Kamu masih saja teringat pekerjaan saat akhir pekan tiba. Kemudian kamu mengerjakannya sedikit, tetapi tetap saja merasa tak tenang. Cuti bukannya menikmati liburan, kamu malah terus membalas E-mail tentang pekerjaan. Melelahkan, bukan?
Istirahat memang terlihat sepele, tetapi praktiknya sukar. Buku ini membahas teknik beristirahat yang berkualitas, tanpa rasa bersalah, dan tanpa melupakan kewajiban sebagai pegawai kantoran.
Nishida Masaki adalah seorang psikiater yang banyak menangani pasien dengan insomnia dan depresi. Ia juga banyak menulis makalah tentang fungsi otak, juga teknik-teknik untuk meningkatkan performa otak. Ia juga pernah bekerja sebagai peneliti di Universitas Harvard Fakultas Kedokteran dan Universitas Standford Fakultas Kedokteran.
Bersiaplah memiliki waktu leha-leha yang lebih berkualitas!
Sebelum membaca buku ini, saya pernah membaca buku 'Rest: Why You Get More Done When You Work Less' oleh Alex Soojung-Kim Pang yang juga membahas soal pentingnya istirahat dari perspektif barat. Walaupun banyak isi yang beririsan dengan buku 'Manajemen Leha-Leha' ini (misalnya: hal-hal saintifik tentang tidur, bagaimana power nap bisa memberi inspirasi / menstimulasi kreativitas, dan pentingnya liburan), buku tulisan Masaki Nishida ini terasa 'Jepang banget'.
Kalau dari perspektif barat masalah kelelahan karena bekerja ini banyak dipicu oleh ambisi untuk mencapai sesuatu, di buku ini beberapa kali disinggung soal Jangan takut ambil cuti karena nggak enak / takut merepotkan / takut dijulidin orang lain. Bahkan di buku ini ada juga bagian yang membahas 'kelelahan karena hubungan antar manusia' yang sebetulnya relatable banget bagi saya.
Secara umum saya suka buku ini, apalagi latar belakang penulisnya kredibel sehingga banyak menyebutkan studi-studi ilmiah (sayangnya di buku ini nggak ada daftar pustakanya, bagi saya ini lumayan krusial). Buku ini juga ditulis dengan santai dan hangat, rasanya seperti sedang ngobrol sama kakek sendiri. Saya nggak tahu apakah orang Indonesia kebanyakan bisa relate ke buku ini karena sebetulnya orang Indonesia memang lebih jago 'leha-leha'. Hehehe.
Baca buku ini justru setelah menikmati cuti. Ternyata apa yang disampaikan di buku ini sebagian besar sudah kulakukan, walo akhirnya baru paham secara keilmuannya begini dan begitu.
Dokter Nishida Masaki ini psikiater yang dalam buku ini juga memasukkan konteks di Jepang dan banyak survei tentang bagaimana orang Asia khususnya Jepang itu lebih sedikit yang ngambil cuti dibandingkan Amerika dan Eropa. Mungkin memang orangnya pada suka kerja, suka cari duit atau malah gak bisa menikmati cuti itu sendiri. Temenku ada tuh yang bingung klo cuti mau ngapain, beda sama aku yang 2 tahun terakhir sangat menikmati sekali cutiku. Menikmati perjalanan sendiri, menikmati waktu dengan bermalas-malasan tanpa mikirin kerjaan dan buka laptop itu suatu kemewahan.
Bagus bukunya apalagi buat kawan-kawan yang workaholic.
Istirahat memang terlihat sepele, tetapi praktiknya sukar
Yah, you don't say :)))))
Isinya bagus, bisa dibaca dalam sekali duduk dan buku gue ini banyak dog-earnya karena gue tandain hal - hal yang penting buat bantu gue dalam manajemen istirahat (bahasa kerennya HSE sih...fatigue management). Akhir - akhir ini gue emang burn out dan bahkan saat nulis review ini gue lagi ambil cuti dari kerjaan di site tapi endingnya tetap aja kerja di rumah plus cemas berlebih karena ini site kayak ga bisa gue tinggal sehari aja X)
Gue rencana akan baca lagi buat motivasi gue untuk ngurangin rasa bersalah kalau ambil cuti. Apalagi kemaren waktu masih WFH dan belum ke site, mau ambil cuti aja masih ditanyain "ngapain cuti, pandemi mau kemana??". Yah begitulah dinamika kerja yang...apa boleh buat gue juga masih butuh digaji :')
Sekilas saat membaca judul buku ini, aku berpikir aku akan dibenarkan dalam berleha-leha atau bersantai. Tapi lebih daripada itu, buku ini mengajarkan bagaimana leha-leha itu dilakukan dengan tepat dengan mempertimbangkan banyak hal. Sangat insightfull.
🛏 Nah buku yang selesai aku baca ini membahas tentang bagaimana kita bisa mengatur istirahat untuk mengembalikan energi agar performa kita kembali maksimal. Pada kenyataannya banyak orang yang pandai bekerja keras tetapi tidak pandai mengatur istirahat. Lalu bagaimana solusinya untuk mengatur istirahat?
🛏 Sebenarnya Nishida menulis dalam 5 bab tentang manajemen istirahat. Tapi singkatnya dan juga bisa diterapkan oleh teman-teman semua ada beberapa yang aku rangkum, seperti berikut: 1. Istirahat statis (rebahan/tidur) dan istirahat dinamis (berkebun, olahraga ringan, berenang, dll) 2. Membolos positif (30 menit memikirkan rencana liburan ketika istirahat jam kerja) 3. Melakukan hal yang tidak biasa, seperti mengikuti rencana liburan orang lain di luar anggota keluarga atau sahabat terdekat. 4. Meditasi selama 5 menit ketika waktu luang 5. Tidur sejenak selama 15 menit ketika merasa lelah/mengantuk 6. Pergi berlibur tanpa beraktivitas seperti staycation
Dan selain istirahat bekerja kita juga bisa beristirahat dengan hubungan antar manusia yang biasa memicu kelelahan seperti pergi ke tempat rahasia kita contohnya perpustakaan, toko buku, tempat gym, cafe, taman, yang intinya tidak bertemu dengan orang yang kita kenal.
🛏 Selain tidur, solusi terbaik untuk tubuh kelelahan adalah dengan ‘olahraga ringan’, biasa tubuh yang merasa cepat lelah karena tidak banyak bergerak sehingga peredaran darah tidak lancar. Jadi usahakan melakukan olahraga ringan setiap hari yaa teman-teman. Oh yaa selain olahraga ringan, kalian juga bisa melakukan pijat atau mandi air panas untuk relaksasi tubuh.
🛏 Kenapa sih harus istirahat? Yaa karena jika tubuh dan otak terus dipaksa bekerja akan kelelahan dan performanya menurun, dan tentunya akan menghambat inspirasi dan ide baru di otak kita. Lebih parahnya jika terlalu lelah, daya ingat dan daya kerja otak akan semakin menurun. So, jangan lupa istirahat dengan baik yahh!!!
Saya memahami bahwa buku ini bukan tipikal buku Penerbit Haru yang biasanya dirilis untuk kebutuhan Young & Adult.. sehingga tidak heran jika banyak penggemar Penerbit Haru yang menjualnya secara preloved di LitBase..
Namun jelas buku ini sangat berharga bagi para workaholic (termasuk saya)..
Khas buku Jepang yang ringan, mengalir, dan ditulis secara humanis, buku ini membahas apa sebenarnya yang kita pikirkan soal "cuti", "libur", "perfeksionis", "rasa bersalah dalam pekerjaan", "kerja team", "lembur, "capek", "mengatur skala prioritas", bahkan "mengatasi rekan kerja yang toxic" dengan penuturan yang tenang & berusaha memahami pembacanya.
Pada setiap pembahasan, latar belakang penulis yang merupakan seorang psikiater, dan profesor Fakultas Ilmu Olahraga juga memberi insight menarik untuk mengatasi kelelahan/kecapekan kerja secara optimal, mirip apa yang kita lihat dipraktikkan atlit/pesepakbola yang tampil 1-3x sepekan namun tetap menunjukkan performa optimal.
Kekurangan buku ini mungkin ya soal ilustrasi saja sih.. sepertinya jika ditulis dengan teknik kutipan ditulis dengan font berwarna atau ilustrasi buku ini bakal menjalankan perannya dengan sempurna, di mana pembacanya pun akan dibebaskan dari kelelahan karena sesekali ada ilustrasi atau font berwarna yang menyegarkan.
Terakhir.. Letakkan buku ini di area meja kerjamu, agar nasehat dan insight yang didapat bisa dibaca kapan saja saat merasa lelah, atau perlu optimasi ketika perlu lembur.
"Tidak masalah kalau tidak berlebihan, tetapi kalau melewati batas, otak menjadi tidak bisa menyadari adanya kelelahan hati dan tubuh." (Halaman 107)
Saya membeli buku ini karena tertarik judulnya. Kover menarik dan teringat salah satu cerita jujur salah satu partner kerja dari Jepang dulu, "Saya jarang ambil cuti. Rasanya tidak enak kalau mau cuti."
Wow, betapa berbeda dengan saya yang suka menyusun kapan waktu liburan tepat setelah kalender kerja tahunan diterima🤣 Buku ini menunjukkan kenyataan mengenai orang Jepang yang saking semangatnya kerja, sampai mengambil cuti pun malu. Saat bisa liburan, masih saja terbayang soal pekerjaan. Sebuah bahaya laten yang menggerogoti kesehatan fisik termasuk mental.
Jujur, hampir sebagian besar tips di dalam buku ini sudah saya lakukan. Mulai dari tidak menjawab email di hari libur, mengambil cuti hanya untuk menginap di kota terdekat untuk bersantai, tidur siang 15 menit di jam istirahat kantor, dan punya hobi yang membuat rileks semacam menulis juga olahraga.
Hal yang menarik lainnya, beristirahat dari hubungan yang melelahkan serta dari medsos juga dibahas di buku ini. Semua tipsnya sangat aplikatif dan bisa dibaca tak hanya oleh pekerja, tetapi juga untuk ibu rumah tangga. Sebuah buku yang ditujukan untuk masyarakat Jepang tetapi bisa digunakan oleh siapa saja di seluruh dunia, termasuk kita. Hmm, mungkin pengaruh zodiak saya yang timbangan, jadi hidup pun harus seimbang
🌿 Siapa yang suka merasa bersalah saat libur? Siapa yang suka merasa cemas, ketika hari libur akan berakhir? Siapa yang merasa jika hari-hari terasa begitu sibuk tanpa ada waktu untuk beristirahat? Nah jika kamu merasakan beberapa poin pertanyaan di atas, kamu perlu sekali rasanya membaca buku ini. 🌻
🌿 Buku ini merupakan tulisan dari Nishida Masaki, seorang psikiater. Di buku ini terdapat 5 Bab pembahasan yang memuat tulisan tentang makna beristirahat, teknik-teknik beristirahat yang berkualitas, tanpa rasa bersalah dan tentunya tanpa melupakan kewajiban.
🌿 Terjemahannya oke, mudah untuk difahami, ruang konsultasi yang dimuat di bagian akhir setiap judul menjadikan kelebihan dari buku ini, karena membantu pembaca untuk mengingat langkah-langkah yang perlu dilakukan. Meskipun beberapa contoh ditulis berdasarkan latar penulis tinggal, teknik-teknik yang ia bagikan tetap bisa diaplikasikan sesuai dengan kondisi negara di Indonesia.
🌿 Ada banyak hal baru yang aku dapat setelah membaca buku ini, di antaranya; kita bisa memberikan tubuh waktu untuk beristirahat meski pekerjaan begitu padat, pentingnya menjaga kualitas tidur, dan tentunya menjawab beberapa pertanyaan di atas tadi sekaligus mendapatkan dukungan atas beberapa tindakanku yang selama ini telah kulakukan demi bisa beristirahat namun kuanggap sebagai sebuah kesalahan 😅
Teruntuk kamu yang suka merasa bersalah karena beristirahat sebentar dari pekerjaan, buku ini layak banget buat dibaca. . Buku ini berisi tips-tips bagaimana caranya kamu mengatur waktu agar kamu bisa beristirahat dari kegiatan kamu. Jadi di sini ga cuma pekerjaan kantor aja ya, tapi bisa juga tugas sekolah, tugas ibu rumah tangga, dan tugas menjadi makhluk sosial. Ya, di sini ada tips untuk beristirahat menghadapi orang-orang. Menarik kan? . Penulisnya ini adalah seorang psikiater asal Jepang dan tentu saja penelitiannya berdasarkan penduduk Jepang (ini hanya asumsiku) yang kebanyakan sangat menghargai waktu. . Jadi sedikitnya aku menyayangkan karena budayanya berbeda terutama soal waktu tadi ya. . Tapi dari keseluruhan yang aku baca, banyak banget yang bisa dipraktikkan. Misalnya, bagaimana cara bisa beristirahat agar bisa menjaga konsentrasi di saat bosen kerja. Bagaimana caranya memanfaatkan tidur dan mencari waktu untuk tidur di sela-sela kerja. Dan bagaimana caranya agar menjaga diri dari hubungan antar manusia yang kurang baik. Dll.
sebagai orang yang senang berleha-leha, aku kira buku ini berfokus pada orang-orang yang terlalu produktif dan kesulitan mencari waktu libur, namun ternyata cara berleha-leha ku pun masih salah 😅 (a.k.a terlalu tidak produktif)
buku ini menjabarkan berbagai teknik untuk beristirahat, baik dari pekerjaan maupun manusia. baik untuk yang punya banyak waktu maupun yang waktunya terbatas. baik yang punya dana liburan maupun yang uangnya pas-pasan.
sesuai judulnya, benar-benar seperti teori berleha-leha dengan teknik-teknik praktikal yang bisa dipraktekkan.
penulisannya ringan hingga menyenangkan untuk dibaca, tidak menggurui namun memberikan berbagai opsi (sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak beristirahat), lengkap dengan ruang konsultasi di akhir bab dan cara-cara pribadi penulis beristirahat.
meski beberapa bagian kurang relate karena 'Jepang' banget, tapi overall mewakili keresahan budak korporat yang rindu beristirahat.
Buku ini bisa diselesaikan dalam sekali duduk kurasa karena bukunya tipis dengan tulisan yang lumayan besar-besar. Tapi saat baca-baca bagian awal sesungguhnya aku merasa sedikit bosan. Tapi biar bagaimanapun aku menempel banyak post-it. Artinya banyak pelajaran yang kuambil dari buku ini. Buku ini memang cocok untuk yang terlalu sibuk dengan kerjaan atau bahkan pergaulan yang toxic. Ohya, terjemahannya juga bagus, maksudnya enak untuk dibaca (tapi aku nggak paham buku dari bahasa aslinya yaaa 😆, jadi nggak bisa membandingkan).
Buku ini berisikan tips & tricks buat kita nih, manusia-manusia modern yang hobi ngejar cuan, untuk setidaknya mengambil jeda istirahat sehariiiii saja. Tapi, walaupun cuma satu hari, ada baiknya dimanfaatkan sebaik mungkin supaya hari libur berakhir, kita merasa fresh dan siap bekerja kembali.
Buat masih suka bingung gimana caranya menikmati hari libur dengan semestinya, bisa coba dibaca-baca bukunya ya, guys. Lumayan, dapat ilmu sedikit-banyak menyoal daya tahan tubuh dan sistem otak yang ternyata bisa kendor karena kebanyakan kerja.
Relax is an indispensable and powerful weapon in our lives and work. And depending on how you rest, it can be a drug or poison, so you need to know how to rest well.
We often think of relaxation as relax = leave work on time and sleep early = relax at home doing nothing on weekends. But rather than do nothing like this, you should effectively rest in the gaps of life by following the instructions in this book. This can increase the quality of rest and even change the attitude and direction of life.
Buku ini cocok sekali bagi orang-orang yg workholic, atau orang-orang yg gak sadar bahwa istirahat itu sama pentingnya bekerja keras.
Bahkan untuk orang yg seperti diriku, yg semula berpikir kalau buku ini tidak tepat untukku karena rupanya aku cukup tahu cara bersantai dan istirahat seperti yg dipaparkan buku ini, ternyata bisa menemukan insight baru.
Pembahasannya lumayan relate dengan keseharian, meski bagi yang bukan pekerja kantor atau orang sibuk.
Aku baru tahu kalau pijat lebih baik dilakukan sesaat setelah merasa lelah, bukan saat otot sudah nyeri karena akan mengganggu regenerasi otot. Informasi yang sangat bagus untuk diaplikasikan buat emakku😂
Awalnya sempet berhenti di jalan pas baca buku ini. Ternyata pas awal bacanya kurang fokus. Setelah lanjut baca lagi baru sadar kalau ternyata buku ini banyak ngajarin pentingnya buat istirahat. Dan istirahat itu juga perlu belajar dan latihan. Istirahat juga nggak sama dengan males-malesan. Pokoknya gue dapet insight baru setelah baca buku ini.
Terima kasih untuk anjuran menohok yang membuat saya sadar akan beberapa sikap yang kurang tepat dalam menyikapi hal "beristirahat" di tengah kehidupan ini.
Ternyata berlibur atau beristirahat ada seninya juga ya... Sering kali kita merasa harus bekerja keras setiap hari n lupa untuk beristirahat.. istirahat tidak hanya dr fisik tp secara emosional jg..
Buku ini merupakan buku pertama yang saya selesaikan di tahun 2022. Bukan cuma membahas tentang istirahat namun, disertakan teknik-teknik beristirahat. Buku ini cocok bagi para pekerja keras yang terkadang kesulitan untuk mengatur waktu beristirahat.