Cho Nam Joo mewawancarai banyak perempuan dari berbagai umur dan status. Kisah-kisah mereka, ia rangkum menjadi kisah perjuangan yang penuh haru. Tentu, perjuangan seorang perempuan tidaklah mudah. Dengan banyak “pantangan” dan “stereotipe”, sungguh sulit berdiri tegak dan tersenyum. 27 kisah dalam buku ini menjadi penenang dan penghiburan, bahwa kita tidak boleh putus asa. Sojin dengan kisah pelecehan seksual, Kim Eunsoon dengan hidupnya, Song Jiseon dengan cerita masa kehamilannya, dan cerita-cerita lainnya.
Cho Nam-joo is a former television scriptwriter. In the writing of Kim Jiyoung, Born 1982 she drew partly on her own experience as a woman who quit her job to stay at home after giving birth to a child.
Kim Jiyoung, Born 1982 is her third novel. It has had a profound impact on gender inequality and discrimination in Korean society, and has been translated into 18 languages.
aku sebenar mau kasih bintang 3,7 tapi aku genapin jadi 4 di goodreads ini.
cerita ini berisikan kisah perempuan-perempuan korea yang di rangkum sama penulis dan terbentuklah sebuah kumpulan cerita. di mulai dari kisah orang kedua (judulnya saja sudah menarik) tentang pernikahan dan perceraian, tentang suami istri, menantu dan mertua, nenek-nenek yang sudah cukup berumur tapi semangatnya masih sangat luar biasa, sampai dengan cerita seorang anak SD yang berpidato tentang mengapa ia harus di pilih sebagai ketua osis untuk membuat sekolah SD nya jadi lebih baik. (tapi ini keren sih anak SD sudah aware sama yang namanya pelecehan seksual, salut bgt aku tuh)
sebenarnya buku ini keren cumaaaa aku susah masuk ke beberapa cerita karena ada masalah yang tanpa solusi gitu lho kayak istilahnya plot kosong gitu. makanya pas selesai satu cerita kadang aku bengong dulu wk
taapiii dari banyak kumpulan cerita aku paling tertarik dengan tema tentang pernikahan dari sudut pandang seorang wanita yang mau cerai sama si suami dan dia harus memberikan nasihat untuk adiknya yang mau menikah.
sama yang cerita tentang nenek-nenek yang masih berjuang dan membela hak atas kerja kerasnya demi anak dan cucu cucunya. itu menyentuh banget karena seiring umurnya yang mulai senja, semangat sang nenek-nenek ini masih sangat membara. jadi apa yang di lakukan sama si nenek bisa jadi motivasi untuk generani muda tapi badan sudah jompo (?) ehh maap maap lagi nyindir diri sendiri ini mah wk
tbh, ini pencapaian lho aku bisa menyelesaikan kumcer hanya dalam waktu seminggu, biasanya mah ogah-ogahan. jadi sekian ulasan aku dah.
Kumcer 200 halaman tapi butuh waktu (dan mood) banget bacanya. Cerita tentang kisah hidup perempuan Korea Selatan yang masih dominan budaya patriarki. Ditambah lagi realita kesetaraan gender yang masih minim membuat perempuan yang bersekolah maupun bekerja kerap mendapar perlakuan tidak adil dan banyak tekanan sosial. Buku ini seperti diari yang ditulis banyak orang. Tidak banyak yang menuntaskan kisahnya sehingga sebenarnya membuat pembaca penasaran. Terjemahannya agak kurang smooth di beberapa bagian membuat aku harus mengulang-ulang membaca kalimatnya agar mengerti.
Kumpulan cerpen ttg para wanita Korea dari berbagai profesi. Sayangnya, tidak ada yg menggugah saya walaupun ada 27 jenis cerita yg berbeda. Tipikal author adalah kekecewaan dan kebaperannya krn sistem patriarkhi yg sudah berurat akar di dunia ini. Tidak menawarkan solusi apapun.
Jika kalian pernah membaca atau sekedar mendengar tentang buku maupun film yang berjudul ‘Kim Ji-Yeong Born 1982’ tentunya tidak asing dengan nama penulisnya. Lagi-lagi Cho Nam Joo berhasil menggebrak Asian Literature lewat karyanya yang berpusat pada isu feminism.
Buku ini berisikan kisah 27 perempuan dari berbagai usia dan kalangan. Cho Nam Joo mewawancarai mereka dan meramu kisahnya menjadi tulisan yang mengharukan sekaligus menginspirasi. Kisah-kisah 27 perempuan itu mungkin tidak spesial, tapi pada kenyataannya fenomena yg terjadi dialami oleh sebagian besar perempuan di berbagai belahan dunia.
Kisahnya mengangkat tentang berbagai fenomena seperti pelecehan seksual yg dialami perempuan di tempat kerja yang pelakunya seharusnya mendapatkan hukuman malah si korban yang coba dibungkam. Atau Eun Soon yang selalu mendapat desakan dari keluarga, sahabat, dan rekan kerjanya untuk segera menikah karena sudah memasuki usia 29. Apakah setiap pernikahan itu dianggap perlombaan, siapa yang lebih dulu pasti menang?
Atau tentang perempuan hamil yang dibenci masyarakat karena dianggap menyusahkan bahkan hanya sekedar menuntut haknya mengambil cuti kerja saja harus dipersulit. Atau juga tentang perempuan yang menuntut perceraian karena dia merasa tidak bahagia dan dia dianggap mengambil jalan yg salah.
Cho Nam Joo juga menyampaikan apapun pilihan hidupmu. Menikah atau tidak, memiliki anak atau tidak, bekerja atau menjadi ibu rumah tangga. Jangan pernah menjadi karyawan seseorang, istri seseorang, menantu seseorang, ibu dari seseorang, tapi jadilah dirimu sendiri. Karena apapun yang kau lakukan tidak akan membuatmu kehilangan identitas sebagai seorang perempuan.
Highly recommend bagi kalian yg tertarik dengan isu gender dan feminism
Akhirnya tuntas juga aku membaca buku yang ditulis pengarangnya setelah mewawancarai banyak narasumber wanita Korsel.
Dari 27 cerita yang ada tentang kehidupan para perempuan di Korea, yang menyentuh hatiku adalah:
Orang Kedua, tentang kasus pelecehan seksual di kantor. Korban yang melapor malah difitnah sebagai penggoda suami orang di kantor sebelumnya dan si pelaku malah dibela oleh atasan. Namun, si korban terus membawa kasus ini ke jalur hukum meski mendapat tekanan karena merasa sudah terlanjur hancur-hancuran. Akibat masalah ini ia sudah sampai depresi, anxiety, dan kecanduan minuman keras sampai sering sakit. Selain itu ia tidak mau ada korban berikutnya. Karena korban sebelum dia tidak mau melapor akibat takut. Cerita pertama ini begitu menghentak dan lumayan membuatku goncang saat pertama kali membaca buku ini. Nggak ikut mengalami tapi jadi seperti ikut merasakan. Kukira buku ini akan dipenuhi cerita-cerita seperti ini. Untunglah tidak banyak yang bercerita tentang pelecehan seksual, meski tetap saja membuat geram.
Cerita Aku dan Nari juga menimbulkan kesan kuat. Bayangkan, bekerja mengejar impian sebagai penulis naskah TV tapi begitu jadi penulis junior, malah nggak dikasih kontrak, nggak dikasih tahu berapa gaji yang seharusnya ia dapat, gak dapat tunjangan asuransi, sedangkan jadwal kerjanya 7 hari seminggu dengan jam kerja yang panjang, juga sering disuruh-suruh seenaknya oleh para artis dan para pegawai yang lebih senior.
Yang bikin geram, ketika si penulis junior itu bertanya berapa gajinya sebenarnya, atasannya malah berkata, "Memangnya kau bekerja untuk uang?"
Lah! Ya siapa yang kerja bukan karena uang? Coba itu yang ngomong disuruh kerja rodi tanpa dikasih bayaran pasti. Memang mau?
Zalim sekali suasana kerja di Korsel ini. Benar-benar monster. Dalam buku ini, akan ada lagi cerita-cerita tentang kezaliman di tempat kerja. Terkutuklah para atasan bedebah yang sangat serakah ini.
Kisah Ibu Hamil juga menyesakkan. Tentang bagaimana pegawai perempuan yang hamil dibenci dan dipersulit mendapatkan cuti hamil. Allahuakbar. Para bos ini lahir dari gumpalan tahi sapi, kah?
Ada juga kejadian ketika si pencerita duduk di kursi prioritas bus karena sedang hamil dan seorang kakek tua malah mengetuk-ngetuk kepalanya minta agar dia berdiri sambil ngomong berulang-ulang: "Memangnya kenapa kalau kamu hamil?"
Kakek kurang ajar ini gak punya istri, kah? Bodoh sekali. Apa kursi prioritas hanya untuk lansia dan orang cacat? Terus nasib wanita hamil gimana?
Cerita Kepada Ayah Jinmyeong, yang ditulis dalam format surat seorang nenek kepada almarhum suaminya juga membuatku terperangah. Rupanya di negara semodern Korsel pun perdebatan soal ibu rumah tangga vs ibu wanita karier tetap ada. Dasar negara Asia, penjunjung tinggi nilai-nilai patriarkis yang memuakkan.
Dikatakan bahwa ibu rumah tangga full time nilainya 100. Perempuan yang jadi pegawai negeri atau guru yang pulangnya tepat waktu nilainya 80. Para wanita yang bekerja dan pulang sebelum jam makan malam nilainya 50. Sedangkan para wanita yang bekerja di perusahaan besar dan pulang jam 12 malam nilainya nol. Tak peduli sebesar apa pun prestasi mereka. Jadi, orang yang membuat konsep penilaian bodoh ini pasti nilainya minus sejuta.
Nenek ini baru tahu soal klasifikasi nilai yang bodoh itu ketika mengobrol dengan seorang nenek lain yang juga menemani cucunya bermain di sebuah taman. Karena ditanya, nenek ini pun bercerita membanggakan anak perempuannya yang merupakan murid berprestasi, mahasiswa cemerlang, dan bekerja di salah satu perusahaan terbesar di Korea.
Tanggapan si nenek random yang bertanya itu malah: "Aduh, ternyata anak perempuan yang bernilai 0, ya."
Kurang ajar. Apakah orang Korsel mulutnya lancang-lancang bahkan kepada orang asing? Tapi memang selama ini, rasanya nyaris enggak ada film, komik, webtoon, atau novel yang bisa menggambarkan kebrengsekan manusia seintens cerita-cerita buatan orang Korsel. Kalau nulis karakter bejat itu bejatnya maksimal gitu loh. Kukira itu cuma dramatisasi fiksi. Tapi ... jangan-jangan memang beneran? 27 kisah dalam buku ini adalah kisah nyata semua.
Ada juga cerita yang sangat membuatku terenyuh, Siklus Bulanan. Tentang murid miskin yang bahkan tidak punya uang buat beli pembalut. Karena itu saat haid, dia bisa tidak masuk sekolah lama sekali. Ayahnya tidak bertanggung jawab. Aku gak bisa bayangin kalau sampai ada murid yang membagi cerita macam ini padaku. Ya Allah, jangan sampai. Sayang, seperti banyak cerita lain dalam bumi ini , akhirnya menggantung. Sang guru wali muridnya yang perhatian memang menyekolahkan muridnya di SMU. Tapi gak sampai 6 bulan kemudian, muridnya hilang kontak. Sehingga kini setiap si guru mengalami nyeri haid, dia selalu teringat pada muridnya. .
Lalu cerita terakhir yang keren ditulis dalam format pembacaan pidato oleh seorang anak berusia 13 tahun dalam pemilihan ketua OSIS. Isinya benar-benar mengagumkan untuk ukuran tulisan anak-anak seumurannya. Dia berjanji akan berusaha menciptakan sekolah yang tidak menghasilkan pelaku dan korban kekerasan seksual. Dia juga akan meminta supaya sekolah menyediakan waktu bebas sebanyak satu jam setiap minggu agar anak-anak yang sudah dibebani dengan kewajiban belajar yang superpadat baik di sekolah maupun tempat les, bisa punya waktu bebas untuk bermain dengan teman-teman mereka. Sayang tidak diceritakan apakah dia berhasil terpilih jadi ketua OSIS.
Membaca cerita-cerita ini benar-benar membuatku jadi lebih melek bahwa hidup di Korea tidak seindah di drama-drama romansanya. Betapa patriarkis dan misoginisnya para pria Korea. Betapa banyaknya pengusaha zalim yang tidak memikirkan nasib para pegawainya, baik perusahaan skala kecil maupun besar.
Mungkin cerita-cerita serupa pun sebenarnya banyak terjadi juga di Indonesia maupun negara lain. Dunia entah kenapa begitu tidak ramah kepada para perempuan. Ada yang tahu kenapa?
Inilah akibatnya kalau ikutan tren😓bukan sih, bukan jelek bukunya. Cuma aja beberapa kali aku baca karya sastra dari Korsel yang saat ini lagi tren aku nggak gitu cocok. Bukan seleraku aja. Buku ini sejenis kumcer tentang para wanita. Kadang aku mikir andaikata yang nulis buku kayak gini orang Indonesia pasti kena hujat karena banyak yang gantung, berhubung ini dari Korsel dan biar gimanapun karya asing dihargai, makanya oke-oke aja. Entahlah, banyak dari cerita di dalamnya sama sekali nggak sampai ke otakku. Mungkin memang pemahamanku yang kurang atau aku nggak gitu suka sama gaya penceritaannya. Tapi balik lagi soal selera sih
Sách viết về phụ nữ từ độ tuổi 6 - 69 trong xã hội Hàn Quốc. Với mình thì thể loại tâm lí xã hội này khá là dễ đọc, một số câu chuyện về người mẹ, người chị, người em và suy tư đôi khi là quá thường nhật lại trở nên gần gũi. Sách cũng đề cập đến nhiều vấn đề xã hội của Hàn Quốc như: khủng hoảng việc làm, học tập, hôn nhân gia đình, vả cả biểu tình... Và tất nhiên như tên thì các trang sách tập trung thể hiện cách những người phụ nữ đối mặt với các vấn để trên Mình rate 3* vì sách hơi thiếu những góc nhìn phân tích sâu mà thiên nhiều về việc kể lại và đưa ra thông tin. Song với các cuốn thể loại này của Hàn mà mình từng đọc thì cũng không quá ngạc nhiên vì cách viết nhẹ nhàng và không nhiều cao trào
Cách phỏng vấn, chọn đối tượng và chủ đề của cuốn sách khiến ta nhớ đến nhà văn Belarus nổi tiếng Svetlana Alexievich nhưng dễ dàng tiếp cận hơn.
Cho Nam-joo chứng minh rõ ràng, cô là một trong những nhà văn nữ Hàn Quốc tiêu biểu nhất khi nói về nữ quyền. "Tên Cô Ấy Là" là một cuốn sách không chỉ nói về nữ quyền tại Hàn Quốc mà còn đủ vấn đề khác liên quan đến chính trị, xã hội, giáo dục, gia đình,... tại Hàn Quốc những năm 2016-2017.
Nó cuốn hút tôi bằng sự giản dị và đầy can đảm của chính nó.
Isinya pengalaman perempuan-perempuan dari berbagai macam latar belakang, dan umur yang berbeda-beda. Gimana rasanya dipaksa tunduk, ditekan sana sini, gak dikasih kesempatan untuk berpendapat.
Là gần 30 câu chuyện nhỏ của những mảnh ghép phụ nữ trong xã hội Hàn Quốc. Khai thác được nhiều góc nhìn và miêu tả nhiều vấn nạn ở HQ, khiến quốc gia này hiện lên thật khắc nghiệt với nữ giới.
Karena pada awalnya mengenal Cho Namjoo lewat karya nya Kim Ji Yeong Born 1982 yang memang bisa membuatku merasa ketidakadilan sampai bacanya nyesek dan berkaca-kaca. Untuk karya nya yang satu ini aku tidak bisa merasakan feel yang sama, meskipun di dalam novel ini juga menceritakan kesulitan-kesulitan perempuan dari segala kalangan dan juga usia, meskipun begitu bacaan ini cukup memberikan pembaca kacamata baru untuk memahami persoalan perempuan.
Novel ini berisi kumpulan cerita dan ada tiga cerita yang menurutku cukup membekas yaitu Kotak Bekal Juru Masak, Kepada Ayah Jinmyeong, dan Siklus Bulanan
buku ini mengangkat tema yang menarik dan penting. cho namjoo mewawancarai para perempuan dan menuliskan kumpulan kisah perjuangan mereka sebagai perempuan. bahwa menjadi perempuan, perlu effort lebih untuk bertahan hidup di dunia yg keras ini. bahwa ada hal yang normal, namun rasanya sulit bila dilakukan oleh perempuan. mulai dari gadis remaja hingga seorang nenek, dari ibu rumah tangga hingga kantoran, dari masalah di sekolah hingga rumah tangga suami-istri, mertua-menantu, orang tua-anak semua ada di buku tipis ini. part yg bikin paling ngena sih perihal perceraian dan pernikahan, bahwa memilih pasangan untuk menjadi teman hidup itu perlu considering lots of things even samain persepsi tentang kehidupan. i haven't been there yet, malah ga kepikiran nikah dekat2 ini, ga kepikiran siapa jodoh aku karena masih sibuk..... fangirling WKWKWK. so ya, kisah mereka membuka mataku bahwa ada banyak perempuan dari berbagai background di luar sana yang juga sedang berjuang.
Masih bertema sama, yaitu cerita tentang perempuan. Yang membedakan buku ini sama novel yang sebelumnya aku baca adalah ternyata buku ini adalah kumcer. Agak kecewa sih sebenarnya setelah tau, karena aku gak terlalu suka baca kumcer. Meskipun begitu aku tetap baca buku ini sampai tuntas.
Di buku ini total ada 25 cerita perempuan yang beragam, mulai dari anak SD sampai nenek-nenek, dari pekerja sampai ibu rumah tangga, dari wanita lajang sampai yang sudah bercerai. Menarik karena tidak ada satu pun cerita yang diceritakan oleh tokoh dengan latar yang serupa. Meskipun banyak dari cerita perempuan itu yang menceritakan tentang dirinya sendiri, ada juga beberapa yang menceritakan tentang perempuan lain yang mereka kenal, entah itu anak, teman kerja, sampai siswa yang mereka ajar.
Dari sekian banyak cerita, sayangnya aku cuma suka sama sebagian kecilnya aja. Mungkin karena tiap ceritanya terlalu singkat, cuma sekitar empat sampai enam halaman, makanya aku gak terlalu merasa bersimpati pada cerita hidup mereka. Rasanya jadi kaya kurang mendalam, kurang menyeluruh, dan gak tuntas.
Satu cerita yang paling aku suka judulnya "Siklus Bulanan". Kisah seorang siswi SMP yang diceritakan oleh gurunya. Sang guru bersimpati pada salah satu siswinya yang kurang mampu dan tinggal hanya bersama ayahnya yang tidak memperhatikan putrinya dengan benar. Aku sedih pas bagian siswi ini bercerita kalau dirinya tidak masuk sekolah selama seminggu karena dia sedang datang bulan dan dia tidak punya cukup uang untuk membeli pembalut. Aku gak bisa membayangkan kalau diriku sendiri yang ada dalam posisi itu. Bahkan hal semendasar itu bagia perempuan saja dia tidak punya, dan ayahnya juga tidak peduli. Sejujurnya aku pengen tau kelanjutan kisah siswi ini. Apakah dia bisa melanjutkan hidupnya dengan baik atau tidak setelah dia lulus SMP dan memutus komunikasi dengan gurunya? Aku sangat penasaran. Sayangnya ceritanya hanya berhenti di situ aja.
Quyển sách bao gồm 28 câu chuyện của những người phụ nữ bình thường, sống cuộc sống bình thường, cũng giống như những người mẹ, người chị mà ta vẫn gặp hàng ngày. Kiểu như ta gặp chị hàng xóm ở hành lang, và rồi câu chuyện bắt đầu tự nhiên như thế này: "Này chị, hôm qua tôi vừa mới..."
Đó là câu chuyện của người phụ nữ lái xe taxi, tôn trọng những nguyên tắc và kinh nghiệm sống; câu chuyện của cô gái công sở, đấu tranh chống lại sự quấy rối của người sếp; câu chuyện người mẹ làm đầu bếp cantin trong trường tiểu học, tham gia đình công nhằm giành lấy cho các lao động thời vụ những đãi ngộ tương đương với lao động chính thức, và khi một em nhỏ hỏi "tại sao lại phải đình công để làm gì", thì cô ấy nói "Cô đình công là để sau này các con không phải sống cuộc đời giống như cô"...
Song đa số chúng ta đều sống cuộc sống đơn giản nhạt nhẽo như vậy. Những cố gắng nỗ lực đạt tới thành công chỉ mình ta trân trọng, những thất bại vấp ngã chỉ mình ta gặm nhấm, những mất mát hy sinh chỉ mình ta biết, những vết sẹo đã lành, nhưng nỗi đau chỉ mình ta vẫn nhớ...
Dengan format cerita ala Chicken Soup, Her Name is lebih spesifik ke POV perempuan berbagai generasi. Istilahnya, pembaca jadi tahu gimana rasanya jadi perempuan yang masih anak-anak, remaja, dewasa hingga menjadi granny 😉. Rasanya tiap bab menyajikan permasalahan yang biasanya dihadapi perempuan sekaligus pandangan tokoh terhadap permasalahan itu. Gak hanya itu sih, ada beberapa kisah yang memberi kesan bahwa tokoh hanya ingin mengekspresikan keletihan sekaligus keinginannya yang sudah mencoba try her very best.
All in all, setiap kisah selalu memberikan message untuk tokoh perempuan itu. Dan yang aku dapet adalah it's all about pilihan, try to filter others' opinion. We don't have to absorb it so we never forget who we are. Be true to ourselves but opened for evaluation. Dan, kayak judul lagu Petualangan Sherina, lihat segalanya lebih dekat. Moreover, ada kalanya beberapa kisah terasa menyimpan pilu dan harapan tokoh. Pokoknya unik deh! Ahiya, kisah favoritku adalah Siklus Bulanan dan Pidato Murid Berumur 13 Tahun (ini kreatif sekaligus nyindir sekali).
Kumpulan cerpen ini sarat akan perjuangan menggugat peran wanita di tengah masyarakat yang masih mendewakan patriarki. Ada 27 cerita dengan berbagai sudut pandang profesi perempuan di Korea yang cukup memberi gambaran bahwa nasib mereka sebetulnya sama dengan di negeri ini yang terikat oleh adab dan tradisi. Ada menantu yang harus tunduk dengan kemauan mertua, ada nenek yang ketiban tugas harus mengurusi cucu sampai kewalahan, ada mereka yang membenci ibu hamil, anak bungsu yang harus merawat ibunya yang sakit sehingga kehilangan masa hura-huranya, dll.
Kemasan ceritanya mirip chicken soup. Masing-masing punya masalah dan mencari solusinya sendiri. Seperti dalam kisah 'Siklus Bulanan'. Ini hal sepele yang dialami remaja putri yang sedang haid, namun menjadi kesulitan besar bagi Jinsook yang tak mampu membeli pembalut hingga terpaksa memodifikasinya dengan pembalut buatannya sendiri yang terbuat dari kain-kain usang atau lap tak terpakai.
. Her name is… adalah yang berisi tentang cerita perempuan2 keren. mereka yang jatuh lalu berusaha bangkit kembali, juga berusaha sembuh dari sakit, berjuang untuk keluarganya, berjuang untuk dirinya dan masa depan anak-anaknya. kalo baca atau nonton Kim Jiyeong Born 1982, itu baru satu gambaran perempuan, di sini akan tahu isi hati beberapa perempuan dan apa yang sebenarnya mereka rasakan . Di Korea sudah sering terjadi hal hal yang menyudutkan perempuan. jadi banyak bermunculan feminis feminis muda. karena memang sistem patriarki juga kuat sekali. sudahlah gak usah bahas feminisme ya. materi yg agak sensitif. hehehhe... . satu hal yg bisa gue ambil dari buku ini adalah tempatkanlah dirimu sebagaimana harusnya perempuan. dan buat para laki - laki, hargai dan hormati perempuan sebagaimana mereka harusnya di hormati. siapapun dia. adik, anak, istri apalagi ibumu.
Buku ini berisi kisah-kisah para wanita dari berbagai umur dan peran yang semuanya dirangkum oleh penulis dengan bahasa yang sederhana dan apa adanya. Setiap kisah relatif pendek dan menceritakan kisah yang bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak kisah yang berkesan, terutama membahas kenyataan tentang betapa peran wanita masih dianggap sepele oleh masyarakat yang menganut patriarki selama berabad-abad.
Yang paling membuatku miris adalah tentang seorang siswi smp yang harus absen sekolah selama seminggu karena tidak mampu membeli tampon selama masa datang bulan diceritakan dari sudut pandang seorang guru. Pada kenyataannya kondisi seperti ini pada saat ini memang belum ada solusi berarti. Setelah membaca kisah-kisah di buku ini rasanya jadi memiliki sudut pandang baru.
Kumpulan cerpen mengenai perempuan, di Korea. Dengan berbagai kejadian dan hal yang terkadang dilupakan masyarakat, namun perempuan mengalaminya. Perempuan yang merasakannya sendiri.
Bagaimana direndahkan, dinomorduakan. Dibawakan dari berbagai sudut pandang dan usia, anak-anak hingga lansia, pekerjaan kantoran hingga sopir bus! Semua diceritakan secara apik dan lugas!
Banyak cerita yg dapat kita ambil sisi baiknya sebagai pelajaran di masa mendatang. Semoga kita semakin menghargai sesama manusia, semakin menghormati sesama perempuan. 🤍✨
⋆.˚ ᡣ𐭩彡 Cerita Favorit ⋆.˚ ᡣ𐭩彡
(1) Orang Kedua (2) Nari dan Aku (5) Kincir Ria (7) Diari Perceraian (9) Kisah Ibu Hamil (10) Ibu Tahun Pertama (18) Kepada Ayah Jinmyeong (25) Siklus Bulanan