"Mencintai kamu nggak pernah masuk dalam rencana hidupku. Tapi kamu datang. Kamu ada di sini, sekarang. Kalau bukan takdir, apa namanya? Dan takdir, Tuhan juga yang atur, kan?" Banyak orang yang bilang, LDR terjauh itu bukan antar kota, negara, atau bahkan benua. Tapi antar rumah ibadah. Dania Anjani tidak pernah mempercayainya, sampai ia bertemu lagi dengan Aldo Adhitama Malik setelah sepuluh tahun berpisah. Bagi Dania, jatuh cinta dengan Aldo semudah membalikkan telapak tangan. Bersama Aldo, Dania merasakan makna mencintai dan dicintai yang sebenar-benarnya. Namun, ketika keinginan hatinya terbentur dengan iman, Dania dihadapkan dengan dua pilihan mutlak. Cintanya atau Tuhannya?
Selesaiiiii! Dan sukaaa 🤩🤩🤩. Aku baca ini sambil dengerin playlistnya, feelnya dapat banget menurutku... aku sampai bisa kebayang gimana suasananya. Menurutku novel ini cocok dijadiin mini seri 🤩. Aku suka cara berpikirnya Dania, dia nggak menutup mata dengan masalahnya tapi bagaimana dia menyelesaikannya 👏🏼. Aku suka bagian yang menjadi manusia penuh keikhlasan 👍🏼. Pokoknya baca ini.
Huaaaa baca ini beneran bikin baper banget! Kisah tentang cinta beda agama, ya temanya emang sensitif ya. Tapi penulis pinter banget mengeksekusi dengan baik.
Gaya ceritanya menarik. Suka aja gitu sama tema yg diangkatnya.
Aku suka sama karakter Dania yg logis dan teguh. Ya sikapnya dia ini dewasa banget, apalagi saat dia memberikan pandangan2 yg nyata gitu. Dan Aldo manis banget dia tuh, cuman ya mungkin cinta emang bisa membuat dia jadi egois. Laki gitu kan ya, mikirnya logika. Padahal kan ya nggak selalu harus begitu, banyak hal yg harus dikompromikan.
Gaya bahasanya ringan, memakai sudut pandang orang pertama. POV Aldo dan Dania, perasaannya digambarkan dengan baik bikin baper 😭😭.
Interaksinya suka ih, bikin gemes gitu. Manis mereka tuh, chemistrynya pun berasa bgt feelnya 😍.
Dan konfliknya emang lebih ke batin ya, cinta yang beda Tuhan ini emang susah bgt buat dijalani apalagi menuju ke jenjang yang lebih serius. Eksekusi konfliknya apik dan bagus, realistis juga sih ya. Endingnya sukaaa.
Kenapa nggak dibulatin ke 5 sekalian? Karena saya tau endingnya pasti bakal seperti ini. Saya pengin sesuatu yang beda karena sepanjang saya baca novel tentang cinta beda agama, pasti selalu berakhir nggak jauh-jauh seperti novel Transit ini. 😩😥
Ya walupun ujung-ujungnya saya tetep ikutan mewekk.
Transit, bercerita mengenai cinta beda agama antara Dania dan Aldo. Sejak jaman kuliah 10 tahun yang lalu mereka berdua sudah saling memendam rasa satu sama lain. Namun karena saat itu mereka masih muda, mereka memilih menyerah diawal tanpa upaya apapun. 10 tahun berlalu dan mereka kembali bertemu di kantor, cinta yang terpendam selama 10 tahun muncul kembali, dan bertambah semakin besar karena pertemuan-pertemuan mereka di tempat kerja. Tak ingin menyesal seperti dulu, mereka memberanikan diri menjalin hubungan. Dan hubungan mereka memang berjalan sangat manis. Aldo sangat mencintai Dania, begitupun sebaliknya. Aldo akan melakukan apapaun demi bisa bersama dengan gadis yang dicintainya itu. Namun apakah demikian dengan Dania? Apakah Dania memang layak untuk diperjuangkan sebegitunya? Atau justru Aldo yang gelap mata dan membenarkan semua tindakanya?
Huhuhu, mewek saya tuh sama endingnya. Kesel karena mereka berdua harus begitu. Tapi saya juga nggak punya ide lain selain ending seperti itu. Memang itu yang terbaik sih..
Sebegai perempuan, otomasit saya suka banget sama Aldo! Dia itu cintaaa banget sama Dania. Yah walaupun Dania juga sayang banget sama Aldo. Kisah cinta mereka berdua apalagi pas PDKT dan pacaran, manisss banget. Segala gombalan-gombalan Aldo, perhatian kecilnya itu bikin saya blusing sendiri wkwk.
Apalagi waktu dia nembak di konsernya Sheila on7! Gila deh, sambil dengerin playlistnya, saya berasa lagi liat mereka didepan mata. Senyum-senyum sendiri dengan keunyuan mereka.
Dania juga sebenarnya saya suka sih, dia itu mikirin Aldo banget. Dia nggak egois, dia fokus untuk gimana menyelesaikan masalahnya, bukan seperti Aldo yang memilih menerjang apapun untuk keinginanya. Tapi mereka berdua sama-sama kasian sih.
Pokoknya saya suka banget sama novel ini. Nggak cuma bahas masalah cinta tapi juga keluarga, keteguhan dan keikhlasan. Cuma 1 yang saya sayangkan dari novel ini adalah tentang pekerjaan mereka. Mereka itu kerjanya apa sih? Diperusahaan mana? Kerjanya ngapain? Kayaknya tittle sebagai lawyer cuma tempelan aja deh karena nggak ada keterangan apapun.
Buku ini bagi saya pribadi page turner banget. Apalagi diceritakan dari 2 sudut pandang tokoh utama. Rasanya pengin baca terus dan mengorek apa sih yang dirasakan mereka. Ditambah narasinya yang enak banget dibaca dan bahasaya ringan membuat saya terus ketagihan.
Betewe ini pertama kalinya saya baca novel karya Adiwerti dan langsung suka sama gaya ceritanya. Walupun kadang bikin "huftt" gitu karena nulisnya campur enggris, tapi gapapa deh. Banyak juga novelis yang gaya nulisnya dicampur-campur begini macam AliaZalea, Aranindy, Pradnya dan banyak lagi. Tapi selama ceritanya oke, narasinya bagus, nggak begitu masalah sih buat saya.
Bukunya nggak jelek, cuman bikin aku frustrasi aja.
• Pros:
Narasinya enak dibaca, dan kalau udah enak gini aku jadi pengen baca ceritanya yang lain lagi. Gaya berceritanya juga ngalir dan enak buat dibaca, enggak bikin bosen.
Walaupun aku nggak suka karakterisasinya, tapi aku tetep akuin kalau tokoh di sini itu begitu banyak flaw dan jadinya terasa sangat super duper manusiawi. Pilihan-pilihannya sesuai dengan karakternya. Jadi? Yup konsisten dengan karakternya.
•Cons:
I hate all of the characters of this book terutama Aldo. I don't even understand what he was doing. Kayak, kamu tuh kan bakaln jadi pemimpin dalam keluarga tapi kok semua tindakan tuh nggak dipikir dulu. Buat umur kamu yang udah segitu itu kamu terlalu kekanakan Do! Elaaaaaah.
Terus ya aku juga nggak suka sama dinamika hubungan mereka yang terlalu kekanakan. Gimana ya, aku ngeliatnya hubungan mereka itu nggak dewasa dan yang ada di benaknya tuh keknya cuman ada bunga-bunga. Umur segitu bukan buat maen-maen deh keknya.
Dania juga sama aja bikin aku frustrasi, tapi alhamdulillah Dania masih memakai akal sehatnya, wkwk.
Di sini tuh ada Tara, sahabatnya Dania, bilang gini "Kamu tuh yang selalu banyak berkorban."
Terus aku mikir? Ini si Dania berkorban apaan aja yak? Perasaan dia cuman berkorban perasaannga aja. Sedangkan Aldo tuh emang ngorbanin segalanya. Naaah bedanya, pengorbanan Dania itu pintar dan pengorbanan Aldo itu tidak pintar. Sekali lagi, alhamdulillah Danianya enggak terbutakan cinta.
Suka banget dengan novel ini. Mengangkat topik sensitif, tapi dieksekusi dengan cara seringan mungkin. Cara Penulis menggambarkan masing2 perasaan tokohnya secara mendalam mampu membuatku menyelami karakter mereka dengan baik.
Jujur saya sampai bergadang karena giddy dengan kegemasan mereka. Novel ini diceritakan dalam 2 pov yang ganti-gantian, Nggak selang seeling banget sih, ya sesuai kebutuhan cerita. Awalan hubungan mereka sebenarnya sangat typical, alasan jatuh cintanya karena cantik dan ganteng. Jadi seperti merasakan airy feeling high school crush rewinded gitu jadinya. Bahasanya nyaman, dan meskipun saya nggak over fond to dialog, tetep aja kedengeran enak di kuping.
Satu yang membuat saya senang melanjutkan membaca cerita ini adalah adanya element of humour. Sesederhana awal ngajak ngobrolnya Aldo ke Dania pakai alasan pulpen itu buat saya ciamik banget. Saya jadi pengen tahu dan tahu lagi soal chemistry yang dibangun keduanya.
Memang di dalam cerita sudah disebut berkali-kali kalau Dania sama Aldo nggak ngrasa kaya dewasa almost 30 and 30an, yang jadinya begitu. Di tengah-tengah membaca saya merasa apa mungkin jadi lebih baik jika waktunya bergeser. Masa kuliah jadi masa SMA dan jarak ditinggalnya jadi sewindu, Jadinya they're in 20s pas pacaran. Maka hal-hal yg crusial seperti nggak ngomongin future or prinsipil ketika memulai hubungan tuh jadi agak make sense since they're in try and error phase. Also for the cheesy-cheesy move kaya panggilan sayang pertama kali, rasanya agak too young gitu. *apa karena jaman sekarang sudah berkembang isu ngomongin hal-hal intelect and was wes wos ketika pacaran ya* Mana mereka berdua sudah S2 ya.
Pegangan mereka cuma konsep yang penting bahagia, yang memang ditekankan di awal. Itu pun munculnya hanya beberapa kali ketika sesi tokoh curhat aja. Buat yang mencari masa-masa contemplating tokoh sih rasanya memang nggak ada di separuh awal bukunya, because they both refuse to do so.
Saya sebenarnya ingin banget tahu apa yang jadi biggest concideration one dates each other, apalagi dengan adanya penghalang sebesar itu harusnya punya fuel kuat untuk melanjutkan kisah pacaran mereka. Yang aku tangkap hanya ya.. Dania cantik, bikin Aldo gemes, Aldo ganteng dan perhatian. Di luar itu... entah, mungkin aku yang missed ketika membaca. I was expecting more. Kaya misal apakah Dania pintar masak makanan kesukaan Aldo kah, jadi listener of all his problems, financial discuss partner, atau strong reasoning yang bikin "kalau bukan Dania, nggak bisa".
Beberapa hal memang nggak detailed or missing, soal kerjaannya yang disebut peripheral aja. Bagian awalnya beralur lambat yang kadang gatel pengen tahu abis ini apa. Sometimes things aren't make sense for me. Bilang pacaran nggak main-main tuh dasarnya apa orang bahasan prinsipal sama sekali nggak disentuh. Beberapa typo dan puebi, seperti penulisan namun di tengah kata yang berulang, meski saya bukan puebi freak saya rasa perlu jadi perhatian untuk perbaikan ke depan.
Tapi ya memang, despite there's thing quite different with my principal, soal keyakinan dan cinta yang membuat saya sebenarnya agak ragu di awal untuk membacanya, novel ini menurut saya masih cukup layak buat dinikmati. Menjelang sepertiga akhir ketika konflik benar-benar terjadi, "diskusi" mereka tentang pacaran berbeda agama, mereka juga membahas dari segi hubungan ayah anak. self present in family, hubungan kepemilikan, kedudukan, komunikasi. Kontemplasi Dania ini relatable, apalagi ada sejarah yang sama terjadi padanya. (but cmiiw, mamanya Dania ke mana ya? saya kok nggak dengar kabarnya samsek padahal bisa kan anak curhat sama mamanya yang notabene memiliki "problem" yang sama persis).
Saya tidak bisa berkata saya puas. Saya cukup menikmatk, tetapi masih berharap ada cerita lain dari Mbak Sarah, yang lebih baik lagi di kemudian hari. Still, congratulations for your debut novel.
“Di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. Setiap keputusan, setiap pertemuan, setiap kejadian pasti sudah menjadi bagian dari takdir Tuhan.”
oke, jadi ini mengisahkan Aldo dan Dania yang kembali bertemu setelah 10 tahun lamanya, fyi mereka dulu sempat deket, tapi karena satu lain hal salah satu dari mereka menjauh secara tiba-tiba.
to be honest, aku seneng sama buku ini karena page turner banget! tapi aku kesel sama kedua karakter utamanya, kaya... aku kalau jadi Tara nggak akan bisa sesabar itu atau mungkin kalau jadi Topher dan Bram.
sejak awal apa yang tumbuh di antara mereka memang salah (aku salah satu yang menghindari hubungan beda agama), tapi di sini tuh fokus kepada bagaimana mereka memutuskan jalan yang akan mereka pilih, dan tentu saja yang terbaik.
meskipun sempet kesel banget, tapi aku super salut sama Dania karena akhirnya sedikit waras, dan shame on you Aldo karena sumpah! aku emosi sama dia karena super keras kepala sampai rela sebegitunya (bucin sih, jadi susah) 😩
dan bintang 4,5 untuk epilognya karena sukses bikin aku gregetan
Bisa dibilang aku menikmati momen baca novel #Transit karena gaya menulisnya asyik. Penyampaian sederhana, tapi maknanya mendalam. Banyak ditemui kalimat yang quotable and yet relatable di novel ini.
Perasaanku pun sukses dibikin campur-aduk selama menyelami kisah Dania & Aldo. Banyak pelajaran juga yang bisa diambil dari kisah mereka.
Ditulis dari 2 sudut pandang tokoh yg menurutku porsinya sesuai.
Transit merupakan novel pertama Adiwerti Sarah yang kubaca. Isu yang diangkat tentang cinta beda agama ini sungguh menarik untuk kuikuti. Aku penasaran bagaimana kali ini Adiwerti mengeksekusi kisah Dania dan Aldo.
Aku suka dengan gaya menulisnya yang luwes dan begitu mengalir. Antar bab itu tidak terlalu panjang, tapi mengena. Aku suka judul tiap bab yang menggambarkan isinya, apalagi di awal membaca Adiwerti memberikan playlist yang bisa kita putar sambil membaca Transit.
Untuk sebuah novel debut, novel ini memenuhi ekspektasi ku. Tulisannya enak banget dibaca. Aku suka pergantian sudut pandang antara Dania dan Aldo secara bergantian. Aku suka bagaimana kisah ini dieksekusi. Walaupun aku sudah bisa menebak endingnya seperti apa, tapi aku tetap suka. Endingnya realistis sekali dan (mungkin) itulah jalan terbaik buat semuanya.
"Hidup. Sebuah perjalanan panjang di mana hanya Tuhan yang tahu kemana kita akan bermuara, dan dengan siapa kita akan bertegur sapa di dalamnya. Seringkali, mereka yang kita temui dalam hidup memang tidak akan menetap untuk waktu yang lama. Terkadang, orang-orang ini hanya singgah untuk sementara.
Transit, untuk kemudian pergi. Yang tersisa hanya makna kehadirannya, dan rasa yang ditinggalkan ketika mereka menyapa."
“Are we sacrificing our belief just to be happy? Is it even worth it?”
There’s a saying, love someone is not about owning, it’s about watching them live the life they wanted to. That’s probably a quote that relates mostly to this story. Forbidden Love ✅ Second-chance Romance ✅ Angst (lots and lots of ‘em) ✅ Now, Siri please play ‘I Love you so’ by The Walters.
A story of a modern Romeo and Juliet (kind of). Dania and Aldo once fell in love 10 years ago, but one day Aldo disappear and Dania was forced to bury her feelings toward him. Long after their first meeting, they found each other once again, and love easily blooms between them. While loving each other feels easy, they had to face different beliefs.
Their arguments remind me to “Rewrite the Stars” where – Dania would say: “You think it's easy. You think I don't wanna run to you. But there are mountains. And there are doors that we can't walk through.”
– Then, Aldo would say: “But you're here in my heart So who can stop me if I decide That you're my destiny?”
When I read their story, I felt really close to the main topic of religious differences in a marriage. It is probably a relatable issue for most of us (and for me, apparently). I also understand how easily love appeared, but to move forwards to the next step, which is married, we couldn’t avoid the fact that it is all about connecting two different people and family.
“Human makes love difficult and painful.”
Throughout my reading experience, I am really proud of how mature Dania is in handling the situation. While I felt it was mostly because of her dad’s wise advice–that makes me reflected a lot: “Yang berat dalam suatu hubungan itu bukan menerima pribadi satu sama lain, Dan. tapi menerima seluruh beban dan masalah yang ikut terbawa ke dalamnya. Hari ini kamu bisa bahagia. Tapi bagaimana dengan nanti?”
I like how Aldo’s character is very sweet toward Dania. Yet, I was very stressed by his family dynamics and thought process. Well, in the end, his character development was very satisfying–How he finally found acceptance and learn that loving someone is not always about owning: “Sesakit-sakitnya rasa sakit. Sekalut-kalutnya kekalutan. Sehampa-hampanya kekosongan. Namun juga sedalam-dalanya rasa cinta.”
Overall, my experience in reading their story was truly a roller coaster of emotion. I recommend reading while you listen to the song playlist, it will add more emotion to your reading experience!
“I hope wherever you are in life, you can always find your happiness.”
Tertarik baca buku ini karena covernya cantik kayak menggambarkan suasana senja. Baru kali ini baca novel dengan tema beda agama.
Menceritakan tentang hubungan beda agama yang dijalani Dania dan Aldo. Kedekatan mereka berawal saat sama² terlibat dalam satu kepanitiaan acara kampus yang sama. Sampai suatu waktu Aldo menghilang begitu saja.
Dan 10 tahun kemudian mereka bertemu kembali ternyata mereka bekerja di satu gedung kantor yang sama.
Kedekatan merekapun terjalin kembali, terjawab sudah alasan² kenapa dulu Aldo menghilang. Apakah Dania dan Aldo harus menyerah karena mempercayai Tuhan yang berbeda?
Baca novel ini tu awalnya ada manis²nya gitu. Tapi semakin kesini ikutan bingung keputusan apa yang bakalan diambil Dania sama Aldo.
❝Apa yang harus aku katakan pada seseorang yang aku inginkan sebagai jodohku, namun tidak diizinkan Tuhan?❞— hlm. 351
Setuju banget sama pemikiran Dania yang lebih bijak, logis dan realistis dibanding Aldo.
❝Bagi hati tidak ada yang lebih hakiki daripada penyataan 'love conquers all', termasuk perbedaan kepercayaan. Namun bagi logika lebih baik menderita sekarang, daripada memupuk luka dikemudian hari. Semuanya sama² valid, tergantung dari sisi mana kita melihat. Tergantung apa yang kita cari dalam hidup❞—hlm. 355-356
❝Hidup. Adalah sebuah perjalananan panjang dimana hanya Tuhan yang tahu kemana kita akan bermuara, dan dengan siapa kita akan bertegur sapa didalamnya.❞—hlm. 356
❝Seringkali mereka yang kita temui dalam hidup memang tidak akan menetap untuk waktu yang lama. Terkadang orang² ini hanya singgah untuk sementara. Transit. Untuk kemudian pergi. Yang tersisa hanya makna kehadirannya, dan rasa yang ditinggalkan ketika mereka menyapa.❞ —hlm. 356
❝Nggak apa-apa nak. Kadang saling melepaskan juga bagian dari mencintai.❞ —hlm 361
Ya ampun pasti rasanya sakit banget kalau ada di posisi Dania dan Aldo, mereka sama² mencintai tapi harus rela saling melepaskan :(
Dan ak nangis di detik2 menuju halaman terakhir wkwk
This entire review has been hidden because of spoilers.
"Human makes difficult and painful. Karena manusia tuh makhluk paling egois sejagat raya. Manusia mengasosiasikan 'mencintai' dengan 'memiliki' orang yang kita cintai, merasa butuh untuk selalu dekat dan selalu sama-sama dengan mereka. Padahal nggak gitu. Cinta seharusnya nggak kayak gitu. Cinta itu membebaskan dan membiarkan orang yang kita cintai merasa bebas untuk membalas, atau nggak membalas cinta dari kita. If It's not like that, then I don't think it's love, Man."
Menceritakan sepasang kekasih yang saling mencintai, tapi sayangnya perbedaan menghalangi masa depan mereka. Tembok yang tinggi seolah menyatakan bahwa mereka seharusnya memang nggak bersama.
Ceritanya bagus, tapi bikin frustasi juga. Ketika rasanya cinta sudah sempurna karena sangat dicintai dan mencintai, tapi takdir tidak merestui untuk bisa sehidup semati. Buku yang endingnya sudah ketebak bakal kayak gimana, tapi aku tetap baca. Sangat mencari penyakit sendiri bukan?😔 Cocok untuk yang nyari buku romance tapi yang endingnya tragis (sad end maksudnya). Tapi ya, menurutku ini ending udah bagus banget. Rasanya aku mau makasih banget ke Dania karena dia lebih waras dari Aldo. Literally selama baca ini tuh aku kebanyakan memaki Aldo. Aku paham sih namanya juga saling cinta ya, berat banget PASTI untuk bisa pisah. Tapiii yaa mau gimanaaa ...
This is my first Indonesian author book that I read in 2020-ish, I didn’t expect anything from this book but what I know about this book is about romance with different religions between the two main characters. When I read the first chapter of this book, I’m so immersed with this storyline and the writer from this author. The character’s name is Aldo and Dania, they are so lovely but after I finished the book, I feel like both of them are so stubborn but more likely Dania, she is so stubborn about their relationship, at first she wants it but in the end she is the one who ruined it. I feel so bad for Aldo, he did anything for Dania but it was useless.
This book made me cry but not too hard, just making my heart hurt so bad because I’ve been there before (not exactly like that). This book has a nano-nano feeling for me, maybe if you read this too, you’ll have a nano-nano feeling. I really like this book so much, almost perfect for me, the one I didn’t like from this book is the character is singing, I read a book with a character who sings before and I feel so awkward, this book also made me feel awkward, that’s why I didn’t give 5 out of 5 stars, but this book is such a page turner for me. This book tells that all things cannot be forced, even if there is a way, if someone has given up, they cannot be forced. Everyone has their own path with their own happiness.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Transit mengisahkan tentang Aldo dan Anjani, sepasang kekasih yang menjalin sebuah hubungan, namun menghadapi suatu permasalahan rumit karena berbeda agama. Suatu permasalahan klise yang tidak bisa dianggap enteng, mengingat kita masih tinggal di Indonesia, dimana menikah bukan hanya menjadi urusan individu yang bersangkutan saja, tetapi pihak keluarga pasti terlibqt. Narasi penulis dibawakan dengan baik menghunakan 2 POV, Aldo dan Anjani, namun entah kenapa saya merasa bahwa kedua POV tersebut berasal dari 2 karakter yang sama. Pembeda utama yang saya temukan adalah penggunaan “Aku” untuk POV Anjani, dan penggunaan “Gue” untuk POV Aldo. Selebihnya terasa sama saja. Walaupun tidak pernah mengalami (sehingga tidak relate), namun saya sudah bisa menebak dengan tepat setiap jalan cerita akan berjalan seperti apa. Semuanya terasa klise. Sehingga tidak mengherankan bagi saya, bisa tetap melanjutkan membaca tanpa perlu mengingat-ingat dengan keras setelah meninggalkan buku ini cukup lama.
I like the book, it's good. Aku suka karena penulisannya santai dan cukup menggugahku untuk belajar bahasa Inggris, soalnya sungguh, bahasa Inggrisnya banyak. It's okay tho, i like it, mungkin karena biar sama kayak latarnya, Jakarta. Aku enggak begitu mengenal Jakarta, tapi masa-masa bahagianya Aldo Dania dan datenya itu terasa kayak nostalgia karena berasa deket banget (tapi sekali lagi, aku ga kenal Jakarta), kerasa lokal gitulah. Tapi ternyata, date mereka itu serasa kayak anak SMA (somehow aku merasa demikian) padahal mereka sudah dewasa tapi masalah mereka memang dewasa banget, soal perbedaan agama. Aku menikmati konflik dan penyelesaiannya, tapi endingnya buat aku kaget. Bisa dibilang, mereka enggak mau melupakan satu sama lain meskipun sudah punya pasangan baru and that's big no for me karena menurutku, sebahagia apapun kalian, kalo masih menyimpan jelas jejak masa lalu yang emang kalian ga mau lupain, itu rasanya bakal ngeganjel terus ... bisa dibilang, mau bahagia banget tapi ga bisa, soalnya keinget masa lalu.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Bagus konfliknya dan karakternya kuat. Tema cerita yang rada nyerempet soal keyakinan memang harus dengan hati-hati diketengahkan karena kalau tidak, dikhawatirkan akan melenceng dari yang diharapkan. Untunglah eksekusinya melegakan semua pihak.
Percintaan beda agama gak bisa dipungkiri memiliki tantangan yang sangat keras apalagi kalau benar-benar dikisahkan secara gamblang. Cerita yang berat dan kisah ini hanya sebagian kecil dengan persoalan yang besar yang diangkat ke permukaan. Cukup menghantui bagi mereka yang menempuh gaya pacaran seperti tokoh Aldo dan Dania.
Sikap Dania yang logis dan peduli masa depan keluarga, Aldo yang bersikeras untuk mengabaikan semua rintangan, ayah Aldo yang keras menentang hubungan keduanya, semuanya membuat novel ini terasa realistis tapi juga ketar-ketir.
Suka banget sama cerita ini!!! Karakter Dania di sini penuh pertimbangan dan logis. Point of view dari 2 orang yaitu Dania dan Aldo buat aku memahami perasaan keduanya. Interaksinya mereka pas pacaran juga gemes bangettt. Aku juga suka karakter pendukung seperti teman² dan keluarga Dania dan Aldo. Mereka membuat suasana menjadi lebih berwarna. Serta nasehat dari orang tua mereka turut menjadi pertimbangan keduanya untuk memutuskan berpisah secara baik baik. Keputusan Dania yang sangat logis membuat aku berpikir bahwa merelakan juga bagian dari mencintai. Yang aku kurang srek adalah beberapa dari bahasa inggrisnya terlalu kaku yang menurutku bisa agak diperhalus. Overall ceritanya menarik!!!
This entire review has been hidden because of spoilers.
Pas awal baca aku ngerasa kayak “ih gemesnya ketemu crush lama” terus pas ditengah cerita mulai tau deh penyebab kenapa dania di ghosting.
Aku sempet sebel sama sifat aldo yg terlalu bucin sampai mau ninggalin keluarganya. ya sebenernya namanya juga cinta ya, dia mau berjuang tpi karna ini bukan permasalahan yg terhalang restu orang tua, tpi terhalang tembok yang lebih besar, beda agama.
aku suka sama sifat dania yg saking sayangnya dia sama aldo, dia gk mau aldo ningalin keluarganya demi dia.
jangan coba coba deh jatuh cinta sama yg beda agama, itu bakalah susah kedepannya.
novelnya sangat bagus! aku suka sama endingnya, gk ad yg menang, gk ada yg kalah.
Novel yang menceritakan pertemuan antara kedua tokoh setelah sepuluh tahun berpisah dan kini kembali menjadi dekat. Tema yang diangkat cukup sensitif, yaitu cinta beda keyakinan, namun dengan ending yang realistis, tidak terkesan memaksa.
Gaya bercerita penulis sangat enak untuk dibaca dan begitu mengalir, membuat pembaca merasakan apa yang dirasakan oleh kedua tokoh. Untuk novel debut, tulisannya rapi sekali. Serius.
Saya sangat suka membacaa novel ini. Sangat!
Terima kasih kak Sarah untuk tulisannya yang banyak memberi pelajaran. Sangat dinantikan karya2 berikutnya.
kyknya udah agak lama aku ga nangis karena suatu buku... dan beberapa menit yang lalu "Transit" berhasil bikin aku ikut patah hati bareng Dania dan Aldo.
A little bit too cheesy at first—for me. Komunikasi Dania-Aldo yang pake aku-kamu sblm mereka pacaran bikin aku agak.. apaya ya aneh aja gt. Tapi lama2 aku kebiasa sama interaksi dan gombalan2 mereka satu sama lain lalu aku yang hopeless romantic ini mikir lucu juga ya mereka...
Namun ya.. itu.. perbedaan mereka terlalu prinsipil hingga pada akhirnya ya mereka hanya transit di kehidupan satu sama lain.
sebenarnya kita udah bisa tebak endingnya akan seperti apa, cukup dengan membaca sinopsis. tapi aku tetap nekad baca buku ini dengan mengharap ending yang mungkin berbeda, karna jujur lagi di posisi yang sama seperti dania, bahkan pertanyaan-pertanyaan dania di buku ini relate dengan apa yang aku pertanyakan hahaha. tapi terima kasih, buku ini menyadarkan aku akan banyak hal tentang perbedaan itu, tentang.. memang ada beberapa hal dalam hidup yang tidak bisa dipaksakan, seberapa keras pun usaha itu.
Kisah cinta yang sebenernya sering kita temuin di kehidupan sehari-hari, tapi tetap aja pas tahu, dengar atau baca cerita cinta tentang beda agama bikin rasa ganjel di hati. Sama kaya pas baca cerita transit ini. Dania dan Aldo memang pasangan yang klop banget. Suka cara bagaimana Dania menyelesaikan masalah dengan matang, dewasa dan gak terburu-buru. Suka cara Aldo nunjukin kasih sayang dia ke Dania. Cerita ini cukup fast-paced, tapi gak kelihatan terburu-buru. Endingnya juga cepat, dan gak kelihatan di lama-lamain. Cerita yang bagus, enjoy sekali selama baca cerita ini.
Baca ini di Ipusnas ternyata bagus, menyinggung kisah romansa yang sering banget terjadi terkait "perbedaan" yang emang gak ada masa depannya.
Sesuai judulnya transit, dikehidupan orang lain mungkin kita hanya datang sebentar setelah itu pergi. People come and people go dan gimanapun juga tetep orang yang jadi tempat transit harus lanjut hidup. Suka banget sama jalan ceritanya. Gimana awal mula bisa mereka jatuh cinta, saling mempertahankan, kemudian harus rela mengalah dan berpisah karena masalah prinsipal. Tbh, nyeseknya dapet banget3
Kisah cinta beda agama gini emang beneran masalah paling tinggi kalau di dalam piramida permasalahan sih. Perbedaannya gede banget dan sensitif, soalnya langsung ke sang pencipta. Rasa cinta mereka berdua beneran tergambar dengan jelas. Dari bagian gamang, mencoba mengikuti arus air, bahkan bingungnya beneran kayak nyata sampai rasanya nembus dari kertas bukunya.
Tapi dari semua ini bagaimana mereka berdua bisa resolve the problem beneran bagus. Dania beneran sangat teguh dan sabar. Penulis juga oke banget dalam mengeksekusi ceritanya.
ok soo ini buku bagus bgt fr!! Kaya i love the way kak Sarah menggambarkan situasinya. Ini buku bikin kesel, marah, salting, sedih, lucu saat aku baca inii. This is bilingual book yang menurutku even masih beginner itu tetep bisa ngerti kokk. Basically ini tentang cinte beda agama hehe...Banyak pelajaran yang bisa diambil dari sini, recommended bgt buat dibacaa!! Aku sih awalnya kesel sama Dania tapi lama lama kaya ‘Dania bener kok, she is sooo wise!!!’
Ga suka novel sad ending, tapi di pertengahan, spesifiknya ketika Aldo bentak Ayahnya dan memilih keluar dari rumah dan tetap sama Dania, aku berharap sad ending. Seperti kata Dania, "Kalau kita menikah, kita ngga hanya akan hidup berdua. Orang tua kita pasti akan terlibat". Tapi tetap aja sedih, ya.
Apresiasi ke penulis yang ga egois menyatukan mereka dengan berbagai kemungkinan. Pilihan ini membuat novel ini lebih relevan karena ga mudah berada dalam hubungan yang berbeda keyakinan.
Sudah lama tidak melahap novel dengan gaya bahasa campuran indo-english adat jaksel seperti ini^^. Pertama membaca pun langsung hanyut ke konflik batin kembalinya sang doi yang dulu ngeghosting dan beda agama.
Berkutat dalam ironi ketika sama sama percaya Tuhan tapi menyebut-Nya dengan nama yang berbeda. Belum lagi punya ortu yang keras juga! wah lengkap sudah~.