Jump to ratings and reviews
Rate this book

Jika Kita Tak Pernah Baik-baik Saja

Rate this book
Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja
Bagaimana caranya aku bisa mencintai diriku ketika yang kulakukan kepada diriku adalah kesalahan-kesalahan bodoh tanpa hentinya?

Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja
Susah mencintai seseorang yang terus melakukan kesalahan, lantas bagaimana kalau diri ini yang terus melakukan kesalahan? How can I even start loving myself?

Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja
Lalu, bagaimana caranya aku bisa menerima segala kekuranganku?
Bagaimana aku bisa menjadi diriku sendiri kalau aku sendiri tidak suka diriku sendiri?

Kita pernah mengalami krisis, tak pernah baik-baik saja menerima keadaan dan menyalahkan diri sendiri. Mengarungi hidup adalah tentang seni mencintai—termasuk mencintai diri sendiri dengan segala kekurangan, dan berusaha memperbaikinya. Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja, mengajak kita mengenal arti kecewa dan bahagia demi mencintai diri sendiri dan sesuatu yang lebih dari segalanya.

216 pages, Paperback

First published December 1, 2020

114 people are currently reading
1457 people want to read

About the author

Alvi Syahrin

11 books725 followers
Aku menulis sesuatu yang membuatmu merasa seperti, "Terima kasih telah menuliskan ini!" Sama-sama. :)

Temukan aku di:
Instagram: https://instagram.com/alvisyhrn
Twitter: https://twitter.com/alvisyhrn
Wattpad: https://wattpad.com/alvisyhrn
Telegram: https://t.me/alvisyhrn

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
233 (45%)
4 stars
189 (37%)
3 stars
72 (14%)
2 stars
11 (2%)
1 star
5 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 68 reviews
Profile Image for Fahri Rasihan.
478 reviews123 followers
March 27, 2021
• Judul : Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja
• Penulis : Alvi Syahrin
• Penyunting : Tesara Rafiantika
• Penerbit : GagasMedia
• Terbit : Cetakan kedua, 2021
• Harga : Rp 88.000,-
• Tebal : 208 halaman
• Ukuran : 13 × 19 cm
• Cover : Softcover
• ISBN : 9789797809676

Setelah sukses dengan dua buku sebelumya, Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta dan Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa, kali ini Alvi Syahrin kembali mengeluarkan karya terbarunya, yaitu Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja. Di buku terbarunya ini Alvi mengajak pembaca untuk merenungkan kembali akan makna kebahagiaan dan mencintai diri sendiri. Banyak sekali cerita atau isi tulisan yang saya jamin pasti akan 𝘳𝘦𝘭𝘢𝘵𝘦 dengan kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari mencari kebahagiaan yang tiada henti, membandingkan kehidupan pribadi dengan kehidupan orang lain, hingga merasa hampa di tengah dunia yang semakin menekan. Penulis bisa membuka mata pembaca akan kehidupan yang "Oh iya, yah... hidup kan memang begini adanya.". Dan yang saya suka dari buku ini juga adalah 𝘤𝘰𝘷𝘦𝘳 bukunya yang masih senada dengan dua buku sebelumnya. Awan mendung yang hujan menjadi ikon yang pas untuk mewakili isi buku ini. Warna biru yang digunakan pun semakin menguatkan makna dan penerimaan kita akan kesedihan yang kerap kali hadir dalam kehidupan manusia.

Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja dibagi menjadi empat bagian yang berisi 45 bab. Keempat bagian tersebut adalah; PATAH HATI, PENGKHIANATAN, KEHILANGAN; LETTING GO: MELEPASKAN; KEBAHAGIAAN YANG TELAH LAMA HILANG; dan SELF-LOVE. Keempat bagian ini seakan menjadi tahapan yang kerap kita alami di kehidupan sehari-hari. Di setiap bagian terdapat cerita yang tidak hanya sekadar mengingatkan, tapi juga terasa menghangatkan hati. Penulis tidak serta merta hanya memberi "ceramah", tapi ada kebenaran yang menenangkan di dalamnya. Segiap cerita yang ditulis juga tidak terlalu panjang dan malah sangat pendek serta 𝘵𝘰 𝘵𝘩𝘦 𝘱𝘰𝘪𝘯𝘵. Pembaca tidak perlu membaca cerita yang panjang lebar dan ngalor ngidul. Justru sebaliknya penulis dapat membuat setiap bab dengan ringkas, namun pesannya sampai ke pembaca, khususnya saya. Di awal kita akan diperkenalkan dengan luka yang kerap membuat kita tidak bahagia, lalu bagaimana kita mencoba berdamai dengannya, selanjutnya mencari kebahagiaan yang sebetulnya ada dalam diri kita, dan terakhir bagaimana seharusnya cara kita memcinta.

Di bagian pertama penulis lebih banyak membahas soal kehilangan dan patah hati karena percintaan atau persahabatan. Bagaimana biasanya kita sebagai manusia selalu mudah terbuai akan perhatian dan cinta dari orang lain. Seakan-akan kita tergantung dan tidak bisa hidup tanpanya. Akibatnya banyak harapan dan kekhawatiran yang menyebabkan kita merasa tidak baik-baik saja. Kita terlalu berharap pada orang lain yang sadar atau tidak tak dapat kita kendalikan isi hatinya. Maka penulis selalu mengingatkan agar kita janganlah tergantung pada orang lain, entah dalam bentuk cinta atau apa pun itu. Pada akhirnya hanya diri sendiri lah yang dapat kita andalkan dan yang paling mengerti akan perasaan kita sendiri. Maksud penulis juga bukan menolak atau menyangkal cinta, tapi lebih ke cara kita menerimanya dengan ekspektasi yang tidak terlalu tinggi. Jika cinta atau hubungan yang hadir dalam hidup kita tanggapi dengan sewajarnya tanpa harus jadi candu karenanya, tak akan ada kehilangan yang berlarut-larut. Pada akhirnya cinta itu pun akan hilang dan pergi entah karena pertengkaran atau pun kematian. Dengan demikian kita dapat merasa pulih dengan cepat jika terpisahkan dengan cinta dan hubungan.

Selanjutnya ada pula pembahasan mengenai kebahagiaan yang biasanya kita refleksikan melalui pencapaian orang lain. Contohnya saat melihat 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘣𝘨𝘳𝘢𝘮 atau 𝘪𝘯𝘧𝘭𝘶𝘦𝘯𝘤𝘦𝘳 di media sosial yang mengunggah kehidupan mereka di media sosial acap kali membuat kita menyangka menginginkan kehidupan seperti itu juga untuk merasa bahagia. Nyatanya tidak demikian, pencapaian orang lain belum tentu juga akan cocok untuk kita. Bisa saja itu hanya ilusi atau bias yang pada akhirnya membuat kita merasa tidak baik-baik saja pada akhirnya. Faktanya setelah kita mencapai suatu pencapaian yang "katanya" bisa bikin kita "bahagia" tak lama kemudian pada akhirnya akan pudar juga. Dan selanjutnya kita akan mulai mencari hal-hal lain yang kita jadikan alasan untuk mencapai kebahagiaan. Siklus ini terus berulang dan tidak ada henti-hentinya. Ini tidak salah dan wajar-wajar saja saat kita mencari sesuatu untuk berbahagia, tapi jangan dijadikan patokan untuk bermuram durja jika tidak kesampaian. Di buku ini penulis menyampaikan sebuah solusi dan apa sih sebenarnya kebahagiaan yang hakiki yang pada akhirnya bisa kita temukan.

Alvi Syahrin kembali sukses menjadi sahabat bagi para pembaca bukunya. Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja seakan menjadi teman dekat yang mengingatkan kita akan "nggak apa-apa kok kamu merasa sedih dan hampa.". Buku ini seakan menjadi pengingat bahwa perasaan hampa yang terkadang muncul ternyata tidak dialami oleh saya saja. Gaya tulisan Alvi yang ringkas, ringan, dan dekat menjadi kunci utama yang membuat buku ini terasa hangat dan menenangkan. Di sini pembaca bukan hanya sekadar membaca, tapi juga terasa seperti "ngobrol" dengan bukunya. Isinya yang 𝘵𝘰 𝘵𝘩𝘦 𝘱𝘰𝘪𝘯𝘵 pun memudahkan pembaca untuk langsung memahami dan menerima konsepnya. Banyak hal yang terasa religius di sini dan saya sendiri tidak masalah dengan itu, tapi apakah ini akan cocok untuk semua pembaca? Mungkin hanya di situ letak kekurangan yang saya rasakan. Selebihnya Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja masih terasa seperti seorang teman yang memenangkan kita akan hidup yang memang nggak selalu baik-baik saja. Buku yang sangat cocok dibaca di kala pandemi seperti ini. Ditunggu buku Jika Kita Tak Pernah... selanjutnya.
Profile Image for Wardah.
926 reviews171 followers
April 5, 2021
Kita semua pasti pernah merasa tidak baik-baik saja. Dan setiap dari kita akan punya penyebab yang berbeda. Putus cinta, kehilangan sahabat, masalah kerjaan, keluarga, dll. Apa pun alasannya, semua valid.⁣

Penyebab seseorang tidak baik-baik saja bagi kita mungkin nggak penting, tapi bagi dirinya bisa jadi sangatlah penting. Karena itu, nggak perlu jugalah kita beradu siapa yang paling menderita. Lebih baik kita menyembuhkan diri sendiri daripada berlomba penderitaan, kan? ⁣🥰

Nggak sih, buku ini isinya bukan tentang saling memahami penderitaan. Buku ini isinya justru gimana supaya bisa menerima dan mengatasi tidak baik-baik saja ini.⁣

Tak ada hujan yang tak pernah mereda⁣
Tak ada banjir yang tak pernah surut⁣
Semuanya nanti berlalu juga kok (h. 23)⁣


Seperti buku seri 'Jika Kita Tidak Pernah...' dari penulis yang lain, buku ini terdiri dari empat bagian, yaitu patah hati dan kehilangan, upaya melepaskan, bahagia yang hilang, dan self love. Dan tiap bab ditulis dengan pendek. Bab pendek ini bikin proses membaca cepat. Sayangnya beberapa topik jadi nggak tergali dengan cukup (dan aku merasa beberapa sedikit redundant di buku ini).⁣

Bab favoritku menyoal pertemanan dan ekspektasi kepada manusia. Juga bab soal kebaikan, yang aku foto sedikit ujungnya (swipe untuk lihat, ya).⁣

Yang aku salut dengan penulis adalah caranya mengemas buku ini. Aku suka dengan pembukaan yang berupa masalah, lalu dilanjutkan dengan pencarian dan perenungan, terakhir ditutup dengan penerimaan.⁣

Aku rekomendasikan buku ini untukmu yang merasa tidak baik-baik saja. Selamat membaca. ♥️⁣
Profile Image for Siqahiqa.
594 reviews106 followers
April 17, 2021
Ini adalah buku ketiga daripada Alvi dan aku dapat simpulkan bahawa penulisan Alvi semakin matang, menarik, dan begitu lancar. Pada mulanya, aku ingatkan buku ini adalah buku motivasi buat mereka yang patah hati kerana bab awalannya menjurus kepada perkara itu. Namun begitu, sangkaan aku meleset sama sekali.

Buku ini mengajak pembaca agar berdamai dengan masa lalu, mengenali erti kekecewaan dan mencintai diri sendiri. Aku sangat suka akan gaya bahasa dan pengolahan penulis dalam setiap cerita. Setiap aksara sungguh mendamaikan dan tepat ke hatiku serta disulamkan dengan kata-kata indah. Begitu lancar penceritaan penulis. Penyampaian unik dan aku memahami mesej yang disampaikan. Susunan topik juga teratur, cover cantik dan minimal juga halaman berlatarkan kertas berwarna biru bikin mataku segar membacanya.

Bab satu, subtopik bertajuk “Akhirnya, Kita Berpisah” yang aku sangka adalah tipikal kisah putus cinta dan kecewa namun ianya bukan sekadar kekecewaan. Penutup subtopik yang amat bermakna berhasil membuatkan aku berterusan membaca buku ini. Dan inilah yang aku katakan bahawa buku ini berjaya buat aku keluar daripada reading slump.

Banyak dapatan daripada buku ini dan antaranya penulis mengingatkan kita bahawa bahagia juga punya risiko. Penulis bukan mahu menakutkan kita, cuma berpesan mengenai realiti kehidupan yang kadang-kadang kita lupa apabila kita berada dalam kebahagiaan. Selalu juga perlu diingatkan bahawa kebahagiaan orang lain mungkin tidak sesuai dengan kita dan tidak perlu meletakkan standard kebahagiaan. Kita bahagia dengan cara kita sendiri.

Aku rekomen buku ini untuk semua terutama buat mereka yang memerlukan sesuatu untuk dijadikan pemangkin agar bisa baik-baik saja. Seterusnya, bisa juga mengambil tindakan positif dalam kehidupan ini.

Last but not least, terima kasih Alvi kerana sudi mengirimkan buku ini terus dari Indonesia. Semoga terus berjaya dalam karya seterusnya.

instagram.com/siriusiqa

👩🏼‍💻 Read full review on my blog - https://siqahiqa.com
Profile Image for ade.
274 reviews16 followers
May 8, 2021
You feel depressed and lonely
You don't know where to go
You're so scared of everything
Because you don't wanna feel the hurt again

Buku ini sudah rilis dari beberapa bulan silam, tapi entah kenapa, reading slump gw parah banget, rasanya enggan untuk menyentuh buku lagi. Hingga suatu ketika, saat ini, gw lagi ngerasa ga baik saja saja, overwhelming banget rasanya, entah karena siklus atau apa. Gw ngerasa semua yang gw lakukan salah?

Dan karena ini, gw teringat, kalau Alvi rilis buku ini yang kok lagi lagi dari judulnya pas banget ya? Langsung lah gw beli dan baca.. Dan tara..

Ah gila, udah gw duga, buku ini bagus banget?!? Asli, kalimat demi kalimat, bab demi bab terasa pas dengan segala permasalan dan konflik batin kehidupan, kayak semuanya di bahas. Selama baca gw tuh yang kayak, ah gila gw banget ini, astagaaa.. Astagaaa.. Gitu aja terus.

Dan.. Berkali-kali gw nangis pas baca ini..

Yang gw suka dari buku ini dan dari setiap tulisan alvi, tapi terutama buku ini sih, di setiap permasalahan yang di angkat, kita selalu di ajak kembali ke Allah, benar-benar di ajak untuk mengingat Allah.. Dan menurut gw, ini menjadi sebuah self healing tersendiri..

Duh makasih banget selalu menulis buku yang berisi kalimat indah, benar-benar me motivasi banget kalau lagi tidak baik-baik saja.. Ditunggu buju jika kita lainnya
Profile Image for Alya Putri.
77 reviews134 followers
March 11, 2021
Bacaan yang menghangatkan, dan penuh pesan pengingat ke Tuhan Yang Maha Esa. Ya, kita memang tak baik baik saja, tapi nanti semesta yang memberikan jalan untuk kita.
Profile Image for Gita Karmani.
430 reviews15 followers
April 11, 2021
Kita semua pasti "tak pernah baik-baik saja".

Ini pertama kalinya aku baca seri karya penulis ini. Setelah sering ngintip-ngintip di toko buku, baca-baca sekilas, akhirnya memutuskan untuk punya juga.
Bukannya membandingkan ya, tapi entah kenapa bagian pembukanya nggak begitu mengena seperti seri yang sebelumnya Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa tapi malah belinya ini dulu bukannya itu. insya allah next time beli. .
Bukannya mau curhat, belum lama juga aku mengalami fase yang bisa dibilang mirip sama buku ini. Bahkan line nya pun bisa dibilang hampir sama. Terpaksa melepaskan, berjuang sendirian, berusaha buat baik-baik aja, sampai mencari cara buat self-love jujur aku sendiri nggak begitu paham self-love itu esensinya apa, meski udah nyoba baca berkali-kali dari literatur self-improvement. Mungkin kalau aku baca buku ini saat berada di pas fasenya, aku akan menghayati sedemikian rupa, bahkan mungkin menangis, mencari kelegaan dan pembelaan, tapi belum berpikir bagaimana harusnya tetap berusaha untuk menjadi baik-baik saja. Tapi saat baca ini ya aku merasa biasa aja, tapi dapat insight tambahan soal hidup ini dari sudut pandang agama.


Dan yah--aku suka dari buku ini, penulisnya menuliskan dari sudut pandang islam. Ada hadist, potongan ayat Qur'an sebagai penunjang konten. Nggak ada maksud buat menggurui tapi memberitahu kalau Tuhan itu ada bersama kita, kalau kamu berdoa dan berusaha. Mungkin nggak sekarang doamu akan dikabulkan tetapi rencana tuhan pasti lebih baik untukmu.
Profile Image for asmana.
12 reviews3 followers
April 15, 2021
sebenarnya aku punya ekspektasi tinggi buat buku ini, terlebih karena aku kagum sama kak alvi dari dulu. buku ini adalah buku ketiga dari serial "jika kita tak pernah..."

kesan pertama dari buku ini secara fisik, Layout-nya masih mirip dengan dua buku sebelumnya, tapi agak berbeda karena skema warnanya terkesan lebih cerah. ketebalan kertasnya juga lebih tipis daripada yang lain. agak disayangkan karena buku punyaku jadinya bergelombang seperti kena air:( tapi overall cantik! aku suka desainnya, dan karena lebih tipis jadinya lebih ringan

overall review, sayang sekali sepertinya buku ini not my cup of tea :( meskipun aku selalu suka pembawaan dan gaya tulisan kak alvi (terutama karena beliau selalu mengaitkan tulisannya dengan nilai-nilai Islam), banyak skenario yang belum pernah dan mungkin tidak akan aku alami. buku ini seperti comfort book untuk orang yang sedang patah hati, padahal aku berkespektasi buku ini membahas hal yang lebih luas dari itu. mungkin salahku juga tidak membaca sinopsis dan hanya menyimpulkan dari judulnya saja.

ada beberapa yang relatable sekali, memang. tiap babnya juga dikemas lebih singkat dan banyak halaman yang hanya berisi satu-dua kutipan. aku bahkan menyelesaikannya hanya dalam waktu dua hari (terhitung cepat bagiku yang merupakan slow paced reader)

overall review: 3.5/5
Profile Image for Panda.
66 reviews
Read
November 14, 2021
Baru baca satu chapter, tapi sepertinya aku tidak cocok ;( Gaya penulisannya menurutku beda nggak kayak yang Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa. Padahal aku suka buku yang dulu karena topik dan gaya penulisannya.
Profile Image for qyannaqa.
35 reviews11 followers
July 11, 2024
idk what to write sih since i dnf this book, i think quite mid or maybe just because i didnt relate to any of it
Profile Image for Niki Yuntari.
87 reviews7 followers
March 21, 2021
Tak ada hujan yang tak pernah mereda

Tak ada banjir yang tak pernah surut

Semuanya nanti berlalu juga kok (hal 23)


Kamu sedang tidak baik-baik saja?
Bacalah buku ini, sedikit banyak akan membuatmu memandang keadaan dari sudut pandang lain.

Semakin dewasa, kita akan dihadapkan dengan permasalahan yang kompleks. Putus cinta, patah hati, ditolak kerja, batal menikah, hingga permasalahan yang sangat fundamental, yakni belum bisa mencintai diri sendiri. Hal-hal itu seringkali membuat kita merasa tak bahagia. Terlebih, jemari terus-terusan menggulir sosial media dan melihat unggahan foto kesuksesan teman-teman. Rasa rendah diri menyeruak, disusul perasaan iri. Lubang di hati mulai melebar, memberikan tempat untuk kekosongan mengisinya.

Buku dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu tentang patah hati dan kehilangan, upaya mrlepaskan, bahagia yang hilang, serta self love. Bisa dilihat bukan kalau uraiannya runut? Dimulai dengan konflik lalu diakhiri dengan opsi solusi mendasar yang seringkali dilupakan orang.

Agaknya buku ini masih menggunakan formula yang sama dengan seri Jika Aku Tak Pernah .... lainnya. Bertolak dari masalah personal, penulis mencoba mengeneralisirnya, agar bisa terhubung dengan pembaca yang tentunya memiliki problem berbeda-beda. Meskipun kamu nggak bisa terhubung dengan satu masalah, kamu akan bisa terhubung dengan masalah lainnya.

Review lengkap bisa dibaca di sini https://nikiyuntari.com/2021/03/17/re...
Profile Image for Tiya Mulani.
93 reviews8 followers
June 12, 2021
Buku ketiga dari seri "Jika Kita Tak Pernah"
Kalau dari judulnya bisa terlihat kalau buku ini membahas tentang kondisi yang dari setiap kita alamat sehari-hari; tidak baik-baik saja.

Penulis membagi buku ini jadi beberapa bagian. Setiap bagian terdiri dari masing-masing topik yang pada umumnya bikin kita tidak baik-baik saja, seperti insecurities, hubungan dengan orang lain, tujuan kehidupan, kebahagiaan dan kesedihan, dan lainnya.

Dibandingkan dengan buku kedua dari seri ini, buku kali ini lebih luwes temanya. Mungkin semua orang bisa baca buku ini dan paling tidak menemukan satu atau dua topik yang akan 'relate' terhadapnya.

Di bagian-bagian awal buku ini aku cukup sulit untuk mau melanjutkan membaca, tapi mulai bagian tengah hingga akhir semakin tertarik dengan apa yang disampaikan penulis.
Banyak pengingat yang aku highlight dengan spidol untuk nantinya dibaca kembali.

Setelah baca dua buku dari penulis, yaitu Alvi Syahrin, aku suka dengan gaya penulisannya. Yang selalu mencantumkan ayat dari Al-Qur'an atau hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan selalu melibatkan Yang Maha Kuasa🤍
Profile Image for Muhammad Edwin.
447 reviews16 followers
September 23, 2023
"Ekspektasikulah yang menghancurkanku, bukan mereka."

Sebuah self-love untuk berdamai dengan diri sendiri. Berdamai terhadap segala keadaan. It's okay to not be okay.
Profile Image for Rin.
Author 1 book17 followers
July 25, 2021
Aku membeli buku ini sejak pertama kali PO, edisi bertanda tangan pula. Aku membacanya, lalu menangis karena merasa tidak kuat dan merasa 'relate' dengan apa yang tertulis, dan berhenti membacanya setelah beberapa bab. Buku ini sempat terabaikan selama beberapa bulan dalam lemari buku, sebab aku tidak siap untuk membacanya.

Ketika aku semakin tidak baik-baik saja karena beberapa hal personal, aku menyiapkan hatiku untuk membaca buku ini lagi. Mengulang dari awal. Akhirnya selesai, pada hari yang sama ketika aku menulis review ini.

Buku ini istimewa, terutama untuk orang yang tidak baik-baik saja, persis seperti judulnya. Cukup mengaduk-aduk emosi, menamparku kembali pada realita untuk berdamai pada keadaan. Ada beberapa bab yang membuatku menangis, buku ini juga berhasil memberikanku sudut pandang baru.

Sebagai buku non-fiksi, buku ini menyenangkan. Rasanya seperti teman, jadi tidak membosankan untuk dibaca sampai akhir. Ada beberapa kalimat yang mengena, dan sengaja diberi 'highlight' dan ukuran huruf yang lebih besar. Kertas yang digunakan untuk mencetak buku ini adalah (sepertinya) hvs warna biru, sehingga lebih nyaman dan sesuai dengan keadaan "tidak baik-baik saja" (warna biru bisa diartikan sebagai kesendirian, tanggung jawab, tabah, menjadi kuat dan dapat diandalkan, dst) pas dengan tujuan buku ini.

Akan tetapi, mengapa dengan seluruh uraian di atas, aku masih memberikan nilai 4 bintang saja? Tidak bintang 5, padahal sepertinya positif sekali. Hmm, begini. Ada beberapa bab yang menguraikan ayat-ayat dan sudut pandang muslim, sedangkan aku nasrani. Tanpa bermaksud menyinggung atau membandingkan agama, tetapi hal ini membuatku tidak merasa dekat dengan apa yang tertulis. Yang ditulisnya benar, hanya saja aku tak bisa 'dapat' dengan apa yang disampaikan... sayang sekali. Andai saja menuliskan tentang Tuhan YME secara universal untuk buku non-fiksi seperti ini, kurasa akan lebih cocok untuk semua orang. Toh, buku ini juga tidak ada tanda bahwa akan bernuansa muslim.

Sekian review dariku! ^^
Profile Image for Achandra.
210 reviews5 followers
December 15, 2021
It’s okay to feel sad. It’s okay to cry.(Hlm. 65)

Memang siapa sih yang tidak pernah merasa sedih? Memang siapa sih yang tidak pernah kecewa, patah hati, lelah, dan menangis? Kita semua pasti pernah berada di kondisi tidak baik-baik saja. Karena tidak akan ada seorang pun di dunia ini yang selalu hidup berlimpah bahagia tanpa merasakan kesedihan.

Terimakasih kepada kak Alvi yang sudah menulis buku ini dengan kalimat yang mudah untuk dipahami. Buku yang dikemas dalam 4 bagian (1. Patah Hati, Pengkhianatan, Kehilangan; 2. Melepaskan; 3. Kebahagiaan Yang Telah Lama Hilang; 4. Self-Love).

Keempat bagian buku ini dikemas ringkas membuatku serasa dipeluk dalam segala pelik. Terkadang kita sebagai manusia memang merasa kurang terhadap apa yang kita dapatkan, dan kita selalu melihat kebahagiaan orang lain sebagai tolok ukur bahagia kita. Padahal sebenarnya tidak ada seorang pun yang selalu bahagia di dunia ini, dan kita lupa akan hal itu.

Belum lagi bentuk bahagia yang ditampilkan di media sosial, adalah bentuk bahagia di dalam dunia maya. Lalu kenapa kita harus iri jika sebenarnya kita juga melakukan hal yang sama agar terlihat bahagia di media sosial. Inilah kita, yang selalu merasa baik-baik saja dan kerap kali membohongi diri sendiri bahwa kita baik-baik saja. It’s okay to not be okay.

Meskipun tidak semua bagian dalam buku ini related dengan diriku, tetapi aku rasa buku ini cukup mewakili perasaan dari teman-teman yang sering terluka karena ekspektasi terhadap orang lain yang sering kali mengecewakan.

Dan bagian yang paling related dengan kehidupanku adalah Self-Love. Dimana dalam bagian ini cukup untuk menyadarkanku bahwa mencintai dirimu sendiri adalah yang terpenting, karena tubuhmu, hatimu, pikiranmu, adalah milikmu seorang. Jadi, sayangi dirimu jika tidak ingin terluka lebih dalam. “Stay kind for yourself (Hlm. 47).
Profile Image for Fini  Arkani.
36 reviews
October 5, 2021
Judul : Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja
Penulis : Alvi Syahrin
Penerbit : Gagas Media
Penyunting : Tesara Rafiantika
Cetakan Pertama : 2020
Tebal: 208 halaman
Ukuran : 13 x 19 cm
Cover : softcover
ISBN : 9789797809676

Buku Alvi Syahrin 'Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja' mengupas hal-hal yang mesti kita sadari betul dalam berputarnya roda kehidupan ini. Tak semua hal kitalah pemenangnya, tak semua keadaan kita bakalan baik-baik saja, tetapi ada momen di mana kita mesti tahu bahwa hidup memang sangat mengerikan walaupun tak semengerikan bayangan-banyan yang muncul dalam kepala.

Ada poin utama yang di bahas dalam buku ini. Pertama 'Patah Hati, Pengkhianatan, Kehilangan.' Kedua, 'Letting Go: Melepaskan.' Ketiga, 'Kebahagiaan Yang Telah Lama Hilang.' dan yang keeempat membahas tentang Self-Love.' Bagian yang paling aku suka dalam buku ini ketika Alvi Syahrin membahas tentang 'Kita Semua Tak Baik-Baik Saja, Kok." Penulis mengatakan bahwa, "Aku rindu diriku yang dulu. Aku rindu diriku yang lebih ceria. Aku rindu diriku bersama teman-temanku dulu. Namun, hidup ini kejam, ya? Begitu banyak hal buruk terjadi. Kadang bergantian, seringnya bersamaan. Menguras begitu banyak dari diriku. Sampai tak ada yang tersisa lagi. Selain jiwa yang sendiri."

Bagaimana seorang kita berdamai dengan rasa sakit. Bagaimana seorang kita akur dengan masa lalu, lebih mencintai dan mengharagai diri sendiri. Bagaimana cara memaafkan diri sendiri. Penulis akan memberi paparan kepada kita tentang semua hal itu dengan gaya penulisan yang keren. Buku ini tidak berat dan dapat di baca sekali duduk.

Aku merekomendasikan buku ini untuk kamu baca, semoga bermanfaat. Dari aku untuk yang membaca ulasanku, "Hiduplah dengan bahagia."
Profile Image for catnip.
9 reviews
October 28, 2022
Buku 200-an halaman ini bisa dilibas dalam waktu 1 jam aja, sekali duduk, karena tulisan-tulisan per halamannya cenderung pendek. Bahkan bisa 1 halaman hanya memuat 1 kata.

Overall, buku ini bagus untuk dibaca kalian—atau mereka—yang kondisi mentalnya sedang tak baik-baik saja, seperti judul di buku ini. Alvi Syahrin seperti biasa melakukan pendekatan personal dengan menyinggung masalah-masalah yang dekat dengan kehidupan pembaca, atau kita menyebutnya “relatable”, kemudian memvalidasi perasaan yang timbul akibat masalah tersebut, dan mencoba menenangkan pembaca bahwa sebetulnya mereka bisa sembuh sendiri dengan metode-metode internal, dengan self-love—kalo kata stoicism, fokus dengan hal-hal yang berada di bawah kendali kita (perasaan kita, tindakan kita, usaha kita, dll).

Sayangnya, kuberi 4 bintang karena secara pribadi ini kurang worth untuk kubaca. Kembali ke awal, buku ini cocok dibaca ketika kondisi mental sedang jatuh-jatuhnya. Meanwhile hari ini, saat ini, aku pribadi gak punya satu hal apapun yang perlu kukhawatirkan, atau lebih tepatnya, aku merasa gak perlu mendramatisasi masalah-masalah yang sebetulnya bisa kuhadapi dengan haha-hihi sambil pamer cengiran kece ala-ala maskotnya ESTP. Take it easy aja hidup mah.

Well, pada intinya, buku ini gak bisa dijadikan “kitab” di semua situasi kehidupan (nggak kayak Filosofi Teras-nya Henry Manampiring), mayoritas hanya cenderung berorientasi pada pengobatan rasa sedih. Tapi meskipun begitu, aku mau kasih big applause buat Alvi Syahrin karena sudah konsisten membersamai jutaan manusia di luar sana yang sedang tak baik-baik saja dengan kondisinya, berusaha menjaga mereka supaya tak menyerah pada kehidupan.

Tetap berkarya, Mas Alvi!
With love, N.
Profile Image for Anggi Audia.
36 reviews
November 16, 2022
Buku Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik saja ini merupakan buku ketiga dari seri Jika Kita karya Alvi Syahrin yang diterbitkan oleh Gagas Media yang diterbitkan pada tahun 2020. (Kak) Alvi menulis buku ini untuk seseorang yang sedang belajar untuk baik-baik saja serta berusaha berdamai dengan apa yang terjadi.

Buku ini membuat pembaca tersadar dan menemukan titik terang dari beberapa permasalahan yang dihadapi. Didalamnya, pembaca diajarkan untuk lebih mencintai dan peduli dengan diri sendiri tanpa bersikap egois terhadap orang lain. Ketahuilah bahwa setiap luka tak selamanya disebabkan oleh orang lain. Bisa jadi, luka tersebut disebabkan oleh diri sendiri yang merupakan bagian dari kesalahan agar bisa berlanjut ke proses selanjutnya, yaitu kesembuhan.

setelah membaca buku ini, saya berhasil memaafkan diri sendiri atas apa yang terjadi. Perlahan, saya kembali bisa merasa baik-baik saja setelah membaca lembar demi lembar. Dengan meneteskan hal-hal yang menyenangkan, tidak membiarkan kesedihan mengalahkan diri, menjadikannya sebagai pelajaran bersama, serta berusaha sembari mengharapkan ampunan dari Allah Swt dan tidak terlalu berekspetasi lebih terhadap sesuatu adalah bentuk dan cara berdamai dengan diri sendiri yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa Hidup punya banyak hal yang harus disyukuri.

Buku ini disusun dengan sangat baik. Gaya bahasa dan isi yang kekinian membuat orang-orang tertarik untuk membacanya. Dengan cover berwarna biru dan hitam yang tenang dan gambar awan hujan membuat buku ini terkesan elegant. Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk orang-orang yang sedang tak baik-baik saja. Entah itu karena cinta, karir, keluarga, maupun karna diri sendiri. Pembaca benar-benar bisa mengambil banyak pelajaran dari buku ini! Its a good book.
Profile Image for Adinda Putri.
74 reviews
May 4, 2021
"We all are not okay and that's okay, but it's not okay if we're not trying to be okay."⁣

Mengawali tahun 2021 dengan membaca buku "Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja" merupakan aktivitas yang tepat untuk mengembalikan kembali semangat hidup yang kian terkuras sepanjang tahun 2020 with all the unexpected surprises, lockdowns, isolations, depression. Very tiring huh if you ask me? ⁣

Aku mengagumi ketiga seri "Jika Kita" dari kak Alvi yang sungguh bijak dan membuka pikiranku that we are not alone in this dan setiap hal kecil yang sepele pun memiliki makna tersendiri di kehidupan setiap orang. And the most important thing is, Allah will always be there for us in a very unexpected way we could never understand ❤⁣

Dari ketiga buku tersebut, buku ketiga ini yang paling menohok bagiku dan sangat membantu dalam mengisi ruang hampa yang selama ini mendamba untuk diisi oleh cahaya yang tak kasat mata. Setiap babnya menyajikan permainan-permainan yang akan membuat kita serasa jungkir balik ketika kita harus menerima that there is something "actually" wrong with us dan kemudian kita merasa kalau the hope, the light, they're still there, right in front of you. Dan itu mengapa buku ini sangat sangat berarti. Right, now I'm feeling emotional 😂⁣
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews88 followers
July 13, 2021
Setelah sukses dengan 2 buku sebelumnya, Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta dan Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-apa, Alvi hadir kembali dengan buku terbarunya Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja.

Seperti 2 buku sebelumnya, senang sekali rasanya kembali membaca tulisan Alvi. Sejak membaca 2 buku sebelumnya, aku sudah menyukai gaya menulis dan apa yang ingin disampaikan oleh Alvi.

Seperti saat membaca Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik saja ini. Aku suka bagaimana Alvi meramu tema yang ingin diangkat ini menjadi sebuah buku yang menarik untuk diikuti. Tema yang terasa dekat sekali dengan kehidupan kita. Siapa sih yang tidak pernah merasa tidak baik-baik saja?

Baca buku ini aku jadi merasa tidak sendiri. Membaca buku ini seperti sedang ngobrol dengan seorang teman yang siap mendengarkan sekaligus berbagi solusinya.

Tidak ada kesan menggurui atau menasehati. Buku ini dibagi menjadi 4 bagian besar dengan 45 chapter yang singkat tapi mengena 🤩 dimulai dari hal-hal yang bisa membuat kita tidak baik-baik saja hingga kesimpulan di akhir.

Membaca buku ini membuatku banyak merenung. Membuatku belajar bahwa tujuan hidup itu bukan sekedar mencari kebahagiaan saja, ada yang lebih daripada itu.

Buat kamu yang sedang merasa tidak baik-baik saja, aku rekomendasikan kamu untuk membaca buku ini.
2 reviews
July 13, 2022
jika kita tak pernah baik-baik saja - alvi syahrin
.
buku ini buku dari kak alvi syahrin yang pertama aku baca, sekaligus buku self improvement yang pertama juga yang aku baca.Awal niat aku baca buku ini ya karna menurut aku buku ini bakalan relate aja sama kehidupan aku,eh ternyata benar" relate, serelate ituu.
Cara lenyampaiannya mudah buat dicerna, tampilan tulisannya juga cakep,ditambah ukuran bukunya yg kecil dan ga tebal,bikin makin semangat bacanya.
dalam buku ini dibahas segala sisi kehidupan sih menurut aku,mulai dari cinta,sahabat,keluarga,sampai ke diri kita sendiri.Di buku ini dikasih tau gimana cara kita menghadapi semua permasalahan hidup ini dan juga gimana kita harus bersyukur dalam hidup ini.
Kita diajarkan untuk bisa berjuang tanpa berharap pada orang lain,dan tentunya kita harus percaya pada Allah,bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita adalah yang terbaik untuk kita,tergantung kita menanggapinya.
Tidaklah hal-hal yang kita inginkan di dunia ini melainkan terkandung didalamnya kebahagiaan dan kesedihan, kenikmatan dan kepayahan, kelebihan dan kekurangan.
we all are not okay, and that's okay,but it's not okay if we're not trying to be okay.
-alvi syahrin-
Profile Image for Azfa.
293 reviews2 followers
February 15, 2021
🌧️🌧️🌧️
Buku ini berisikan tulisan penuh dengan pertanyaan sekaligus juga jawaban yang kerap kali kita lupa bahwa jawabannya begitu dekat.

Covernya cantik dan tulisan dengan latar kertas berwarna biru ini bikin mata betah membacanya. 💙

Dimulai dari tulisan tentang patah hati, penghianatan dan kehilangan. Terus kita dikasih perenungan tentang melepaskan hingga akhirnya kita akan disadarkan pada makna kebahagiaan yang sesungguhnya dan terakhir cara self love dari pandangan penulis.

Rasanya setelah baca beberapa buku tentang kesehatan mental, buku ini seperti sebagai pengingat sejauh apa upayamu berdamai dengan luka dan masa lalu serta upaya mencintai diri sendiri, semua akan sia-sia jika kau lupa untuk memperbaiki hubungan dengan Dia yang Maha Menciptakan dan telah memberi kehidupan.

Sejauh ini aku suka cara penulis menyampaikan pesan. Salah satu kalimat yang bikin aku nyesek, "Momen ketika kamu mencintai Allah adalah momen ketika kamu mencintai dirimu sendiri"

"We all are not okay, and that's okay, but it's not okay if we're not trying to be okay"

Buat kamu yang sedang merasa tidak baik-baik saja, recommended buat baca buku ini 🌻
🌧️🌧️🌧️
Profile Image for Aliflanya A. Maghfirah.
49 reviews9 followers
April 9, 2021
Saya bisa bilang saya sangat menyukai buku ini.
Saya menemukan buky ini di rak self-improvement books di Gramedia Grand Indonesia. Saya baca sedikit dan ternyata kontennya sangat menarik dan cocok dengan konten yang saya cari. Langsung deh saya check out di kasir.
Menurut saya buku ini punya vibes mirip bukunya Haemin Sunim yang “Things You Can See Only When You Slow Down”. Tapi versi islam aja gitu.
Saya baca buku ini ketika sedang galau-galaunya dengan kehidupan, terutama permasalahan “quarter life crisis”. Banyak pertanyaan-pertanyaan tak terjawab yang pada akhirnya terjawab dengan sederhana di buku ini.
Jujur saya merasa seperti sedang diberikan nasihat oleh seorang teman ketika membaca buku ini. Membaca buku ini sebaiknya tidak diburu-buru seperti sedang membaca novel. Nikmati dan resapi tulisannya per judul.
Saya bukan seorang muslim yang taat. Tapi membaca buku ini memberikan saya ketenangan tersendiri dengan memberikan nasihat disertai firman-firman Allah yang menjanjikan umat-Nya.
Sekarang, setiap saya merasa galau dengan kehidupan saya ambil lagi buku ini. Bisa menjadi pelipur lara yang baik. Terima kasih Alvi Syahrin.
Profile Image for naseu.
92 reviews23 followers
May 18, 2021
Setelah membaca buku ini, pikiran saya jadi lebih terbuka. Setelah saya tahu sosok yang saya sukai tidak menyukai balik saya, saya bertekad dan berdoa agar suatu hari nanti dia menyesal tidak menyukai saya. Saya bertekad untuk menjadi orang yang keren melampaui dirinya dan dirinya akan menyesal karena tidak membalas. Tapi, setelah membaca buku ini saya sadar, jika saya masih melibatkan dirinya di kehidupan saya, berarti saya masih belum bisa move on darinya. Jadi, untuk apa saya memiliki dendam seperti itu. Bukankah lebih baik saya dan dirinya menjalani hidupnya masing-masing. Toh, kalau dia menyesal tidak menyukai saya, lantas saya bisa apa? Apakah saya akan mencampakannya? Sebenernya kenapa saya mesti berdoa agar dia menyesal? Lalu, ada tulisan di mana kita disuruh untuk tidak gampang menyerahkan nyawa kita kepada Allah sesulit apapun penderitaan yang kita alami. Sebab dalam hadis pun dijelaskan demikian. "Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan mati sebab kesengsaraan yang menimpanya," (HR An-Nasâ`i). Jadi, buku ini cocok untuk kalian yang habis ditinggalkan seseorang atau merasa lelah akan sesuatu.
Profile Image for Ayu Istiyani.
94 reviews6 followers
June 3, 2024
Buku ini mengajarkan kita untuk gimana sih kita memandang masa lalu, yang awalnya sebagai luka, lalu kita mau tidak mau harus menerima, berdamai dengan masa lalu.
.
Buku ini mengajarkan apasih sebenarnya definisi bahagia? Apakah dengan banyaknya harta, apakah dengan banyaknya teman, apakah dengan banyaknya pencapaian.
Padahal dalam filosofis jawa ada istilah "wang sinawang", yang mana kita selalu melihat kehidupan orang lain selalu lebih indah, yang mana kita selalu melihat rumput tetangga lebih hijau. Padahal bisa jadi mereka tidak kalah berjuangnya, hanya saja mereka tidak 'berisik' seperti kita.
.
Buku ini mengajak kita mencari apasih tujuan kita hidup? Mencari kebahagiaan yang sering kita persempit artinya? Atau untuk beribadah tapi kita masih sulit mencari gimana tulusnya beribadah kepada Allah?
.
Pada akhirnya, kita diajak merenung, bahwa letak happy ending bukan di dunia ini. Bukan di dunia yang tidak kekal ini. Dan perasaan baik-baik saja yang sejati adalah mengingat bahwa Allah menjanjikan kebahagiaan yang kekal kepada hamba yang berusaha agar dicintaiNya.
Profile Image for intan prw.
51 reviews
April 15, 2021
"Semua orang melakukan kesalahan. Namun, tak semua menyadari mereka salah, itulah mengapa mereka masih terluka sampai hari ini." hlm: 22

Berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegelisahan yang terjadi di kehidupan sehari-hari.

Bukunya kurang pas di aku, ada beberapa poin yang kurang setuju, lebih enak narasi di buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa apa tapi, nggak mengurangi rasa kebosanan, buktinya ku berhasil menamatkan buku ini, dan pesan yang ditulis tersampaikan dengan baik.

"Tak perlu menginvestasikan waktu dan energi dan segalanya untuk seseorang yang bahkan tak mengapresiasi keberadaan kita." hlm: 88

Kalau misalkan lagi membutuhkan bacaan dengan kondisi kehidupan yang sedang nggak baik-baik saja, buku ini boleh banget dibaca, siapa tahu bisa menemukan titik terangnya. Selamat membaca, semoga dapat jawaban yang selama ini dicari.

"Jika kita tak pernah baik-baik saja..., ya, nggak apa-apa. Hidup memang tempat kita ditempa untuk tidak baik-baik saja." hlm: 194
Profile Image for Marista Rovyanti.
36 reviews
May 10, 2023
Di bab-bab awal merasa ngga relate karena soal perpisahan / kehilangan pasangan belum halal kalau yang aku tangkap. Tapi… setelah pertengahan bab, langsung berasa tervalidasi atas beberapa perasaan yang telah muncul akhir-akhir ini. Mungkin karena momen nya pas, jadi sangat relate sekali dengan perasaan dan emosiku ketika membaca buku ini.

Suka banget sama closingnya.

“Hidup memang tempat kita ditempa untuk tidak baik-baik saja.”
“Cerita utuhnya baru terlihat nanti. Hikmahnya akan terungkap di waktu yang tepat. Saat kamu memilih bertahan untuk melaluinya.”
“Mengingat bahwa Allah menjanjikan kebahagiaan yang kekal kepada hamba yang berusaha agar dicintaiNya, itulah sebenar-benarnya baik-baik saja.”

Ternyata… kerandomanku meminjam buku ini secara tiba-tiba di perpus Cikini Jakarta adalah cara Allah menghibur dan mengingatkanku kemarin, saat sedang tidak baik-baik saja. Bagaimana mungkin aku tidak terharu dengan setiap rencanaNya?🥹
Profile Image for b,.
5 reviews
April 23, 2022
buku yang dari awal bikin aku sebel (affectionately) karena selalu ngena dan relate. bikin aku jejeritan karena banyak banget yang ceritanya dan setiap katanya sama kaya aku, sama kaya cerita dan pengalamanku. aku suka covernya, font tulisannya, dan bahasanya yang ringan. aku suka dengan penyampaian dari buku ini yang ujung-ujungnya berakhirnya dengan mengingatkan kita bahwa kita adalah hamba-Nya yang akan balik kepada-Nya dan hidup serta mati hanya untuk-Nya.

tapi menurutku ini menjadi kekurangan buku ini karena buku ini bukan dikategorikan sebagai buku religi. i think there's a lot of non-muslims that read this book but this book talks and ends with Allah SWT. it's better for the book to be a religious section kalau akhirnya membahas tentang salah satu agama. butover all i like this book!
Profile Image for Fajar Sidik.
46 reviews
April 18, 2023
Buku sekali duduk yang rasanya tidak kusarankan untuk dibaca dalam sekali duduk. Bukan karena isinya tak bagus. Namun, reminder-reminder dalam buku ini ada baiknya menurutku untuk dibaca dalam beberapa waktu. Agar kamu bisa merasakan makna dalam tulisannya tersebut. Ringan, tapi mengena di hati. Tepat sasaran. Tulisan ringan yang dibuat Alvisyahrin sedikit-banyaknya mampu menghibur kondisimu yang sedang terpuruk. Dengan membaca buku ini, mungkin itu juga menjadi bukti bahwa kamu juga tak pernah baik-baik saja atau bahkan sedang tak baik-baik saja. Adapun beberapa hal yang dibahas di buku ini meliputi 1.) Patah hati, pengkhianatan, kehilangan; 2.) Melepaskan; 3.) Kebahagiaan yang telah lama hilang; dan terakhir 4.) Self-Love
Profile Image for Nur Afifah.
96 reviews3 followers
May 16, 2021
Sedang tidak baik-baik saja?
jika kalian melihat segala hal lebih luas lagi, kalian akan menemukannya. Bahwa semua orang merasa sedang tidak baik-baik saja. Dan itu wajar.

Narasi atau tulisan dalam buku ini tidak sepanjang biasanya. Aku jadi agak terlalu bosan membacanya. Tapi, serunya, buku ini dibagi menjadi beberapa bagian yang fokus ke suatu hal. Jadi lebih terkelompokkan gitu. Kenapa ya ketika baca ini aku merasa sedang mencari-cari jawaban atas masalahku. Dan aku menemukannya setelah aku membaca sekian puluh halaman. Ini berarti buku ini universal, siapa tahu masalahmu bisa dibantu diredam oleh buku ini.
Profile Image for Nukleofil Lia.
52 reviews1 follower
April 10, 2021
Luar biasa!
Marvelous!
When I read one of the chapter about which door leads to the happiness, I just feel the same with the author choices. Because I've experienced to get in to the other doors.
As the preface said, maybe this book is a destiny that came to me at the right time at the right moment.
When you feel you're not okay this time, because of anything, I would suggest this book to be read and hope to ease your pain.
Once again, he used easy languages. And when I read this book, it doesn't feel patronize, otherwise just like talking to one of your best friends.
Displaying 1 - 30 of 68 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.