karena judulnya menurutku cukup menjanjikan. Pas baca pengantar juga, harapan saya masih tinggi kalau buku ini akan menarik. Saya pikir ini seperti semacam kumpulan pengalaman dengan cerita dan narasumber yang jelas.
Ternyata buku ini benar-benar hanya hasil observasi dan opini pribadi penulis tentang isu-isu perempuan di era sekarang.
Sejujurnya, topiknya menarik. Tetapi penulis sepertinya lebih fokus merangkai katanya supaya terdengar indah dan berima (seperti ulasan dari mbak Miriam), dan itu lumayan mengganggu. Poinnya jadi terlewatkan karena terlalu bertele-tele.
Ada chapter 3 yang awalnya juga tentang penerimaan tubuh, entah bagaimana berbelok ke opini koruptor di kampung halaman. Saya langsung kembali ke awal chapter untuk memastikan judul topik. Saya bingung apakah yg ingin disampaikan penulis kurang lebih seperti "tubuh tidak menjadi esensi yang penting kalau kamu tidak kritis"? Please, enlighten me.
Dan sekali lagi, saya sepakat dengan ulasan mbak Miriam. Kutipan-kutipan cinta di awal chapter rasanya kurang klik dengan apa yang dibahas di dalam chapter.
Saya cuma sanggup membaca sampai halaman 52. Setelahnya, saya menyerah.
Mungkin ini buku yang bagus untuk orang lain, but it's not my cup of tea.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Bukan, bintang empat bukan untuk mengkritik maupun merasa ada yang kurang dari konten yang sudah terlampau sempurna (dalam ketidaksempurnaannya).
Melainkan pada susunan konten yang saya rasa bisa semakin menguatkan alur cerita berdasarkan konteks.
Bu Najelaa berhasil mengumpulkan kisah terkait wanita yang apa adanya, lugas, dan dibalut dengan bahasa yang tegas namun tetap memberikan ruang bebas dalam penafsiran yang membekas. Membaca buku ini seolah membaca sebuah puisi yang mengajak Anda untuk introspeksi diri, mengangguk tanpa sadar sembari menyeruput kopi atau teh di pagi hari. Ya, ini adalah buku untuk kita semua.
Disajikan per bab dengan topik berbeda, buku ini bisa menjadi luar biasa bila diurutkan sesuai jenjang topik yang berdekatan satu sama lain. Semisal saya melihat konteks ibu bekerja dan ibu yang tidak sempurna terpisah di antara topik remaja maupun topik lainnya. Seandainya kesinambungan ini terjaga, maka saya berani jamin maka buku ini adalah Cinta Untuk Perempuan yang Tidak Sempurna (Versi Disempurnakan).
Baca buku ini bener2 nggak direncanakan dan nggak ada ekspektasi karena tiba² dapet kuota di IBI Library. Along the way, ternyata penulisnya Kak Najeela Shihab dan aku juga baru tau kalau beliau juga salah satu pendiri Sekolah Cikal. Wah, kebetulan membaca yang sangat menarik. Jadi banyak tau fakta² baru. Selain itu, yang nggak kalah bagus juga isi bukunya. Bahasannya terasa sangat familiar, keresahan dan pergumulan yang mungkin semua perempuan di Indonesia atau pun dunia bahkan ernah merasakannya. Kak Najeela, menuliskan opini dan pemikirannya untuk meng counter atau kadang sekadar meluruskan pemikiran dan stigma masyarakat terhadap perempuan. Atau sekadar memberikan penjelasan atas kekhawatiran yang selama ini dirasakan oleh banyak perempuan. Bagian menariknya lagi, walaupun mengangkat tema yang lumayan berat, buku ini dikemas dengan desain dan cara bercerita yang bikin asik untuk dibaca. Bahkan aku bisa menyelesaikan buku ini dengan sekali duduk dan hanya menghabiskan satu setengah jam saja😆.
Buku ini datang saat hari kartini. Topik yang paling saya suka adalah tentang anak perempuan dengan Ibunya. Buku ini seperti teman yang sedang memvalidasi pernyataan saya kepada diri saya sendiri bulan lalu; bahwa dalam tumbuh kembangnya saya sebagai anak, sejatinya saya juga saksi nyata tumbuh kembangnya seorang Ibu — yang pastinya adalah sosok perempuan tidak sempurna yang hadir dengan versi paling sempurnyanya untuk saya.
Buku ini juga menceritakan bagaimana sosok perempuan yang tidak sempurna itu juga berkembang, juga berproses, dan juga tumbuh seiring kita sebagai anak mencari jadi diri. Kata ‘saling tumbuh’ cukup sepadan untuk kehidupan anak perempuan dan Ibunya. Sebagai memperjelas bahwa menuntut kesempurnaan terhadap seorang Ibu sejatinya tidak perlu dinyatakan dan tidak perlu diharapkan karena sosok Ibu juga sedang berproses dan selalu menuntut dirinya untuk menjadi Ibu dengan versi sempurna untuk anaknya.
Jujur, sangat terkesan ketika membaca bagian pengantar, dari pengantar sudah memberikan gambaran bahwa setiap perempuan terlahir unik, mereka mempunyai jalan, keinginan, kemampuan yang berbeda-beda. Namun sayangnya, perbedaan tersebut terlalu sering di perdebatkan, terlalu sering di pertanyakan mana yg lebih baik?, Hingga membuat kita sebagai perempuan susah mencari posisi yang tepat.
Dalam buku ini penulis menjelaskan banyak hal mengenai perempuan yang tak jarang menuai pro dan kontra. Pembahasannya lugas dan terarah. Mulai dari bagian perundangan yg kerap kali malah dilakukan sesama perempuan, stigma status single atau menjanda, bagian tubuh perempuan yg selalu menjadi obyek perbincangan yg akhirnya membuat perempuan selalu merasa tidak cukup diterima oleh Dunia
Banyak hal dalam buku ini yg membuat kita tersadar, begitu banyaknya aturan yg mengikat kita sebagai perempuan. Tak ada yg lebih baik antara laki-laki dan perempuan, selayaknya mereka saling support dalam hal apapun.
Saya sangat suka dengan pemilihan frasa untuk judul buku ini, indah. Sesuai judulnya, buku ini memperkenalkan kepada pembaca berbagai makna cinta melalui sudut pandang seorang perempuan untuk perempuan.
Melalui buku ini, penulis mencoba untuk mengirim pesan bahwa setiap perempuan memiliki makna dan alangkah lebih indah kita sebagai perempuan untuk saling mendukung satu sama lain dibanding saling mencibir satu sama lain. Dengan segala ketidaksempurnaan yang ada pada masing-masing perempuan, kita tetap bisa dan pantas untuk memberi dan menerima cinta.
Hanya saja, ada satu atau dua chapter yang menurut saya agak kurang serasi dengan chapter lainnya sehingga membuat fokus topiknya sedikit terasa seperti lompat.
Tetapi, secara keseluruhan buku ini manis menurut saya karena berangkat atas dasar kepedulian untuk sesama perempuan dengan bahasa yang sederhana dan tidak menggurui
Cover & judulnya bagus banget jadi aku tertarik pinjam dari ipusnas. Sebelum baca bukunya aku ngga baca blurb buku, aku kira buku ini akan menceritakan pengalaman-pengalaman perempuan ternyata sepanjang membaca buku ini rasanya seperti membaca buku diary pribadi penulis tentang cinta & perempuan. Aku suka beberapa quote dari bukunya seperti,
"Kebahagiaan dilengkapi oleh begitu banyak kelekatan hubungan. Tanpa pasangan tidak menghapus keberhasilan lain yang sudah diraih perempuan."
"... Perempuan tumbuh dengan standar ganda sejak kelahiran."
Isi bukunya bagus, menurut aku cocok untuk pengenalan awal kesetaraan gender. Namun, ada juga bagian yang kurang relevan dengan judulnya ketika berada di halaman yang membahas kenangan kota Yogya. Aku juga kurang paham dengan tulisan pembukaan chapter yang berirama terus menerus.
Judulnya bagus, judul tiap bab juga menarik, membahas realita terkait perempuan disekitar kita, mukin kita sendiri sbg perempuan merasakan/mengalami. Tapi IMO gaya menulis penulis bukan tipe saya karena terkesan puitis, berima tapi saya jadi mikir hehe..
Sayangnya juga tulisan terkait hasil penelitian/riset hanya sekedar dituliskan begitu saja "menurut penilian wanita begini begitu" tanpa adanya daftar pustaka pendukung, penelitkan siapa aja, kapan, kesimpulannya bagaimana?
Jadi dibuku ini kebanyakan baca opini penulis akan realita dunia perempuan masa kini terhadap stereotipe yg ada dan kebanyakan membahas hal negatif lalu dibuat positif, tapi bagi saya kurang optimal (misal terkait Ibu bekerja, body shamming, Ibu vs anak gadus, wanita yg blm menikah, bullying, depresi dll). Yang paling saya suka adalah ilustator gambarnya dan judul tiap bab .
Percayalah, bahagia dan ibu bekerja adalah kata yang sejalan maknanya. Menjadi ibu dan terus berkarya adalah dua peran yang kita pilih untuk saling melengkapi, bukan saling menegasi.
Saya suka cara penyampaian Mbak Ela tentang isu-isu perempuan kepada para pembacanya, sangat inspiratif, di dalam buku ini membahas beberapa topik tentang sikap dan pola pikir perempuan, hubungan ibu dan anak, keputusan seorang ibu ketika harus menjadi ibu sekaligus menjalankan karirnya. Pada salah satu bagian "Berdandan Untuk Menghadapi Dunia" saya sangat setuju terhadap pandangan Mbak Ela, selama ini banyak yang salah mengartikan ketika seorang perempuan berdandan, sejatinya perempuan berdandan untuk diri mereka sendiri. "Karenanya, bercermin selalu soal berani dan cantik selalu soal percaya diri."
Buku ini engga terlalu tebal juga engga terlalu tipis. Isinya ringan untuk dibaca. Topik yang diangkat juga bagus. Akan tetapi gaya penulisan penulisnya cenderung ke arah opini beliau sendiri meskipun aku merasa relate dengan isi buku ini. Ohyaaa yang aku kurang suka dari buku ini adalah tulisan yang cenderung berirama, jadi dengan topik seperti ini aku (pribadi) agak kurang nyaman huhuu :( Jika dilihat dari judulnya harapan aku adalah buku ini berisi kisah dari banyak perempuan yang (mungkin) didapat dari wawancara atau lainnya, tapi ternyata tidak seperti yang aku bayangkan hehe *maaf karena harapan aku yang terlalu ketinggian*
Jadi buku ini bagus untuk dibaca, aku beri 3 🌟/ 5 untuk buku ini.
Cinta Untuk Perempuan yang Tidak Sempurna karya Najeela Shibab mengangkat isu patriarki dimana fokus pada women support women. Bahwa setiap perempuan bagaimanapun kondisi latar belakangnya, statusnya, apapun hal yang dilakukan layak mendapatkan cinta tanpa terkecuali. Sangat mengapreasiasi dan tersentuh akan ide yang diangkat.
Berisi opini dari penulis perihal cinta untuk perempuan, disertai dengan beberapa sajak tiap perpindahan bagiannya, dan terdapat beberapa cerita pribadi. Alangkah lebih baiknya jika pada opini yang diutarakab disertai dengan data sehingga lebih relevan. Selain itu untuk sajaknya yang disajikan menurutku agak susah dipahami dan lebih berfokus pada rima.
Selebihnya cukup menikmati baca buku ini, berharap bisa menemukan buku dengan ide yang serupa.
Saat awal buku ini sudah mengajak kita sebagai pembaca untuk bisa melihat realitas tentang perempuan dari berbagai sisi. Perasaan-perasaan yang disimpan oleh perempuan atas kedudukannya di masyarakat, keluarga, pertemanan dan dimanapun itu perempuan berada. Penulis memberikan validasi atas seluruh perasaan terpendam yang dirasakan masing-masing perempuan. Perempuan sebagai anak, perempuan sebagai isteri, perempuan sebagai orang tua, perempuan sebagai pekerja, perempuan sebagai adik dan kakak. Dari setiap chapter nya, kita dibawa melihat seluruh sisi perempuan dengan kewajiban dan haknya yg diemban.
Hal lain yang menarik dari buku ini ialah, seluruh kalimat yang tertulis memiliki rima yang cantik.