Sengkarut adalah sekumpulan cerita pendek karya penulis-penulis besar Jepang pada masanya, mulai dari cerita yang membuai hingga mencekam.
"Malaikat Permen Cokelat" karya Ogawa Mimei mengajakmu ke dalam perjalanan manis dan pahit sesosok malaikat di bungkus permen cokelat.
"Suara Misterius" karya Natsume Souseki memperkenalkanmu kepada seorang laki-laki yang mendengar suara aneh kala dirawat di rumah sakit.
"Kursi Manusia" dan "Rumput Racun" karya Edogawa Danpo akan membawamu ke dunia yang menyesatkan.
Kaji Motojiro, sang cerpenis puitis, mungkin akan membujukmu menaruh "Lemon" di tumpukan buku, juga menggali tragedi di bawah keindahan pohon sakura lewat "Di Bawah Pohon Sakura".
Pernahkah kamu memerhatikan penerjemah naskah buku yang kamu baca?
Di akhir 2020 yang ternyata di luar prediksi--ya, pandemi--Penerbit Mai meluncurkan satu kumpulan cerpen yang diberi judul "Sengkarut." Ada perasaan familiar ketika berhasil menyelesaikan 6 cerita pendek. Aku juga paham mengapa diberi judul seperti itu. Ada perasaan "tidak menyenangkan" (uneasy feeling) ketika aku menutup buku yang sampulnya didesain secara indah oleh Sukutangan.
Enam cerita pendek itu menawarkan "sengkarut" yang berbeda. Ada yang membuatku bingung, ada yang membuatku merasa aneh, ada yang membuatku bergidik sejenak. Tetapi keenamnya (secara ajaib berkat penataan cerita yang baik) tidak membuatku mual atas sengkarutnya itu.
Berkat Sengkarut pula, aku jadi mengenal penulis Jepang klasik selain Edogawa Ranpo dan Natsume Soseki. Mereka adalah Kajii Motojiro dan Ogawa Mimei. Dua nama yang asing bagiku namun aku jadi berkenalan dengan mereka lewat tulisannya. Malah tulisan Motojiro, Lemon, menjadi salah satu cerpen favoritku dari Sengkarut.
Yang juga membuatku kagum dengan Sengkarut adalah bagaimana Penerbit Mai memperkenalkan para penerjemahnya. Ada tiga penerjemah yang namanya ditulis dalam lembar judul pemisah antar cerita. Lalu di halaman terakhir buku, diberi profil singkat agar pembaca juga ikut berkenalan dengan mereka. Menurutku, ini adalah suatu bentuk keterlibatan yang baik. Yang mana sudah sewajarnya pembaca mengenal (siapa dan latar belakang) penerjemahnya. Pembaca menjadi terpapar bahwa di balik keberadaan sebuah buku ada peran penerjemah. Siapa tahu, interaksi antara pembaca dengan penerjemah bisa menciptakan ekosistem yg baik untuk dunia literasi, kan? Menyenangkan rasanya apabila pembaca bisa memberikan apreasiasi dan masukan yang positif sehingga posisi sebagai penerjemah naskah buku benar-benar dilihat sebagai pekerjaan yang potensial untuk ditekuni. Penerjemah bukan hanya sekadar sosok di balik layar, melainkan sebagai pemegang kunci penting agar suatu tulisan bisa nyaman dibaca tanpa menghilangkan "rasa" dari penulisnya.
Ohya, ngomong-ngomong tentang urutan cerita dalam Sengkarut, aku takjub dengan penutupnya: Kursi Manusia (Edogawa Ranpo). Kok bisa ya diterjemahkan dengan begitu baik dan membuat aku bergidik?
Ini buku bagus! Begitu yang kubilang sesaat setelah menutup halaman terakhir buku ini.
"Sengkarut" adalah sebuah kumpulan cerita pendek yang dikurasi langsung oleh penerbit penerjemahnya. Cerpen-cerpen di dalamnya merupakan karya klasik karangan penulis lawas Jepang yang terkenal.
Salah satu cerpen yang konon populer yaitu "Lemon" (cerpen nomor 2) karya Kajii Motojiro. Selain "Lemon", ada satu cerpen lain karya Motojiro, "Di Bawah Pohon Sakura" (cerpen nomor 4), yang bercerita tentang mayat, petaka, dan hal-hal ganjil. Motojiro membawakan cerita dengan penuh metafora dan diksi yang puitis sehingga pembaca harus fokus dan teliti saat membaca. Aku bahkan harus baca ulang "Lemon" karena pembacaan pertamaku tidak ada kesan sama sekali. Untungnya, aku bisa memahami makna buah lemon dalam cerita tersebut menurutku: penyimbolan kebahagiaan kecil nan sederhana.
Ada Ogawa Mimei dengan cerpen "Malaikat Permen" (cerpen nomor 1) yang rasanya serupa dengan kisah fantasi klasik Barat. Bercerita tentang perjalanan malaikat yang terpatri di gambar bungkus permen cokelat dan mencoba menikmati takdir yang membawanya. Unsur magis sedikit terasa.
"Bunyi Misterius" (cerpen nomor 5) memberikan nuansa thriller yang suam-suam kuku. Cerpen karya Natsume Soseki ini menghadirkan seorang pasien rumah sakit yang mendengar suara ganjil dari kamar rawat sebelahnya. Dibagi menjadi dua babak, pada babak terakhir pasien tersebut akhirnya mengetahui suara apa itu dan relasi dengan takdirnya sendiri.
Dua cerpen karya Edogawa Ranpo menjadi favorit dari yang lain. Ada "Rumput Racun" (cerpen nomor 3) dan "Kursi Manusia" (cerpen nomor 6) yang sama-sama memberi nuansa thriller dan suspense khas Jepang. "Rumput Racun" membuatku bertanya-tanya soal jumlah penduduk Jepang saat itu yang ternyata membutuhkan program pengendalian kelahiran. Maksud rumput racun sendiri adalah semacam tanaman herbal yang dapat mengugurkan kandungan.
Sementara itu, "Kursi Manusia" menjadi cerita terpanjang dalam antologi cerpen klasik Jepang ini. Kelebihan itu tentu saja membuat "Kursi Manusia" punya potensi pendalaman cerita yang lebih detail. Dan memang seperti itu. Rasa kaget, bergidik, dan ingin cepat selesai menguar selama membaca surat pembaca untuk seorang penulis. Plot twist-nya sungguh juara.
Secara garis besar, buku ini begitu memikat. Walaupun ada beberapa cerita yang kurang mudah dipahami, aku merasa terhibur dengan kesemuanya. Penerjemahannya pun ciamik sekali. Shout out untuk tiga penerjemah buku ini: Asri Pratiwi Wulandari, Armania Bawon Kresnamurti, dan Mega Dian P.
"Sengkarut" menambah keragaman karya terjemahan Asia yang unik dan enak dinikmati!
Sastra Jepang dengan segala keanehannya selalu berhasil membuat saya menganga dibuatnya. Mungkin ini adalah pengalaman saya menulis ulasan dari kumpulan cerita. Saya rasa agaknya kurang adil apabila memberi rating dari buku ini secata keseluruhan.
Malaikat Permen Coklat by Ogawa Mimei: 2.5/5 Saya suka dengan premisnya, bagaimana rasanya jadi bungkusan permen coklat bergambar malaikat yang melalui proses distribusi dari distrik perkotaan ke wilayah perkampungan. Namun cerita ini tidak begitu intense dan tidak berkonflik. Cerpen yang pas untuk membuka Sengkarut.
Lemon by Kajii Motojiro: 3.5/5 Cerpen ini aneh namun ditulis dengan gaya bahasa yang puitis membuat saya merasa sedikit bingung dengan perasaan saya sendiri saat membacanya. Bisa dibilang saya cukup suka dengan kumcer ini karena banyak "rain of thoughts" yang aneh dan nyeleneh. Namun obsesi aneh karakter utama di novel ini dengan benda-benda di sekitarnya cukup menarik.
Rumput Racun by Edogawa Ranpo: 4/5 Unik, seru, nyeleneh, dan menegangkan. Salah satu cerpen favorit saya di kumcer ini. Bagaimana mungkin satu spesies rumput liar di taman mempunyai kekuatan yang sangat powerful seperti itu? Buku ini juga menyelipkan kritik sosial terhadap fenomena "kelahiran anak tak bertanggung jawab" yang saat ini ramai di Internet.
Di bawah Pohon Sakura by Kajii Motojiro: "hah?" / 5 Ga paham. Mungkin menjelaskan bahwa manusia itu terbuat dari karbon sehingga jasad reniknya membuat pohon jadi subur. Entahlah.
Bunyi Misterius by Natsume Soseki: 3 / 5 Menegangkan. Dengan clue yang sedikit soseki-san mampu membangun ketegangan yang sedemikian rupa. Namun endingnya agak "yaelah" dan cukup filosofis menurutku.
Kursi Manusia by Edogawa Ranpo: EWWWWWW / 5 WOW! Cerpen ini membuat merinding. Merinding karena menakutkan dan juga menjijikan. Seperti judulnya, kursi manusia. Ada manusia di dalam kursi. Ya, setelahnya self explanatory lah ya. Walaupun menjijikan, cerpen ini termasuk yang punya impact besar dibanding dengan cerpen yang lain di kumcer ini.
Penerbit Mai menggebrak lagi dengan terbitan buku keduanya ini. Setelah sebelumnya menerjemahkan Dazai dengan Gagal Menjadi Manusia, di sini ada 6 cerpen dari 4 pengarang yang dialih bahasakan, yaitu Edogawa Ranpo, Natsume Soseki, Kajii Motojiro dan Ogawa Mimei.
Antologi ini dibuka dengan karya Ogawa Mimei yang berjudul Malaikat Permen Coklat. Ini adalah perkenalan pertamaku dengan karya pengarang ini. Di pengenalan pengarang di bagian akhir buku ini disebut bahwa ia adalah HC Andersen-nya Jepang, dan cerpen ini menggambarkan dengan sangat tepat julukan itu. Dongeng sederhana tapi realistik, persis seperti vibe hca.
Pengarang yg lebih beken dengan novel-novelnya seperti Botchan, Kokoro dan I'm a Cat, Natsume Soseki menyumbang sebuah cerpen berjudul Bunyi Misterius tentang pasien-pasien rawat inap di sebuah rumah sakit. Sama seperti saat membaca karya panjangnya, cerpen ini bikin aku mikir dulu, ini maunya apa... gak yakin sebenarnya ini cerita komedi atau serius, atau kedua-duanya.
Kajii Motohiro juga baru kukenal di sini. Ada dua cerpennya, Lemon dan Di Bawah Pohon Sakura. Secara umum, bukan teh-ku. Cukup suka sih dengan keisengannya di Lemon, karena ini bikin suasana lebih segar dari keseluruhan kedua cerita yang rada suram.
Nah, kalau Edogawa Ranpo, bisa dibilang beliau adalah salah satu penulis misteri yang kusuka. Antologinya Japanese Tales of Mystery and Imagination adalah salah satu buku paling favku https://www.goodreads.com/review/show.... Kursi Manusia yang heboh dan disturbing itu sdh pernah kubaca di sana, sedangkan Rumput Racun punya ending yang mempertanyakan moral yang jadi ciri khas Ranpo. Syuukaaa.
Catatan lain untuk buku ini adalah terjemahannya baguss. Mengalir, lancar, enak untuk dibaca, kudosss buat ketiga penerjemah dan para editor. Editing dan layout rapi. Ilustrasi sampulnya... duuuh cantik!!! Beteweh, judul Sengkarut-nya diambil dari mana ya, pas banget dengan isinya.
lima bintang yg saya kasih adalah untuk cerpen terakhir nya. Edogawa Ranpo wow, amazing.
ada 3 cerita yg menarik buat saya, dua dari Edogawa, yg lain biasa aja. tapi cerita Edogawa yg pertama pernah saya baca di salah satu platform penulisan macam dijadikan creepy pasta, saya lupa ada credit nya atau engga.
Mohon maaf ini yang nulis Kursi Manusia kok bisa kepikiran?? Ceritanya bikin aku parno sendiri 😭
Malaikat permen cokelat 3/5 ⭐ Tentang perjalanan malaikat di bungkus permen cokelat. Bagian endingnya agak sedih
Lemon 3.5/5 ⭐ Nggak terlalu paham sama inti ceritanya... Tapi aku rasa lemon di sini semacak hal kecil yg bikin tokoh bahagia. Jadi relate ke sana.
Rumput Racun 4/5 ⭐ Ngeri-ngeri gimana gitu. Emang pengetahuan tuh bisa disalahgunakan ya.
Di bawah pohon sakura 3.5/5 ⭐ Jadi kepikiran di bawah pohon sakura 😭
Bunyi misterius 4/5 ⭐ Relate banget sama bunyi misterius menganggu karena ada cecak di kamar dan ga keluar-keluar dan selalu bersuara jadi tidurku ga nyenyak 😔
Cerita-cerita di sini bagus, dikurasi dengan baik, diterjemahkan dengan apik. Tapi entahlah, aku merasa kurang karena pendek-pendek sekali. Yang paling kusuka di antara penulis-penulis piawai Jepang ini adalah Edogawa Ranpo, terlebih untuk cerita terakhir.
Malaikat Permen Cokelat by Ogawa Mimei — 3.5 Lemon by Kajii Motojiro — 3 Rumput Racun by Edogawa Ranpo — 4 Di Bawah Pohon Sakura by Kajii Motojiro — 3.25 Suara Misterius by Natsume Soseki — 3.5 Kursi Manusia by Edogawa Ranpo — 4.5
Berisi 6 cerita pendek dari 4 penulis ternama Jepang. Favoritku tentu saja dua cerita yang ditulis oleh Edogawa Ranpo, ngeri sekaligus melegakan. Buku ini diterjemahkan oleh 3 orang dan bisa dibaca di akhir buku tentang siapa saja mereka. Terimakasih untuk terjemahannya yang bagus kepada para penerjemah.
"Sengkarut" bisa dibilang buku ini adalah cara yang pas untuk berkenalan dengan 4 pengarang Jepang yang jujur belum pernah saya baca karyanya sebelumnya, beberapa nama masih terasa asing bagi saya kecuali Natsume Soseki, yang meski saya sudah sering dengar nama beliau dan punya juga bukunya di rak, tapi belum tersentuh sampai sekarang :D.
Membaca enam cerita pendek di buku ini sukses membuat saya 'kepo' dengan buku-buku lain yang ditulis oleh empat penulis jepang ini, misalnya Malaikat Permen Coklat karya Ogawa Mimei, entah mengapa saya suka dengan kisah yang dipilih dan gaya berceritanya, dan ketika membaca penjelasan singkat tentang masing-masing penulis, ternyata Ogawa Mimei sering menulis cerita anak-anak, mungkin itu yang membuat saya merasa 'klik' dengan cerita si Malaikat Permen Coklat ini.
Saya juga terpikat dengan karyanya Edogawa Ranpo Kursi Manusia yang membuat saya sempat merasa merinding membacanya, cerpen yang lainnya pun tidak kalah menarik, salut deh dengan penerbit MAI yang sudah menghadirkan buku ini ke tangan pembaca, dengan pilihan cerpennya dan terjemahannya yang mengalir dan enak buat dibaca <3
Sengkarut, or maybe we can call it a "mess". This book consists of six short stories from six Japanese authors. Although this book contains six stories, not all of them surprised me.
The only one who succeeded in making me scared was the last story, "Kursi Manusia."
It is about a man who lived inside a sofa. You're not wrong. He lived inside a sofa. Can you imagine if you ever sat down on a sofa but didn't realize that you were sitting on top of someone's body? You put your (sorry) butt on the lap of someone you don't even know. Can you imagine that?
Read this book if you need a light horror read in one sitting.
Terdiri atas 6 cerita pendek : Malaikat Permen Cokelat, Lemon, Rumput Racun, Di Bawah Pohon Sakura, Bunyi Misterius, dan Kursi Manusia. Buku ini cukup tipis. Bisa dihabiskan sekali duduk karena totalnya hanya ada 93 halaman. Meski tipis, kesan yang ditinggalkan cukup dalam. Sepertinya aku akan terus kepikiran untuk waktu yang cukup lama🙈
Kesukaanku cerpen yang berjudul Kursi Manusia. Perasaan pas baca itu mendebarkan sekali!! Sekaligus penasaran endingnya akan seperti apa. Terus ternyata di endingnya ada plot twist lagi. Bukan cuman 1, tapi 2!!👌🙂
Cerpen Malaikat Permen Cokelat, Rumput Racun, dan Bunyi Misterius juga cukup berkesan!! Aku suka gaya penulisannya yang super ngalirrr. Padahal ini terjemahan tapi sama sekali gak kesulitan loh bacanya 😁
Untuk cerpen berjudul Lemon dan Di Bawah Pohon Sakura aku tidak menemukan 'inti' dari ceritanya. Kurang nangkap maknanya🥺. Mungkin terkendala sama terjemahannya juga yang lumayan bikin tersendat-sendat pas baca karena gak se-ngalir 2 cerpen yang udah kusebutin tadi.
Malaikat Permen Cokelat, membawa cerita hangat tentang bungkus permen cokelat bergambar malaikat. Membaca cerita ini, saya jadi inget MV Coffee and TV dari Blur. Lemon dan Di Bawah Pohon Sakura, mengisahkan tentang perasaan ganjil yang dimiliki oleh seseorang. Perasaan seperti yang dikisahkan di dua cerpen ini sangat mungkin ada yang merasakannya juga. Bunyi Misterius tentang perasaan orang kala sendirian dan menganggap orang lain lebih beruntung daripada kita. Rumput Racun ide ceritanya tidak biasa. Kursi Manusia adalah puncak dari 6 cerita ini. Ide ceritanya bikin merinding, membayangkannya saja menyeramkan. Manusia terkadang lebih menyeramkan dari makhluk tak kasat mata.
sebagai coverlust, buku ini juara banget dah desain covernyaaa. Udh gitu cerita cerita pendek di dalamnya "aneh", dark, tapi diterjemahkan dengan apiik. Moga makin banyak kumcer bagus kaya ginii ya biar bisa dibaca putus putus X)
Enam cerita pendek yang ditulis oleh empat penulis dari Jepang.
Kumpulan cerita ini sangat tipis. Bisa dibaca sekali duduk. Satu hal yang saya sukai ketika membaca literatur dari Jepang adalah simbolisasi di dalam ceritanya. Cerpen yang saya suka adalah Malaikat Permen Coklat dan Rumput Racun.
Dari enam cerpen, yang menempel di benakku hanya Rumput Racun dan Kursi Manusia karya Edogawa Ranpo. Mungkin karena lebih panjang ketimbang yang lain. :D
Sekarang, duduk di kursi tebal atau sofa tebal terasa tak sama lagi. >.<
"Entah mengapa saat itu aku amat terpikat pada hal kumuh nan indah."
Kumcer ini, seperti judulnya, isinya cerpen-cerpen dari beberapa mahapenulis yang menggugah perasaan penuh sengkarut. Cemas tidak keruan, rasa takut yang tidak mudah dijelaskan, dan pelepasan yang aneh-aneh.
Dibuka dengan Malaikat Permen Coklat oleh Ogawa Mimei. Ini adalah cerita antropomorfik layaknya dongeng, yang terasa agak sadis juga sebenarnya. Kesan perjalanan dari kota ke pinggiran balik lagi ke kota yang kental, dengan latar era Taisho yang langsung terbayang.
Dari Kajii Motojiro, ada dua cerita, Lemon dan Di Bawah Pohon Sakura. Cerita yang kedua tidak terlalu berbekas, tapi saya terkesan dengan Lemon. Penat dan gundah eksistensial itu absurd, dan kadang pelampiasannya juga harus sama absurdnya.
Sayangnya saya tidak terlalu klik dengan cerita Natsume Souseki di sini, Bunyi Misterius. Rasanya agak bertele-tele dan saya sulit untuk memahami kenapa bunyi-bunyi aneh di bangsal sebelahnya begitu menyita perhatian si tokoh utama. Agak kecewa sih karena saya baru baca satu karyanya, Kokoro, dan saya sangat suka buku itu.
Bintang dari buku ini bagi saya adalah dua cerita pendek Edogawa Ranpo, Rumput Racun dan Kursi Manusia. Di Rumput Racun, di mana kengerian dan kecemasan berasal dari kecelakaan curi dengar sepertinya bukan cerita yang umum saya temui. Seru dan seram, ide bahwa sedikit saja salah ucap, yang jatuh ke kuping yang (mungkin) salah, dan menjadi benih dari segala macam hal dan konsekuensinya. Kursi Manusia mungkin adalah salah satu cerpen horror paling mencekam yang pernah saya baca. Bersama dengan Yoshiko, setiap kalimat dari surat sang pengrajin kursi perlahan menumpuk dan tumbuh menjadi ketakutan yang konkrit: “Jadi dia ada di…?” Cerita yang tidak hanya bertumpu pada premis yang grotesque dan menegangkan, tapi disampaikan dengan pacing yang sempurna.
Mengakhiri ulasan singkat ini: terima kasih Penerbit Mai sudah membawa cerita-cerita ini ke Bahasa Indonesia. Terjemahan kalian bagus sekali!
Catatan lainnya Awalnya saya tertarik membaca buku ini karena: 1. Judulnya. 乱 (Ran), kayak film adaptasi King Lear oleh Akira Kurosawa, yang juga salah satu film favorit saya. Ternyata terjemahannya adalah ‘sengkarut’, toh (oooh). Buat saya ini dua kata yang secara terberi keren saja, baik 乱 maupun sengkarut.
2. Seperti yang tertulis di jaket buku: nama-nama besar. Natsume Souseki dan Edogawa Ranpo bagi orang yang wibu sedikit saja pasti sudah pernah dengar.
3. Cerita dari Edogawa Ranpo, Kursi Manusia (Ningen Isu), digunakan sebagai nama band metal/prog rock paruh baya yang satu personilnya mirip Uncle Fester dari The Addams Family dan dua lainnya seperti NPC dari serial gim Yakuza.
Dari enam cerita pendek, hanya satu yang sudah pernah kubaca sebelumnya, yaitu Kursi Manusia - Edogawa Ranpo, sisanya adalah kisah baru. Cerita favoritku adalah Lemon dan Rumput Racun.
Lemon - Kajii Motojiro adalah salah satu cerpen yang menarik perhatianku karena berkaitan dengan manga/anime favoritku, dalam manga tersebut Kaji Motojiro mempunyai kemampuan membuat bom berdaya ledak sangat tinggi yang berbentuk lemon. Tentu saja aku jadi penasaran kenapa bom lemon yang dijadikan sebagai ability-nya, dan jawabannya aku dapatkan di dalam cerpen ini. Lemon yang ia beli menyerap segala kegundahan, kekesalan dan kebencian yang ada dalam hatinya kemudian lemon tersebut ditinggalkannya dalam sebuah toko buku setelah menumpuk-numpuk buku menjadi kastil dan menempatkan lemon tersebut di puncak kastil itu.
"Perasaan aneh dan menggelitik itu membuatku tersenyum-senyum sepanjang jalan. Aku penjahat misterius yang menempatkan peledak mengerikan berkilau keemasan di rak Maruzen. Betapa lucu jika terjadi ledakan besar sepuluh menit kemudian, dengan rak buku seni Maruzen sebagai pusatnya." - hlm 27
Rumput Racun adalah kisah yang paling membuat hati menjadi tidak menentu. Pada suatu hari yang cerah, Aku yang sedang berjalan-jalan dengan sahabatnya ke sebuah padang rumput melihat sebuah tanaman dan memberi tau sahabatnya tentang kegunaan tanaman tersebut. Itu adalah tanaman yang sangat manjur digunakan untuk aborsi. Dengan menggebu-gebu si tokoh Aku memamerkan pengetahuan istimewa itu kepada sahabatnya. Ia menjelaskan secara terperinci cara meramu tanaman itu menjadi obat aborsi yang mujarab. Tentu saja hal itu dimaksudkan untuk pamer ilmu pengetahuan saja, namun cerita menjadi lain ketika hal itu diketahui orang lain. Pembicaraan mereka didengar oleh istri tukang pos yang tengah mengandung anak ketujuh (?) mereka, memang lingkungan tempat tinggalnya dikelilingi oleh keluarga-keluarga yang memiliki terlalu banyak anak.
Tak lama setelah kejadian itu, istri tukang pos yang seharusnya akan segera melahirkan secara tiba-tiba perutnya menjadi datar kembali seolah-olah tidak pernah hamil sebelumnya, disusul oleh ibu-ibu hamil yang ada di lingkungan tersebut secara mendadak perutnya mengempes.
Bisakah aku hidup tenang setelah mengetahui keguguran massal itu adalah akibat dari perbincangannya tempo hari?
This entire review has been hidden because of spoilers.
Karena aku bacanya sambil dengerin audiobook Jepangnya, maka secara terjemahan, terjemahannya bagus. Covernya juga bagus, dapet bonus pin dan pembatas buku kecil pas beli. Dari terjemahan pokoknya engga ada masalah.
Buat yang mau coba-coba kenalan dengan karya sastra Jepang, ini cocok buat dibaca. Buat pembelajar sastra Jepang, ini bisa jadi referensi sastrawan Jepang dan gaya penulisannya, karena secara terjemahan bagus.
Masuk ke cerita, dari 6 cerita, yang paling berkesan (walau aku penggemar Natsume Soseki), bukan karya Soseki di sini. Urutan cerita yang berkesan: 1. Ame Choko no Tenshin (Malaikat Permen Coklat) karya Ogawa Mimei. Mahasiswaku (aku ngajar sastra anak Jepang) waktu itu baru presentasi karya Mimei, dan jujur aku sendiri belum pernah baca karya Mimei. Tapi ini adalah cerita anak-anak karya sastrawan anak Jepang. Secara cerita itu lembut, penuh kehalusan, dibacanya enak. Diceritakan dari sudut pandang malakat yang jadi gambar di bungkus permen. 2. Sakura no Ki no Shita ni wa (Di bawah Pohon Sakura) karya Kajii Motojiro Jujur aneh sekali baca karya Kajii Motojiro. Pertama, aku baru denger nama sastrawan Jepang ini (sepertinya belajarku masih kurang banyak). Dan membaca karyanya itu sangat puitis. Beda sekali dengan karya-karya yang lain. Cerita yang diangkat pun dari hal-hal simple kek misal cerita kalau bunga sakura itu bisa cantik banget karena di bawahnya ada mayat manusia. hahahah 3. Last, yang berkesan buatku, Hen na Oto (Suara Misterius) karya Natsume Soseki. Pokoknya karya Soseki itu buatku selalu bisa membawa ke dunia cerita yang berbeda. Soseki bukan tipe yang menulis ceruta misteri, tetapi cerita gaya romatisme atau naturalisme. Tapi di cerita ini disuguhi penceritaan yang berbeda. Soseki seakan membuat pembacanya jadi detektif sementara waktu.
Lalu sebagai ending yang bikin aku merasa kesal dengan ceritanya adalah Ningen Isu (Kursi Manusia) karya Edogawa Ranpo Edogawa Ranpo dijepang dikenal sebagai penulis novel misteri. Aku baca karyanya berpikir bakal nemuin kisah pembunuhan atau detektif2 gtu. ternyata enggak. Cerita "Kursi Manusia" bikin ngeri bacanya karena (yah baca sendiri ajalah hahaha) dan endingnya bisa dibilang enggak ngegantung sih, tapi di luar ekspektasiku saat ngebaca. Jadi rasa ngeri dan jijik selama ngebaca itu kek semacam percuma dan ilang pas baca endingnya.
Banyak yang bilang, sehabis membaca kumcer satu ini, banyak perasaan dibikin teraduk-aduk, mulai dari bingung, nelangsa, hingga bergidik ngeri. Ya, itulah yang kurasakan tadi pagi. Sengkarut berisi 6 cerpen karya berbagai penulis Jepang, mulai dari Ogawa Mimei, Natsume Soseki, Edogawa Ranpo, juga Kajii Motojiro. Semua nama ini terdengar asing bagiku, tapi justru bersyukur bisa membaca karya-karya penulis besar pada masanya.
"Kursi Manusia" -yang adalah penutup kumcer ini- menjadi favoritku. Gak kebayang Edogawa Ranpo bisa dapet ide cerita dari mana, tapi yang pasti ia mampu membikin aku terhanyut dalam kalimat demi kalimat yang mengalir begitu enaknya (literally a page turner!), sampai-sampai gak nyangka kalau ada plot twist yang bikin kaget sampai nyeletuk "HAH!" (ada di halaman 92). Kursi Manusia ngingetin aku sama film Nocturnal Animal (2016) besutan sutradara Tom Ford. Ada yang udah nonton?
Judul lain yang mengusik pikiranku ialah "Lemon" karya Kajii Motojiro. Beberapa pembaca membahas karya satu ini, bahkan @hzboy1906 menjadikannya sebagai favorit. Bagiku, ini cerita yang paling gak aku pahami, meski udah dibaca berulang kali. Saking penasarannya, aku sampai download skripsi salah satu mahasiswa Undip yang ngebahas soal cerpen ini dari segi semiotika 😂😂. Aku pun mulai mengerti dan ternyata maknanya sedalam itu. Plus, pas tahu penulisnya ternyata meninggal di usia muda karena tuberkulosis, semakin bikin aku merasa ceritanya sangat real. Dan ya, Lemon ternyata se-influential itu di Jepang, lho.
Hal menarik lainnya dari buku ini adalah (tentu selain sampul karya @sukutangan yang kece abis) @penerbitmai menggandeng 3 penerjemah muda, yakni Asri Pratiwi Wulandari, Armania Bawon Kresnamurti, dan Mega Dian P. yang membantu para pembaca Indonesia untuk menikmati karya-karya klasik dari Negeri Matahari Terbit Ini. Semoga akan ada lebih banyak penerjemah yang turut meramaikan dunia literasi kita!
Aku berharap setiap cerita diberi ilustrasi hitam putih. Sepertinya akan lebih memudahkan pembaca yang kesulitan mencerna alur ceritanya, untuk lebih mudah memahami betapa "sengkarut" buku ini.
Sejak menggandrungi novel, saya hampir tidak pernah membaca cerpen yg dulu semasa sekolah merupakan bacaan sehari-hari saking seringnya baca majalah.. 😁
#Sengkarut adl kumcer pertama tahun ini yg kuhabiskan setelah sekian lama tdk baca cerpen dan meninggalkan kesan mendalam dr semua cerita di dalamnya. 6 cerpen lebih tepatnya, dari 4 penulis tersohor Jepang dan dikurasi oleh @penerbitmai Kesemuanya unik dan lumayan absurd. Bahkan ada juga yg ngeri ngeri gimana gitu seperti Rumput Racun dan Kursi Manusia
Rumput Racun adl cerpen paling berkesan, versiku. Bercerita ttg seorang remaja yg menjelaskan khasiat tanaman di bawah bukit pd temannya yg tanpa sengaja dicuri dengar oleh tetangganya yg memiliki masalah keluarga. Rumput racun tsb menjadi solusi baginya. Juga ternyata solusi tetangga² lainnya. Memang solutif tapi ngeri juga seadainya akulah remaja yg mengatakan pernyataan itu.. kepikiran seumur hidup pastinya.. 😅✌️
Dan dr penulis yg sama Rumput Racun, Edogawa Ranpo, cerpen Kursi Manusia tak ngalah ngerinya. Selesai baca surat si manusia kursi aku jd waswas untuk duduk kalau entah di mana nanti lihat kursi berukuran besar.. 😅😅 mending berdiri saja kali yak.. 🤣🤣🤞
Cerpen lainnya 'Lemon' karya Kaiji Motojiro jg menarik.. imajinasinya sungguh liar ketika dia meninggalkan perpustakaan.. 😅🍋
'Malaikat Permen Cokelat' oleh Ogawa Mimei. Ttg Malaikat dr bungkus permen cokelat bergambar malaikat lucu yg memiliki perjalanan 'hidup' selama berada di dunia sebelum kembali ke langit biru. Pengalaman kehidupan yg menyentuh dan dekat dg kehidupan sehari-hari yg kdg luput dr pengamatan
Sementara 'Bunyi Misterius' oleh Natsumi Soseki dan 'Di Bawah Pohon Sakura' oleh Kaiji Motojiro memang misterius
Rate 4⭐ suka dengan terjemahnnya yg luwes dan enak dibaca. Terima kasih Andry @konstantin999 & @penerbitmai sdh mengirimkan Sengkarut dg cover yg cantik.. 🥰💛
Dibaca dalam rangka #JanuaryInJapan & #BacaSengkarutBareng
🚚⏳🍋👓🏚🍫 🎎🍃🚪🐞📼📑🛋
#Sengkarut adalah kumpulan cerpen dari pengarang2 terpilih asal Jepang, yaitu Ogawa Mimei, Kajii Motojiro, Natsume Soseki, dan Edogawa Ranpo. Buku setebal 96 halaman ini memuat 6 judul cerpen.
Cerpen2 tersebut mengambil ide dari berbagai macam benda di kehidupan sehari2 yang diolah dengan gaya khas tiap penulis. Ada yang bercerita tentang malaikat di bungkus permen, perasaan berat yang hilang karena sesuatu yang sederhana, dan suara misterius di rumah sakit. Yang menarik, ada tiga penerjemah muda yang digandeng Mai untuk menerjemahkan keenam cerpen tersebut, hingga menambah beragam pengalaman membaca ini. Betul2 sesuai dengan judulnya!
Sengkarut bisa jadi pilihan tepat bagi yang mau mulai berkenalan dengan sastra Jepang tapi takut bahasa atau temanya terlalu berat (seperti saya). Kemungkinan besar ada cerpen yang betul2 "tipemu banget". Misalnya saja, setelah ini saya pasti tertarik dengan buku lain terbitan Ogawa Mimei yang menyejukkan hati dan karya Edogawa Ranpo yang membuat orang penasaran.
Hanya dengan 6 cerita pendek dan hanya dengan sekali duduk, efek akhir setelah membaca semua ceritanya masih sangat terasa. Setiap selesai membaca satu cerita, aku sedikit membutuhkan waktu untuk menerima apa yang kubaca. Sesuai judulnya, sengkarut. Berlilit-lilit.
Ada cerita yang membuatku terus berpikir beberapa kemungkinan yang sebenarnya terjadi, ada yang benar-benar hanya dengan kalimat sederhana cukup membuat bulu kuduk ku berdiri, ada yang sampai saat ini masih terbayang dikepalaku.
Setiap ceritanya menyeramkan dengan caranya sendiri.
Aku sangat suka dengan bagaimana semua cerita pendek di buku ini diterjemahkan. Apalagi dengan sampulnya yang sangat cantik. Ditambah aku cukup dikenalkan dengan singkat siapa yang menulis beberapa cerita yang ada.
Kenapa hanya 4 bintang, karena menurutku pribadi ada 2 cerita yang mengerikan, sangat indah penulisannya, namun hanya saja tidak terlalu berkesan untukku.
Diasuguhkan 6 cerita yang jelas sekali berbeda. Waktu itu ketika gue liat post ig penerbit mai, ada beberapa cara membaca buku ini. Ini menarik sih karena waktu itu, buku lagi gue order jadi gue penasaran emang se-sengkarut apa sih sampai disinggung cara membacanya. Well, sebenarnya cara bacanya seperti semua buku sih dibaca dari depan ke belakang. Tapi di post itu, ada rekomendasi dari salah satu pembaca yang menyarankan untuk mencoba baca dari belakang ke depan. Ini juga sah-sah aja karena toh ini kumpulan cerita, bahkan juga bisa dibaca secara random judul mana yg tertarik untuk dibaca duluan. Kecuali kalau buku ini palindrom, mau baca dari depan apa belakang pasti sama. Hehehe
Setelah buku gue udah nyampe, cuss langsung baca. Kali ini gue menerapkan cara baca yang normal. Setelah semua selesai gue baca, ada perasaan yang campur aduk. Ibarat indera itu seperti indera pengecap. Gue bisa ngerasain berbagai rasa. Dan ada satu rasa yang belum pernah gue rasain selama baca. Rasa tidak mengenakkan (uneasy feeling) diakhir cerita. Mungkin ini yg dirasain banyak reviewer sih kayaknya. Tapi cerita itu bener-bener mind blowing. Padahal pada cerita pertama gue merasakan manisnya permen coklat tapi disisi lain juga merasa ironi sama pembungkus permennya. LEMON adalah salah satu cerita yang sulit gue pahami, mungkin karena penggunaan diksinya yang puitis jadi mungkin banyak makna tersirat yang nggak bisa gue terjemahin. Nggak tau deh kalau gue baca dari belakang ke depan, mungkin rasa yg tidak mengenakkan itu akan selalu terbanyang ke cerita- cerita yg lain. Overall, i give a solid 4 untuk sengkarut.
Jadi, saat membaca 5 cerita di buku ini, ogut agak yakin untuk memberikan rating 3/5 untuk buku ini. Karena cerita2nya oke tapi gak terlalu istimewa. Semua berubah setelah cerita terakhir berjudul Kursi Manusia menyerang! Wkwkwk
Ini cerita ampun deh bagus bangetttt 😭😭 Dan diterjemahkan dengan elok oleh Ulan 👏🏼👏🏼👏🏼 Kemudian setelah kelar baca Kursi Manusia, yg mana berarti sekaligus selesai baca buku ini, ogut langsung berubah pikiran untuk menilai buku ini 4/5!
Ogut baru sadar penyusunan buku ini bukannya acak, tapi ada tujuannya. Dimulai dari cerita Malaikat Permen Cokelat yang tenang dan bikin merenung, kemudian diakhiri dengan cerita Kursi Manusia yang creepy, meledak-ledak, dan membuat kita bertanya-tanya setelah membacanya.
Aku tertarik baca buku ini karena salah satu penulisnya ada Edogawa Ranpo. Sedikit informasi, mungkin ada yang belum tahu (sotoy wkwkwk), nama Edogawa untuk tokoh fiksi Conan Edogawa (Detektif Conan) terinspirasi dari penulis Jepang bernama Edogawa Ranpo.
Selain Edogawa Ranpo, cerpen dalam buku ini ditulis beberapa penulis Jepang lainnya (cek di identitas buku). Dalam buku ini totalnya ada enam cerpen. Ada 2 penulis yang menuliskan 2 cerpen, yaitu Kajii Motorijo dan Edogawa Ranpo, 2 penulis lainnya masing-masing hanya menulis 1 cerpen.
Aku suka dengan penempatan cerpen pembuka dan penutupnya, cocok untuk mengawali dan mengakhiri cerita. Dan, yang paling penting, sesuai dengan alasan awal aku membaca buku ini, aku terkesan dengan cerpen berjudul Kursi Manusia karya Edogawa Ranpo. Sukses buat aku menganga wkwkwkkw
Menamatkan baca buku ini dengan puas. Udah lama gak baca Edogawa Ranpo, tapi dari buku ini, saya merasa puas sekali dengan Rumput Racun juga yang pastinya Kursi Manusia. Hebat sih ini penulisnya dan juga penerjemahnya ya, ditulis dengan bagus, mengalir dan salut deh sama ide ceritanya terutama yang Kursi Manusia. Keren banget gak sih? :D
Cerita Malaikat Permen Coklat pun menarik sekali jika bisa lebih jauh dieksplor lagi. Sebagai pamungkas cerita terakhir memang paling keren sih, sampe bergidik bacanya, pengen cepet baca tapi gak mau cepet kelar.
Sejak selesai membaca satu judul pertama, yang ku rasakan adalah kebingungan. Terus berlanjut hingga judul keenam. Aku kemudian merasa memahami sesuatu, lalu beberapa saat kemudian merasa sepertinya tidak memahami apa pun.
Dan sesuai judulnya, buku ini membuat perasaan menjadi SENGKARUT.
Aku paling suka dengan Kursi Manusia karya Edogawa Ranpo. Sensasi bikin bergidiknya masih kurasakan hingga aku menulis review ini.