Bagaimana Saya Menulis

by Bertrand Russell, An Ismanto (Translator), Tia Setiadi (Editor)

"Saya tidak busa berpura-pura mengetahui bagaimana menulis itu seharusnya dilakukan, atau apa yang oleh seorang kritikus yang bijak akan disarankan kepada saya agar dilakukan untuk meningkatkan tulisan saya."

Petikan di atas merupakan pernyataan Russell terkait bagaimana ia menulis. Sebagaimana diketahui, minat Russell itu sangat luas dan beragam, yang berkembang dari tahun ke tahun. Di Cambridge, ia mengembangkan bakatnya di bidang matematika, fllsafat, dan ekonomi.

Tetapi, bagaimana gaya tulisan Russell? Bagaimana pula struktur kalimatnya, dan caranya mengembangkan sebuah pokok bahasan?

Buku ini menceritakan semuanya, semua tentang bagaimana Russell menemukan gaya tulisannya. Bahkan, ia akan menghabiskan berjam-jam dalam mencoba menemukan jalan paling ringkas untuk mengucapkan sesuatu tanpa ambiguitas. Ia rela mengorbankan semua usaha mencapai kegemilangan estetis.

Bukan hanya itu, buku ini juga memuat beberapa esai Russell, di antaranya: Kenang-Kenangan Religius Saya, Perkembangan Mental Saya, Adaptasi: Sebuah Ringkasan Autobiografis, Kenapa Saya Memilih Filsafat, Pemujaan Seorang Manusia Bebas, Mimpi Buruk Sang Metafisikawan: Retro Me Satanas, dan Menyanjung Kemalasan, dan lain sebagainya.

224 pages, Paperback

Published March 1, 2020

About the author

Bertrand Arthur William Russell, 3rd Earl Russell, OM, FRS, was a Welsh philosopher, historian, logician, mathematician, advocate for social reform, pacifist, and prominent rationalist. Although he was usually regarded as English, as he spent the majority of his life in England, he was born in Wales, where he also died.

He was awarded the Nobel Prize in Literature in 1950 "in recognition of his varied and significant writings in which he champions humanitarian ideals and freedom of thought."

Reviews

[Jonathan Sihotang · Rating 4 out of 5]

Berangkat dari keyakinan bahwa telaah sosial dari setiap pemikir filsafat baik adanya—tentu, sejauh benar secara silogisme—saya kerap kali memberi penilaian dan apresiasi setinggi-tingginya buat karya berupa literatur murni. Akan tetapi, tidak dengan "The Basic Writings of Bertrand Russell"; sejauh esai-esai dalam buku ini berisikan logika definitif Russell pada rentang tahun 1903 sampai dengan 1959, saya tidak melihat ada keserupaan tema lain. Jelas mengecewakan, apabila disandingkan bersama antologi esai lain—misalnya, oleh salah satu antologi esai favorit saya, "Matinya Seorang Penulis Besar" dari Mario Vargas Llosa yang kurasinya jauh lebih baik. Russell, dalam buku ini, terlihat tidak terlampau gemilang; malahan kadang hanya terdengar seperti orang-tua-yang-suka-menggerutu, walau tentu gerutuannya hampir selalu masuk akal.

Sisi baiknya, "The Basic Writings of Bertrand Russell" tetap menyenangkan untuk dibaca—sejauh pembacanya sudah mengenal tulisan Russell terlebih dahulu—dan berhasil menjadi contoh sempurna bagi produk hasil pemanfaatan filsafat pada skala paling minimum: esai logis dan super padat dengan bahasan remeh-temeh.

[Rania]

he was so real for saying that we should work no more than four hours a day