Sejauh apapun kamu berlari dari masalah dan rumitnya pikiran, tetap saja ia menunggumu untuk diselesaikan. Waktu akan tetap berjalan dan tidak akan pernah berhenti, ia selalu menagihmu untuk kembali dan membereskan apa yang sudah menjadi kewajibanmu.
Kamu hanya membutuhkan ketenangan untuk mendapatkan kejernihan pikiran dan hatimu, darinya kamu bisa lebih memantapkan keputusan dan pertimbangan. Semua dari kita akan berhadapan dengan masalah besar atau kecil dalam hidupnya, pada urusan dunia dan hatinya.
Diamkan dan berikan ketenangan pada jiwa agar ia bisa beristirahat sejenak, mengumpulkan tenaga dan semangat untuk kembali bangun menyelesaikan perjalanan hidup.
Sesuai dengan judul bukunya, "Menenangkan Diri", buku ini menjadi buku yang membuat pikiranku dan kekhawatiranku akan kehidupan yang berkecamuk di kepalaku menjadi tenang, menjadi "semeleh" kata orang Jawa. Semeleh maksudnya berserah diri kepada Allah, kepada Tuhan Yang Maha Esa. . Buku yang menjadi penyemangat dan banyak nasihat-nasihat kebaikan bagi diri sendiri maupun orang lain, agar selalu semangat dan menghidupkan semangat baru dalam menjalani kehidupan. . "Tidak perlu memaksakan diri untuk terus maju, jika ternyata hati dan jiwa membutuhkan jeda dan istirahat, berikan ia haknya sebagaimana kamu juga mempunyai hak untuk istirahat dari bisingnya dunia. Menemukan ketenangan dalam ramainya manusia dan ambisinya." . "Untukmu yang kini sedang beristirahat, entah beristirahat dari mencintai atau memperjuangkan sesuatu, tenangkan hati dan jiwa, jangan terburu-buru untuk mengambil sebuah keputusan. Dan jangan luoa untuk selalu berdoa, agat Tuhan memberikan yang terbaik dalam setiap pilihan hidup." . 📖 Buku yang cocok untuk kamu yang membutuhkan ketenangan diri dari semua bisingnya kehidupan. ❤️
Dalam buku ini banyak membahas tentang pentingnya kita sebagai manusia untk bergantung kepada Sang Pemilik. Bergantung secara utuh atas segala harapan dan doa, selalu menjadikan Sang Pemilik sebagai tempat mengadu dan berharap.
Buku ini membahas tentang keseharian, beberapa berkaitan tentang pentingnya untk menjaga hati, pentingnya untuk mengetahui tujuan akhir, pentingnya untk menjadi yang lebih baik lagi dalam melihat dan menelaah kejadian-kejadian hidup yang hadir.
Buku ini sangat direkomendasikan untk dibaca, bagi perempuan seusia saya (27 tahun) buku ini bisa juga menjadi titik balik untk membuat batas-batasan untk menelaah masa lalu ; kira-kira mana yang perlu diperbaiki dan mana yang bisa terus dibawa sampai hari ini.
“Sebab yang lebih kamu butuhkan adalah ketenangan dalam menjalani segala hiruk pikuk dan kebisingan dunia ini.”
Kalimat penutup yang sangat mewakili keseluruhan isi buku. Sepertinya buku ini akan sering ku baca ulang ketika sedang ‘riuh’. Menenangkan diri dari hiruk pikuknya dunia memang menjadi hal penting demi menjaga kewarasan jiwa. Semoga, dengan senantiasa mengingat Allah, bersahabat dengan Al-Qur’an dan berteman dengan orang-orang sholih menjaga kita dalam ketaatan dan ketenangan hati dalam menjalani kehidupan yang fana ini.
Terima kasih Ustadz Jundi, karena sudah menuliskan 143 halaman yang meaningful & insightful. Suka sekali🥺
Sesuai dengan judulnya, buku ini mengajak kita untuk menenangkan diri Menenangkan diri dari rasa cemas akan masa depan, menenangkan diri atas rasa takut akan ketidak pastian, menenangkan diri atas luka dan masalah dari masa lalu.
Buku ini juga mengajarkan tentang esensi kita sebagai manusia dalam Islam Dimana yg kita perlukan adalah berdoa, berusaha, menerima akan ketetapan takdir-Nya. Bahwa takdir dan ketetapannya adalah terbaik. Jalani dengan ikhlas dan rasa syukur.
Terima kasih atas tulisannya yg menampar dan mengingatkan kembali atas esensi-esensu hidup yang sering terlupa dan mengingatkan kembali hanya Dia tempat kota bergantung
Sesuai judul bukunya, nenangin diri banget. Nenangin segala macam kebisingan yang ganggu karena banyak yang relate sama apa-apa yang lagi dirasain dan dipikirin. Bahasanya indah sekaligus ngena. Sarannya mungkin bagian kata-kata perangkum yang memotivasi(?) jangan memotong bahasan, lebih baik taruh di akhir karena cukup ngurangin fokus bahasan sebelumnya yang lagi dibaca. Eh apa emang konsepnya begitu ya? Entahlah.
Buku menenangkan diri ini mengajarkanku untuk lebih sering melihat kedalam diri daripada mencari validasi dari luar. Mencoba mencari sumber ketidaktenangan diri, menepi dari riuhnya dunia untuk kembali menyadari hakikat hidup; tujuan hidup. Karena tugas manusia hanya berusaha sedang hasilnya bukanlah kendali manusia. Kuncinya berusaha, berdoa, sabar juga berpasrah. Semoga terus konsisten menebar kebaikan juga kebermanfaat setelah selesai dengan kebisingan diri.
Seperti judulnya, buku ini memang untuk menenangkan diri. Untuk membantu menginternalisasi hidup seperti apa yang dinginkan agar tidak hanya jadi seperti buaih di lautan, banyak tapi tidak bermakna saat digulung ombak.
Baca buku ini serasa ngobrol sama seseorang terus saya dapat banyak nasihat, pengingat, dan penenang darinya. Tapi kadang di beberapa judul bahasannya terlalu melebar, habis baca satu paragraf terus pas lanjut ke paragraf selanjutnya tu kayak loading dulu dan dalam pikiran tu jadi "emm kok jadi kesini?". Tapi secara keseluruhan, baguss.
Jelas sudah apa yang orang lain katakan. Ya, buku ini benar adanya jikalau butuh waktu untuk menenangkan diri. Kalimat yang paling sangat terasa untuk diri saya adalah "Setiap hati memiliki rasa dan juga pertimbangannya, cobalah bertanya dahulu pada hatimu. Tentang kenyamanan, ketenangan, bahkan soal keamanan hatimu nanti saat akan memilih keputusan". Terimakasih telah menciptakan buku ini 🙏
This entire review has been hidden because of spoilers.