Jump to ratings and reviews
Rate this book

Dawuk #2

Anwar Tohari Mencari Mati: Sebuah Novel

Rate this book
“Aku suka cerbung yang Sau­dara tulis. Tapi kupikir ada yang kurang. Atau kalau boleh kubilang, kuharap Saudara tidak tersinggung, itu sebuah kesalahan. Saudara seharusnya menjadikan Warto Kemplung itu sebagai tokoh utamanya, bukan justru si bekas pembunuh buruk rupa yang diceritakannya. Dengan demikian, menurutku, sedikit meleset apabila Saudara kemudian memilih ‘Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu’ sebagai judul. Tapi aku me­ngerti kesulitan Saudara. Saudara tak tahu sama sekali soal War­to ini.”

Inilah sekuel Dawuk: Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu, yang diawali dari serangkaian surat pembaca misterius yang mengklaim mengetahui asal-usul pembual kesayangan kita, Warto Kemplung, dan menjelaskan dari mana kelihaian mendongengnya berasal. Namun sekali lagi, apa yang tersampaikan dalam cerita ternyata belum tentu adalah apa yang sesungguhnya terjadi. Ini juga tribut bagi segala bacaan, tontonan, dan musik yang pernah dan terus memikat hati banyak orang, kendati kritikus adiluhung suka melabelinya sebagai hiburan rendahan belaka.

208 pages, Paperback

Published February 1, 2021

5 people are currently reading
103 people want to read

About the author

Mahfud Ikhwan

23 books74 followers
Mahfud Ikhwan lahir di Lamongan, 7 Mei 1980. Lulus dari Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Gadjah Mada, tahun 2003 dengan skripsi tentang cerpen-cerpen Kuntowijoyo. Menulis sejak kuliah, pernah menerbitkan cerpennya di Annida, Jawa Pos, Minggu Pagi, dan di beberapa buku antologi cerpen independen.

Bekerja di penerbitan buku sekolah antara 2005–2009 dan menghasilkan serial Sejarah Kebudayaan Islam untuk siswa MI berjudul Bertualang Bersama Tarikh (4 jilid, 2006) dan menulis cergam Seri Peperangan pada Zaman Nabi (3 jilid, 2008). Novelnya yang sudah terbit adalah Ulid Tak Ingin ke Malaysia (2009) dan Lari Gung! Lari! (2011). Novelnya yang ketiga, Kambing dan Hujan, memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014.

Selain menulis dan menjadi editor, sehari-harinya menulis ulasan sepakbola di belakang gawangdan ulasan film India di dushman duniya ka, serta menjadi fasilitator dalam Bengkel Menulis Gerakan Literasi Indonesia (GLI).

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
33 (27%)
4 stars
67 (54%)
3 stars
21 (17%)
2 stars
0 (0%)
1 star
1 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 35 reviews
Profile Image for Christan Reksa.
184 reviews11 followers
October 9, 2022
Penggemar novel lokal mungkin sudah cukup mahfum dengan nama Mahfud Ikhwan novelnya yang bertajuk "Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu" yang sukses mengocok perut, membangkitkan ketertarikan pada musik2 dangdut & melayu, pun keberingasan Mat Dawuk.

Namun satu tokoh yang sejatinya cukup menonjol adalah sang pencerita-pembual: Warto Kemplung. Tuturannya begitu realistis sampai2 kau tak sadar bahwa sejatinya dalam banyak hal kisah2nya dilebih2kan, & untuk itu dia akan menagih segelas kopi & beberapa batang rokok.

Ada rasa gatal untuk mencoba mengenal Warto lebih jauh, & itu dijawab Mahfud melalui novel ini, sekuel dengan fokus pada Anwar Tohari, sang Warto Kemplung yang kisah hidupnya sungguh membuat ternganga.

Novel ini sukses melukiskan Anwar Tohari dalam cara2 yang membuat saya terkaget2: kok bisa si pembual itu punya jalan hidup segila ini? Sang paman dari Mat Dawuk telah mengalami begitu banyak. Bualannya ternyata tidak sekadar keahlian karangan & olah cerita: tak sedikit darinya adalah pengalaman pahit manis kehidupannya.

Sentuhan khas budaya pop area Jawa era 70-80an terasa lagi di sini: film India, musik Melayu, komik silat. Tentu saya tak paham mendalam, namun Mahfud sukses sekali lagi meleburkan keseruannya berpadu dengan kisah hidup Anwar yang berkali2 menghadapi kematian namun selalu berhasil melampauinya karena kekuatannya yang tak disangka2.

Novel ini dipenuhi adegan silat yang terasa seperti fantasi & humor2 sarkas khas Jawa Timur yang mengundang tawa bahak-miris. Keluguan sang wartawan juga menyenangkan, sebagai penutur kisah yang dikiranya hanya rekaan karena begitu tak realistisnya namun berakhir dengan kekaget2an yang menjadi pengalaman tak ada duanya.

Satu protes kecil saya adalah bagaimana bagian akhir agak buru2 membeberkan segala kisah, konteks, & kesimpulan hanya dalam beberapa belas halaman. Namun novel ini memuaskan dahaga penggandrung novel Dawuk akan Sang Warto Kemplung, Anwar Kita, menjadi penutup yang menyenangkan, mengingatkan bahwa tak jarang kita menganggap remeh orang tanpa paham konteks hidupnya yang bisa jadi jauh lebih mendalam dari yang kita bayangkan.
Profile Image for Happy Dwi Wardhana.
244 reviews38 followers
November 28, 2021
Lama tak menemukan buku seperti ini yang membuat saya terbahak dengan kerasnya. Bukan genre humor memang, tapi sarkasme dialog khas Jawa Timur-annya lah yang membuat saya terpingkal. Seperti itu juga cara saya dan teman-teman saya berkelakar. Penuh umpatan.

Jadi, ini adalah novel tentang Warto Kemplung. Bagi yang sudah baca Dawuk, pasti mengidolakan tokoh satu ini. Bagi yang belum baca, saya sarankan baca dulu karena akan agak susah mengikuti sekuel Dawuk ini meski tokoh sentralnya berbeda.

Yang menarik adalah bagaimana Mahfud mengangkat budaya pop tahun 70 an: novel-novel semi porno, komik silat stensilan, film India, dan dangdut melayu. Pembahasannya yang mendalam terasa nggilani. Tapi, ya keren saja. Ini adalah bentuk protes bagaimana budaya pop tak pernah diberikan panggung dalam sejarah. Intelektualitas hanya bagi pemerhati budaya adiluhung.

Hal yang penting, dan teramat penting dalam membaca Anwar Tohari Mencari Mati adalah Anda paling tidak mencari tahu, syukur-syukur mendengarkan O.M. Awara. Penampakan sampul kasetnya seperti ini:

OM Awara

Ini adalah elemen penting untuk Anda bisa masuk ke dalam cerita. Semoga Anda tahan. :)

Saya kurang ngeh di dua bab terakhir bagaimana rahasia demi rahasia demi rahasia tumpah ruah. Ibarat bawang merah yang sudah dikupas sisik-sisiknya, tapi coba dikupas lagi bagian dalamnya. Di sini ingatan Anda akan plot Dawuk diuji. Saya agak kendor dalam bab-bab itu karena saya baca Dawuk di tahun 2017.
Profile Image for cindy.
1,981 reviews156 followers
January 12, 2022
Baca ini dari timbunan pas banget novel ini lagi panas gara² masuk nominasi prosa terbaik pilihan Tempo. Memang asyik sekali novel ini, dinikmati sambil browsing dan mendengarkan dangdutan lawas Ida Laila dan S. Achmadi.

Sequel dari cerita Mat Dawuk ini bergeser mengkisahkan sang paman, Warto Kemplung alias Anwar Tohari alias si Pengaduk Kopi dari Utara. Sang paman ternyata punya sejarah yang tidak kalah kelam daripada sang ponakan. Kelam tapi bukan berarti tak menarik. Kiprah kaprahnya sewaktu muda, cinta-cintanya yang tak kesampaian hingga benci-hormatnya pada sang guru yang telah membesarkannya. Dilatari kayu-kayu blandongan (aku sedikit tahu apa yang mereka bicarakan sih, courtesy of kkn di daerah desa hutan jati perhutani sekian tahun lalu), kemudian berpindah ke markas para penulis ketengan, dan naaantii, berpuncak balik ke warung blandongan lagi. Surat-surat panjang menceritakan sepenggal kisah hidup seorang Anwar Tohari.

HIDUPKU SULIT DAN AKU TAK HENDAK MATI DENGAN MUDAH!

Endingnya, helaaa... malang nasibmu wartawan Mustofa 😌
Profile Image for Steven S.
697 reviews67 followers
March 17, 2021
Bersambung dari kisah di novel "Dawuk" yang begitu lincahnya (Mahfud) bercerita, saya tak menghabiskan waktu lama untuk melanjutkan sekuelnya.

Setelah preordernya diumumkan, buku ini wajib masuk di daftar bacaan. Meski ketika tiba di awal Maret/akhir bulan Febuari, novel ini sempat terselip saja.

Saat memasuki waktu yang pas buat membaca novel (ya, ketika mood membaca karya Mahfud Ikhwan yang ini) saya pelan-pelan masuk dalam bangun dunia ceritanya. Beberapa bubungan dilewati, di beberapa halaman awal masih meraba gaya penceritaan Mahfud.

Inilah saya membaca "Anwar Tohari" dengan ingatan nyaris kosong tentang cerita "Dawuk" itu sendri. Namun karena kelincahan dan rasa penasaran akan novel baru mas Mahfud saya mencoba terus membacanya.

Oh lupa. Saya kembali meraih buku ini sehabis minggu lalu melihat dan sekilas membaca timbangan buku "Anwar Tohari Mencari Mati" di rubriknya Jawa Pos. Di situ diketahui mas penulis menggugat banyak hal. Ampuh nih. Batin saya. Apa yang digugat. Sastra Indonesia.

Itulah yang membuat mood saya terbangun membaca kisah perjalanan mas Mustofa ini. Kalau dilihat-lihat, rubrik resensi buku yang disajikan di media nasional macam Kompas, Jawa Pos, memang kerap mengundang rasa penasaran, ingin ikut menikmati apakah betul, opini si peresensi. Praktisnya ini juga bisa menjadi etalase buku terbaru yang bagus. Meski tidak selalu saya pungkasi isinya. Takut kena jebakan terkena ranjau pelintiran ceritanya. Hehehe. Jadinya, isi rubrik tersebut kembali saya lihat, sesaat setelah menamatkan novel ini. Begitu...

Perjalanan membaca novel ini, memang tak seperti si peresensi yang bilang tuntas dalam empat jam. Saya membutuhkan beberapa jeda sebelum menamatinya. Hingga lembaran ucapan terima kasih. Apa yang tersaji di dalam buku ini begitu presisi. Maaf, saya meminjam istilah dari MUHAMMAD NANDA FAUZAN. Iya betul. Semua komponen dan isu-isu yang diangkat di novel ini pas betul porsinya.

Kalau-kalau apa yang mengasyikkan betul bagi saya, jelaslah, tak mungkin diumbar di postingan ini, biarlah Anda mencoba membacanya, satu dua topik saya kira akan nyangkut di diri Anda, entah itu prahara enamlima, politik perkayuan, atau, itu...

Ku kira kisah ini akan ada lagi kelanjutannya (amin), semoga penulisnya akan kembali dengan kisah yang tak kalah serunya.

Maka itu, yuk, beli buku aslinya ya guys.

empat bintang untuk novel yang mengasyikkan ini. Jangan lupa nikmati juga playlistnya di Spotify, yang dibuat mbak TC. Syaduh sekaliii..
Profile Image for Satria.
20 reviews4 followers
March 4, 2021
Anwar Tohari yg adalah Warto Kemplung yg adalah Anwar Kita semua memang bukan orang biasa. Seorang blandong sakti mandraguna yg orang Rumbuk Randu dianggap hanya pembual tukang ngutang kopi dan rokok di Warung Siti menyimpan banyak kisah sedih di akhir cerita. Sama seperti ketika Mat Dawuk harus terbakar bersama rumah dan istri tercintanya, Inayatun.

Ini kisah ttg Warto Kemplung yg pandai bercerita yg jadi inspirasi saya.

Pokoknya jika anda berpikir untuk membeli buku ini maka beli lah. Dan jika belum ada pikiran untuk membeli juga segera belilah.
6 reviews
August 19, 2023
Sebuah sekuel yang pantas didapatkan dan dibaca oleh pembaca Dawuk. Secara personal, sejak pertama kali membaca Dawuk, saya merasa Warto Kemplung adalah tokoh menarik yang sangat kurang diceritakan. Adegannya di warung kopi ketika membual tentang Mat Dawuk, yang sedikit banyak ternyata bukan bualan, merupakan pertunjukkan kekuatan tokoh Warto Kemplung itu sendiri alih-alih tokoh Mat Dawuk. Dalam novel ini, Warto Kemplung didalami dan dikuliti kepribadian, asal-usul, dan kisah masa lalunya yang ternyata begitu unik.

Gaya bertutur dalam novel ini sedikit banyak mirip dengan novel pertama, yakni menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan bertutur melalui sudut pandang orang pertama sebagai pencerita. Namun, medium orang pertama yang menjadi pencerita di sini meluas dari medium lisan ke medium tulisan, yakni surat-surat yang ditulis oleh seseorang bernama Imam Widjaja. Imam merupakan pengkritik kisah Dawuk yang ditulis oleh Mustofa, wartawan yang menulis kisah Dawuk berdasarkan penuturan Warto Kemplung. Kritik Imam adalah tentang perlakuan Mustofa yang ia anggap "tidak adil" terhadap Warto Kemplung karena karakternya tidak didalami.

Surat-surat kritik Imam ternyata datang berjilid-jilid. Surat-surat itu pulalah yang mendorong Mustofa untuk terlibat dalam serangkaian kasus dan perjalanan tak terduga. Perjalanan yang dialami Mustofa ini dituliskan oleh Mahfud Ikhwan dengan sangat baik. Refleksi yang memuat eksplanasi dan kritik terhadap dunia sastra Indonesia dari waktu-waktu dapat muncul dan dirasakan dalam perjalanan Mustofa tersebut. Beberapa referensi budaya alternatif yang selama ini dianggap "kampungan" dan "pinggiran", seperti musik dangdut, film India, ludruk, dan lain sebagainya juga dimunculkan secara mewah dan memikat dalam novel ini.

Refleksi lain yang cukup menarik dalam novel ini adalah refleksi tentang dunia jurnalisme Indonesia. Selain menyisipkan refleksi dan kritik terhadap dunia sastra Indonesia, Mahfud juga memasukkan refleksi tentang kondisi kiwari jurnalisme Indonesia. Ancaman tak terduga yang dialami Mustofa secara tidak langsung menghadirkan refleksi tentang ketidakpastian nasib hidup dan keamanan kerja seorang wartawan, sekalipun keran kebebasan pers telah dibuka sejak Orde Baru runtuh.

Secara garis besar, novel ini mampu menghadirkan kepuasaan tersendiri bagi pembaca Dawuk yang penasaran akan sosok Warto Kemplung. Namun, tidak hanya itu, novel ini juga lebih berani untuk mengambil sudut pandang yang lebih realis untuk merefleksikan kondisi terkini sastra Indonesia dan dunia jurnalisme secara tersirat, tetapi tetap memikat. Kelemahan yang mungkin patut dicatat dari novel ini adalah pemaparan berbagai fakta-fakta kunci yang terlalu terburu-buru dan terkesan berceceran di akhir-akhir cerita. Sosok Warto Kemplung yang digambarkan sebagai sosok yang sulit ditemui dan suka muncul pada waktu dan di tempat yang tidak terduga kerap dijadikan justifikasi untuk menebar fakta-fakta kunci yang serba mendadak ini. Model penebaran fakta-fakta kunci semacam ini membuat pembaca merasa kebingungan dan digantung pada akhir cerita karena ada beberapa fakta yang tidak lengkap. Sosok Warto Kemplung pun tetap memiliki sisi kemisteriusan yang menuntut untuk didalami.
Profile Image for Rahmia Khoerunnisa.
5 reviews1 follower
February 7, 2022
melanjutkan dari novel "Dawuk: Kisah Kelambu dari Rumbuk Randu". novel dengan berbagai satire pada bagian-bagian dialognya. aku suka novel dengan tema konflik kehidupan masyarakat pedesaan dan sedikit mengangkat sejarah Indonesia pada masa orba yang berdampak pada rakyat kecil. buku ini membuat aku semakin kebingungan karena Warto Kemplung alias Anwar Tohari itu apakah memang Mat Dawuk sendiri ? aku sama kagetnya dengan Mustofa, saat membaca lembar bagian mereka melakukan perjalan ke Surabaya. cerita ini sulit membedakan mana yang benar dan mana yang hanya bualan. yang pada novel pertama Warto Kemplung sudah kita cap sebagai pembual. tapi ternyata dia bukan sembarang orang.

buku ini berbeda dari buku sebelumnya. jika di buku "Rumbuk Randu" kisahkan cerita kelam Mat Dawuk yang harus terbakar bersama rumah dan istri tercintanya. Buku ini bergeser mengkisahkan Warto Kemplung aka Anwar Tohari, si pencerita kisah Mat Dawuk. sama kelamnya dengan Mat Dawuk. cinta yang tak tersampaikan dan benci hormatnya kepada Guru. walau dalam buku ini sudah dijelaskan begitu banyak perihal Warto alias Anwar, kenapa ya aku merasa Warto alias Anwar ini masih menjadi sosok misterius yang mungkin akan dijadikan buku selanjutnya. ya semoga saja karena aku tidak mau Musotafa si Wartawan itu jadi sasaran Andi Pecang untuk melanjutkan misi hidupnya mencari Mat Dawuk. Ya kuharap, seperti di film-film. hero selalu datang tepat pada waktunya (tapi sepertinya itu tidak untuk novel ini).

disamping cerita Warto Kemplung alias Anwar Tohari. Aku menyukai "isi" buku ini. buku ini menampakkan konflik pedesaan yang tak melulu terlihat asri dan sejahtera. sama ruwetnya dengan kehidupan manusia di kota. tanggung jawab seorang anak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sampai mereka memutuskan untuk menjadi TKI bahkan pekerja seks komersial. istilah kerennya mungkin generasi sandwich kali ya. bagaimana orang jawa masih menggunakan ilmu-ilmu spiritual. cerita tentang masa pemberantasan PKI, juga satire terhadap sastra Indonesia. sangat kentara dari Hendro si kritikus sastra yang mengkritik cerbung "Rumbuk Randu" Mustafa dan surat-surat yang ia tulis dari cerita Imam Widjaja. tak lepas yang membuat novel ini tidak membosankan adalah sarkasme dialog Jawa Timur serta lagu-lagu pop tahun 70-an yang membuat aku sampai mendengarkan lagu-lagu Ida Laila dan S. Effendi di youtube juga sampai tanya bapakku yang menyukai lagu-lagu lawas seperti Megi Z, Broery Marantika, atau Tommy J Pisa.

Kuharap, novel ini ada kelanjutannya!

This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Mizuoto.
143 reviews1 follower
June 19, 2025
Wartomu adalah Anwarku (Hal. 17)

“Anwar Tohari Mencari Mati” (ATMM), sekuel “Dawuk” yang menceritakan perjalanan manis pahit Warto Kemplung atau Anwar Tohari. Meski tidak sekocak “Dawuk”, tetapi jangan salah, adegan silatnya jauh lebih terasa ketimbang pendahulunya.

Dalam ATMM, banyak hal yang Mahfud sampaikan, seperti memberikan penghargaan kepada budaya pop tahun ‘70-an: buku stensilan, cerita silat, film India, musik dangdut; dan menyampaikan pesan kesetaraan dalam selera tontonan maupun musik.

Kemudian Mahfud turut menyisipkan perjalanan ekosistem sastra kita dan memberikan kritik terhadap seorang sastrawan tenar Indonesia: memilah dan memilih karya-karya hanya dari lingkar pertemanan tertentu, membuat banyak karya lainnya ‘tertelan’ dari radar khazanah sastra kita; yang menyebabkan, salah satunya, banyak penulis meredup.

Melalui karakter Mustofa (wartawan), Mahfud hendak menghadirkan potensi pembungkaman dan kekerasan yang memengaruhi nasib wartawan dan dunia jurnalisme.

‘Political forest’ masih mewarnai ATMM. Perseteruan blandong–sinder makin memanas dan menjadi cerminan salah satu sejarah pemiskinan masyarakat desa di sekitar hutan Perhutani. Tidak sekadar ketimpangan relasi kuasa dan status sosial, Mahfud menampilkan sudut pandang sinder kala hutan-hutan Indonesia mengalami penjarahan besar-besaran pasca-reformasi.

Secara keseluruhan, novel ini menarik. Resensi lengkap bisa dibaca di sini
Profile Image for Yuniar Ardhist.
146 reviews18 followers
February 14, 2023
Sebagai novel, menurut saya buku ini terlalu memberikan pemaparan informasi yang kurang bisa membuat pembaca ingin tetap menikmati. Persoalan sastra Indonesia, nama-nama tokoh, politik, tidak semua tahu. Sebenarnya justru bagus, memberikan informasi pada pembaca hal-hal yang tidak semua tahu. Masalahnya, rasanya lebih kepada ‘memaksakan bisa diserap dengan cepat dan banyak dalam waktu singkat’ karena dituliskan semacam non-fiksi.

Membaca beberapa ulasan pembaca sebelum saya, sebagian ada mengatakan buku ini membuatnya tertawa. Ternyata tidak saya dapatkan ketika membaca.

Pun jika dianggap sebagai sekuel, pertama saya lupa cerita “Dawuk” seperti apa. Tidak diberikan sedikit awalan, sehingga benar-benar bingung. Kedua, makin ke belakang sepertinya semakin jauh dari “Dawuk”. Saya bahkan berpikir, benarkah ini sekuelnya? Atau hanya mengambil nama tokoh, lalu membuat alur cerita berbeda? Jika di film, bisa jadi adalah “spin-off”.

Banyak ceritanya yang referensinya adalah hal-hal lampau, baik musik, politik, tokoh, film, dll. Tidak salah, tapi cukup membosankan. Pada akhirnya, saya kurang bisa mendapatkan kesenangan ketika membaca buku ini. Tapi siapa tahu juga, akan cocok dibaca lagi di waktu mendatang. Dan opini ini bukan berarti bukunya tidak bagus. Bisa jadi justru sangat bagus. Hanya saya yang mungkin kurang mampu menangkap dengan baik hal-hal seru di dalamnya.
Profile Image for Ira Nadhirah.
600 reviews
October 23, 2025
Buku keempat dari Mahfud Ikhwan, dan beliau never fail to amuse me. Buku yang sangat genius sehingga saya perlu lukis mindmap untuk memahaminya. Mungkin sebab IQ saya juga tidak tinggi mana.

Buku ini sequel dari Dawuk, yang saya baca 3 jam dalam pesawat dari Yogyakarta ke Kuala Lumpur. Dalam Dawuk, si Warto yang tukang cerita. Sampai akhirnya saya jadi berfikir si Warto ni ke Dawuk sebenarnya?

Ending Dawuk, Mustofa yang compile kan cerita hasil dongengan Warto ke surat khabar dan di dalam buku ini pula Mustofa mendapat surat surat dari katanya teman si Warto yang memberitahu Warto tu sebenarnya adalah Anwar Tohari. Makanya buku ini berkisarkan hidup Anwar Tohari.

Rupa rupanya ada udang di sebalik batu, niat suray surat tersebut adalah untuk membalas dendam terhadap Warto aka Anwar Tohari sebab Warto bunuh ayah dia. Ceritanya agak complicated sedikit dan kena baca berterusan agar kau tidak hilang jalan ceritanya.

Ternyata Warto bukan sembarangan orang, handal berlawan dan juga kebal senjata api. Tbh, agak sukar saya nak review buku ini sebab saya sendiri perlu meneliti semula alur ceritanya bagaimana. Dan mungkin juga kerana saya sudah ingat ingat lupa jalan cerita Dawuk.

Endingnya juga agak questionable. Ada sambungan lagi ke? Apa yang terjadi kepada Mustofa? Hidup ke mati? Begitulah.
Profile Image for Yudsky.
8 reviews
July 26, 2021
Tertarik membaca setelah terpukau dengan cerita sebelumnya di novel Dawuk.

Novel ini lanjutan dari Dawuk, yang menceritakan masa lalu Warto Kemplung (a.k.a. Anwar Tohari) yang ternyata luar biasa. Sayangnya saya merasa awal sampai pertengahan buku kurang menggigit, terutama bagian surat panjang dari Iwan Widjaya yang menceritakan tentang dirinya sendiri.

Tapi di sepertiga akhir cerita, Anwar Tohari kembali mendapat sorotan utama. Sebuah plot twist yang tidak saya sangka-sangka. Tempo novelnya terasa sedang di sepertiga awal, menurun di pertengahan dan melaju kencang di sepertiga akhir dengan menampilkan aksi dan penjelasan dari Anwar Tohari.

Rasanya ini bakal jadi trilogi, dengan Anwar kembali jadi penghubung cerita seperti di buku pertama atau jadi tokoh utama seperti di buku kedua?
Profile Image for Zulfianto Biahimo.
7 reviews
June 29, 2022
Lanjutan dari novel Dawuk, mas Mahfud kembali membawa imajinasi kita menelusuri latar tokoh. Dari Anwar Tohari alias Warto, hubungannya dengan pak imam, sampai rencana pembunuhan yang melibatkan si wartawan itu sendiri. Plot maju mundur dengan banyak flashback latar si tokoh, termasuk dendam yang coba dilampiaskan.

Seru. Tapi bagi saya, novel pertamnya:Dawuk, lebih menghibur untuk dibaca --setidaknya begitulah pendapat pribadi saya-- dibandingkan sekuel ini. Mahfud selain menuangkan nuansa desa sebagaimana yang menjadi ciri khas dalam karyanya, tetapi di novel ini porsinya agak berkurang. Akan tetapi, ini setimpal, karena Mahfud banyak menyajikan budaya pop tahun 80-an, mulai dari musik dangdut, Buku-buku stensilan dan cerita silat, sampai kritikan yang ia sisipkan mengenai perjalanan sastra Indonesia.

Pantas, bila novel ini memenangkan penghargaan.
Profile Image for Kasyiful Khofa.
16 reviews
October 13, 2025
Currently reading Anwar Tohari Mencari Mati and… wow. Mahfud Ikhwan really knows how to write loneliness in a way that feels too real. The story’s quiet but heavy—like watching someone slowly sink into their own thoughts, questioning faith, morality, and what it even means to “die properly.”

The writing is sharp yet tender, full of small-town textures and human contradictions. It’s not a book you rush through—it kinda makes you pause, think, and sometimes just stare into space for a bit.

So far, it feels like one of those reads that doesn’t scream, but lingers. The kind that follows you around even after you close the last page.
Profile Image for afatsa.
51 reviews2 followers
January 10, 2022
Mahfud Ikhwan belum pernah mengecewakan saya. Sejak Kambing dan Hujan, Dawuk, lalu Anwar Tohari.

Meskipun efek pasca baca Anwar Tohari kurang dari saat selesai baca Dawuk, novel ini benar-benar magis.

Sarkas, lucu, mendebarkan, lengkap dengan 'gerutuan' terhadap sastra Indonesia yang ditulis dengan meminjam tokoh-tokoh di sini.

Sebaiknya baca Dawuk (lagi) sebelum menamatkan ini. Karena beberapa bagian akan semakin terasa efeknya jika pembaca berhasil mengingat detil kisah Dawuk. Sesuatu yang luput saya lakukan.
Profile Image for Alfrina Pakpahan.
13 reviews
October 28, 2024
good enough to make ur heart beat fasterr ahahahaha

saya pribadi suka jalan ceritanya namun sedikit pusing dengan alur campuran dan pergantian tokoh pencerita di novel ini. namun demikian, novel ini masih mudah untuk diikuti alurnya dan pergolakan di dalamnya.

4.7/5 adalah nilai dari saya. cerita yang menggantung bukan tipikal kesukaan saya. walaupun sepertinya penulis secara tersirat menjelaskan trilogi ruwuk randu berakhir disini.

apabila dibandingkan, saya pribadi lebih suka alur cerita dawuk.
Profile Image for Agoes.
510 reviews36 followers
April 22, 2021
Seru sih ceritanya. Ada topik-topik yang dikaitkan juga sama penulisnya, misalnya perkara pemberantasan PKI (65), penebangan pohon, kritik sastra Indonesia, dsb.

Tapi kadang berasa gak konsisten penokohannya. Warto yang di warung itu masih mirip dengan Warto yang di novel Dawuk. Tapi rasanya beda orang dengan yang di bagian belakang cerita ini, nggak kayak orang yang sama. Maksudnya bukan dia jadi berasa beda karena dikasih tau latar belakang orangnya, tapi ya emang beda orang aja.
Profile Image for Giffar Masabih.
9 reviews
September 22, 2022
Selalu suka dengan tulisan dari Mahfud Ikhwan karena saya merasa dekat dengan latar tempat kejadian maupun cerita yang ditulis. Dalam novel ini, meskipun terkadang tidak ditulis secara eksplisit latar tempat kejadian, saya bisa dengan jelas membayangkan suasana lajur pantura, atau desa disebelah hutan di kawasan Blora-Ngawi, kampung Cina di Lasem, dan orang2 desa yg digambarkan begitu nyata. Sangat menyenangkan.
Profile Image for Wahid Kurniawan.
206 reviews3 followers
April 10, 2021
Kalau di novel pendahulunya, Dawuk, penulis betul-betul berkisah soal tragedi yang kelabu dan berdarah, novel ini berjalan sangat berbeda. Fokus utama kisah tidak lagi ada pada diri Mat Dawuk, tetapi pembual kesayangan kita, Warto Kemplung alias Anwar Tohari. Dan seperti biasa, penulis menarasikannya dengan permainan sudut pandang yang asyik.
Profile Image for Hakni..
142 reviews3 followers
December 25, 2021
Kelanjutan dari novel Dawuk, tapi entah mengapa aku lebih suka sama yang Dawuk, bukan berarti Anwar Tohari Mencari Mati jelek ya! Cuma dibeberapa bagian aku kayak gak paham maksud penulis (maaf ya penulis) 🤧
tapi tetep harus dibaca karena pertanyaan dalam novel Dawuk, jawabannya ada disini. Happy reading! 😍
Profile Image for Ali.
12 reviews
April 14, 2024
Anwar Tohari jelas bukan orang sembarangan.
Cerita di novel ini adalah lanjutan dari novel sebelumnya. Ada kronik yang sangat menarik, tetapi aku agak kesulitan membacanya terutama di bagian tengah. Sebab penulis banyak sekali melakukan narasi panjang yang berbelit-belit. Namun, dengan klimaks dari cerita yang tak terduga bikin semuanya termaafkan.
Worth to read.
4/5
Profile Image for SEBUAH RUANG GILA.
29 reviews2 followers
June 7, 2024
Mahfud Ikhwan is a melancholy rockstar author, combining Dangdut (Indonesian popular music often having sad and yearning lyrics) with politics and other social cultural issues. This is a sequel of DAWUK and it’s really thrilling to read how the stories evolve into something eclectic yet cinematic through pages. A major crush!
Profile Image for moonyphase.
50 reviews1 follower
November 2, 2025
Kurekomendasikan untuk menamatkan Dawuk dan Anwar Tohari Mencari Mati dalam setahun yang sama! Sederhana tapi kompleks serta fresh & segar untukku menemukan gaya penceritaan seperti duologi Dawuk & Anwar Tohari. Aku suka kedalaman Mahfud membedah tokoh Warto/Anwar lewat surat-surat Imam dan narasi-narasi awal Warto pada Mustofa ketika menceritakan Mat Dawuk.
4 reviews
April 13, 2021
Bualan-buapan Warto Kemplung di Dawuk ; Kisah Kelabu Dari Rambuk Randu luar biasa, terperangah, membuat saya tak bisa berkomentar. Kini hadir lagi sekuelnya Anwar Tohari Mencari Mati. Pasti luar unik dan membuat kita menggelengkan kepala. Teknik bercerita Mahfud Ikwan memang unik.
Profile Image for Kribz.
9 reviews
March 13, 2023
Sebuah sekuel yang sedikit banyak menjelaskan siapa Mat Dawuk, Warto Kemplung, dan tentu saja Anwar Tohari.
Sayangnya, di bagian akhir, masih ada ending yg menggantung. Apakah akan ada kelankutannya?
Profile Image for Sadam Faisal.
125 reviews19 followers
March 11, 2021
Bukannya menjelaskan siapa itu Mat Dawuk sekarang malah makin bingung sama siapa sebenernya Warto Kemplung alias Anwar Tohari ini
Profile Image for Ilham Prakosa.
6 reviews2 followers
April 27, 2021
Warto Kemplung, Anwar Tohari, dan Cak Mahfud memang pembual yang handal
Profile Image for Galeh Pramudianto.
Author 8 books40 followers
May 19, 2021
Membuat yang personal jadi universal tanpa kecenderungan membeo itu perlu.
1 review
Want to read
September 11, 2023
k
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Nugie.
59 reviews2 followers
October 25, 2023
Semua berawal dari surat, konflik yang berakar dari perseteruan blandong dan sinder.
Displaying 1 - 30 of 35 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.