Perundungan tak membuatnya menjadi remaja yang lemah. Awan tetap menjalani harinya seperti biasa; bersekolah, mengajar delapan anak jalanan di Sekolah Pinggir Kali, serta membantu berjualan di warung nasi milik neneknya. Ia hanya punya satu temam baik, yaitu Nathan.
Sementara itu, Langit yang kecewa dan marah pada papanya selalu menjadikan Awan sebagai pelampiasan. Ia bersama Satria dan Iman sering mengerjai Awan. Menyuruh Awan membeli ini itu, bahkan tak segan memukulnya.
Suatu sore, sebuah kejadian membuat segalanya berubah. Pelaku dan korban perundungan itu akhirnya menjadi teman baik.
Namun, hal itu tak berlangsung lama. Ketika liburan yang menyenangkan berubah menjadi tragedi.
Melalui karakter-karakter di novelnya, DENKUS mencoba memberi semangat kepada siapa pun yang merasa kesepian. "Kita boleh lelah, tapi tidak boleh menyerah!" Sapa dia di Instagram: @itsdenkus.
Pemula dalam thriller? Atau udah engap? Jangan keburu pindah haluan. Baca buku ini dan rasakan perbedaannya. Sarat pembelajaran, sejenak hengkang dari realita dan merilekskan pikiran kita yang selalu pingin menginvestigasi. Meski alurnya santai, kamu tetap bisa merasakan ketegangan di beberapa bagian yang bikin meringis. Saya bahkan lupa ada sesuatu di prolog dan baru sadar di akhir-akhir.
Buku ini fokus pada dua tokoh utama, mas Awan dan mas Langit, beserta seluk-beluk persahabatan masa putih abu-abu. Jadi nostalgia, hehe. Gaya penceritaannya dari sudut pandang dua tokoh utama. Memanf sifar keduanya kaya minyak dan air, tapi monolognya gak timpang. Smooth, gak kaku atau lompat-lompat. Jadi mudah buat merunut jalan pikiran mas-masnya. Bahasanya pun semiformal yang sangat nyaman dibaca buat saya yang agak gimana dengan bahasa nonformal.
Baca ini bikin kita tau kalo pelaku perundungan bukan superhero. Ia merisak karena ada emosi negatif dalam dirinya. Takut, tak berdaya, hingga dia harus menginjak orang lain agar terlihat kuat. Saya yang selama ini gak percaya dan susah memahami pelaku akhirnya punya gambaran (maklum, hampir kena soalnya). Tapi jangan khawatir, Karma memainkan perannya dengan sangat baik di sini.
Di sisi lain, mungkin pembaca akan nganggap mas Awan kelewat pasrah dan baik. Tapi menurut saya, ia punya kekuatan sendiri untuk menghadang musuh dan mengendalikan gejolak perasaannya. Udah tau bakal dihajar tapi mikir buat apa melawan (meskipun dia bisa aja) dan lapor, cuma memperpanjang masalah (ngingetin saya sama pak Yoon Sung Yeo yang dituduh sebagai pelaku pembunuhan Hwaseong). Lebih mengkhawatirkan orang lain daripada dirinya sendiri. Pun saat buku ini mencapai separuh babak, ia gak benci, dendam, apalagi mengharap maaf dari Langit.
Banyak banget renungan yang akan kamu dapet. Gak menaruh harapan ketinggian. Pentingnya percaya, berpandangan benar. Gak langsung menge-judge, misal depresi pertanda seseorang itu lemah. Membangun kekuatan dari masalah. “Apa yang kita tanam, itulah yang kita panen.” Semuanya dikemas dalam bahasa yang sederhana namun tetap penuh makna.
Baiklah, beneran serileks itu? Jangan tertipu. Ending-nya bakal bikin pembaca langsung menuju ke halaman sebelumnya. Kemudian dengan pasrah naruh bukunya seraya mengucap kalimat legend, “KENAPA? KOK GINI?”
Novel ini bercerita tentang Langit yang gemar merisak Awan dan Nathan. Di samping Langit, ada Satria yang membeo dan Iman yang berusaha menengahi. Sedangkan dari pihak korban, Nathan berusaha melakukan perlawanan (setidaknya dalam pikiran), sementara Awan menerima saja perlakuan Langit cs. Ada apa dengan Awan? 🤔 Sebagai cerita, novel ini mempunyai premis yang menarik. Pun dibuka dengan prolog yang bikin tegang, seperti book trailer-nya. Denkus mampu menulis dengan kalimat sederhana dan bab-bab pendek yang membuatku ingin terus membaca, serta bertanya-tanya apa yang membuat Awan pasrah saja saat dirisak? Awan seperti nggak punya emosi gitu, yang membuatku geregetan. Terus ada tokoh yang muncul dan ikut campur tapi nggak jelas gitu😵 Namun, sebagai novel thriller remaja, ketegangannya nggak sesuai yang kuharapkan. Ketegangan yang disajikan di book trailer, cuma kurasakan saat membaca prolog dan beberapa halaman menjelang akhir. Alih-alih tegang, aku justru merasakan kehangatan di beberapa adegan dan dialog. Hubungan pertemanan tokoh-tokoh utamanya, Awan dan neneknya, serta Awan-Nathan dan murid-murid jalanannya sungguh begitu manis. 🥰 Novel setebal 220-an halaman ini juga sarat pelajaran kehidupan. Ada dua kutipan yang kufavoritkan: "𝘉𝘢𝘭𝘢𝘴 𝘥𝘦𝘯𝘥𝘢𝘮 𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘯𝘺𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪𝘪𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩. 𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘳𝘶𝘬 𝘬𝘦𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯. 𝘓𝘢𝘨𝘪𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪𝘶𝘣𝘢𝘩. 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘪𝘬𝘪𝘳𝘪𝘯 𝘴𝘰𝘢𝘭 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯?" —𝘩𝘭𝘮. 139 "𝘉𝘦𝘳𝘴𝘪𝘬𝘢𝘱 𝘣𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘱𝘶𝘯. 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘮𝘢." —𝘩𝘭𝘮. 146
•Lima Teman• Deni Kusuma Sudah kecium hawa-hawa liburan ya, tapi ada baiknya liburan di rumah saja ya dan tetap menerapkan 3M. Tinggal cari kegiatan yang menyenangkan hati saja untuk mengisi hari-hari liburan. Beda lagi sama jalan cerita novel 'Lima Teman' ini. Liburan yang harusnya menyenangkan malah jadi tragedi, nah lho? Ada apa nih? Di prolog sudah disuguhi klimaks cerita saja, jadi tambah bikin penasaran tentang kejadian yang sebenarnya. Novel ini mengangkat tema perisakan di sekolah, kehidupan sosial yang timpang, kekerasan dalam rumah tangga, meski demikian gak berat kok untuk dibaca. Alur ceritanya yang pendek dalam setiap bab, membuat saya sebagai pembaca tidak sadar akhirnya menyelesaikan hanya dalam sekali duduk. |blurb| Terkisah Awan yang sering menjadi korban bulliying oleh Langit, hingga pada suatu hari Langit mengalami kritis dan Awan menyelamatkan nyawanya. Dari lawan menjadi kawan, seperti inilah hubungan Awan dan Langit akhirnya. Langit merencanakan untuk menghabiskan akhir pekan untuk liburan di Villa dengan mengajak ketiga temannya; Iman, Satria, Hari, juga Awan. Namun terjadi hal yang mengerikan, menjelang kepulangan mereka. |cover| Di dominasi warna biru gelap dengan latar putih dan lima ilustrasi tampak belakang anak laki-laki, menyiratkan isi jalan cerita novel ini. |opini| Sewaktu ditawari membaca novel ini reaksiku senang banget, soalnya sudah lihat trailer klipnya dan review dari beberapa bookstagram. Ekspektasiku gak jauh dari kenyataan sih, hanya saja penulis tega banget bikin cerita yang endingnya bikin overthinking. Meski ada clue tersirat, tetap saja sel-sel kelabuku tuh masih lemah. Lalu apa penulis juga akan melanjutkan sekuelnya? Entahlah, hanya Tuhan dan si penulis yang tahu. Kalaupun iya ada, aku akan menunggu. Gak bisa aku tuh digantung macam gini (lah, curhat).
Kemarin aku baru menyelesaikan buku karya @itsdenkus yang terdiri dari 2 buku dan bisa dibaca di @gramediadigital Setelah membaca buku pertamanya The Good Friend, aku langsung marathon baca buku keduanya A Friend's Goodwill baca bareng Kak @yandi.asd
Buku satu dan dua berkesinambungan, mengisahkan persahabatan Awan, Langit, dan teman-temannya. Hubungan rumit mereka mulai dikisahkan dengan terbunuhnya Awan yang memosisikan Langit dan teman-temannya menjadi tersangka! Kira-kira bagaimana Langit bisa lepas dari tuduhan dan siapa pelakunya?
Buku pertama menyajikan misteri yang harus dipecahkan Langit agar dirinya terbebas dari tuduhan. Namun, beredarnya video perundungan yang pernah dilakukan olehnya mempersulit Langit. Dia mendapat sangsi sosial lebih daripada yang dia bayangkan sampai rasa bersalah menggerogotinya. Kemudian di buku kedua effort Langit dalam memecahkan kasus semakin meningkat.
Aku suka tema yang diangkat merupakan isue yang sangat dekat dengan kita. Penulis menunjukkan hal itu dengan baik. Perundungan yang dilakukan oleh sekelompok remaja. Dalam buku ini juga ganjaran yang didapat Langit setimpal dengan perlakuannya di masa lalu. Adegan yang berkesan adalah momen Awan dan Langit ketika makan eskrim. Tokoh yang aku suka Langit, iya Langit si pelaku perundungan yang perubahan sikapnya kentara kurva transformasi karakter ke arah yang lebih baik membuat usaha keras karakter langit patut dicontoh.
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan novel ini, salah satunya transisi PoV antara Langit dan Awan terlalu cepat bergantian dan keduanya memiliki suara yang sulit dibedakan.
Meski begitu, aku merekomendasikan buku ini untuk kamu baca~
Suka baca novel yang bisa diselesaikan dalam sekali duduk? Kamu bisa coba baca novel ini 👌🏼
Novel ini menceritakan tentang masa putih abu-abu yang diwarnai dengan perundungan. Ada Awan dan Nathan yang menjadi korban perundungan. Ada Langit, Satria, dan Iman yang menjadi pelaku perundungan. Langit sering mengerjai Awan, menyuruh Awan membeli ini itu, dan memukulnya.
Perundungan itu terus terjadi hingga pada suatu sore ada sebuah kejadian nahas yang menimpa Langit. Kejadian nahas itu membuat Langit dan kawan-kawan sadar dan mau berteman dengan Awan. Namun, kebersamaan itu tidak lama, ada tragedi di antara mereka yang sampai menghilangkan salah satu nyawa.
Aku tertarik baca novel ini setelah baca 𝘣𝘭𝘶𝘳𝘣-nya dan nonton 𝘣𝘰𝘰𝘬 𝘵𝘳𝘢𝘪𝘭𝘦𝘳-nya. Tertarik karena topik yang dibahas ada kaitannya dengan perundungan dan di 𝘣𝘰𝘰𝘬 𝘵𝘳𝘢𝘪𝘭𝘦𝘳-nya ada kejadian menegangkan. Sejak baca prolognya, aku sudah sangat penasaran hingga memutuskan untuk terus baca novel ini sampai tamat.
Diceritakan dari dua sudut pandang orang pertama yaitu Awan dan Langit secara bergantian, novel ini berhasil menunjukkan perasaan dan pikiran korban dan pelaku perundungan. Kita bisa tahu mengapa Awan sangat sabar dan mengapa Langit menjadi mudah marah hingga melakukan perundungan.
Sebenarnya jalan cerita novel ini oke banget, bikin ketagihan sampai aku ingin jumlah halamannya lebih banyak lagi. Tapi, jika bagian tragedi dapat diceritakan sama banyaknya seperti bagian perundungan, serta keduanya bisa disusun secara padat, aku rasa novel ini akan lebih menarik dan lebih menegangkan asal tetap sesuai dengan kehidupan remaja. Pembaca pun tidak akan merasa bosan di bagian tertentu dan tidak akan bertanya-tanya akan kelanjutan kasus setelah menutup novel ini. Selain itu, aku rasa sisi emosional Papa Langit, cerita Nathan yang sampai ingin bunuh diri, dan sisi latar suasana SMK bisa digali lagi.
Meski begitu, aku rasa novel ini juga berhasil menyampaikan banyak pesan positif seperti kesabaran akan ada hasilnya, berubah menjadi sosok yang lebih baik itu perlu, dan setop perundungan khususnya di kalangan remaja itu penting untuk direalisasikan. Aku merekomendasikan novel ini untuk kamu yang tertarik baca novel ini.
"... Bersikap baiklah pada siapapun. Karena nantinya kita juga akan mendapatkan hal yang sama." Pesan Nenek Awan. Mungkin inilah salah satu alasan Awan menjadi pribadi baik dan tak pendendam meskipun mengalami perundungan oleh Langit. Bersama Satria dan Iman, Langit suka mengerjai Awan. Sampai suatu hari sebuah kejadian membuat Awan dan Langit akhirnya berteman.
Buku Lima Teman, Tak perlu waktu lama untuk menyelesaikan buku ini karena mulai baca sudah dibuat penasaran, jadi ngga terasa sudah sampai di akhir buku. Penulisan dengan sudut pandang orang pertama antara Awan dan Langit bergantian jadinya bisa tau isi hati dan pikiran mereka masing-masing. Meskipun perilaku Langit salah, tapi aku sedikit bisa bersimpati sama hidup dan masalah dia. Awan yang pintar dan baik hati rasanya bisa jadi idola kalau sekolah mereka di SMA biasa bukan di SMK. Karakter tokoh lainnya alias teman-teman Langit dan Awan juga digambarkan dengan cukup jelas. Satria yang pemalas, cuek dan ngikut kata teman, Iman yang sebenarnya baik dan perhatian, Hari yang entah kenapa mengingatkan ku sama Renjun (yg tau aja) hehe. Jangan lupakan Nathan yang kehidupannya sulit tapi setia kawan sama Awan.
Sebenarnya kisah Langit dan Awan bisa menjadi kisah ala anak SMA yang menyenangkan. Mereka muda, bersemangat, melewati masalah dengan cara masing-masing, setia kawan, berbakti, kesabaran, persahabatan dengan berbagai konfliknya, loyalitas bisa ditemukan dalam buku ini. Tapi cerita ini memang tak biasa, bikin deg-degan, seru, penasaran, dan sedih mengarah ke nyesek banget, karena sebuah tragedi yang merubah hidup mereka. Secara keseluruhan aku suka buku ini. Bisa dibaca sekali duduk, iya secepat itu karena di halaman awal aja udah bikin kaget 😲 🧐 Meskipun ada kasus pembunuhan dan misternya tak membuat buku ini dark banget, alurnya santai tapi ceritanya padat, jadi bisa dinikmati siapa saja (asal bukan anak-anak ya!)
Q : Kalau kalian mengalami bullying, apa kalian akan speak up atau pasrah saja?
Aku dan adikku pernah menjadi korban bullying dan aku tipe yang speak up. Aku benci dengan pelaku perisak yang kebanyakan mereka itu modal sok jagoan dan punya masalah di luar, tapi dilampiaskan ke orang yang nggak bersalah. Aku lebih senang kalau mereka, pelaku bullying dapat hukuman dibandingkan aku takut dengan ancaman-ancaman mereka yang kadang modal omong doang karena takut dapat hukuman, dsb. Namun, sudah sewajarnya korban bullying speak up, harus berani cerita ke orang terdekat supaya mereka bisa menolong dan supaya pelaku bisa mendapat hukuman.
The Good Friend berkisah tentang Awan yang mendapat perundungan dari temannya, tapi perundungan itu tidak membuat dia menjadi remaja yang lemah. Awan tetap semangat menjalankan aktivitas sehari-sehari seperti biasanya. Sementara itu, Langit yang kecewa dan marah pada papanya, selalu menjadikan Awan pelampiasannya. Hingga suatu sore, sebuah kejadian membuat segalanya berubah. Ketika semua sudah menjadi baik, sebuah tragedi tidak menyenangkan terjadi. Apa yang terjadi sebenarnya? Penasaran? Bisa langsung baca novelnya !!
Setelah tau kalau Kak Denkus bakalan nerbitin buku secara digital lagi, aku langsung meluncur ke Gramdig dan langsung kubaca. Ini genre fiksi kriminal dan misteri pertama yang kubaca karena selama ini aku selalu skip, takut tidak sesuai dengan seleraku. Namun, ternyata dari awal aku baca novel ini aku dibuat asyik menyelami kisah Awan dan Langit. Aku berhasil baca novel ini dalam sekali duduk karena saking penasarannya. TGF termasuk novel yang page turner karena gaya bercerita Kak Denkus yang enak banget menurutku dan fase paced.
Konfliknya juga related dengan kehidupan anak remaja saat ini di mana banyak banget kasus bullying dan banyak juga korbannya yang nggak berani speak up. Entah karena takut atau karena malas memperpanjang masalah. Nggak hanya fokus soal bullying aja, ada konflik keluarga dan persahabatan juga. Di novel ini aku juga melihat gambaran kerasnya kehidupan masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah. Anak-anak mereka menjadi korban kekerasan orang tua, masih kecil harus membantu orang tuanya mencari uang dengan mengamen, dsb. Aku suka dengan cara Kak Denkus menempatkan konflik-konflik dalam novel ini karena terasa pas banget mengaduk emosi dan membuatku penasaran.
Tokoh di novel TGF ini banyak, mereka berhasil banget memainkan perannya masing-masing dalam menghidupkan cerita. Setiap tokoh dalam TGF dibuat real dengan kebanyakan anak remaja saat ini. Mereka juga punya masa lalu dan kehidupan yang nggak mudah.
Tokoh utama yang kusuka itu Awan. Dia ini baik banget, banget, banget. Aku sampai bingung hatinya terbuat dari apa. Dia juga sabar meski diperlakukan buruk sama temennya. Yang buat aku suka sama Awan selain dia baik dan sabar tuh prinsipnya. Dia nggak akan balas dendam dan nggak ngelawan karena buat apa? yang ada malah makin runyam dan nggak selesai masalahnya. Awan ini juga perhatian banget sama neneknya, dia sayang sama neneknya karena cuma neneknya aja keluarga satu-satunya yang dia punya. Hati awan tuh mulia banget. Bareng sama Nathan dia buat sekolah untuk anak-anak yang nggak bisa sekolah layaknya anak-anak lainnya. Aku salut banget sama Awan. Kalau aku ada di posisi awan kayaknya aku nggak akan bisa seperti dia.
Nathan. Dia ini sahabatnya Awan. Karakternya sangat realistis sekali. Aku paham kalau sikapnya begitu. Orang-orang pada umumnya ya akan seperti Nathan kalau mengalami kejadian yang dia alami. Aku salut karena dia kuat banget meski hidupnya sangat berat.
Hari. Hidupnya diatur Maminya, tiap hari banyak tugas sekolah dan masih banyak les yang dia ikuti, nurut banget sama Maminya. Aku suka karena dia itu nggak senang sama pelaku perisak atau bullying. Maminya dia juga baik banget. Nggak mandang orang dari status sosial, tapi dari sikap dan otaknya.
Iman. Aku suka pas dia bela Awan dan nggak suka temannya ngelakuin bullying. Nggak cuma bela, dia diam-diam juga bantu Awan.
Langit. Asli sih tokoh satu ini tuh pengen banget aku musnahin kalau pas dia lagi bertingkah. Aku nggak pernah membenarkan apa yang dia perbuat karena sudah keterlaluan banget. Cuma di sini aku suka sama perubahan karakter dia. Aku suka kalau dia itu sayang banget sama Mamanya dan nggak mau Mamanya kesiksa atau nggak bahagia.
Kenzo. Aku nggak tau motifnya dia berbuat itu semua untuk apa? Membelakah atau apa? karena di novel pertama ini tidak banyak dijelaskan tentang dia. Tokoh paling sus yang pernah kutemui.
POV Orang Pertama dari Tokoh Awan dan Langit yang bergantian membuatku jadi ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Meski begitu, jalan cerita novel ini tuh berhasil banget bikin aku curiga dengan beberapa tokoh di novel ini setelah kejadian nahas menimpa salah satu tokoh utamanya. Sampai akhir aku dibuat penasaran siapa dalang dari kejadian tersebut. Ah ... rasanya aku nggak sabar sekali untuk baca novel keduanya. Aku berharap di novel kedua juga bakalan terungkap siapa orang tua Awan. Kenapa nenek selalu merasa bersalah ketika Awan membahas orang tuanya.
Selesai baca novel ini tuh rasanya aku pengen ngomel-ngomel ke Kak Denkus. Dia pinter banget motong cerita supaya pembaca penasaran dan overthinking. Ditunggu banget novel lanjutannya.
Dari novel TGF aku belajar untuk nggak mudah menyerah dengan hidup, bersyukur dengan apa pun yang aku miliki dan kujalani saat ini karena masih banyak orang di luar sana yang hidupnya tidak seberuntung aku, belajar memafkan, belajar untuk intropeksi diri, belajar untuk nggak menjadi manusia pendendam, belajar peduli dengan sekitar dan masih banyak lagi moral value lainnya dari novel ini yang bisa kita terapkan di kehidupan sehari-hari.
Yang aku suka dari novel ini tuh pemilihan font dan ukurannya untuk cerita tuh pas banget, bikin mata nyaman ketika bacanya. Bromance dari tokoh-tokoh di novel ini juga kerasa banget gtu, bikin terharu. Cover novelnya juga menggambarkan scene yang ada di novel. Yang bikin aku kaget, cover novel ini dibuat oleh AI. Cuma masih ada sedikit typo yang kutemukan di novel ini, tapi itu nggak mengurangi keasyikanku saat baca TGF.
Novel TGF bisa dibaca di aplikasi Gramedia Digital. Novel ini nggak aku rekomendasikan untuk anak middle grade karena ada beberapa bahasa yang kurang pas untuk mereka (makian).
Novel ini cocok dibaca untuk usia 17+, buat yang suka baca novel dengan bromance yang bikin terharu, buat yang suka baca novel fiksi kriminal bercampur misteri dan buat yang suka baca teenlit.
"Orang itu harus banyak gerak. Kalau engga, penyakit malah mudah datang," pesan Nenek Awan mirip sama Mamak.
Seneng banget sih ya, akhirnya novel ini terbit jadi buku. Entah berapa kali dibedah ya? Ubah alur cerita, tokoh, bahkan sampai judulnya pun mengalami perubahan. Novel ini udah ditulis sejak 3 tahun yang lalu. Lebih sih kayaknya dari 3 tahun itu.
Dan sekarang lahir dalam bentuk buku yang bisa disentuh dan diraba (eh). Kalau dilihat dari segi cerita lebih FRESH dengan disesuaikannya akan kondisi milenial sekarang. Apalagi dijelaskan bahwa Langit memiki channel YouTube, Satria yang demen main Mobile Legend, dan hal-hal remeh yang menguatkan karakter berdasarkan realita. Ditambah pula pas tau kalau Hari si cowok cantik bilang, "Awan kan tutor gue!" Pokoknya jatuh cinta deh, kalo udah baca.
Kemunculan Aninta, dan Kenzo juga membuat novel ini lebih hidup. Novel ini jauhhhh lebih keren dibandingkan dengan versi wattpad atau GWP dulu. Secara emosional aku terlibat ya marah, kecewa, sedih, sampai nangis. Aku tuh tipe orang yang mudah kebawa alur. Nah, kalo udah baper sampai nangis artinya penulis itu keren.
Pengambilan sudut pandang cerita antara Langit dan Awan di sini tepat banget. Jadi pembaca dapat menikmati dari dua sisi.
Ada banyak pelajaran yang dapat dipetik dari novel #LimaTeman ini salah satunya adalah setiap orang memiliki masalah bedanya, hanya ada yang tampak jelas dan ada yang tak tampak sama sekali.
Harapan aku sih, semoga novel ini ada kelanjutanya. Semoga pembaca yang lain juga setuju.
Buku ini langsung dibuka dengan hentakan. Awan mati. Pertanyaan yang seharusnya muncul adalah, kenapa dan bagaimana Awan mati, tapi saat membaca kata ini, yang terpikir olehku adalah, "Siapa Awan?" Secara umum buku ini ditulis dengan baik. Berbeda dengan MTDKE yang lebih lugas dan ringan (meskipun muram juga di akhir2), konflik yang ada di TGF lebih rumit lagi. Perisakan, broken home, dan tentu saja, kekerasan yang berakhir dengan penusukan. Terdapat juga tema yang lebih heartwarming seperti hubungan pertemanan dan hubungan baik antara Nenek dan cucu, serta hubungan antara Awan dan murid-muridnya. Narasinya dibuat dengan gaya yang mengalir, tidak verbose, dan apa adanya, berhasil membuat pembaca bertanya-tanya sampai akhir.
Ada beberapa bagian yang saya kurang sreg, misalnya adegan penusukan: Saat anak dibawa ke RS karena luka tusukan, sebagai ortu, saya akan cari tau siapa pelakunya. Keputusan Langit untuk diam & tidak ada yg membahas hal itu lagi cukup aneh. Lebih jauh lagi, keputusan keempat anak ini membawa Awan pulang dan bukannya dilarikan ke RS cukup mengganggu (dan malah mencurigakan, apalagi ujung2nya mereka telpon ambulans juga).
Buku ini juga terasa tergesa-gesa dan dalam beberapa adegan bisa dibikin lebih detail lagi. Cerita ini bisa dijadikan satu novel tebal dibandingkan dipecah menjadi dua seperti ini, tapi untungnya sekuelnya segera terbit, jadi anggap saja ini series Netflix yang ada part1 dan part2 nya.
Bottom line: Awan dan Langit sebaiknya cepat2 jadian saja, makasih.
Ini buku Thriller ke lima yang kubaca. Awwlnya tahu Lima Teman ini pernah dilirik Mayor dan aku tungguin karena sudah baca sebagian di gwp (tahun 2017)
Setelah bentuk buku, lebih rapi dan plotnya terjaga banget. Pesan novel ini terletak dalam "bully" yang masih merajarela di dunia remaja. Aku juga suka dengan persahabatan mereka yang interaksinya terasa banget. Good Job, Den ❤️🙏
Jujur, buku ini BAGUUS. Awan sama Langit punya kisah masing-masing dan alasan masing-masing atas sikap mereka. Buku ini cukup page turning, tapi sayangnya pergantian POV Langit dan Awan terlalu cepet jadi agak bikin bingung. Endingnya juga kurang tuntas, so I’ll give it 3 out of 5 stars.
"Gue nggak mau teman-teman baik gue viral gara-gara bullying. Kalau udah tersebar di internet, enggak bakalan bisa hilang." Hal 58 - The Good Friend Denkus Penerbit Bhuana Sastra Edisi Digital, 2023 Tebal 172 Halaman Baca di Ipusnas Personal Rate 4/5⭐ - Akhirnya bisa baca buku ini di Ipusnas. Suka dengan cover-nya yang terasa light dan dark secara bersamaan. Dibuka dengan bab awal yang menarik. Dan sebagai pembaca aku suka dengan pembukaan penuh ketegangan seperti ini. Apa yang menyebabkan mereka begitu ketakutan atas apa yang telah terjadi pada salah seorang di antara mereka. Dan jawabannya ada pada pertengahan bab. - Langit tidak menyukai sesuatu yang tidak berjalan sesuai keinginannya, hatinya terus bergejolak dan menyukai apa yang dilakukannya bahkan tidak merasa puas bila seseorang yang lemah dan menentang apa yang dilakukannya belum berhasil terwujud secara langsung. Langit tidak menyukai Nathan pemuda lemah dan sayangnya dia memiliki sahabat Awan yang jauh membuatnya murka. Hingga perisakan beralih pada Awan. Dan sosok Awan yang begitu kalem, penurut tidak pernah mau melawan Langit, menerima semua begitu saja perisakan yang dia terima. Sejujurnya sebal sih sama keduanya. Aku sebagai pembaca malah berharap keduanya mati aja baik korban dan pelaku. (Jahat ya aku) Biar kelar ceritanya. 😬 sayangnya penulis tidak berpikiran sama denganku hehe. Karena mode tabur tuai akan segera didapatkan Langit. - Aku suka dengan karakter Langit dan Awan meskipun nggak bisa membedakan suara mereka. Suka dengan teman-teman Langit yang jauh lebih memikirkan hal baik. Perbuatan Langit beralasan karena ada konflik dalam keluarga terutama orang tua, tapi bukan jadi pembenaran kalau emosi dari rumah dibawa keluar dan dilampiaskan pada mereka yang lemah. Apakah penulis memegang prinsip orang baik selalu mati lebih cepat biar yang jahat segera tobat hehe.
Q : Kalau kalian mengalami bullying, apa kalian akan speak up atau pasrah saja?
Aku dan adikku pernah menjadi korban bullying dan aku tipe yang speak up. Aku benci dengan pelaku perisak yang kebanyakan mereka itu modal sok jagoan dan punya masalah di luar, tapi dilampiaskan ke orang yang nggak bersalah. Aku lebih senang kalau mereka, pelaku bullying dapat hukuman dibandingkan aku takut dengan ancaman-ancaman mereka yang kadang modal omong doang karena takut dapat hukuman, dsb. Namun, sudah sewajarnya korban bullying speak up, harus berani cerita ke orang terdekat supaya mereka bisa menolong dan supaya pelaku bisa mendapat hukuman.
The Good Friend berkisah tentang Awan yang mendapat perundungan dari temannya, tapi perundungan itu tidak membuat dia menjadi remaja yang lemah. Awan tetap semangat menjalankan aktivitas sehari-sehari seperti biasanya. Sementara itu, Langit yang kecewa dan marah pada papanya, selalu menjadikan Awan pelampiasannya. Hingga suatu sore, sebuah kejadian membuat segalanya berubah. Ketika semua sudah menjadi baik, sebuah tragedi tidak menyenangkan terjadi. Apa yang terjadi sebenarnya? Penasaran? Bisa langsung baca novelnya !!
Setelah tau kalau Kak Denkus bakalan nerbitin buku secara digital lagi, aku langsung meluncur ke Gramdig dan langsung kubaca. Ini genre fiksi kriminal dan misteri pertama yang kubaca karena selama ini aku selalu skip, takut tidak sesuai dengan seleraku. Namun, ternyata dari awal aku baca novel ini aku dibuat asyik menyelami kisah Awan dan Langit. Aku berhasil baca novel ini dalam sekali duduk karena saking penasarannya. TGF termasuk novel yang page turner karena gaya bercerita Kak Denkus yang enak banget menurutku dan fase paced.
Konfliknya juga related dengan kehidupan anak remaja saat ini di mana banyak banget kasus bullying dan banyak juga korbannya yang nggak berani speak up. Entah karena takut atau karena malas memperpanjang masalah. Nggak hanya fokus soal bullying aja, ada konflik keluarga dan persahabatan juga. Di novel ini aku juga melihat gambaran kerasnya kehidupan masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah. Anak-anak mereka menjadi korban kekerasan orang tua, masih kecil harus membantu orang tuanya mencari uang dengan mengamen, dsb. Aku suka dengan cara Kak Denkus menempatkan konflik-konflik dalam novel ini karena terasa pas banget mengaduk emosi dan membuatku penasaran.
Tokoh di novel TGF ini banyak, mereka berhasil banget memainkan perannya masing-masing dalam menghidupkan cerita. Setiap tokoh dalam TGF dibuat real dengan kebanyakan anak remaja saat ini. Mereka juga punya masa lalu dan kehidupan yang nggak mudah.
Tokoh utama yang kusuka itu Awan. Dia ini baik banget, banget, banget. Aku sampai bingung hatinya terbuat dari apa. Dia juga sabar meski diperlakukan buruk sama temennya. Yang buat aku suka sama Awan selain dia baik dan sabar tuh prinsipnya. Dia nggak akan balas dendam dan nggak ngelawan karena buat apa? yang ada malah makin runyam dan nggak selesai masalahnya. Awan ini juga perhatian banget sama neneknya, dia sayang sama neneknya karena cuma neneknya aja keluarga satu-satunya yang dia punya. Hati awan tuh mulia banget. Bareng sama Nathan dia buat sekolah untuk anak-anak yang nggak bisa sekolah layaknya anak-anak lainnya. Aku salut banget sama Awan. Kalau aku ada di posisi awan kayaknya aku nggak akan bisa seperti dia.
Nathan. Dia ini sahabatnya Awan. Karakternya sangat realistis sekali. Aku paham kalau sikapnya begitu. Orang-orang pada umumnya ya akan seperti Nathan kalau mengalami kejadian yang dia alami. Aku salut karena dia kuat banget meski hidupnya sangat berat.
Hari. Hidupnya diatur Maminya, tiap hari banyak tugas sekolah dan masih banyak les yang dia ikuti, nurut banget sama Maminya. Aku suka karena dia itu nggak senang sama pelaku perisak atau bullying. Maminya dia juga baik banget. Nggak mandang orang dari status sosial, tapi dari sikap dan otaknya.
Iman. Aku suka pas dia bela Awan dan nggak suka temannya ngelakuin bullying. Nggak cuma bela, dia diam-diam juga bantu Awan.
Langit. Asli sih tokoh satu ini tuh pengen banget aku musnahin kalau pas dia lagi bertingkah. Aku nggak pernah membenarkan apa yang dia perbuat karena sudah keterlaluan banget. Cuma di sini aku suka sama perubahan karakter dia. Aku suka kalau dia itu sayang banget sama Mamanya dan nggak mau Mamanya kesiksa atau nggak bahagia.
Kenzo. Aku nggak tau motifnya dia berbuat itu semua untuk apa? Membelakah atau apa? karena di novel pertama ini tidak banyak dijelaskan tentang dia. Tokoh paling sus yang pernah kutemui.
POV Orang Pertama dari Tokoh Awan dan Langit yang bergantian membuatku jadi ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Meski begitu, jalan cerita novel ini tuh berhasil banget bikin aku curiga dengan beberapa tokoh di novel ini setelah kejadian nahas menimpa salah satu tokoh utamanya. Sampai akhir aku dibuat penasaran siapa dalang dari kejadian tersebut. Ah ... rasanya aku nggak sabar sekali untuk baca novel keduanya. Aku berharap di novel kedua juga bakalan terungkap siapa orang tua Awan. Kenapa nenek selalu merasa bersalah ketika Awan membahas orang tuanya.
Selesai baca novel ini tuh rasanya aku pengen ngomel-ngomel ke Kak Denkus. Dia pinter banget motong cerita supaya pembaca penasaran dan overthinking. Ditunggu banget novel lanjutannya.
Dari novel TGF aku belajar untuk nggak mudah menyerah dengan hidup, bersyukur dengan apa pun yang aku miliki dan kujalani saat ini karena masih banyak orang di luar sana yang hidupnya tidak seberuntung aku, belajar memafkan, belajar untuk intropeksi diri, belajar untuk nggak menjadi manusia pendendam, belajar peduli dengan sekitar dan masih banyak lagi moral value lainnya dari novel ini yang bisa kita terapkan di kehidupan sehari-hari.
Yang aku suka dari novel ini tuh pemilihan font dan ukurannya untuk cerita tuh pas banget, bikin mata nyaman ketika bacanya. Bromance dari tokoh-tokoh di novel ini juga kerasa banget gtu, bikin terharu. Cover novelnya juga menggambarkan scene yang ada di novel. Yang bikin aku kaget, cover novel ini dibuat oleh AI. Cuma masih ada sedikit typo yang kutemukan di novel ini, tapi itu nggak mengurangi keasyikanku saat baca TGF.
Novel TGF bisa dibaca di aplikasi Gramedia Digital. Novel ini nggak aku rekomendasikan untuk anak middle grade karena ada beberapa bahasa yang kurang pas untuk mereka (makian).
Novel ini cocok dibaca untuk usia 17+, buat yang suka baca novel dengan bromance yang bikin terharu, buat yang suka baca novel fiksi kriminal bercampur misteri dan buat yang suka baca teenlit.
Akhir-akhir ini banyak kasus perundungan yang terjadi. Tap, sebenarnya perilaku tercela ini sudah terjadi sejak dulu dan terstruktur. Tindakan yang nggak melulu melukai fisik, tapi sudah pasti membekas dalam hati. Sepanjang hidup.
Kalau jadi Awan yang tiap hari disuruh ini dan itu, dipukul tanpa sebab, uang jajannya dipalak, kayaknya aku bakal melawan habis-habisan. Tapi ya, dia cuma sendiri, sedangkan perundunganya banyak. Alasan pelakunya? Bosan, pelampiasan emosi dari rumah, dll. Pokoknya hal sesepele bosan pun bisa bikin mental orang runtuh. Gila!
Alur buku ini pada dasarnya ya remaja banget. Lebih pasnya soal kenakalan remaja. Gimana rasa marah dari seorang remaja hilang arah bisa melenceng ke jalan yang salah. Jujur, momen menjadi sahabat yang disebutkan di blurb nggak membangkitkan ingatan "how", alih-alih malah ingat Ending-nya yang akhirnya menyambung ke buku selanjutnya.
Well written story, tapi ada beberapa hal yang kurang. Sejak awal pace-nya agak melambat, sebelum "lari" di akhir. Rasa bosan di awal jelas ada, tapi waktu masuk konflik puncak lumayan bikin deg-degan juga, sih.
Prolognya menyajikan hook yang begitu menarik. Sampai-sampai aku membaca buku ini dengan terburu-buru karena penasaran. Dari beberapa review lainnya, sepertinya cerita ini terdiri dari dua buku. Sayangnya, potongan cerita di buku pertama menyimpan terlalu banyak teka-teki. Ada terlalu banyak pertanyaan yang barangkali baru akan terjawab jika membaca buju keduanya.
Ohiya, cover buku ini rupanya menggunakan AI. Saat ini, AI memang sudah banyak digunakan. Tapi legalitasnya masi dipertanyakan. Barangkali untuk cetakan selanjutnya bisa menggunakan cover dari ilustrator untuk legalitas yang lebih terjamin.
Ide cerita yang berawal dari perundungan lalu berubah menjadi teman baik secara gamblang dituturkan dengan baik lewat kisah ini. Kendati menggantung endingnya, kisah persahabatan yang diangkat ini memberi kesan yang positif dan hangat. Buku super tipis ini selain bikin kecewa karena endingnya gak tuntas, juga sukses memancing rasa gregetan akibat sikap Awan yang pasif serta pribadi Langit yang masih jemawa. Ilustrasi untuk sampulnya bagus sih.
Mungkin di buku jilid 2 akan tereksplor lebih jelas sepak terjang Langit.
GANTUNG BGT??? tapi sebenernya ada sequel nya sih. akan ku lanjutkan suatu hari nanti. overall buku ini interesting dan lumayan bikin greget. apalagi sama sikap Langit yang bikin naik pitam, dan respon Awan yang terlalu flat (BUT HE'S INDEED A GOOD BOY)
awalnya tertarik karena bercerita tentang pemuda-pemuda SMA yang dibumbui misteri, tapi ternyata plotnya bukan fokus ke pemcahan misteri itu justru malah gak anti-klimaks.
atau mungkin memang harus baca buku keduanya dulu? mari kita coba.
bener deh, cerita ceritanya Denkus ini bagus asal jelas jalan ceritanyaa. kenapa kek ada bagian yg kepotong lagi dah. atau ceritanya mau dibuat sekuel? *kunyah apel di pojokan
Berawal dari kisah perundungan dan berakhir jadi temenan, sewaktu keadaan mulai membaik tiba-tiba terjadi hal yang gak terduga sama sekali. Meskipun novel ini sangat tipis (cuma 172 halaman) tapi sukses bikin nyesek. Epilognya haduuh 😭 Endingnya yang sangat nanggung mungkin akan terungkap di buku keduanya
Idul adha itu besok tapi Awan udah digorok duluan hari ini.... 😓 kenapa hari ini? Karna aku bacanya hari ini! Sehari sebelum idul adha :D
Aku liat buku ini di Ipusnas dan tertarik untuk baca karna tampilan covernya yang bernuansa thriller. Setelah selesai baca, ternyata ceritanya cukup klise, tentang korban bully yang akhirnya berteman dengan si pembully. Buku ini pake dua pov, si korban bully dan si pembully. Untuk kalian yang suka alur cerita penuh adegan WAH, buku ini emang bakal bikin bosen sih. Tapi aku tetep lanjut baca sampe tamat karna gaya penulisan si author sangat ringan, mirip penulisan cerita di AU twitter gitu. Selain itu, tema ceritanya tentang brotherhood dan itulah yang bikin aku betah dan lanjut namatin novel ini :'D chapter awal-awal emang agak ngebosenin sih, tapi pas di endingnya itu yg bikin aku MMRAH BGT karna WOYY ITU SIAPA??!?!! 💢 i will read the sequel of this book asap ^^
This entire review has been hidden because of spoilers.
bukunya ringan dan lumayan menarik untuk dibaca. tema cerita yang diangkat bagus. diawal cerita sedikit kesal dengan sifat Langit tapi karakter development Langit cukup bagus. sebenarnya too good to be true, tapi kembali lagi ini fiksi.
ceritanya masih gantung, tapi kayaknya aku bisa menebak siapa (wkwkw semoga bener). harus lanjut baca buku yang satu lagi buat mastiin.
Cerita ini mengisahkan dua orang remaja yang berbeda sifat, hidup dan bagaimana memaknai kehidupan mereka masing-masing. Diawali dengan prolog yang menengangkan, Lima Teman menghadirkan nuansa persahabatan antara "si baik" dan "si jahat", yang mana masing-masing dari mereka punya orang-orang baik yang setia mendukung satu sama lain. Awan yang memang memiliki jiwa sosial yang tinggi, rupanya harus menghadapi tekanan lantaran menjadi pelayan bagi Langit, sedangkan Awan sendiri seperti tidak mempermasalahkan perlakuan Langit padanya. Sifat kedua orang inilah yang menurut saya kelak akan menciptakan masalah lain pada novel Lima Teman. Kelebihan utama novel ini ada pada dialog. Tanya jawab, atau tanggap menanggapi di antara para tokoh Lima Teman, seolah memang menyuguhkan "jawaban-jawaban" yang kita butuhkan dalam menghadapi dilema dan konflik dalam realita kita. Penulis memiliki cerita yang terplot dan perbendaharaan kata yang baik, sehingga pembaca akan disuguhkan pada naik turunnya emosi pembaca (karena cerita) yang lalu berakhir dengan ending yang menurut saya menarik. Kekurangan novel ini menurut saya pada beberapa hal yang saya rasa tidak perlu untuk diceritakan. Meski novel ini tertulis "perundungan" dalam blurbnya, saya pribadi merasa perkara ini sejatinya bukan mengacu perundungan, tetapi "Bagaimana orang-orang di lingkungan Awan dan Langit dalam menghadapi mereka berdua: yang satu merundung dan dikhianati kekasih, satunya korban tetapi tak ingin melawan. Terakhir, mungkin bukan soal kekurangan ya atau malah di tengah-tengah. Penulis seolah ingin menciptakan ketegangan khas thriller di awal cerita yang malah perlahan berubah menjadi persahabatan khas drama remaja. Yang mana menurut saya, seperti mencampurkan dua senyawa yang agak asing untuk disenyawakan. Tetapi bagi Anda yang suka dengan cerita remaja dan berbalut thriller pasti akan menyukai Lima Teman!