Karena kita hidup di sepetak kerajaan-Nya, ketahui seni tinggal di sana.
Mulai dari, Seni Melangkah di Bumi, tentang bagaimana kita menorehkan setiap guratan warna-warni kuas dalam kanvas kehidupan. Tentang Hati yang Ingin Dicintai, perihal bagaimana seharusnya kita memerlakukan hati sang pengemudi diri. Tentang Perempuan,, ketahui bagaimana spesialnya perempuan di mata-Nya. Manusia Langit, kenali dan pelajari lebih jauh manusia-manusia yang telah sukses mendapat medali kemenangan nan agung. Dunia Di Sekitarmu, ketahui bagaimana romantisme perjuangan pembebasan Palestina, dan perihal dunia Islam pada umumnya. Terakhir, Menapaki Keabadian, tentang bagaimana kita seharusnya bersikap pada kehidupan setelah kematian.
Selamat menorehkan karya seni paling indah di dunia untuk negeri akhiratmu.
Mungkin saya termasuk golongan pembaca yang telat buat review buku 'Seni Tinggal di Bumi' (STdB). Soalnya karya perdana Farah Qoonita ini sudah "hits" sejak dua tahun lalu dan menjadi obrolan warganet di jagat maya. Saya saja yang kudet (kurang update) dan seolah-olah sibuk dengan bacaan lain. Heuheu
Meskipun demikian, saya patut bersyukur masih diberi kesempatan untuk menikmati suguhan kata dari seorang Qoonit -panggilan penulis. Tulisannya memang apa adanya, tapi mampu berdaya guna dan menerobos relung jiwa. Nilai-nilai kebaikan yang tertuang dalam 67 tulisan ini disampaikan dengan cara unik dan menarik.
Barangkali hal tersebut didukung pula oleh kemampuan story telling Qoonit yang cukup mumpuni. Misalnya, pada tulisan-tulisan di bab 2 berjudul: Monster; Tanpa Batas; Cinta Sejati; dan Masa Lalu. Keempat tulisan tersebut menampilkan sisi lain dari rumitnya permasalahan perempuan dengan dialog-dialog satir antara tokoh Mei dan April. Bagi pembaca perempuan (seperti saya), mungkin percakapan dari dua tokoh itu menjadi "keasyikan" tersendiri dan lebih mengena batin. Apalagi topik permasalahan yang diangkat tergolong "berat", atau tidak lazim diperbincangkan (?)
Selain bercerita tentang perempuan (muslimah, lebih tepatnya), buku setebal 175 halaman ini juga tak luput menyoroti isu kemanusiaan, perjuangan para Nabi, serta persoalan kehidupan di kalangan muda-mudi seperti ambisi, apresiasi, dan mimpi. Ah ya, menariknya, semua persoalan itu selalu ditautkan dengan "langit" -sesuai tagline di sampul buku: Untuk tinggal di bumi, kita justru butuh hati yang merindu langit nan tinggi. Jadi, wajar begitu.
Secara keseluruhan, konten maupun topik, buku STdB layak dibaca oleh siapapun. Lintas gender. Di samping itu, pembaca bisa memulainya dari bab mana saja. Bebas. Mana suka. Sebab, tulisan-tulisan di sini tidak dibuat saling terikat satu sama lain alias setiap tulisan memiliki benang merah masing-masing.
Satu hal saja sih yang perlu dibenahi ke depan sekaligus menjadi harapan saya selaku pembaca buku. Saya seringkali "greget" kalau menemukan buku tanpa keterangan/identitas jelas semacam: tahun dan kota terbit, versi cetakan buku, dan tim yang "melahirkan" buku. Meskipun buku ini tergolong indie namun tidak ada salahnya bukan tetap memperhatikan hal itu? Ya, semacam legalitas (#cmiiw). Sebab saya yakin buku ini akan berdampak luas dan menjadi jejak sejarah untuk anak cucu nanti.
Oke deh, sekian review buku STdB dari saya untuk Farah Qoonita, kawan seperjuangan di Kampus Biru.
*Terima kasih sudah mengingatkanku 'kembali' melalui karyamu :)
Begitu banyak manusia yang rajin mendokumentasikan kehidupan dirinya lewat kamera. Namun sedikit yang mampu mendokumentasikan ilmu, pemikiran dan biografinya lewat tulisan. Padahal dokumentasi lewat goresan pena akan menjadi "potret" abadi yang akan dinikmati oleh umat manusia yang hidup saat ini dan yang akan datang
Mungkin buku ini tergolong tipis namun kalian harus tau pesannya sangat tebal🥹 kuberi tahu padamu, ini dia cara kita menggores kuas warna warni pada kanvas kehidupan.
˚₊‧꒰ა ☆ ໒꒱ ‧₊˚
Berisikan campuran essay, cerita sahabat dan rasul serta beberapa cerpen yang menampilkan realitas hidup kita sehari². Buku ini membahas bagaimana seharusnya kita hidup di sepetak kerajaan-Nya, Pencipta Alam Semesta.
Berisikan 6 bab yang memuat topik berbeda² namun saling terhubung. Dimulai dari bagaimana kita melangkah di bumi buatan-Nya. Kedua, tentang 'hati' yang mengemudikan tubuh manusia. Ketiga, tentang mahluk bernama perempuan yang sangat spesial di mata-Nya. Keempat, tentang Manusia Langit yakni mereka yang hidupnya tinggal di bumi namun jiwanya melangit tak seperti manusia pada umumnya. Kelima, Dunia di Sekitarmu yakni gambaran saudara² kita yang berjuang keras diluar sana mempertahankan agama Islam dengan segenap jiwa, tenaga, harta. Dan terakhir, Menapaki keabadian yakni bagaimana kita menghadapi hidup selanjutnya yang abadi, akhirat kelak.
˚₊‧꒰ა ☆ ໒꒱ ‧₊˚
Ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti, menyentuh lubuk hati namun tetap terlihat sifat tegasnya. Menyingkap dan mengingatkan hal² yang seringkali kita luput untuk lakukan. Dari awal hingga akhir halaman, hampir semua halaman aku anotasi saking bagusnya dan menurutku penting untuk diingat, MasyaAllah🥹
Buku ini mengingatkan bagaimana kita hidup sejatinya adalah dari-Nya, untuk-Nya dan akan kembali kepada-Nya pula. Mengingatkan perjuangan para sahabat terdahulu dan saudara² kita masa kini. Mengingatkan bagaimana Allah dan Rasulullah sangat menyayangi kita, ah rasanya kata sayang bahkan kurang dari cukup untuk menggambarkannya, smoga kita termasuk ke dalam golongan yang diberi syafaat dan bisa beretemu Rasulullah kelak😞
Pas banget kalau membaca buku ini di bulan ramashan tapii kalau kalian baca pas bukan ramadhan juga gak mengurangi bagusnya buku ini 🌟____🌟 Ibaratnya kalau kamu buka halaman asal pun, untaian kata di halamannya bakal tetep ngena di hati☹️ Ini wajib banget di beli sih bukunya, nenangin banget tapi tetep tegas mengingatkan🥹🫶🏻
Untuk kekurangan? Hmmm sebenernya dari awal sampe akhir aku sukaa semua tulisannya!! Tapii kalo secara relevansi topik dengan judul buku, bab² terakhir agak kurang masuk benang merahnya tapi tetep ngasih pesan moral yang baguuuuuuuuuussssss bangeeeeeeeeeeetttttt‼️‼️
Sekian review singkat buku Seni Tinggal di Bumi🌍 Aku ucapkan banyak banyaaak teeimakasih untuk teh Qonit yang udah menuliskan karya ini🫶🏻 akan kunanti tulisan² berikutnya🤎
Saya beli buku ini saat pertama kali banget Teh Qoon buka Pre-Order. Sebenarnya jenis buku seperti ini termasuk buku yang jarang saya 'lahap' karena memang bukan selera saya biasanya. Barangkali karena beliau sendiri merupakan alumni dari universitas yang sama dengan saya sekaligus salah seorang tokoh mahasiswi yang populer di antara mahasiswi kemuslimahan lain, saya jadi tergerak untuk memesan buku Teh Qoon.
Dan, alhamdulillah, saya bersyukur diizinkan Allah untuk beli dan menikmati buku ini.
Banyak tulisan di dalamnya yang mengetuk hati saya. Ketukannya ada yang lembut tersirat, ada juga yang berusaha mengguncang kesadaran saya keras-keras. Ada banyak momen dimana saya tersentak, berkaca-kaca karena menahan rasa malu, salah, dan sedih.
Saya tidak akan bilang ini buku yang The Best karena Teh Qoon di buku ini menurut saya masih cukup lemah dalam merangkai kisah fiksi (ya, ada beberapa cerita pendek di dalamnya). Selain itu, saya juga menemukan beberapa typo, tanda baca yang kurang, serta penempatan paragraf yang aneh. Masih saya maklumi karena buku ini diterbitkan secara independen.
(Harus saya akui, untuk ukuran buku yang diterbitkan secara independen, buku ini matang! Barangkali karena penulisnya sendiri adalah lulusan jurusan Jurnalistik 😃)
Diawali dengan niat yang baik, Insyaallah berbuah baik juga. Semoga karya-karya berikutnya semakin keren, secara substansi maupun teknis 😊
dari awal buku ini terbiit udah kepo dan tertarik banget. dari judul cakep, sampul cakep, selama ngikutin tulisan Kak Qoonit di sosmed juga cocok sama tipikal bacaan gue. tapi ternyata buku ini hm belum memenuhi ekspektasi.
di awal-awal sih menurut gue masih nyambung sama judul utama bukunya "seni tinggal di bumi" tapi makin ke belakang makin rasanya apa, ya, kayak kurang kuat identitas itu, kayak kurang kuat konsep seninya itu. jadi kayak kurang keikat sebagai satu kesatuan gitu tulisan-tulisannya. padahal isinya bagus-bagus. kepikiran aja gitu, ide-ide tulisannya seger dan cerdas. cuma menyayangkan keterkaitan antar bab itu tadi, yang menurut gue jadi kurang klik satu sama lain. overall, menurut gue tetep worth to read.
Elegant. Menyampaikan pesan dengan cara yang indah dan mengena. gaya bahasanya sangat lembut dan halus. buku yang terdiri dari banyak cerita pendek. Pemikirannya diambila dari kehidupan sehari-hari yang biasa kita acuhkan, namun dipetik makna yang terkandung dalamnya. cocok untuk dibaca saat santai karena isinya sangat ringan tuk dibaca
Sekilas terlihat ringan, ternyata mendalam. Berkali-kali tersenggol oleh tulisan-tulisan penulis. Ternyata, terlalu banyak waktu luang telah disia-siakan, terlalu banyak hal yang telah dilupakan, dan sedikit tindakan bermanfaat yang dilakukan. Anyway, thank you author! Will be waiting for your upcoming books!
Seorang penulis yang baik dan kritis adalah apabila dia berjaya mencerap pelbagai hikmah dalam susun atur penulisannya.
Begitulah yang saya rasa dan alami sepanjang menyelusuri helaian demi helaian kandungan buku ini.
Penulis telah mengajarkan saya tentang pentingnya memahami konteks kehidupan dari pelbagai sudut pandang sebelum menyimpul sebarang rumusan dan kesimpulan.
Seni Tinggal di Bumi menyemai rasa beruntung dan bertuahnya kita dipilih oleh Tuhan untuk hidup sebagai manusia; menikmati segala isi dunia mengikut waktu dan zaman.
Melewati setiap saat, minit dan jam dengan mentadabbur surat cinta Tuhan dari pelbagai dimensi ujian dan pengharapan.
Al-Baqarah: 269 "Allah menganugerahkan HIKMAH kepada siapa yang dikehendaki-NYA. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi kurnia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakal-lah yang dapat mengambil pelajaran."
"Ternyata kita disuruh berfikir. Maka, saat kelilipan, tersandung kerikil, digigit nyamuk, tersedak, terbangun dibengah malam, apapun itu, tiap detik kejadian yang berlalu, sesederhana apapun, fikirkanlah baik-baik, cari, dan petik pesan-pesan tersembunyi itu." – (Seni Tinggal di Bumi, halaman 11-12).
Kadang kita lupa, bahwa hidup ini bukan hanya tentang hal remeh-temeh yang kerap kali membuat termehek-mehek. Membuat kita menangisi dan merutuki kehidupan seperti hidup kita adalah cerita paling menyedihkan di muka bumi. Kadang kita juga lupa, bahwa kelak kita akan kembali ke tempat dimana kita berasal. Tanah. Melebur kembali menjadi satu, tak bersisa. Lalu ruh kita akan kembali kepada Ia Sang Maha Segalanya.
Kerap kali kita terlena dengan segala bentuk ke-fanaan hidup di dunia. Melalaikan segala bentuk peringatan karena telah merasa aman. Mengejar eksistensi dunia dan penilaian manusia yang mana kelak jika tiba datangnya hari akhir maka sirnalah semua reputasi dunia itu, tak berbekas, tak teringat oleh siapapun.
Beberapa kali saya menitikkan air mata ketika membaca kisah-kisah didalam buku ini, entah itu karena merasa tertampar, merasa telah menghabiskan hidup dalam kesia-siaan, dan hal menyedihkan lainnya. Saya sering sekali menangisi dunia, tetapi saya lupa menangisi bagaimana nasib akhirat saya. Tabungan apa yang sudah saya simpan untuk bertahan kelak di Padang Mahsyar, jawaban apa yang akan saya berikan jika ditanya tentang hal apa saja yang sudah saya lakukan selama saya hidup sebagai seorang manusia.
Saya percaya, bahwa kita terlahir dengan menggenggam janji dan tanggung jawab yang kelak akan kita kembalikan sebagai nilai akhir atas segalanya, namun seiring berjalannya waktu, kita melupakan apa yang telah kita bawa kemudian perlahan-lahan melepaskan genggaman erat itu. Terimakasih Farah Qoonita, sudah mendedikasikan waktu, pikiran, dan tenaga untuk menjadi pengingat kami akan hakikat hidup yang sebenarnya. Semangat menebar kebaikan!
Serasa baca shirah sahabat versi ringkas. Buku Seni Tinggal di Bumi ini diluar ekspektasi. Ngga nyangka kalau isinya bener-bener banyak menceritakan beragam kisah di zaman Nabi dan Sahabat, yang artinya tentu begitu banyak referensi bacaan Kak Qoon untuk menulis dan menyelesaikan buku ini. Banyak pesan yang disampaikan, banyak hikmah yang dituangkan dari kisah-kisah dalam buku ini. Suka juga dengan model tulisan Kak Qoonit yang serasa didongengin langsung, karena awal kenal beliau sering dengerin podcast nya, jadi saat baca tulisannya jadi berasa dengerin podcast nya juga. Hehe.
Sirah yang dituliskan dengan bahasa yang lebih friendly sehingga lebih mudah ditangkap dan dimengerti pembaca awam. Karena bahasanya yang friendly itu juga, buku ini tidak jadi menjemukan.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻 "Untuk tinggal di bumi kita justru butuh hati yang merindu langit nan langit"
Buku ini isinya kumpulan tulisan singkat dari Teh Qoonit, terdiri dari 67 tulisan dan di kelompokkan menjadi enam tema :
1. Seni melangkah di bumi, tentang bagaimana kita menorehkan setiap guratan warna warni kuas dalam kanva kehidupan. 2. Tentang hati yang ingin di cintai, tentang bagaimana seharusnya kita memerlukan hati sang pengemudi diri 3. Tentang perempuan, tentang bagaimana spesialnya perempuan di mata-Nya 4. Manusia langit, berisi biografi singkat manusia-manusia yang telah sukses mendahului kita dan mendapat medali kemenangan yang agung (surga) 5. Dunia disekitarmu, tentang perjuangan pembebasan palestina dan dunia islam 6. Menapaki keabadian, tentang bagaimana kita bersikap pada kehidupan setelah kematian.
Isi bukunya, dari awal sampai akhir sarat akan 'hikmah' dan banyak nasehat-nasehat yang menampar diri :')
Seni tinggal di bumi, akan mengajarkan kita banyak cara untuk benar-benar memahami bagaimana seharusnya kita hidup disepetak kerajaanNya. Bacaan ringan ini berisikan hal-hal besar mengenai kesyukuran dalam hidup. betapa kita memang terlalu banyak memikirkan hal-hal yang tak akan Allah hisab, dan melupakan hal-hal yang sudah jelas-jelas akan Allah hisab kelak.
Seni tinggal di bumi, mengingatkan kita kembali pada hari dimana kelak kita akan bertemu denganNya. Dihadapkan pada sidang dengan saksi bunyi tubuh kita sendiri, tak ada yang bisa membantu.
Karena Allah dengan jelas mengatakan dalam Al-qur’an bahwa hari itu adalah hari dimana tidak ada persahabatan dan jual beli. Dinar dirham tak berlaku disana. Disodori sekoper dolar yang harga satuannya 15 ribu rupiah malaikat tetap menggeleng, tak akan mau menambahi amal baik kita ataupun mengurangi amal buruk kita. Orang-orang yang punya koneksi setingkat pejabat Negara, presiden atau bahkan raja tetap tak akan bisa meminta bantuan mereka. Hanya amal sholeh yang kita butuhkan.
*Karena kita tinggal di kerajaan-Nya ketahui seni tinggal di sana.*
This entire review has been hidden because of spoilers.
Terlalu banyak waktu luang adalah ancaman yang nyata! - hal 38. Ya anak zaman sekarang sibuk dengan percintaan karena nyatanya mereka kurang sibuk hingga banyak sekali waktu untuk berbincang, membahas dan menganalisis dalam-dalam masalah hati.
Satu kata buat buku ini “Unik”. Seni tinggal di bumi. Ya, menurutku buku ini sudah sesuai dengan judulnya. Kurang lebih buku yang seperti ini, menurut aku pribadi masuk dalam kategori self improvement atau mungkin juga bisa islamic motivation. Gaya tulisan yang berbeda dan khas. Temen ku sempet bilang coba deh baca tulisan nya kak Qoonit dan bener dong aku kagum sama gaya penulisannya.
Mulai dari kata pengantar nya pun sangat menyentuh hati. Bacain buku ini berasa diajak ngobrol, diskusi sama penulis. Buku yang gaya tulisannya nasihat pedas berbalut sindiran tegas. Nasihat yang diisi dengan cerita pendek bagaimana seni melangkah di bumi, tentang hati yang ingin dicintai, tentang perempuan, manusia langit, dunia di sekitarmu dan menapaki keabadian.
Buku yang ringan, bisa dibaca sekali duduk, easy to read. Saat menceritakan tokoh Islam aku sangat suka. Seperti menceritakan keunggulan di awal, lalu pada akhir kesimpulan disampaikan siapa tokohnya. Seolah pembaca diberi kesempatan untuk berfikir dan menebak dulu. (Enggak semua tokoh penggambarannya seperti ini, ada beberapa yang sudah di sebutkan diawal). Cuma memang lumayan banyak typo.
Sebagai pembaca aku sangat menikmati buku ini untuk menjadi cambuk diri. Pemilihan diksi dalam buku ini sudah sesuai, seni; dan tulisannya juga ber-seni. Banyak renungan tentang diri, issue sosial yang seolah sudah wajar. Kita diajak untuk berfikir serta menerung sejenak dan menyadari kita hanyalah manusia yang diciptakan oleh Allah, menumpang hidup di kerajaan-Nya bernama dunia, lalu akan kembali. Sebelum kembali dalam peradilan, penulis sampaikan dan mengajak untuk mengukir seni terindah di dunia untuk negeri akhirat kita.
Sekian lama baca buku ini akhirnya selesai juga. Pun sudah dari lama aku ingin membaca buku ini dan baru akhir-akhir ini berkesempatan. Ekspetasiku sangat tinggi tentang buku ini. Sedari awal aku berpikir bahwa ini semacam buku religi pada umumnya, memuat tema tertenu dengan muatan padat dan "serius". Karena kurang informasi terkait isi, maka patahlah sudah ekspetasi itu. Ternyata berisi tulisan ringan, sebuah materi-materi "dakwah" yang dibalut ke dalam cerita pendek. Sehingga terasa seperti diajak berbicara oleh penulis, pun terkadang seperti sedang berbincang dengan diri sendiri. Baguskah?
Tentu. Untuk mengolah ilmu formal dan kaku hingga terbentuk menjadi tulisan ringan penuh "humor" dan rasa, rasa-rasanya sungguh tidak mudah. Penulis kunilai berhasil dalam membawakan maksud yang ia tujukan. Mudah dipahami oleh remaja karena bahasa yang ringan dan sehari-hari. Tidak membosankan ketika dibaca, karena tema yang diangkat ada banyak pun diisi dengan beberapa judul penyegar di dalam setiap tema. Cukup sebagai pengingat diri, "Oh ini lho, ternyata begini."
Untuk pencari ilmu kaku dan kompleks, buku ini kunilai kurang cocok, karena isinya hanya berupa ringkasan-ringkasan. Bukan ditujukan untuk bacaan berat maupun rujukan dalam suatu hal. Murni berupa kisah pemanis yang diambil dari kisah para sahabat dan sahabiyah. Dan tentunya relate dibaca anak muda untuk menambah wawasan tentang keagaaman maupun menjadi angin segar bagi orang dewasa yang ingin membaca.
Pas mau baca buku ini, ga ada alasan Iain selain karna udah baca karya penulis yang kedua. Ga riset dulu buku ini tentang apa.
Dengan judul tersebut, buku ini berisi refleksi penulis tentang perjalanan hidupnya sebagai seorang muslim (bukan tips2 'prosedur' untuk survive di Bumi). Menurut saya, buku ini lebih membahas tentang bagaimana berbuat hal baik (dalam standar Islam), sehingga manusia akan 'hidup' dengan nyaman di akhirat kelak (bukan di Bumi). Seni untuk tingga di Bumi, ternyata memang tidak akan membuat kita nyaman tinggal di Bumi. Banyak hal2 sulit bahkan tabu jika dilakukan, jika benar2 menginternalisasi 'Islam' dalam diri. Akan jadi orang asing di Bumi sendiri. Cerita yang mengandung 'seni tinggal di Bumi', hanya disisipkan beberapa saja berdasarkan sejarah para pendahulu Islam (para Nabi, Rasul dan Sahabat) sehingga pembaca bisa mengambil hikmah dari sejarah tersebut. Pembaca justru harus menemukan jalan sendiri2, bagaimana untuk mengimitasi apa yg dilakukan orang terdahulu, sehingga membantu hidupnya di Bumi.
Terbagi menjadi beberapa sesi, sesuai dengan tema. Namun, saya rasa dalam 1 tema tersebut banyak 'cerita' yang kurang cocok untuk masuk dalam tema tertentu. Kesannya hasil kompilasi tulisan penulis terlalu memaksa dijejalkan dalam 1 tema tertentu.
Bagian yang saya suka dari buku ini: 1. Menampilkan fakta sejarah yang jarang dibahas di kalangan komunitas Muslim 2. Banyak menggambarkan tokoh Muslim pendahulu dari kalangan anak muda 3. Pemilihan diksi yang berani membakar
Gak ada kata telat dalam belajar, begitu juga dengan membaca sebuah buku. Aku beli buku ini karena suka dengan konten IG mbak Qoonita. Terus tahun lalu lagi suka dengerin podcast dan iseng cari konten podcast yg bisa nenangi jiwa, dan ternyata aku menemukan podcast nya mbak Qoonita, alhamdulillah sejak hari itu aku setiap hari dengarin podcastnya, bolak balik aku dengarin, dan beli lah buku ini, ternyata isinya sama dengan yang di podcast karena setiap hari aku dengarin jadi hafal deh. Aku suka gaya penulisannya yang ringan. Story telling mbak Qoonita di podcast maupun di ig juga nenangi jiwa banget. Selalu ada pesan di setiap cerita yang di bawakannya. Part favorite ku di podcast dan di buku ini itu bagian Rasulullah dan para sahabatnya, nabi Sulaiman a.s, serta panglima muslim. Gak pernah bosen sih dengarin dan baca kisah mereka.
Dan di bab-bab terakhir juga ada di sisipkan kisah-kisah pejuang Al-aqsa. Semoga Allah selalu melindungi mereka semua disana, dan menempatkan mereka di surgaNya Allah.
Baca buku ini membuat kita tersadar. Sadar bahwa kita terlalu banyak mengeluh, terlalu banyak mengangkat kepala di hadapan manusia hingga lupa untuk menunduk di hadapanNya. Ya, seringkali kita lupa apa misi sebenarnya kita tinggal di bumi. Bukannya menghamba dengan sebaik-baik penghambaan tapi malah terbuai dengan tipu daya dunia. Pengingat-pengingat itu disampaikan melalui tulisan dan cerita pendek dengan bahasa yang membuat kita seolah-olah membaca buku harian ataupun sedang mengobrol dengan teman kita sendiri. Menariknya, penulis seringkali mengambil contoh dari manusia shalih dan shalihah jaman dahulu, tapi menceritakannya dengan bahasa yang yang sungguh indah, ringan, dan sederhana.
Chúng tôi nhận làm bằng cao đẳng thật tại mọi tỉnh thành trên toàn quốc với giá cả phải chăng, chỉ cần bỏ ra vài triệu đồng là bạn đã có ngay một tấm bằng tại ngôi trường mơ ước với phôi gốc thật chuẩn 100%, mộc đóng và mộc nổi giáp lai giống thật, tem 7 màu 6 cánh chuẩn của bộ giáo dục Việt Nam, khi giao bằng bạn có thể kiểm tra, thậm chí mang bằng gốc ra để so sánh, nếu không giống chúng tôi sẽ trả tiền lại 100%.
Từ phôi bằng, font chữ song ngữ, tiếng việt được làm đúng chuẩn theo các trường cao đẳng, dấu mộc nổi giáp lai giống thật, chữ ký hiệu trưởng theo đúng các trường cao đẳng cấp ra theo từng nhiệm kỳ hiệu trưởng nên bạn an tâm hoàn toàn không cần lo sợ khi mua bằng sẽ bị phát hiện.
Buku yg dikemas dg bahasa anak muda dan bahasa yg ringan sehingga akan mudah untuk dicerna. Banyak juga kisah para sahabat yg terkadang jarang kita dengar dikenalkan oleh penulis.
Meski begitu, tetap ada hal-hal yang perlu diimprove. Pertama dari segi penulisan yg masih banyak typo di sana-sini sehingga terkadang mengganggu saat membaca. Gaya bercerita pun terkesan monoton sehingga terkadang merasa bosan dan mudah ditebak arahnya.
Namun, tentu saja penulis perlu diapresiasi karena telah melahirkan karya dan memilih menulis sebagai bentuk perjuangannya dalam islam. Penulis pun mengingatkan kita agar kita tidak menjadi penunggu apalagi pengganggu, tetapi memilih menjadi pejuang supaya tidak ada penyesalan di akhirat kelak.
Senang nian membaca buku ini sebab tak jarang topik yang dibahas kemudian disandingkan dengan kisah Rasulullah dan para sahabat, membuat pesan yang disampaikan semakin mengena. Ragam topik dari mulai tujuan hidup, karir, cinta, kepemimpian, sosial, hingga bagaimana berpulang ke kampung akhirat.
Bagian paling berkesan adalah ketika membahas soal dunia dan segala isinya yang diibaratkan dengan luasnya samudera. Kemudian ketika ditanya mengapa kehilangan barang berharga di dunia sedihnya minta ampun, tapi saat terlambat salat subuh malah biasa-biasa saja padahal harganya lebih dari seluruh isi dunia. Selain itu, masih banyak lagi pelajaran yang dapat kita peroleh dari buku ini.
buku ini sangat bagus! Buku ini mengambil kisah2 zaman dulu (Zaman Rasulullah, zaman nabi2 sebelumnya, Turki Utsmani, Shalahuddin Al Ayyubi, dll) untuk kemudian diolah kembali, diambil intisarinya dan disajikan dengan berbagai hikmah yang bisa diambil di dalamnya. Menasehati dengan cara yg cantik, menegur kita dengan bahasa yang halus terlebih karena disajikan dalam bentuk cerita.
Buku ini mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara, dan akhirat lah kehidupan yang kekal selama-lamanya. Buku ini membuat saya menitikkan air mata berkali-kali karena nasehatnya yang begitu dalam dan relevan. Two thumbs-up buat teh Qoonita :)
Buku ini singkatnya adalah jurnal pemahaman penulis terhadap sesuatu yang dipelajarinya. Dengan Islam sebagai akar konsentrasi dan mengangkat beberapa permasalahan sekaligus. Diawal-awal buku, banyak ditulis kembali kisah-kisah sahabat dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melalui karangan/tulisan baru, yang kemudian diperluas lagi dengan menganggkat isu-isu sosial yang dipandang tetap dari sudut pandang agama Islam. Terutama menyoroti perilaku generasi muda saat ini. Buku ini cukup menarik dan menggugah dibeberapa bagiannya, tapi tetap butuh pemahaman lebih dalam dari beberapa isu yang coba diangkat dalam buku.
Chúng tôi cung cấp dịch vụ làm bằng đại học thật trên toàn quốc với mức giá hợp lý. Chỉ cần đầu tư vài triệu đồng, bạn sẽ sở hữu ngay tấm bằng từ ngôi trường mơ ước, được làm từ phôi gốc thật chuẩn 100%, có mộc đóng, mộc nổi giáp lai giống hệt thật, và tem 7 màu 6 cánh chuẩn của Bộ Giáo dục Việt Nam. Khi nhận bằng, bạn có thể kiểm tra hoặc đối chiếu với bằng gốc, nếu không giống cam kết hoàn tiền 100%.
Từ phôi bằng đến font chữ song ngữ đều được thiết kế đúng tiêu chuẩn các trường đại học, mộc nổi giáp lai sắc nét và chữ ký hiệu trưởng theo từng nhiệm kỳ. Bạn có thể hoàn toàn yên tâm sử dụng mà không lo phát hiện hay gặp vấn đề pháp lý. Website: https://lambangdaihocphoithat.com/
Buku ini memiliki 67 judul tulisan yg di bagi dalam 6 bagian. Berisi tentang petikan hikmah dari alam, agama, politik, perempuan hingga perkara kemanusiaan. Perpaduan Sirah Rasul dengan masa kekinian yg di kemas dengan bahasa yg sederhana namun penuh makna.
Meski kisah-kisah yang ada di buku ini cukup singkat, tapi maksud dari penulis tersampaikan dengan baik.
Cara teh qonit untuk "menampol" pembacanya pun cukup halus tapi sakit. 💔
"Karna kita tinggal di sepetak kerajaan-Nya, ketahui seni tinggal disana"
Bagi yang sudah mengikuti teh Farah Qoonita di instagram, mungkin sudah kenal dengan gaya story telling beliau yang mengalir. Pun di buku ini juga begitu. Buku ini berisi tulisan-tulisan singkat yang membuatnya enak dijadikan bacaan ringan. Walau tidak sepenuhnya tepat dibilang ringan karena tak sedikit tulisan di dalamnya yang menyentil, menjadi bahan perenungan panjang.
Tidak ada yang sempurna, apalagi buku ini merupakan (kalau tidak salah) karya pertama dari beliau. 67 tulisan di dalamnya rasanya kurang membaur menjadi satu. Beberapa tulisan seperti 'sendirian' dan kurang pas dengan tema besarnya.
Terlepas dari itu, sejak awal saya suka dengan gaya penulisan teh Farah Qoonita. Setelah ini mungkin saatnya saya berburu dua buku lainnya dari beliau.
Buku yang bisa buat sesaat sesak dan merenung saat selesai membaca setiap bab nya. Banyak Sirah Rasul yang dikaitkan dengan kehidupan kita di zaman ini, yang ternyata jika dibandingkan dengan masalah kita saat ini memang tidak ada apa-apa nya.
Pengemasan cerita yang apik dan penuh hikmah, buat kita para pembaca merasa di "tampol" dengan cara yang halus. Dan setelah selesai baca bukunya, hal yang langsung terpikirkan "sepertinya Teh Qonit akan jadi penulis favorit saya" hehe
Semoga kedepannya bisa segera mengadopsi buku-bukunya yang lain.
Seni Tinggal di Bumi menawarkan perspektif bagaimana seharusnya seorang manusia hidup di bumi ini. Buku ini terdiri dari 6 tema besar, yaitu: 1. Seni Melangkah di Bumi 2. Tentang Hati yg Ingin Dicintai 3. Tentang Perempuan 4. Manusia Langit 5. Dunia di Sekitarmu 6. Menapaki Keabadian
Membaca buku ini seperti mendapat arahan dan petunjuk bagi saya yang masih sering serampangan dalam memilih jalan. Buku ini membuat jalan saya lebih terang dan terarah.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Pertama kali baca buku tentang agama-agama gitu wkwk, spechless si pas baca tuh. Di setiap halaman, pasti banget ada ilmu yang aku dapat, sesingkat apapun itu tulisannya. Bagus banget bukunya, buku ini cocok banget buat aku yang ilmu agamanya sedikit banget.... Baca buku ini tuh jd tau kisah-kisah Nabi dan sahabatnya. The best banget pokoknya
Bagus ini kumpulan cerita pendek. Semua cerita dihubungan dengan ajaran Islami. Buku ini kurang pas sih buat saya soalnya saya rasa 'bukan saya' banget jadi berasa kurang cocok tapi buku ini menyampaikan banyak hal dengan cara sederhana sehingga tetap banyak yang dapat dipetik dari setiap ceritanya.
Saat membaca buku ini, Tak henti2nya saya mengucap masyaAllah. Buku ini sangat menarik, bahasanya ringan, mudah dicerna. Dan yang tak kalah penting buku ini dibumbui religi. Yang masyaAllah banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik.