Kalian pernah gak sih beli buku gegara covernya? ahaha jujur buku ini ngingetin aku sama cover The School of Life :p
berisi 20 tulisan tentang kegagalan yang disajikan oleh orang yang berbeda dari penulis, jurnalis, aktor, musisi, bahkan psikolog. Figur seperti baskara putra, marissa anita, dan abinana aryasatya turut mengenyangkan buku ini.
Pandangan beragam mereka turut menguatkan mentalku untuk menyikapi kegagalan. Bagaimana kesalahan yang kita buat justru memberi banyak ruang untuk belajar, hebatnya kekuatan kita untuk melepaskan kegagalan dan menimpalinya dengan pembuktian diri, berlapang dada dan paham bahwa tidak semua hal di dunia berjalan dengan keinginan.
Tidak melulu membahas kegagalan, melalui buku ini juga mempertegas value diri dan menghadapi keraguan serta penyesalan agar tidak berlarut-larut. Serasa ngobrol ringan sama teman tapi isinya daging semua!.
Eitsss … tapi kita coba ganti kata “gagal” dengan “belum berhasil”, yuk! Kalau kata buku Failure, sebenernya gak ada manusia yang gagal. Kita cuma lagi belajar untuk mencapai keberhasilan kita.
Buku ini berisi 20 kisah figur publik tentang pengalaman & perspektif mereka akan kegagalan.
“Memaafkan Masa Lalu” yg ditulis Abimana Aryasatya jadi salah satu cerita favoritku. Ternyata, aktor kawakan satu ini pernah memiliki trauma masa kecil (kekerasan) akan orangtuanya. Hal itu membuat dirinya sering meluapkan emosi berlebihan ketika sudah dewasa.
“Namun, semua itu berubah ketika saya berkomitmen dengan istri untuk membina keluarga.”
Lewat cerita ini, aku kembali diingatkan bahwa jangan sampai luka masa lalu mendefinisikan siapa diri kita di masa kini. Dan untuk terlepas dari kegagalan yang sudah-sudah, jangan cuma pasrah.
“Memang butuh waktu untuk membaik, tapi dibutuhkan keinginan dari diri sendiri untuk berubah.”
Dan ia pun membuktikannya.
Cerita Melissa Karim tentang kegagalan pernikahannya juga menarik untuk dibaca. Pernikahan bukanlah untuk semua orang, katanya. Untuk mewujudkan komitmen, gak serta merta harus menikah. Kalau kita memang bahagia dgn pasangan kita, bisa mencintai & dicintai, saling support & mau tumbuh bareng, itu cukup.
Jangan sampai kita menikah hanya karena usia atau tekanan eksternal (seperti keluarga & teman-teman yg udah menikah).
Rasanya asyik sendiri saat menyelami kisah demi kisah, sampai-sampai aku merefleksikan, "Apa ya kegagalan terbesar dalam hidup? Apa aku berhasil melewatinya?" Sepertinya akan lebih interaktif jika Failure menyediakan halaman kosong untuk pembaca merefleksikan kegagalannya.
Meski ceritanya menarik, menurutku gaya pernulisannya kurang personal. Agak sulit membayangkan “suara” tiap-tiap pribadi saat menceritakan kisah mereka.
Failure adalah bacaan ringan. Kalau kamu suka membaca pengalaman hidup seseorang & memetik sesuatu dari sana, buku ini bisa masuk ke daftar bacamu.
Saya suka sekali dengan non fiksi. Kadang ketika sudah jenuh dengan fiksi saya suka baca non fiksi, utamanya ttg pengembangan kepribadian. Saya suka bahasan dalam buku ini ttg bgmn menyikapi kegagalan dalam hidup. Semua orang pasti pernah merasakan gagal dalam bidang tertentu di kehidupan. Dan bagaimana sikap kita setelahnya menentukan kualitas kehidupan seperti apa yang kita akan jalani di masa depan. Dari semua kontributor dalam buku ini, saya suka tulisan dan kisah dari Abimana dan Baskara Putra. Melisa Karim juga punya cerita yang unik. Saya gak nyangka juga publik figur punya kisah dan pemikiran yang mendalam. Jenis bacaan yang ringan, ga berat tapi sarat nilai-nilai penting yang kalau dibaca lagi semoga bs membantu mengubah sudut pandang kita dalam menyikapi kegagalan.
Failure was a collection of short, 300-word failure stories. Each of these stories had its lesson, and what to be learned from it. Starting from a single mother fighting for her daughter, to an actor who’s dealing with his harsh childhood. Filled with more than 10 stories, this book was truly worth reading and to be explored. I’ve learned so many things from these stories. Failure was a part of life, whether you liked it or not. Failure was what makes us stronger, and to take a piece lesson from it. It’s a worthy experience to shape you better in the future. Each of us had our own failure story, some are great, and some are tiny. However, it’s how we look at it, our perspective of shaping that failure. Do we want to learn from it? Or are we neglecting it?
Gagal. Rasanya memang agak nyelekit pas baca satu kata itu. Tapi harus aku akui kalau buku ini cukup page turner. Entah karena aku banyak relate dg cerita yang dituliskan atau karena memang pada dasarnya manusia senang mendengar cerita kegagalan orang lain. Yaaa sesimple untuk menghibur diri, kalau yg pernah gagal itu bukan cuma kamu seorang.
Tidak berhasil tidak masalah. Akan selalu ada hikmah yang bisa diambil dari semua kejadian yg hadir di dalam hidup ini. Jadi buku ini mengajak kita bersyukur atas apa yg terjadi baik itu berhasil ataupun gagal. Buku ini sangat direkomendasikan.
Buku ini berisi kumpulan essays, I like the way they write. Soalnya bikin mudah mencerna isi tulisan mereka. Part yang paling disukai 'pernikahan bukan untuk semua orang' walopun gak relate sama aku tapi setidaknya jadi tau something gitu.
bukunya inspiratif sih tapi mungkin karena terlalu singkat jadinya kyk selebriti yang diwawancara aja gitu, ga ada impactnya ke aku. Mungkin kalo dipanjangkan sedikit lagi mungkin bisa berubah sedikit impresiku.
Aku menemukan buku ini di momen yang tepat. Banyak hal-hal yang relatable dengan kondisiku saat ini. Aku juga mendapatkan insight baru tentang kegagalan dan bagaimana kita harus memandangnya.
>keinginan berkeluarga sebenarnya berasal dari dendam hingga suatu hari semua itu sudah menjadi tidak penting lagi.
cerita orang orang, makin ke belakang makin bosan, kayaknya kurang cocok di aku.
tambahan: salah satu yang paling berkesan: betul dan benar kedengaran sama, tetapi setelah diberi imbuhan ke-an menjadi, kebetulan dan kebenaran. sungguh berbeda.
Buku ini cocok dibaca saat kita merasa kecewa dalam menghadapi kegagalan karena isinya membuat kita memahami gagal tidak seburuk itu melalui cerita dari 16 penulis dan bagaimana mereka bangkit dari kegagalan tersebut. Jika dilihat dari sampul, buku ini nampak seperti bacaan yang berat namun aslinya malah seperti membaca artikel harian yang bisa dibaca kapan saja! Jika kamu suka membaca buku tentang Pengebangan diri dan Psikologi kamu akan menyukai buku ini. Kelebihan Buku: Bukunya ramping, mirip terbitan luar negeri yang memudahkan kita untuk membawanya kemana saja. Selain itu saya suka sampulnya yang minimalis dengan pilihan warna emas, saya pikir hanya disampul saja yang cakep ternyata sampai ditinta setiap babnya pun berwarna emas. Jujur saya rasa divisi desain dan tata letak bukunya quiet genius memadukan warna emas dengan kata gagal seolah merepresentasikan a whole book yang mematahkan stigma gagal itu sendiri yang selama ini beredar di kehidupan kita. Kekurangan Buku: Pada awalnya saya berfikir buku ini agak mahal untuk ukuran buku tipis nan kecil, setelah membacanya saya jadi paham hehe malah pengen beli 2 buku lain dari greatmind.