Jump to ratings and reviews
Rate this book

La Muli

Rate this book
“Akan ditutup sumurnya?” Pendeta heran mendengar itu. “Bukankah sumur itu satu-satunya sumber air minum kalian?”

*

Bercerita tentang kehidupan para pendatang dan suku asli Jayapura di tahun 1980-an, La Muli menyuguhkan persoalan sehari-hari masyarakat kampung nelayan di kota itu. Latar belakang nelayan pendatang dan persoalan tanah suku asli yang menjadi warisan masa lalu dipilih penulis sebagai upaya kritiknya terhadap permasalahan sosial dan ekonomi di kota paling timur Indonesia itu. La Muli, karakter sentral novel ini, adalah perantau dari pulau Buton. Ia menjadi representasi kehidupan keluarga nelayan miskin yang serba terbatas pilihan hidupnya.

200 pages, Paperback

Published March 1, 2020

1 person is currently reading
14 people want to read

About the author

Nunuk Y. Kusmiana

5 books4 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
0 (0%)
4 stars
6 (50%)
3 stars
4 (33%)
2 stars
1 (8%)
1 star
1 (8%)
Displaying 1 - 5 of 5 reviews
Profile Image for Evan Dewangga.
301 reviews37 followers
September 18, 2023
Melalui buku ini, saya diajak jalan-jalan ke kampung nelayan di Jayapura medio 1980-an, di mana banyak imigran (terutama dari Sulawesi) datang dan menetap.

Konfliknya sederhana, terkait pembangunan dinding sumur, dan diseret sampai menyentuh semua elemen masyarakat, dengan tokoh utama La Muli, seorang nelayan dan Pak Er Te yang baru saja dilantik. La Muli, meski juga dijadikan judul, tidak sentral-sentral amat dalam cerita. Plotnya melompat-lompat ke berbagai elemen masyarakat, mulai dari Pak Polisi, Pak Letnan, Sarita (pelacur lokal), Ondoafi (kepala suku asli di Jayapura), hingga istri La Muli sendiri.

Saya belum terbiasa dengan konsep novel tanpa pembagian bab. Rasanya nyeret terus seakan tak tahu kapan saya harus berhenti membaca, ngos-ngosan jadinya. Ceritanya tidak seemosional "Kawi Matin di Negeri Anjing", novel yang juga listed dalam Kusala Sastra Kathulistiwa maupun Sayembara Novel Basa Basi. Novel La Muli lebih mirip sitkom dengan segala komedi dan keisengan di sana sini. Ringan, namun kurang terasa satu, lebih seperti kumcer dengan benang plot yang teruntai relatif tipis. Tokohnya pun menurut saya terlampau banyak, meski karakternya beberapa dibangun dengan rapi, masih ada karakter yang bukan figuran, namun tak berkesan juga sebagai supporting role.

Tetap enjoy dan unik, cuman kurang nendang dikit dari segi emosinya.
Profile Image for Mandewi.
570 reviews10 followers
November 11, 2020
3,5/5*

Kalau Orang-Orang Oetimu bicara soal NTT, La Muli bicara soal Papua. Topik utamanya pengaruh kedatangan orang luar ke kehidupan masyarakat Papua. Plus, ‘orang-orang kuat’ yang pegang kendali soal pembangunan. Hanya saja, isu seperti ini tidak cuma dialami oleh Papua. Saya yakin banyak daerah yang baru akan dibangun, juga mengalami hal serupa. Jadi yaa kurang spesifik. Yang bikin novel ini bernapas Papua cuma penggunaan ‘sa’ untuk ‘saya’ dan beberapa kata lain.
Profile Image for Delasyahma.
242 reviews125 followers
May 23, 2022
Suka sama cerita di dlaam buku ini, sederhana dan menceritakan kehidupan orang2 di desa pesisir pantai di Irian Jaya. Tapi tetap dipenuhi dengan potongan2 peristiwa penting di daerah sana yang masih harus terus dibahas dan diingat.
Profile Image for ℛ..
136 reviews25 followers
August 3, 2025
Salah satu buku yang menurutku punya premis yang cukup menarik. Aku pribadi terbilang gak banyak tahu tentang buku yang membahas Indonesia bagian Timur, dan bertemu buku ini buat aku cukup dibuat senang, dan ketika baca pun rasanya aku dibuat gak bisa berhenti.

Buku ini sendiri sebetulnya membahas kehidupan senderhana sebuah kampung nelayan. Tidak ada konflik dan penyelesaian secara heroik, karena konflik yang disuguhkan oleh buku ini justru hanya sekadar konflik-konflik yang muncul dalam sebuah rukun tetangga.

Bermula dari kebiasaan warga yang sering mandi di sebuah sumur, dan kurangnya administrasi kependudukan pada masa itu, La Muli menjadi ketua Er Te di kampungnya dan mengantarnya bertemu dengan beragam masalah yang tidak hanya ada dalam keluarganya sendiri tapi juga yang terjadi pada orang-orang yang menjadi warga di Er Te-nya.

Menariknya, cerita yang disuguhkan sendiri terbilang lompat-lompat, gak berfokus hanya pada La Muli. Selain itu yang buat aku senang selama membaca buku ini, percakapan yang ada di dalamnya dibuat dengan penulisan yang seolah terdengar aksen lokal Papua. Sayangnya, ada beberapa kata yang menurut aku akan lebih menarik bila ada penjelasannya melalui foot note.

Walaupun konflik di buku ini terbilang sederhana, tapi ada beberapa bagian yang menurutku membutuhkan trigger warning karena mengandung unsur kekerasan, penganiayaan, dan suicide.

Buku ini terbilang tipis dan sangat, sangat, sangat bisa dibaca sekali duduk.
Displaying 1 - 5 of 5 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.