Jump to ratings and reviews
Rate this book

Adakah Orang sepertiku?

Rate this book
Adakah Orang Sepertiku? merupakan buku terjemahan yang sedang laris dan best seller di Korea Selatan. Buku bergenre self improvement ini berisi kumpulan essay tentang cerita penulis yang bernama Lucia Song tentang kehidupannya yang relate dengan banyak orang. Lucia Song sendiri adalah penulis buku, naskah web drama, seorang blogger, dan mempunyai followers 102K di Instagram. Adakah Orang Sepertiku? adalah salah satu tulisannya yang menempati peringkat pertama setelah dirilis di book naver dan menjadi buku yang paling banyak dicari.

248 pages, Paperback

Published November 6, 2020

39 people are currently reading
392 people want to read

About the author

Lucia Song

2 books5 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
53 (29%)
4 stars
59 (32%)
3 stars
48 (26%)
2 stars
15 (8%)
1 star
7 (3%)
Displaying 1 - 30 of 45 reviews
Profile Image for Puty.
Author 8 books1,377 followers
March 13, 2021
Dari beberapa buku terjemahan Korea yang saya baca tahun ini, sepertinya ini yang paling nggak berkesan sekalipun saya membaca tanpa ekspektasi besar. Dari judul dan blurb di back cover saya pikir buku ini akan rebel dan relatable tapi ternyata seperti membaca buku diary orang asing. Ada beberapa hal yang dibahas di sini, interaksi sosial, kesehatan mental, pertemanan, cinta, dll. Namun demikian, rasanya tetap membingungkan untuk saya karena tulisannya seperti random thoughts tanpa konteks. Seandainya bukan karena termasuk buku yang akan didiskusikan di book club, sepertinya saya nggak akan selesai membacanya.
Profile Image for summerreads ✨.
110 reviews
October 7, 2021
2 alasan utama aku beli buku ini:
- karena beberapa user ada yang review jelek, bahkan sempat melihat rating satu. Iya, aneh banget kan, aku malah beli buku karena ulasannya tak bagus. Tapi sejujurnya aku penasaran aja. Mungkin karena memang sedang banyak tertarik sama buku-buku sejenis. Sungguh kerana semakin tua kita semakin butuh motivasi bertahan hidup.
- karena aku suka cuplikan ilustrasinya. Setidaknya, dalam pikiran positifku, kalau bukunya memang acakadul, setidaknya ilustasinya bagus.

Tetapi pada akhirnya, aku tetap tidak bisa menyelesaikan buku ini, menyerah di halaman 72 setelah kutinggalkan untuk membaca buku lain. Bukan berarti buku aslinya nggak bagus, dan bukan karena aku lagi baik aja makanya kuberikan bintang 3. Ada beberapa alasan lain:

1. Karena ini terjemahan, aku nggak fair memberikan bintang 1 atau memberikan vonis buku ini jelek. Mungkin, kalau aku bisa membaca dalam bahasa aslinya, aku akan mempertimbangkan baca yang asli aja.

Kadang, kita menyalahkan bukunya, padahal mungkin terjemahannya, atau mungkin juga beberapa bagian vibesnya kurang terasa dalam bahasa terjemahan, atau mungkin rangkaian kalimat terjemahannya yang suka kebolak, aneh, dan sebagainya. Ada banyak faktor, dan aku memang logis banget sih.

2. Karena ilustrasinya memang selucu itu, jadi gak adil memberikan rating 1 untuk kerja keras ilustratornya karena teksnya kurang greget

3. Aku nggak suka rangkaian kalimat terjemahannya. Jujur, ini alasan utama yang rasanya bikin pengen ngasih bintang 2 atau 1, tapi kembali lagi... Dua poin di atas buatku cukup untuk akhirnya menyematkan bintang tiga. Rata-rata. Average. Standarlah.

Ya, karena aku nggak selesai baca juga, nggak bisa menilai sepenuhnya.

Duh, padahal baru mulai baca buku motivasi terjemahan. Gini banget :") coba kalau ada yang berbaik hati, rekomendasikan buku motivasi terjemahan (Korea) yang menurut kalian lebih rapi dan maknanya 'sampai' kepada kalian sebagai pembaca. :")
Profile Image for Mauli Hidayat.
21 reviews
January 6, 2021
Buku ini berisi esai esai pendek mengenai perasaan seseorang yang depresi. Buku ini bagus dalam hal isi. Namun, buku ini kurang greget di Aku dalam hal story telling dan kata kata mutiaranya kurang pas. Terjemahannya bagus dan mudah, namun entah kenapa kurang pas jadi masih kurang untuk dihayati.
Profile Image for Intan Pratiwi.
43 reviews
June 28, 2022
Saya sudah sangat tertarik dengan buku ini sejak diiklankan di Instagram. Lalu saya pun membeli buku ini dengan cara pre order. Apakah sesuai ekspektasi saya ? Ehmm... Tidak seratus persen sesuai ekspektasi, tapi lumayanlah untuk bacaan di waktu senggang. Sebenarnya isi bukunya bagus dan sangat relate dengan kehidupan saya sekarang ini, tapi minus di penerjemahan alias translatenya kacau balau. Banyak yang Missed dan aneh ( janggal) ketika saya baca, seperti gak tepat gitu artinya dan sedikit rancu. Jadi saya sering mengernyitkan dahi tanda kebingungan maksud tulisannya apa. Tapi saya suka banget sama ilustrasi gambarnya, sangat cantik ❤️
Profile Image for Raisca Adara.
29 reviews2 followers
January 5, 2022
aku beberapa kali membaca self-improvement terjemahan korea dan itu cukup menarik. tapi yang ini gak tau kenapa rasanya seperti membaca diary orang asing yang sama sekali gak aku pahami maksud dan isinya. padahal secara look bukunya oke. tapi setelah selesai di baca, aku bahkan gak tau apa yang aku dapatkan dari buku ini.
Profile Image for Mourina Putri.
60 reviews25 followers
May 1, 2022
Habis sekali duduk dan jujur aja hampir tidak mengerti isi dari buku ini.
Seperti jurnal pribadi yang acak dengan terjemahan yang "terserah gue aja".
1 review
August 7, 2022
Well this book is still physically beautiful and cute. The title raised my curiosity and expectation at the beginning but then the translation hit me harder. So it's 3 out of 5 stars.
Profile Image for moonotoon.
11 reviews
January 12, 2022
Baca: Adakah Orang Sepertiku? By Lucia Song

Beli buku : 23 November 2021 (Gramedia Teraskota)
Mulai Membaca : 23 November 2021
Selesai Membaca : 10 Januari 2022
-
Beli karena judul dan berekspektasi bahwa isinya akan membawa gue, sebagai “pembaca” untuk menemukan kesamaan dengan orang-orang lain di dunia(?). Namun rupanya, buku “Adakah orang sepertiku” adalah kontemplasi suara dari penulis yang seakan menulis diary sehari-hari.
-
Setelah selesai pada halaman terakhir, maksud judul “Adakah orang sepertiku?” Menjadi jelas untuk gue. Bahwa judul tersebut adalah dialog pertanyaan yang dilontarkan penulis kepada pembacanya, yang kurang lebih berbunyi, apakah kamu merasakan hal yang sama sepertiku? Apakah cara kita dalam memahami dan mengatasi sebuah situasi, itu sama?.
-
Tentu tidak secara harafiah dan dalam bentuk pertanyaan langsung. Pembaca yang menyimpulkan. Apakah kita sama seperti penulis?. Lucia Song pun tidak memberikan kesimpulan “Kalau begitu aku tidak sendiri.”. Karena kesimpulan itu lagi-lagi dibiarkan terucap dari para pembacanya.
-
Ada beberapa pokok pikiran yang disampaikan penulis bagaimana dia mengalami dan mengatasi masalahnya. Perihal bagaimana ia melihat dirinya sendiri, tumbuh dewasa, berteman, berkerja dan dalam hal percintaan. Semua bentuk narasinya adalah dialog kepada diri sendiri. Subjek aku dan kamu mengacu pada perbincangan antara penulis dan untuk penulis sendiri, meski ada orang ketiga atau objek lainnya di sana. Dan gue (mungkin kita) sebagai pembaca diizinkan untuk menjadi subjek tersebut.
-
Dalam beberapa pokok pikiran yang diceritakan sebanyak 2-10 paragraf, ada situasi dan pemahaman yang sekiranya “relate” dengan gue. Namun ada juga situasi lain yang belum pernah gue alami atau rasakan, tetapi bagaimana hal itu diceritakan cukup menanamkan pikiran dan memunculkan reaksi yang juga sependapat, jika gue berada di situasi tersebut.
-
Penulis memang tidak mencoba untuk menyama-nyamakan atau memaksakan agar tulisannya bisa relate ke semua orang. Tetapi pokok bahasan nya memang general atau pasti terjadi dan dilalui setiap insan.
-
Pada beberapa bagian yang menurut gue relatetable, pertanyaan pada judul “Adakah orang seperti ku?”, bisa menenangkan gue (sebagai pembaca) untuk tidak ngerasa sendiri dalam berfikir dan melihat suatu situasi. Buku ini berhasil memunculkan rekasi “Oh jadi ini yang selama ini gue rasain” atau “Bukan cuma gue doang berarti yang mikir begini.” Dan reaksi lain yang kurang lebih artinya sama.
-
Salah satunya pada kalimat “Terkadang, aku bertanya-tanya mengapa aku harus hidup seperti ini, tetapi terkadang aku ingin hidup seperti ini.” (Page.132). Pertanyaan dan pernyataan yang sama juga gue lontarkan dalam kehidupan yang gue jalanin ketika sedang buntu. Gue gak minta begini, tapi gue juga nikmatin ini.
-
Masuk era 20an (Lebih tepatnya sekarang umur gue 23, mau ke-24), gue ngerasa buku ini cukup membantu gue dalam memetakan kekhawatiran-kekhawatiran akan fase dewasa. Buku ini tidak memposisikan dirinya menjadi mentor dan memberikan bimbingan. Tapi menjadi teman untuk tumbuh dewasa bersama-sama.
-
Karena sejatinya, kita yang terus bertanya-tanya dan kita sendiri juga yang menemukan jawabannya. Lebih tepatnya, kita yang menyimpulkan segala sesuatu dan terus beradaptasi dengannya. Atau mungkin, tidak perlu ada jawaban dalam setiap pertanyaan yang kita khawatirkan. Cukup dengan menjalaninya tanpa berfikir panjang, melangkah perlahan dan tidak masalah sesekali melihat kebelakang, segalanya akan tetap baik-baik saja.
Profile Image for Sta.
40 reviews25 followers
January 16, 2022
Jawabannya tidak selalu ada. Bukan berarti tidak ada, hanya saja orang-orang tidak selalu merasakan pengalaman yang sama. Seringkali bisa saja terasa ada kemiripan, namun ternyata berbeda. Meski begitu... Apa aku bisa berkata bahwa tidak ada manusia yang menjalani kehidupan yang sama? Aku belum pernah bertemu semua orang. Bagaimana mungkin juga itu aku lakukan, tidak semua orang ada di muka bumi. Karenanya aku bertanya-tanya pada mereka yang menulis dengan kata 'semua orang'. Aku tidak sepercaya diri itu. Aku bertanya-tanya... apakah Lucia Song juga memiliki pertanyaan-pertanyaan yang sama sepertiku?

Selain masalah terjemahan yang membuat tulisan di buku ini jadi kurang tersampaikan, tidak ada masalah lain dari buku ini. Ah... Jangan singgung tentang bagian perpisahan, aku tidak suka perpisahan... Karenanya aku lebih sering membaca cepat-cepat halaman di bagian tersebut. Tapi tidak adil kalau menilai buku ini buruk hanya karena terjemahan yang kurang pas. Jadi mari membuka halaman sebelumnya dan melihat sisi baik dari buku ini.

Kalau ada yang bertanya apa aku menyukai buku ini, aku tidak bisa menjawab ya atau tidak. Karenanya kuberi 3 bintang, yang artinya imbang. Bagaimanapun kita hidup di dunia ini walau kita tidak selalu menyukai jalan yang harus kita lalui. Seperti itulah yang aku rasakan tentang buku ini. Pun pertanyaan-pertanyaan yang muncul setelahnya dan belum bisa aku jawab... Mungkin akan aku biarkan begitu saja dalam waktu yang lama.

Aku suka dengan ilustrasi di dalam buku, menurutku itu imut. Membuatku berhenti sejenak untuk memaknai apa yang hendak disampaikan oleh gambar-gambar yang terselip dalam cerita. Ada beberapa bagian yang aku tandai dengan pembatas warna-warni agar bisa dibaca lagi nanti. Salah satu kalimat yang aku tandai yaitu :
"Saat ini tidak apa-apa untuk terlihat tidak baik, tidak cantik, dan tidak sukses. Peluang selalu datang kapanpun kepada orang yang menjalankan hidupnya dengan jujur." Sayangnya aku belum bisa membanggakan nilai kejujuran yang aku miliki sehingga bisa dibandingkan dengan apa yang terlihat dari luar. Banyak sekali hal yang tidak bisa diungkapkan, anggap ini alasan, tapi aku jadinya sering lupa apa yang ingin aku ungkapkan karena terlalu lama dipendam. Jadinya kata-kata itu menguap entah ke mana dan tidak mencapai mereka yang ingin aku tuju. Aku ingin lebih jujur dan berani.

"Kata-kata yang terpendam dalam hati memiliki ceritanya masing-masing, sepertinya butuh waktu yang sangat lama bagi mereka saling keluar tanpa urutan untuk memutuskan jalannya masing-masing." Aku ingin percaya. Semoga kata-kata yang aku pendam tidak menetap dan jadi penyakit. Seperti kuman yang tidak mau pergi jika tidak dibersihkan dengan baik.

Pada akhirnya, buku "Adakah Orang Sepertiku?" bisa selesai aku baca dan saat aku menulis resensi ini ada rasa lega karena mengalahkan rasa malas untuk menulis sisi baik dari buku ini. Dan karena aku 'orang', maka aku akan keluar menjalani hidup setelah menyelesaikan dua baris kalimat lagi. "Bagaimanapun harus tetap hidup" dan semoga kehidupan kita semua menjadi lebih baik dari hari ke hari!
Profile Image for Lusi Padma.
36 reviews3 followers
May 15, 2021
Sebuah buku yang ringan dan juga reflektif.

Bagian yg sangaat aku sukain yaitu part yg berjudul “Bagaimanapun Juga, Hari Ini Harus Tetap Hidup.”
Karena di sini aku belajar jujur sama emosi dibarengin rasionalitas :”) dan sebenernya yg ditulis di buku ini rasanya aku bangetttt, ok aku terima kalau aku sakit, tp kadang ada pemikiran “ada ngga sih di dunia ini tempat buat org2 yg sakit kek gw wkwkw dan menaruh harapan semoga aja sakitku ini ngga bikin orang2 sekelilingku jd direpotin dan mengalami kerugian diam2 :”D Salah satu kutipan dalam buku ini yang membuatku merasa ada temen seperjuangan yakni kutipan berikut

Jangan takut dan terimalah apa adanya jika kamu mengalami perasaan yang disebut depresi. Jangan remehkan perasaan itu begitu saja, tetapi rangkulah sepenuhnya. (Hal. 23)
Ya pokoke cocok buat aku yg medioker tp happy dengan kemediokerannya, yaa eruh nek missal obsesi terhadap sesuatu sampe merusak ya ndang ditinggalin wkwkw dan wis kadung menikmati waktu saat ini krn yg diyakini penulis sm aku sama sih wkwk, di mana penulis bilang gini:”… tetapi, waktu yang dimiliki individu berputar tergantung pada perbedaan waktu individu masing-masing.” (Hal. 15)
Membahas soal hidup minimalis yang dulu bahkan sampe sekarang masih ngetrend dan penulis sempet berbagi penyesalannya krn doi ikut trend ini bukan krn pure keinginannya sendiri tp krn trend. Terus soal love life yg yaa anak muda banget lah wkwkw jd jangan salah sangka yaa wkwk orang depresi pun bisa kok jatuh cinta dan yaa seneng ketika ada orang lain di hidupnya yg care sama dia dan jd hari2nya less kelabu wkwkw sampeee gimana perjuagan Mbak Writer memulai untuk melepaskan orang yang dia cintai. Salut sama Mbak Writer yg tangguh dan keputusan ini berdasarkan kebebasan berpikir yaaa T_T
Teruuus gimana bermaknanya kata2 sederhana seperti “kamu berarti buat aku”, “gimana kabarnya?”. Daaaan satu hal lg yg besok w terrapin andai ada pasien bakal aku pake nama panggilan beliau biar siapa tahu pasien ngerasa lebih tak perhatiin :”) aku jd lebih mikir oh kata2 itu berarti banget ya jebule dan penulis meskipun tidak mengimani Kristen tp doi cukup mengimani apa yg tertulis di Kitab Matius 15:11, baca sendiri ya wkwkw.
Ya pokoke buku ini TBH personal banget buat aku wkwk ini lah alasan kenapa aku beli buku ini. Selamat berburu dan membaca, semuanya :)
Profile Image for Achandra.
210 reviews5 followers
November 10, 2021
“Jangan takut dan terimalah apa adanya jika kamu mengalami perasaan yang disebut depresi. Jangan remehkan perasaan itu begitu saja, tetapi rangkulah sepenuhnya.” (Hlm. 23)

Alasan aku membeli buku ini karena buku ini cukup sering bersliweran di timeline instagramku, alasan lain karena judulnya ‘adakah orang seperti?’ Seakan penulis ingin menyampaikan tentang sesuatu yang unik atau berbeda tentang dirinya dari kebanyakan orang dan apakah ada yang mengalami hal yang sama.

Buku ini dibagi atas 5 bagian, di bagian pertama penulis memberikan judul ‘Aku Ingin Hidup dengan Kuat dan dengan Caraku Sendiri’. Ketika membaca bagian pertama ini, penulis dan aku seakan memiliki beberapa kesamaan, seperti terlalu khawatir tentang pemikiran orang lain, takut ditinggalkan orang yang dicintai, dan akhirnya memiliki perasaan yang disebut depresi.

Membaca bagian pertama dan kedua seakan aku diajak duduk bersama oleh teman yang memiliki banyak masalah serupa denganku dan dia menceritakan kisahnya dengan baik, memberikan beberapa kalimat penenang yang baik. Yang membuatku merasa bahwa banyak orang yang sepertiku.

Tetapi, ketika sudah mulai memasuki bagian ketiga hingga terakhir. Menyelasaikan buku ini terasa sedikit membosankan dan tidak semenarik pada bagian awal. Entahlah mungkin karena sudah ada beberapa momen penulis dan aku yang tidak serupa seperti bagian pertama.

Namun, rasanya tetap membingungkan untukku karena tulisannya seperti random thoughts tanpa konteks khususnya memasuki bagian ketiga - terakhir. Meskipun aku tetap tidak menyesal membaca kumpulan esai Saese Eonni ini. Apalagi bagian paling menariknya ada cover belakang. Sungguh teramat menenangkan untaian kalimatnya.
Profile Image for Aldila Sakinah Putri.
83 reviews
February 20, 2022
"Kata-kata yang terpendam dalam hati memiliki ceritanya masing-masing, sepertinya butuh waktu yang sangat lama bagi mereka saling bersaing keluar tanpa urutan untuk memutuskan jalannya masing-masing. Pada saat itu, bisakah aku menemukan ketenangan ketika semua berlari mencari jalannya masing-masing?" (Hal. 155)⁣

Merupakan buku self-improvement yang kubeli secara tidak sengaja (pada awalnya aku ingin membeli buku lain) dan ternyata aku memilih buku ini karena judulnya yang sangat unik.⁣

Aku yang hingga sampai saat ini tidak dapat menjelaskan tentang diriku sendiri akhirnya menemukan teman berupa buku yang di dalamnya menceritakan tentang kehidupan seorang ekstrovert sekaligus introvert dalam waktu yang berdekatan. Dan ini adalah hal yang normal.⁣

• Aku ingin hidup dengan kuat dan dengan caraku sendiri⁣
• Keadaan ketika tidak menyukai sekaligus tidak menyukai seseorang secara bersamaan⁣
• Ketika perasaan depresi sering datang sekaligus⁣
• Ketika cinta membuat lelah seseorang⁣
• Ingatan tentang seseorang yang telah berpisah⁣

Buku ini terdiri dari 5 bagian besar dengan tulisan sederhana seperti catatan harian, lebih banyak mengingatkan tentang diri, syukur, dan istirahat sejenak. Ya, hidup tentu melelahkan, tetapi jangan pernah untuk berhenti.⁣

Cocok sekali dibaca ketika akan pergi tidur, sembari menyadari hal-hal kecil yang dilakukan seharian tadi, bersyukur banyak-banyak atas napas yang masih berjelanak.⁣

"Jadilah pribadi yang menghormati diri sendiri dan orang lain. Kuharap kita dapat saling mendukung satu sama lain meskipun tidak terus-menerus saling bergantung." (Hal 73)⁣
Profile Image for ami ☆ ⁺‧₊˚ ୭.
156 reviews18 followers
November 20, 2022
"jelas-jelas aku hidup dengan hal yang sama setiap hari, tetapi itu masih begitu sulit."

terjemahannya super bikin bingung. ada beberapa kalimat yang rasanya kurang pas, kayak itu tuh seharusnya ada koma dan ada lanjutannya. tapi malah titik aja jadi ga nyambung. jujur ga semua yang penulis sampein aku ngerti sih, gatau karena emang penulisnya nulis kayak gitu atau karena terjemahannya, tapi ga jelas aja dan emang kayak "hah?" gitu kalo dibaca.

topiknya ga menentu. di bab awal bahas kehidupan, interaksi sama orang lain, tapi makin akhir jadi bahas cinta aja. dan topik cinta ini cuma fokus ke satu tema; penulis yang ditinggalin sama pasangannya. temanya cuma itu, tapi ada banyak banget (yang kebanyakan buatku) tulisan tentang itu. karena intinya tuh ya sama; walaupun mereka udah ga bareng, penulisnya tetep sayang sama orang itu. udah, itu doang intinya.

buat beberapa orang mungkin "kata-kata penyemangat" yang dikasih sama penulis kedengeran remeh ya. tapi buatku masih oke sih, kalo lagi capek gitu baca tulisannya ya mungkin akan terbantu. terus, judul sub bab sama isi tulisannya juga menurutku ada beberapa yang ga nyambung gitu. gatau ya, tapi buku ini terlalu ngacak aja. kayak penulis gapunya arah tulisan ini akan dibawa ke mana dan garis besar buku ini tuh ceritain tentang apa, itu yang gajelas.

buat bab awal aku oke, makin akhir makin ga oke (karena ga relate juga mungkin). ilustrasinya juga lucu.
Profile Image for Yoga Pradana.
40 reviews
December 24, 2021
Adakah Orang Sepertiku? - Lucia Song

"𝙼𝚎𝚜𝚔𝚒𝚙𝚞𝚗 𝚜𝚎𝚛𝚒𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚕𝚊𝚖𝚒 𝚍𝚎𝚙𝚛𝚎𝚜𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚔𝚊𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊, 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚕𝚊𝚑 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚔𝚒𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚑𝚊𝚕-𝚑𝚊𝚕 𝚔𝚎𝚌𝚒𝚕 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊. 𝙱𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊𝚙𝚞𝚗, 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙𝚕𝚊𝚑 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙. 𝚂𝚎𝚋𝚊𝚋, 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚛𝚔𝚊𝚑." - 𝚑𝚊𝚕𝚊𝚖𝚊𝚗 𝟸𝟹

Sejak pertama kali aku membaca uraian singkat pada sampul belakang buku ini, aku langsung merasa bahwa seseorang yang dibicarakan di buku ini adalah aku. Aku yang tidak merasa tertekan, juga tidak merasa gembira. Aku yang menyukai seseorang, tetapi terkadang tidak menyukainya. Seseorang yang setengah introver, setengah ekstrover.

Pada bagian prolog buku ini, penulis berkata bahwa setiap orang memiliki masalahnya masing-masing. Namun terkadang keluhan dan perasaan yang mereka rasakan itu hampir sama. Bahwa sebenarnya kita merupakan orang yang berbeda dengan banyak kemiripan.

Buku ini terdiri dari lima buah bab, di mana setiap babnya akan membahas fokus permasalahan yang berbeda. Bab pertama sampai ketiga lebih fokus kepada kita yang terlalu memaksa diri dan terlalu memikirkan perkataan orang lain, hingga pada akhirnya kita melupakan kebahagiaan diri kita sendiri. Sedangkan pada bab keempat dan kelima akan membahas mengenai masalah percintaan dan langkah baru setelah perpisahan.

Saat membaca bab pertama sampai ketiga aku merasa dekat dengan apa yang dirasakan penulis hingga pada beberapa bagian tertentu aku cukup emosional saat membacanya. Namun saat aku memulai membaca bab keempat hingga kelima, aku mulai kehilangan ketertarikan dan merasa bosan pada buku ini, karena ada beberapa bagian yang cukup membingungkan dan tak bisa aku pahami. Namun meski begitu, buku ini tetap menjadi salah satu buku yang bisa menggambarkan isi hatiku.
Profile Image for urbandevlearning.
41 reviews
April 19, 2024
Jujurlah pada emosi, tetapi jangan melupakan rasionalitas - hal 23

Tahun lalu beli buku ini preloved karna kepengen baca buku terjemahan Korea dan ini kali pertama aku bacain buku terjemahan Korea.

Termahan yang laris dan best seller di Korea Selatan. Berisi kumpulan essay tentang cerita penulis yang bernama Lucia Song tentang kehidupannya yang mengalami depresi dan merasa berbeda dengan orang lainnya.

Buku ini sendiri terdiri dari 5 bab dengan tema :
1. Aku Ingin Hidup dengan Kuat dan dengan Caraku Sendiri
2. Keadaan Ketika Menyukai Sekaligus Tidak Menyukai Seseorang secara Bersamaan
3. Ketika Perasaan Depresi Sering Datang Sekaligus
4. Ketika Cinta Membuat Lelah Seseorang
5. Ingatan Tentang Seseorang yang Telah Berpisah

Jika biasanya ketika aku membaca buku self help merasa di “puk-puk” namun berbeda halnya ketika membaca buku ini, yang aku rasakan seolah aku ingin me”puk-puk” penulisnya.

Gaya penulisannya bersifat ringan, melankolis dan melodrama. Ada beberapa part yang membuat aku tersentuh, kadang membuatku merasa kosong, iba, namun ada juga part yang membuat aku tidak nyaman karena terjemahannya maupun tulisannya karena ga semua part aku merasa relate.

Namun pada akhirnya penulis menulis tetap berusaha mencintai menyayangi diri sendiri bagaimanapun caranya, bahkan jika harus mencintai depresinya.
1 review
March 19, 2021
Setelah sekian lama vakum membaca buku, dan kembali membaca, pilihan saya ternyata lumayan tepat. Buku ini merupakan buku terjemahan korea yang cukup saya sukai, terutama karena ilustrasinya. Sungguh bukan hal mudah membuat buku terjemahan disukai banyak orang, karena interpretasi terhadap bahasanya bukan bahasa yang digunakan sehari-hari. Saya berterima kasih kepada penerjemah yang pasti sulit sekali mengirimkan pesan yang sama seperti apa yang dimaksud oleh penulis, tapi saya cukup senang membaca buku ini. Ada 5 bagian dalam buku ini yang berkisah tentang kehidupan sehari-hari, hubungan antar manusia, mencintai diri sendiri juga kisah cinta. Memang di bagian awal agak terasa membingungkan, karena kumpulan essay ini terbaca seperti diary orang yang tidak dikenal. Namun penulisnya memang bermaksud demikian, catatan-catatan ini ditulis dengan maksud sama seperti judul bukunya Adakah Orang sepertiku? di beberapa bagian saya sampai menyempatkan diri untuk menggaris bawahi kalimat-kalimatnya, terutama di bagian 3 yang berjudul Ketika Perasaan Depresi Datang Sekaligus. Namun di bagian 4 dan 5, saya kurang bisa terhubung, mungkin karena tidak pada masanya cinta-cintaan. Tapi apapun itu, buku ini cukup bagus buat saya.
Profile Image for Hirai.
196 reviews5 followers
March 17, 2025
“Apakah di dunia ini ada orang-orang yang ketakutan dengan masa depannya? Apakah ada orang-orang sepertiku yang kesulitan membangun hubungan dengan orang lain?”
Buku self improvement yang wajib dibaca untuk kita semua yang selama ini masih ketakutan dan kebingungan mengenai masa depan yang abstrak. Untuk kita yang banyak menyibukkan diri bekerja dan menarik dari dari sosial seolah menganggap hanya diri kitalah yang berbeda dan aneh sementara semua orang hidup normal. Adakah orang sepertiku? Semuanya akan dijawab di dalam bukunya.
Kita akan mendapatkan beberapa sub bab dengan bahasan menarik sesuai realita yang ada di sekitar kita. Buku yang merangkul orang-orang dengan rasa kepercayaan rendah dan semangat hidup yang hampir habis. Jangan bersedih dan merasa aneh karena semua orang memiliki ketakutan sama. Semua orang merisaukan apa-apa yang selama ini kita risaukan.
Kita semua kehilangan jam tidur normal sewaktu menginjak usia dewasa. Kita semua mendadak jadi ansos karena beberapa tekanan sosial di sekitar kita. Namun tak ada salahnya untuk menjalin kembali hubungan yang hilang itu dengan orang-orang yang punya pemikiran positif dan semngat hidup lebih tinggi. Percaya atau tidak energi positif dari seseorang memang nular.
Profile Image for Risqueenim.
16 reviews
November 24, 2022
Buku self-improvement ini ditulis berdasarkan kisah hidup penulis.
Banyak kisah hidup penulis yang diangkat ke dalam buku ini dilengkapi dengan kalimat motivasi dan penyemangat agar pembaca yang bembaca buku ini dapat termotivasi dan bisa mengembangkan dirinya.

Salah satu kalimat dalam buku ini yang menjadi kesukaanku adalah:
"Hiduplah dengan memikirkan hal-hal kecil yang membuatmu bahagia. Bagaimanapun, tetaplah hidup. Sebab, hidup adalah berkah."


Sayangnya masih banyak kesalahan tipografi di dalam buku ini, selain itu terjemahan dan pemilihan kata pada buku ini sangat kaku.
Jujur aku tidak tahu untuk versi buku aslinya apakah pemilihan katanya juga sekaku versi terjemahannya, tapi yang jelas karena terjemahan buku ini terbilang kaku membuatku kurang bisa menikmati saat membaca buku ini. Banyak yang tidak bisa aku fahami saat membaca buku ini. Hal itu juga membuatku tidak bisa mengingat detail-detail yang disampaikan penulis dalam buku ini.
Tetapi satu hal yang kusuka dari buku ini adalah selain memberikan pandangan baru dalam hidup, buku ini memiliki gambar ilustrasi yang cantik.
Profile Image for Furi Hanifah Zanuardi.
120 reviews
May 13, 2025
"Adakah Orang Sepertiku?" adalah sebuah karya fiksi yang terasa sangat personal, seolah penulis sedang menyapa satu per satu pembacanya lewat bisikan lembut dari halaman demi halaman. Lucia Song mengajak kita menyelami perjalanan batin seorang tokoh yang mencari arti keberadaan dirinya di tengah dunia yang terasa asing dan bising.

Cerita ini menggambarkan pergulatan batin seorang individu yang merasa tidak “pas” di tengah masyarakat—merasa berbeda, merasa sendirian, merasa “aneh.” Namun, alih-alih menjadi kisah yang muram, Lucia Song merangkainya dengan bahasa yang puitis, jujur, dan penuh harapan. Buku ini seperti pelukan hangat bagi siapa saja yang pernah merasa tidak cukup, tidak sesuai, atau tidak diterima.

Salah satu kekuatan buku ini terletak pada bagaimana ia membicarakan isu kesehatan mental, pencarian jati diri, dan kepekaan emosi dengan begitu halus namun menghujam. Tidak menggurui, tapi mengajak kita untuk berdamai dengan diri sendiri.

Buku ini sangat cocok dibaca oleh remaja, dewasa muda, maupun siapa pun yang sedang atau pernah mengalami pergulatan batin tentang makna hidup dan keberterimaan diri.
Profile Image for Ardina Alth Mora.
484 reviews16 followers
January 10, 2021
“Mereka yang menyombongkan dirinya tidak bisa mengetahui seberapa perih luka yang diterima orang lain karena dirinya, seolah mereka mengetahui semua hal di dunia yang bahkan mereka sendiri tidak tau akan kecepatannya”- Hal. 54-55
.
☕️Salah satu karya seorang penulis berasal dari Korea Selatan “Adakah Orang Sepertiku?” Bukan berarti ada orang seperti diri kita persis. Buku ini cukup bagus ketika membacanya dan ada bagian yang sedikit related atau memang related kita akan merasakan seperti pada keadaan itu dan memahami, mencerna keadaan seperti apa yang mungkin kita tidak perna ada posisi itu.
.
☕️Ya, setiap orang memiliki tekanan, kesulitan yang berbeda dan punya dampak berbeda” pula pada setiap orangnya. Dan punya hari yang sangat melelahkan dan sulit berbeda” juga. Di keadaan seperti ini lah muncul “Adakah Orang Sepertiku?” Esai pada buku ini akan membantu kita melihat ke dalam diri kita untuk lebih jujur dan terbuka.
2 reviews
June 2, 2022
Menurutku, buku ini punya isi yang nggak terlalu buruk. Beberapa hal bisa dipetik dan dipelajari dari isinya karena toh semua buku pasti dibuat untuk belajar. Cuman, yang bikin aku kasih penilaian kurang bagus itu karena isinya yang menurutku kurang memuaskan. Aku punya ekspetasi bakal baca buku yang bikin aku terbuka akan sesuatu, mempelajari hal-hal baru lewat sudut pandang orang lain. Tapi ternyata, isi buku ini nggak semenarik itu. Cuman ada beberapa kata-kata 'bijak' yang sebetulnya nggak menggerakkan hati juga. Isinya lebih semacam curhatan seseorang yang nggak mengarah ke self-improvement, hanya sebatas tahu apa yang dia pikirkan. Mungkin sesuai judulnya, adakah orang sepertiku? Jadi buku ini menggambarkan seolah diri kita sedang berpikir karena memang beberapa bagian cukup bisa 'relate' karena merasakan hal yang sama. Ya, sesederhana itu aja sih isinya, jadi kurang kerasa spesial buatku.
Profile Image for papermiwnt.
74 reviews2 followers
January 17, 2022
aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan buku ini.. sekilas kubaca blurb nya dan aku merasa menemukan diriku sendiri, sisi yang selama ini sering ku kubur dalam-dalam.

membaca setiap esai dalam buku ini seperti membaca kisah diriku sendiri (seperti membaca ke dalam diri). esai yang ringan dan reflektif.

setelah membaca buku ini menjadu sadar bagwa tidak apa apa bahagia meskipun sendirian, setiap orang memiliki depresinya sendiri yang berbeda beda dan meskipun pernah tersakiti.. jangan takut untuk mencintai lagi

untuk orang yang setengah introver dan setengan eksotrover membaca buku ini seperti memiliki teman yang merasakan hal yang sama.
Profile Image for karina hafidah.
7 reviews
April 30, 2023
Another comfort book.

Lagi-lagi aku banyak belajar dari Si Penulis yang mengalami struggle dalam menempatkan diri di lingkungan sosial. Kalau bahas tentang hubungan antar manusia memang nggak ada habisnya.

Setiap bab ada pengalaman pribadi penulis soal permasalahannya, dan gagasan dia mengenai gimana dia seharusnya menempatkan diri di masalah itu. Banyak ilustrasi yang mendukung juga.

Secara personal, bahasanya ringan dan mudah dipahami. Mungkin karena banyak gagasan penulis yang related sama aku. Buku ini jadi buku self-improvement yang paling banyak aku highlight, dan bikin aku jadi lebih sadar, kalau—things that i loved matter.
Profile Image for Mira.
46 reviews1 follower
December 26, 2023
aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan buku ini.. sekilas kubaca blurb nya dan aku merasa menemukan diriku sendiri, sisi yang selama ini sering ku kubur dalam-dalam.

membaca setiap esai dalam buku ini seperti membaca kisah diriku sendiri (seperti membaca ke dalam diri). esai yang ringan dan reflektif.

setelah membaca buku ini menjadu sadar bagwa tidak apa apa bahagia meskipun sendirian, setiap orang memiliki depresinya sendiri yang berbeda beda dan meskipun pernah tersakiti.. jangan takut untuk mencintai lagi

untuk orang yang setengah introver dan setengan eksotrover membaca buku ini seperti memiliki teman yang merasakan hal yang sama.
Profile Image for Arlina.
1 review
January 5, 2021
Lagi jalan ke gramed, lalu mata ku tertarik pada cover buku ini. Judulnya juga 'ngena' banget buat aku hehe. "Adakah orang seperti ku ?". Setelah aku baca blurb nya, lalu aku baca sekilas isi buku ini. Ada beberapa cerita penulis yang kebetulan related banget sama aku. Ini buku terjemahan genre Self Improvement. Menurutku, agak susah dimengerti juga sih buku versi bhs Indo nya ini. Tapi lebih daripada itu aku sukaaaa banget.
2 reviews
April 2, 2022
Membaca buku ini, terasa sekali betapa penulis berusaha menerima dan berdamai dengan diri sendiri yang mengalami depresi. Meskipun saya bukan termasuk penderita depresi, namun beberapa dari isi buku ini sangat relatable dengan apa yang pernah saya alami, terutama di bagian awal-awal buku.
Menurut saya, buku ini recommended untuk seseorang yang mungkin sedang galau akut dan butuh semangat untuk tetap bertahan hidup. :)
5 reviews2 followers
March 10, 2023
Reading it when I had my assignmnet in Duri, it wasn't mine but Nada's - one of my colleague who lives in the same housing with me. She left it in the room that used to be her bedroom, so I grabbed and read it. The book itself isn't really good (or maybe it will be a bit better if it's in Korean and I understand Korean), but as always I have the urge to always finish what I have started - so I finished it.
6 reviews
February 20, 2021
Jujur, membeli buku ini karena warna pastelnya yang eye-catching. Iseng buka-buka bukunya di toko buku dan tergiurlah saya karena ilustrasi dan warnanya yang apik. Selain itu, judul bukunya pun menarik. Selama membaca, saya terkesima dengan "Bagian I" pada buku ini, relatable dan keresahan penulis bisa sampai ke hati saya
Profile Image for Nabila.
2 reviews
February 4, 2022
Buku ini entah kenapa relate sekali di bagian awal, menjelaskan bagaimana kehidupannya lalu dibagian akhir ia menceritakan bagaimana her relationship experience dan berusaha melupakan cinta yang telah lalu. Buku ini terus meminta untuk kita tetap hidup bagaimana pun caranya. Thank you for make this book.
Profile Image for Diah .
632 reviews6 followers
August 21, 2022
Buku yang sederhana dan simpel. Tata bahasa seperti biasa, kadang agak aneh karena terjemahan Bahasa Korea, tapi masih ok (mungkin karena aku toh nggak paham bahasa aslinya hahaha).
Ada lumayan banyak kalimat yang aku highlight, tapi dua bab terakhir kebanyakan aku skim read soalnya can't relate :')
Displaying 1 - 30 of 45 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.