“Aku nggak butuh pernikahan, aku hanya ingin punya anak.”
Mentari tahu segera setelah dia mengatakan hal itu, orang-orang akan menganggapnya gila. Namun, siapa pun yang mengenal Mentari dengan baik, tentu akan tahu bahwa Editor in Chief di penerbit GetBooks itu bukan tipe orang yang peduli apa kata orang. Terlebih, dia punya alasan sendiri kenapa pernikahan menjadi sesuatu yang tak masuk akal baginya. Terserah saja orang menyebutnya jalang. Toh, menurut Mentari, orang-orang itu tak memberinya makan.
Sayangnya, Mentari salah perhitungan. Hamil ternyata tidak semudah yang dia pikirkan, dan menjadi Ibu tidak sesederhana melahirkan anak. Apalagi Mentari baru sadar bahwa dia minta bantuan kepada orang yang salah. Pria itu seharusnya cukup menjadi ayah biologis untuk anaknya. Namun, kini Mentari menyadari bahwa satu-satunya pria yang bisa membuatnya berubah pikiran tentang pernikahan, adalah satu-satunya pria yang tidak mungkin ia dapatkan.
Edited : Berhubung istilah demiseksual itu termasuk pseudo-science jadi gua mengkategorikan Sabda biseksual saja. Tapi nggak dihapus istilah demi itu di review awal. Biar aja lah wkwkwk.
----------------------------------------
Akhirnya gua putuskan ngasih rating segini. Nggak kurang, nggak lebih 😁.
Ngasih heads-up dulu. Karena pembahasan gua sepertinya mengandung spoiler.
Sebelum masuk ke bagian yang mengganjal, gua mau ngebahas dikit soal orientasi seksual Sabda. Gua rasa Sabda tuh demiseksual plus biseksual. Buat yang belum tahu, demiseksual itu kurang lebih artinya seseorang yang baru bisa tertarik secara seksual ke orang lain ketika udah terbentuk ikatan emosional terlebih dulu.
Tergambarkan dengan jelas di karakter Sabda yang awet dan setia banget belasan tahun sama Kevin sampai nggak tergerak secara seksual ke orang lain. Gender manapun. Bahkan ketika mulai terlibat dengan Mentari, kenalnya juga dari zaman kuliah, meskipun nggak dekat. Udah kenal, udah nyaman duluan, interaksi lancar, baru deh dia bisa tertarik secara seksual. Selain sama Kevin dan Mentari, nggak terlihat kalau Sabda pernah tertarik secara seksual ke orang lain. Nggak heran juga sih, karena sifat Sabda yang tertutup dan private banget, bikin dia jadi lebih sulit buat mendekatkan diri secara emosional dengan orang lain. Kenapa dia ngerasa gay ya karena naksirnya sama Kevin duluan. Dan sampai bisa naksir Kevin kan karena ada emotional bond yang terjalin di antara mereka sebelumnya, makanya jadi ada ketertarikan seksual. Kalau murni gay, nggak bakal bisa Sabda naksir dan tertarik secara seksual sama Mentari. Jadi kesimpulan gua sih (yang nggak dijabarkan secara gamblang dan jelas di buku ini, mungkin niatnya biar pembacanya sendiri yang menentukan sendiri kali ya hehe) Sabda ini demiseksual + biseksual.
Bagian orientasi seksual ini menarik, kan jarang-jarang novel romance Indonesia bikin karakter begini. Unik.
Yang cukup mengganjal tuh di bagian... Eksekusi karakter. Usia mereka kan udah matang ya, di pertengahan 30an kan? Karena sepanjang gua baca ini, gua cukup sering ngerasa kedua karakter ini a lot younger, terkesan masih kayak usia pertengahan 20an. Bagian ini cukup mengganggu kenikmatan gua selama membaca.
Trus ini juga, termasuk my biggest pet peeve di buku ini (selain soal usia tadi), sampai akhir pun, setelah bertahun-tahun pernikahan mereka, Sabda-Mentari masih awet pakai sebutan saya-kamu. Menurut gua sebutan itu kelewat kaku buat pasangan yang sudah menikah selama bertahun-tahun. Jadi ketika mereka lagi lovey-dovey, gua bukannya swoon malah ngerasa cringe 😐.
Di luar semua pet peeves yang sudah gua sebutkan, gua masih cukup menikmati ceritanya dari awal sampai akhir. Penulis untungnya cukup berhati-hati dalam menuliskan tema sensitif semacam ini. Meskipun ya, pengennya eksplorasinya lebih mendalam. Karena ya, secara plotline emang dari awal sampai akhir runut, tapi belum begitu apa ya, padat dan mendalam. Dan memang kalo mau padat dan mendalam ya risetnya kudu abis-abisan sih 😁
P.S : Mentari ini sedikit mengingatkan gua sama Sebastian St. Vincent (Devil in Winter by Lisa Kleypas) 😁. Tipe-tipe yang sebenarnya craving for warm and intimate connection dengan orang lain. Tapi karena selalu dikecewakan oleh hidup, akhirnya memutuskan buat menjaga jarak dari hubungan apa pun yang berpotensi menumbuhkan koneksi itu, kecuali seks.
Trus apalagi ya, yawda segini dulu. Kalau ada lagi yang gua ingat ya tinggal tulis lagi 😂
Selesaiiiii! Dan sukaaa 🤩🤩🤩. Masih suka dengan gaya ceritanya, temanya pun 👏🏼. Lumayan kaget waktu tau yang sebenarnya. Terus ber oh panjang waktu penjelasan tentang “ketertarikan” itu. Buatku pribadiku itu semacam tambah “Ooo gitu noted.” Dan buatku pribadi lagi baca ini kerasa lebih apa ya santai kali ya 🤭 soalnya bahasanya juga santai enak diikutin 👋🏼.
Kak Pradnya kembali berhasil membuat semua terasa abu-abu, juga berwarna, dalam waktu bersamaan. Menyesakkan, tapi juga menyenangkan. Satu saat aku merasa nyess bacanya, saat yang lain cengar-cengir sendiri. Begitulah efek yang aku rasakan tiap baca karya kak Pradnya.
Buku ini memang agak "berbeda". Bisa dibilang, kak Pradnya lebih "berani" di sini... tapi yaa masih khas kak Pradnya. Mulai dari gaya tulisannya yang lincah, caranya meracik plot dan konflik yang naik dan turun di momen tertentu, menciptakan tokoh yang penuh dengan keabu-abuan, juga keterlibatan isu nyata di masyarakat yang ingin kak Pradnya sampaikan lewat fiksinya.
Btw eh btw... setelah couple Abi-Randu, Mentari-Sabda di buku ini jadi favoritku di antara semua couple bikinanmu. Ulala suka deh! xD
Aku ampir aja ngasih buku ini 2 🌟 karena Mentari-nya annoying parah. Like, I don't like her as a character and as a person. Jadi emang rada susah masuk kalau baca buku yang aku tokohnya nggak suka. But, the execution of this book is good. Aku menikmati baca ini setengah akhir.
•Pros:
Hal yang kusuka dan sangat-sangan kuapresiasi adalah perubahan Mentari dari awal sampai akhir. Awalnya aku kesel banget ama dia. Egois, tapi makin sini makin berlayer dan flaw-nya sukalah aku. Perubahan-perubahan, kebimbangan dia di akhir tuh emang masuk akal. Dia juga konsisten gitu karakternya, enggak out of character gitu, kan.
Dari buku2nya Kak Pra yang kubaca, bisa dibilang ini satu vibe sama After Wedding bahkan dan aku suka cerita-cerita begini. Cup of tea gitulah.
Aku juga suka background masa lalu tokoh2nya tuh di reveal pelan-pelan dan semuanya berpengaruh ke ceritanya gitu, lho.
•Cons
Duuuuh aku sih jelas-jelas nggak suka sma Mentari di setengah awal. Setengah akhir lumayanlah kan dianya karakternya enggak stagnan. Tapi tuh ya egoisnya enggak nahan. Dia nggak peduli omongan orang, lah anak Anda atuh ih yang nanggung nanti disebut 'anak haram'😭😭. Untung Sabda sama sama Mbak Mila nya pinteeeeeeer, wkwkwk. Terus Mentari ini termasuk jahat nggak, sih? Dia minta
Karakter Sabda-nya timpang sama Mentari. Maksudnya, Mentari punya arc yang oke, tapi Sabda enggak. Padahal dia berpotensial buat lebih diulik. Maksudku dia
Aku udah sempet nyinggung kalau arc-nya Mentari bagus. Tapi perubahan keyakinannya terlalu drama, sih, wkwk.
Akhirnya ada yg bisa dpt 4 bintang. Di enam bab pertama berasa tertipu klo bisa dibilang. Merasa melewatkan clue mungkin. Dan tercengang di bab ketujuh.
Masalah yg disuguhkan nggak mainstream. Dengan 300 lebih halaman, malah nggak berasa novel ini cukup tebal. Ceritanya cukup fokus dengan problem tokoh utama.
Good reading for me. Thank you Pradnya for this story.
Reread 2023: Niatnya cuma ngintip Saras-Leo, ehhh malah jatuh cinta dan gelundungan lagi sama Ayah Sabda. Gimana, dong? Memang menggoda iman dan takwa wkwkwk aku pengin punya yang kayak Sabda, please.
***
Ternyata aku lupa update GR-ku soal buku ini 🤭 Buat kalian yang cari bacaan manis dan tokoh cowok bikin meleleh, coba kenalan sama Ayah Sabda ya. Dan, selamat jatuh cinta!
Dua orang yang memiliki luka batin saling menyembuhkan satu sama lain. Aku suka dengan interaksi Sabda dan Mentari, mereka memahami luka batin satu sama lain dan memberi ruang bagi pasangannya untuk menemukan dan menjadi diri mereka sendiri
Awal baca buku ini sangat skeptis.. Lama kelamaan kayak "Oohhh.." paham kenapa sifat karakter-karakter dan plotnya seperti ini. SANGAT relate sama issues yang dialami tokoh utama, sampai nangis bacanya, I feel you banget, Mentari.. 😭😭😭💔 aku sangat berempati dengan karakter utama dibuku ini, sama main male characternya juga. Overall, alur development di buku ini bagus.
Entah kenapa, sepanjang baca buku karya pradnya paramitha yg satu ini saya tidak dapat meresapi setiap karakter dalam tokoh-tokohnya, apa yg mereka rasakan sampai munculnya tiap konflik :( untuk gagasan mengenai "memiliki anak tanpa menikah" ini sebetulnya bisa menjadi ide cerita yg menarik, hanya saja dalam buku ini seperti masih kurang di eksplor :(
Buku ini sebenarnya menyebalkan sih, tapi lagi butuh referensi tentang isu-isu tertentu, dan siapa lagi penulis yang bukunya kaya akan isu-isu kalau bukan Kak Pradnya 😅 and let's be honest git, you quite like steamy romance don't you? Yes, I love it.
Selalu suka dengan tulisan ka Pradnya. Kali ini memang agak berbeda dan agak mengejutkan tentang trauma dan masa lalu Sabda. Juga Mentari yang punya alasan dengan prinsip hidupnya yg mandiri dan tak ingin menikah. Layaknya mereka yg saling mengenal dan trauma memang membutuhkan obat untuk menutupi luka masa lalu
Aku suka gaya penulisan. Walau saya-kamy justru lebih mendapat kesan manis. Penokohan yg sangat kuat. Bahkan kesan Sabda di mataku masih tetap mempesona. Nggak menyangka sama fakta2 yg ada wkwk udah jatuh cinta sama sabda dari awal 🤣🙈
Sengaja buku ini ku simpan lama. Nunggu moment pas. Dan kemarin langsung habis di baca. Buku bagus. Walau mengaduk perasaan. Kisah Mentari dan Sabda ini membuat aku sadar. Setiap orang punya masa lalu. Bukan tentang kesalahan dan dosa mereka, tapi tentu semua ada alasan yg membuat mereka menjadi begini
Ah, endingnya manis. Aku udah menebak sih. Cuma tetap takjub dengan kisah mereka. Kayak lagi dengar kisah hidup seorang sahabat lama. Aduh, bagus sih. Penulisan yg rapih. Walau konfliknya cukup pelik tapi ringan dan gemas dengan kekeras kepalaannya Mentari
Aduh, ini review apaan. Aku mau bahas banyak. Tapi, takut spoiler juga wkwk
Jadi, jujur nih ya sebelum baca ini, gw ga baca sinopsis di balik buku, jadi gw ga tau cerita ini tentang apa, cuma gw pikir dari judulnya ya pasti tentang hamil di luar nikah.
Dan…memang seperti itu… Tapi………
Seperti biasa, aja ada cara pradnya mengolah cerita yang biasa menjadi cerita yang luar biasa, kalau dalam hal ini, menjadi cerita yang unik… iya unik dan cukup jarang di ambil di tema-tema novel lokal, karena apa ya mungkin bagi sebagian orang, hal ini seperti ini masih di anggap tabu. Baik kita sebut saja, kali ini pradnya mengangkat tentang LGBT. Lead male nya adalah seorang Gay. Gw agak kaget sih, karena beneran jarang banget baca hal-hal kayak gini di novel, apalagi di ceritakan dengan begitu gamblang.
Singkat cerita nih ya, Baby Without Daddy ini mengisahkan Mentari, seorang wanita lajang yang mapan, cantik, cerdas, sempurna. Kecuali satu hal, trauma masa lalu membuatnya enggan mengikatkan diri ke komitmen hubungan apapun. Tak heran, “sex bebas” menjadi pilihan atau pelarian Mentari. Paling tidak sex bebas menutupi rasa kesepiannya.
Ketika rasa kesepian sudah tak terbendung, ketakutan hidup sebatang kara hingga ajal menjemput menghantuinyaa, Mentari pun memutuskan untuk memiliki seorang anak. Bukan anak adopsi melainkan anak yang ia lahirkan dari rahimnya sendiri. Namun bukan Mentari namanya apabila tidak memilih “calon ayah” bagi anaknya dengan baik. Setelah melalui proses screening Mentari memilih senior nya yaitu Sabda.
Sabda, Pria tampan nan mapan, pengacara hebat, aktivis pembela masyarakat lemah, menjadi pilihan satu-satunya Mentari. Dia tak butuh lelaki yang mencintai dia, dia hanya butuh lelaki yang sempurna untuk menghamilinya, yang tentunya tidak akan mencintai seorang Mentari…
“Karena cinta hanya akan membuat seorang perempuan menjadi lemah.”
Awalnya Sabda menolak, namun Mentari dengan kegigihannya terus mencoba, dia hanya mau Sabda.. hanya Sabda…
Tapi Sabda tak yakin, bagaimana bisa yakin? Dia tak pernah menyukai perempuan??? Lalu bagaimana kah nasib Mentari?
Well, pas gw tau Sabda gay, gw bener-bener nyaris teriak. Apalagi – map spoiler – ada adegan pacaran antara Sabda dan Kevin hahahaa…
Cuma akhirnya gw gemesh sendiri, karena suka banget deh sama interaksi Mentari dan Sabda, mana frontal banget kalau ngomong. Tektokan dialog nya juga asik.
Walau seolah novel ini mengandung LGBT, tapi please, ini bagus banget karena justru Pradnya berusaha mengorek LGBT dari sisi psikologis, bahwa ada sesuatu loh yang bisa menjadi andil dalam keputusan atau tingkah laku seseorang.
Alur kisah Mentari dan Sabda di buat maju mundur, Pradnya berusaha membongkar lapisan trauma mendalam keduanya secara perlahan, dibandingkan kesal dengan tingkah Mentari atau Sabda, gw justru merasa prihatin. Kayak jadi ngaca gitu, don’t judge a book by its cover.
Selain karakter Sabda yang benar-benar Mr. Perfect, gw juga suka banget sama karakter Kevin. Kevin tuh muncul Cuma dikit, tapi dia seolah memegang peranan penting dari keseluruhan cerita. Duh tapi kayaknya gw tetep mau bahas Sabda sedikit deh. Asli ya, kenapa si Pradnya selalu membuat karakter cowok yang loveable banget???? Asli sih di buat jatuh cinta banget sama Sabda.. he is so nice, too good to be trueeeeeeeeeeeeeeee
Novel ini juga agak sedikit mengandung konten dewasa, jadi buat yang belum berusia 18+ lebih baik tunggu dulu sampai agak dewasa yaa baru baca ini.
Baby Without Daddy memang belum memberikan efek gila seperti yang gw rasakan pasca membaca “ Tentang Kita yang Tak Mengerti Makna Sia-sia “ atau “After Wedding” tapi tetap saja, Baby Without Daddy ini menimbulkan efek yang cukup dalam buat gw. Nice Story to read tho! Gw suka juga sama sama epilogue dan bonus story di akhir,, gemes banget banget…. Uwuwuuw babiesssss ……
Pada akhirnya, lagi-lagi gw merekomendasikan novel ini untuk kalian baca! Dengan jumlah halaman yang relatif sedikit, hanya sekitar 340 – 360 halaman, rasanya tidak butuh waktu lama buat kita menamatkan novel ini.
Mentari, as a female lead, quite like an antihero. Mentari tipikal cewek yang ‘man loves her and women secretly love her but said that they hate her’.
Cerita ini udah lama beredar, dan gue enggak cari tahu apa-apa jadi ketika baca dan saat Pradnya drops the bomb, this is unexpected. We’ll see, mau dibawa ke mana cerita ini?
I’m not a fan of cerita ‘gay tobat ketemu cewek’. Ngomongin sexual orientation gak semudah ngebalikin telapak tangan. It’s fluid, bukan sesuatu yang pasti.
Interesting, tho’. It’s not that typical gay tobat ketemu cewek. The way Pradnya ngegambarin Sabda, termasuk soal his sexual orientation, itu sesuatu yang deep. He’s gay by choice, just throw himself to that pool as a facade because he’s afraid to face his shitties nightmare. No, bukan berarti sembuh because gay is not a penyakit, ya. He chooses to be like that as a facade, that’s the point. At least, itu poin yang gue dapet ketika baca novel ini.
Sehingga, the way this story ends, semuanya terasa masuk akal. Ini tentang pilihan. In the end, Sabda chooses to let go all of his nightmare and, mengutip kata Kevin, keluar dari zona nyaman yang dia ciptain sendiri. Selama ini dia cuma sembunyi.
Pun Mentari. The way she acts, it’s also a facade to hide her true self. Tipikal cewek yang rapuh, tapi menampakkan diri dengan citra cewek kuat, tough, nyablak, bahkan berengsek karena itu yang jadi zona nyaman, sehingga nggak perlu berhadapan sama ketakutan terbesarnya.
This is more than just love story. The babies just an added bonus.
Justru lebih dominan ke perjalanan kedua tokoh dalam menghadapi trauma masa lalu (yang enggak tanggung-tanggung, traumatis dan dark banget) dan mutusin untuk sembunyi di balik fasad yang dibangun. Lama-lama nyaman sembunyi karena enggak perlu ngadepin mimpi buruk. But in the end of the day, ketakutan tetap di sana dan harus dihadapi. Pertanyaannya, are you strong enough to face it?
I can’t say that this is a light story meski pengemasannya ringan. Quite enjoy, kecuali di beberapa bagian yang kalimatnya too puitis jadi out of place aja.
PS: Arend or Arendt? Nama ribet, jadi rawan typo hehe
❓ "Tolong hamili saya." Apa yang tebersit dalam pikiranmu saat membaca kalimat di atas? Kalimat di atas merupakan permintaan Mentari kepada Sabda, temannya yang gay. Baru awal-awal aja sudah begini. Gila, ya. 😂😂😂 Mentari dihantui mimpi, dia meninggal tanpa ada yang tahu dan baru ditemukan saat mayatnya sudah membiru tragis di dalam kamarnya. Mentari memang sebatang kara. Semua keluarganya sudah meninggal karena tragedi yang berhubungan dengan pernikahan. Mentari tumbuh menjadi wanita yang independen, suka berganti pasangan, pematah hati para pria, dan bertekad tak akan menikah. Namun, dia menginginkan anak dan meminta bantuan Sabda untuk menghamilinya, lalu melupakan seperti tidak terjadi apa-apa. ___ Lagi-lagi, saya jatuh cinta kepada cerita anggitan Mbak @pramyths . Cara Mbak Pradnya menyampaikan kisah itu ... membius. 😍 Konflik internal, pekerjaan, keluarga, dan asmara berpadu dengan menyesakkan. Apa yang terjadi pada masa remaja Mentari dan Sabda sungguh bikin trauma yang mendalam. 😭 Namun, semua terselesaikan satu demi satu, meskipun prosesnya tak mudah. Novel ini bikin porak-poranda hati, meskipun masih setingkat di bawah Algoritme Rasa dan After Wedding. 😁 Yang bikin saya lebih suka, Mbak Pradnya hampir selalu menyisipkan isu-isu sosial dan kemanusiaan dalam novel-novelnya. Kali ini, beliau menyinggung tentang orientasi seksual dan pembunuhan terhadap buruh di Lampung. Boleh, kan, kalau saya berharap suatu saat nanti Mbak Pradnya nulis novel "sastra"? 🤗
Salah satu cerita Wattpad favorit aku! Ikutin dari awal, on-going sampe ending di Watty. Masih suka baca ulang sampe hafal jalan ceritanya. Pindah ke Storial juga ikutin on-going sampe ending.
Inget banget aku komen di bab berapa gitu di Storial, Sabda : "What do they call you?" Mentari : "Ibu." Sabda : "Then Ayah is good." Eh bab selanjutnya dirubah sama authornya xixixi. Mohon maaf ya sis aku saking seringnya baca ulang di Wattpad sampe hafal percakapan mereka apa aja.
Mau copas reviewku di Storial kok hilang. Yaudah tulis ulang lagi. Yang aku suka dari cerita ini yaitu tema dan jalan cerita Mentari-Sabda yang tidak biasa dan sangat berbeda bahkan bisa aku bilang nggak umum kayak novel-novel romance di Indonesia. Kehidupan mereka pun nggak ada yang sempurna. Tapi itu yang bikin menarik buat dibaca bahkan dikoleksi.
Dibalik karakter mereka yang kuat pasti ada lemahnya juga. Aku salut dua-duanya mau mengakui dan menyadari kelemahan masing-masing. Sama-sama mau berubah jadi lebih baik. Couple Wattpad kesayangan aku, selain Mas Rahmat Radhian & Sydney Arinka-nya Echa Fairywoodpaperink.
Sayangnya ada yang kurang aku suka dari versi buku yaitu bagian paling akhir (Gausah aku sebut judul chapternya ya daripada aku dijambak massal karena spoiler. Lagi baik loh ini biasanya aku suka jahat kasih spoiler xixixi). Gatau kenapa agak aneh aja gitu bacanya. Seneng dikasih part tambahan dan aku berusaha review jujur.
Thanks akhirnya dibukuin ya. Biar bisa aku peluk sayang.
Tuh kan lagi-lagi saya kecanduan novel-novel karya Pradnya Paramitha. Setelah baca Algoritme Rasa dan Two Faced saya jadi girang mencari novel-novel lain karya Pradnya dan ketemulah saya dengan buku ini. (Next saya akan baca Kala Langit Abu-abu. Yey!!)
Duh saya bingung gimana mau mulai reviewnya.
Entah ini perasaan saya saja atau bukan ya. Tapi setiap buku karya Pradnya yang saya baca seperti selalu terhubung satu sama lain. Jadi saya itu membaca dengan urutan Algoritme Rasa ⇨ Two Faced ⇨ Baby without Daddy.
Nah antara novel AR dan TF saya merasa ada sesuatu yang "mirip". Jika di AR tokoh laki-laki bernama Bhisma yang melakukan misi memutuskan pasangan pas lagi sayang-sayangnya, maka di TF tokoh wanitanyalah yang bernama Abhi yang melakukan misi tersebut. Dan ada beberapa hal lain yang saya jelaskan di review buku tersebut.
Lalu kemudian, di novel BwD ini saya juga merasa "kemiripan" dengan novel sebelumnya. Yaitu Randu, tokoh utama laki-laki dalam novel TF yang suka celap-celup disana-sini, ena-ena dengan sahabat berdalih FWB alias Friend with Benefid (mamam tuh sabahat! Sial), kurang percaya pernikahan dan sebagaian dan sebagainya. T.T. Nggak bedah jauh kan seperti karakter Mentari di novel ini? Suka dicelap-celup juga, FWB with Robby, nggak percaya pernikahan. Wow, apa jadinya ya kalau Randu justru jatuh cinta pada Mentari dan bukannya Abhi yang bikin gemas dan mengelus dada dengan semua usahanya buat putus wkwkw.
Hmm seru kali ya kalau suatu saat para couple Bhisma-Junia, Randu-Abhi dan Sabda-Tari ketemu di buku lain hahaha. Ayok dong Mba Pradnya tolong kabulkan!! Mereka kan punya latar belakang yang mirip-mirip.
Oke, kembali ke cerita. Babby without Daddy ini sebernanya sangat unik ya. Mengusung tema yang cukup sensitif yaitu gay, sex bebas dan hamil di luar nikah. Jujur saja saya sempat ketar-ketir sih kalau nantinya ada bacaan atau adegan yang membuat saya "bergidik" tapi untungnya tidak ada sama sekali!!
BwD ini bercerita tentang seorang gadis bernama Mentari yang sangat tidak percaya pada pernikahan akibat trauma masa lalu namun ia juga terlalu takut untuk hidup dan mati sendirian. Akihirnya untuk membunuh waktu kesendirianya dia menghabiskan setiap malam dengan banyak laki-laki. Iya bobo bareng gitu deh. Sampai akhirnya dia terus dihantui mimpi buruk bahwa ia akan mati membusuk sendirian, iapun mulai menginginkan anak. Namun tanpa menikah.
Hm.. Mentari ini sifatnya gimana ya? Keras kepala, egois tingkat tinggi, annoying akut, menyebalkan, pokoknya watak-watak jelek yang jarang banget ada di tokoh utama ada di dia. Tapi heranya saya kok suka?! Ya mungkin untuk beberapa scene engga juga sih. Hehe.
Iya Mentari itu nyebelin benget! Nethink nya nggak kalah kaya Abhi (pacar Randu di TF) segala sesuatu hanya difikir, dinilai dan dilihat menurut sudut pandangnya. Dia nggak pernah sedikitpun perduli dengan omongan orang. Dia denial parah.
Lalu kemudian Sabda, seorang gay yang ternyata bisa membatu Tari hamil (oh iya yah, Sabda kan hanya gay, bukan mandul wkwk).
Sabda itu lelaki yang tampan (sudah pasti), berwibawa, keren, terkenal dingin dan lurus, disukai banyak wanita terutama teman kantornya. Dia sering diibaratkan seperti idola yang sulit disentuh.
Namun siapa sangka jika laki-laki yang banyak digilai wanita itu ternayata seorang gay? Dia tidak minat dengan perempuan karena dia sudah memiliki kekasih yang sangat ia cintai selama 18 tahun lamanya bernama Kevin.
Wah ini luar biasa banget sih, nggak habis pikir saya dengan kesetiaan Sabda kepada Kevin hingga 18 tahun!!
Jujur ya, interaksi Sabda-Kevin yang paling membuat saya ketar-ketir untuk membaca buku ini. Tapi serius, demi Soren dan Ariendt tidak ada adegan yang membuat saya mual sama sekali! Bahkan saya merasa biasa-biasa saja melihat "skinship" antara mereka berdua. Mungkin karena saya memang tidak membayangkannya? Atau Mungkin juga karena interaksi mereka masih wajar? Entahlah.
Dibanding 2 buku sebelumnya yang saya baca, memang bisa dikatakan bahwa buku ini yang paling "berani". Namun dengan penjelasan yang pas serta detail yang tidak berlebihan membuat buku ini masih bisa nampak biasa-biasa saja (bukan novel yang aneh-aneh gitu maksudnya kaya di wattpad).
Untuk masalah seksualitas Sabda saya tidak terlalu perduli. Entah Sabda itu homoseksual kek, biseksual kek, saya memang tidak berniat menebak-nebak. Toh endingnya sudah cukup menjawab bahwa Sabda suka perempuan.
Em.. untuk sikembar Soren dan Arendt, aduhh aku ingin lebih banyak cerita tentang mereka!! Mereka cute bangett. Apalagi waktu cerita masa-masa bayi. Berasa saya ikut mengasuh padahal menikah aja belum wkwkw. Terima kasih untuk tambahan partnya yang menceritakan mereka mulai tumbuh menjadi anak-anak yang suka berantem wkwk.
Lalu terakhir, untuk pasangan Sabda-Tari. Mereka juga sweet banget sih terutama Sabda! Walaupun mereka nggak nikah, dan Tari juga nggak pengin Sabda ngurusin kehamilannya tapi tetap aja interaksinya membuat saya baper. Aduh, nemu dimana laki-laki macam Sabda T.T
Pertama kali baca judul nya aku udah punya gambaran sendiri tentang cerita ini. Kayak pasti isi nya MBA dengan alur dan ending yg mudah di tebak :)
Tapi ternyata salah, buku ini punya ide cerita yg keren. Dia mengangkat beberapa isu di masyarakat, pandangan orang tentang "wanita yg pulang malam itu nakal", pandangan tentang "pernikahan" Bahkan juga tentang "gay". Oiya ada juga soal trauma gitu.
Jujur kaget sih di luar dugaan buanget, konfliknya sangat tidak terduga. Apalagi tokoh tokohnya. Gimana si mentari bisa punya anak, gimana dia handle semua rasa takut nya karna kematian, gimana cara pandang dia tentang menjalani kehidupan, intinya mentari punya cara pandang sendiri. Terus sabda, gimana dia punya trauma dan handle semua itu.
Tapi gatau kenapa aku kayak agak bosen baca cerita ini, gak se excited buku kak pradnya yg lain. Two faced misalnya. Entah mungkin karna isue yg diangkat terlalu berat buat aku sepertinya.
But overall, semuanya tetap bagus. Happy ending, dan yg pasti alur dan bahasa khas nya kak pradnya sekali :)
Ps. Aku hanya menulis apa yg aku rasakan saat membaca, kalau teman teman punya pendapat sendiri its okay. Selera orang beda beda :) Happy reading
Kayaknya aku paham maksud karakter cowoknya beda dengan karakter penulis yang biasanya, deh, hahah. Emang beda, beda banget, tapi sama2 bucin kalo udah jatuh cinta.
Well, as always, tulisannya enak dibaca, suka sama ide dan tema ceritanya. Alurnya juga luwes, sih. Cuma kelakuan hero-nya rada bikin emosi, yak 😅 Mentari ini tipe dominan memang. Dia bisa bikin Sabda merasa harus menuruti keinginannya. Harus iya. Pede juga pesonanya nggak pernah bikin orang nolak permintaan dia.
Pas progres, aku pernah ngomel2 ke Robby karena jahat, tapi Mentari ternyata lebih jahat. Robby malah sabar banget bisa nahan buat nggak maksa buat nikahin Mentari. Atau setidaknya ngakuin anak Mentari jadi anaknya gitu. Bisa aja, kan, kalau dia mau egois?
Sayang banget nggak bisa kasih full stars karena masih jengkel di bagian parkiran itu. Kayak ... woi! Aduh, kukira udah tobat di akhir, tapi kok begitu banget, sih, Mbak Tari 😢 dahlah.
Oh iya, trigger warning-nya, ini novel dewasa, pastikan cukup umur dulu sebelum baca. Terus ada unsur LGBT juga. Overall puas, puas2 kesel (kayaknya tulisan penulis selalu kasih kesan yang sama, ya, wkwkwk).
Pernah ga sih kalian pengen hidup sendiri, mandiri tapi gamau mengalami kematian di saat sendirian? Ya Mentari Amalia Jusuf si primadona Get Books yang bikin banyak cowok mau melakukan apa aja demi bisa kencan sama dia bahkan bosnya sekalipun
Tapi dari begitu banyak laki-laki, Mentari malah memilih Sabda yang terlihat tidak tertarik dengan dirinya dan gay. Mentari sampai memohon untuk Sabda menghamili dia agar bisa memiliki anak sendiri dan tidak hidup sendirian. Mentari benci komitmen dengan laki-laki, maka dari Mentari memilih dengan Sabda.
Asli sejujurnya hidup Mentari tuh dibikin ruwet dengan dia gamau komitmen bahkan dia ga peduli orang lain akan berfikir apa tentang dia yang kalo memang berhasil hamil.
Baby Without Daddy adalah karya Pradnya Paramitha yang aku baca pertama kali dan jatuh cinta banget sama karakter Sabda sampe cerita ini tuh aku ulang berkali kali dan ditungguin banget bukunya. Sabda si penyabar dan yang gak bisa nolak ketika Mentari minta tolong hal yang menurut dia absurd dan mungkin menyeramkan tapi tetap dia lakuin, bahkan setelah banyak hal dia lalui bersama Mentari, akhirnya Sabda mengetahui orientasi seksual dia sebenarnya.
Sebenernya pengen sekuel atau bonus cerita si kembar udah gede tapi ya gak papa, aku tetep suka ceritanya !
This entire review has been hidden because of spoilers.
Sebenarnya sudah baca novel ini dari pertama sejak di wattpad, penulis pindah ke storial, sampai jadi buku. Herannya kenapa nagih aja ya ngulang baca lagi untuk yg ketiga kalinya?
Mungkin karena disini ada Mentari, wanita diakhir 30-an yg sudah terlalu nyaman, mapan, dan mandiri namun disisi lain takut dengan kesendirian. Atau mungkin karena karakter Sabda yang layaknya MacDreamy. Karir maapan. Akhlak tak tercela. Tapi punya luka dimasa lalu.
Atau mungkin karena novel ini tidak membual keglamoran metropolitan seperti metropop novel pada umumnya. Hanya sekedar ketakutan dan kenekatan wanita biasa yang ingin menjadi ibu. Untungnya, Mentari bertemu pria baik sih ya. Beda genre kalau ketemunya laki brengsek, jadinya pasti tragedi lol
Well written story ini pada dasarnya enjoyable. Hanya satu yang mengganjal sejak dulu di pertengahan, bukannya penjualan tiket pesawat dibandara itu sudah ga ada? Saya berharap setelah dibukukan bakal ada perombakan bagian ini. Sayangnya nihil.
Regardless, I believe I will read again this book some day
Cerita pertama karya Pradnya Paramitha yang kubaca. Ini salah satu cerita di wattpad yang sangat sering kubaca ulang. Berlanjut membaca novelnya yang kini telah dibukukan. Setiap membaca ulang, selalu menantikan dan excited di bagian interaksi bayi dengan Papanya. Love this so much.
Kuharap tema yang diangkat dicerita ini menjadi pelajaran bagi semua orang. Perbedaan untuk dihargai bukan untuk dicela. Karena siapa kita yang menjudge. Tugas kita hanya mendoakan dan menasehati dengan baik agar mereka menyadari kekeliruannya.
Ini kali pertama saya membaca novel kategori romance tetapi justru jatuh hati dengan second lead yang bukan sebagai karakter atau tokoh utamanya. Menurut saya, kehadiran karakter Robby di novel ini memiliki porsi yang sangat pas —dan saya justru berharap Mentari akan berakhir dengan dia.
Membicarakan mengenai orientasi seksual, Pradnya Paramitha sebagai penulis berhasil menuliskan hal-hal tabu yang ada di masyarakat dalam novelnya tersebut. Bahkan, beberapa kalimatnya mampu membukakan perspektif baru bagi siapapun yang membacanya.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Ini cerita sweet banget, si Sabda sweet-nya overdosis ampe gak kuat bacanya (in a good way of course), konflik dibangun dan diselesaikan dengan apik..diksi-nya perfek..background trauma stori-nya deep..overall oke..cuma yang mengganggu saya adalah hubungan romansa Sabda dan Mentari mulai berkembang di area perselingkuhan..mau diending-nya ada semacam justifikasi kalau si Kevin juga ternyata ngaku suka selingkuh tetap buat saya rada gak sreg aja memulai suatu hubungan dengan perselingkuhan..itu aja sih yang bikin saya terganggu.
This entire review has been hidden because of spoilers.
gue dibuat gak berhenti senyum baca ini dari awal sampe akhir. bahkan gue cuma butuh waktu 4 jam buat nyelesaiin novel ini saking seru dan nagihnya bikin gue semangat buat baca sampe akhir. gue suka banget sama alurnya yg gak bertele-tele dan love hate relationship antara mentari-sabda. ceritanya juga gak pasaran dan konflik yg diambil gak terlalu drama. sabda-mentari bener-bener perpaduan yang pas and i like it!
Sebenarnya udah baca novel ini udah lama dari masih ada di wattpad dan sekarang udh punya bukunya, and i love it so much.
Romancenya ngak klise not your typical cheesy romance, main couple kita a.k.a Mentari dan Sabda sangat kuat karakternya, chemistry mereka another level, dan terutama byk sekali pelajaran hidup yg bisa dipetik dari novel ini. Salah satu novel yg ngak akan bosen kubaca saking bagusnya, my comfort one, perfect 5/5 star
Ceritain tentang Mentari yang punya trauma soal pernikahan tapi kesepian jadinya mau punya anak tanpa suami.
Cerita yang menarik tapi agak aneh sih. Heran sama karakter Mentari yang keras kepala banget. Lama banget bisa berubah pikirannya. Kaya bikin lama2in ceritanya wkwk. Geregetan banget asliiii! Terus suka banget sama keromantisan Sabda. Nangis terharu pas doi ngelamar si Tari. Yaaaa lumayan laaa cuma kaya geregetan sama keras kepalanya Tari
Buku ini tuh ngingetin aku sama si 'mantan' cuma perkara debat masalah isu yang di angkat di cerita ini.
Tapii ini karya penulis yang paling berani sih. Bisa aja membawa alur cerita sampai segininya.
Dan Daddy Sabda duhhh kan aku gatau mau mendeskripsikan dia seperti apa. Tapi untuk Mentari kadang ketakutan seperti itu sesekali pernah hinggap di benakku.
Suka sama novel ini. Tokohnya ga menye-menye.. plotnya ngalir... Meskipun temanya masih 'jualan mimpi' tapi alur ceritanya bikin yang baca lebih mikir untuk tidak mudah men-judge pilihan hidup orang lain.
Ehe, ini juga bagus sih, walaupun saya penasaran juga selama ini Sabda sama Kevin kalau pacaran ngapain aja 🤣 . . Saya ga mau mikir ruwet tentang bagaimana preferensi seksual-nya Si Sabda, pokoknya saya enjoy baca buku ini , udah gitu aja. . . Seleraaa 🙏❤️