Jump to ratings and reviews
Rate this book

Minoel

Rate this book
Kata orang, cinta butuh pengorbanan. Kata orang, cinta berarti memberi. Itulah yang dipercaya Minoel saat Akang menawarkan cinta dan mimpi indah. Minoel melayang ke awang-awang. Akhirnya ada juga cowok yang mencintai dirinya yang cacat.

Minoel menerima cinta Akang. Meskipun itu berarti dia tidak bisa ikut kegiatan hadrah dan pramuka lagi. Meski itu berarti dia tidak bisa sering-sering main dan gosip bareng Lilis dan Yola lagi.

Namun, Akang berubah. Lelaki itu mulai bertingkah kasar dan tak masuk akal. Inilah ujian cinta Minoel. Akang mau menerimanya yang serba kekurangan, miskin, bodoh, dan cacat. Sudah seharusnya dia menerima kelakuan Akang yang buruk, kan? Toh buruknya hanya kadang-kadang.

Yola dan Lilis terus membela dan mengingatkan Minoel bahwa Akang tidak baik untuknya, dan Minoel terus mengabaikan teman-temannya. Tapi, ketika Akang mulai menuntut Minoel menyerahkan diri sepenuhnya, Minoel mulai bertanya apakah cinta memang butuh pengorbanan SEBESAR itu? Lebih jauh lagi, apakah itu benar-benar cinta?

272 pages, Paperback

First published June 1, 2015

19 people are currently reading
256 people want to read

About the author

Ken Terate

26 books233 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
200 (38%)
4 stars
232 (45%)
3 stars
70 (13%)
2 stars
9 (1%)
1 star
2 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 184 reviews
Profile Image for Daniel.
1,179 reviews851 followers
July 2, 2020
Ken Terate
Minoel
Gramedia Pustaka Utama
272 halaman
9.1 (Best Book)

Lewat Minoel, Ken Terate menyajikan kisah tentang kekerasan dalam pacaran, suatu topik yang jarang diangkat ke dalam buku remaja lokal. Terate tak takut mendobrak pakem teenlit pada umumnya dengan mengangkat kisah Minoel, seorang gadis lugu dari Gunung Kidul yang hidupnya jungkir balik semenjak Akang, seorang gaslighter dan pemerkosa, hadir dalam hidupnya. Terate juga tak segan menunjukkan dampak dari kekerasan tersebut secara eksplisit dan gamblang bagi para pembacanya, hingga tak sulit bagi pembacanya untuk meneteskan air mata dan bersimpati pada Minoel.

Dua hari yang lalu saya memutuskan untuk membuat daftar buku young adult lokal terbaik yang pernah saya baca untuk membuktikan--entah pada siapa--kalau buku remaja lokal juga tak kalah kompleks dan penting dibanding dengan buku remaja luar negeri. Beberapa teman saya merekomendasikan saya Minoel. Dan setelah membacanya, saya mulai mempertanyakan apakah keputusan saya untuk membuat daftar buku tersebut terlalu dini karena memang Minoel layak mendapatkan tempat di daftar tersebut. Entahlah. Saya pasti akan meninjau ulang daftar itu beberapa tahun lagi setelah bacaan saya bertambah banyak. Hingga saat itu tiba, anggap saja kalau Minoel adalah honorary mention dalam daftar tersebut.

Sudah menjadi fakta umum jika Ken Terate merupakan salah satu penulis young adult yang paling realistis, jika definisi realistis dilihat dari betapa sederhana karakternya. Dark Love, misalnya, menceritakan Kirana, seorang gadis cerdas yang hamil. Dia bukan berasal dari keluarga berada, kecantikannya tidak menghebohkan, dan kepintarannya hanya biasa-biasa saja, tapi dengan piawainya, tanpa kualitas-kualitas ekstra seperti itu, Terate mampu membuat perhatian kita terpaku padanya, membuat kita peduli pada masalah-masalahnya. Kualitas karakter seperti ini mengingatkan saya akan karakter dalam buku Melina Marchetta, barangkali salah satu penulis young adult terbaik di dunia ini. Dengan menciptakan karakter utama seperti demikian, kita akan lebih mudah untuk terhubung dengannya sebab karakter itu bisa saja jadi teman sekelas kita, atau orang yang kita kenal.

Minoel, protagonis dalam Minoel, juga biasa-biasa saja. Dia hanya cewek polos dan lugu yang tinggal di salah satu perdesaan di Gunung Kidul. Impian-impiannya tak muluk: dia hanya ingin lulus SMA, menjadi penyanyi dangdut kondang di desanya, dan punya pacar. Hanya itu. Tapi Minoel memiliki kisah penting yang ingin dia kumandangkan ke orang banyak dan Terate mau kita mendengar ceritanya.

Sama seperti kebanyakan remaja cewek pada umumnya, ketika Akang menyatakan perasaannya pada Minoel, hati Minoel tentu berbunga-bunga karena akhirnya dia punya pacar. Akang, yang walaupun tidak terlalu tampan ataupun cerdas, awalnya terkesan romantis dan Minoel jatuh hati dibuatnya. Tapi lama-lama Akang jadi mengekang dan menyeramkan. Dia pencemburu, melarang Minoel untuk ikut berbagai macam kegiatan, menuduhnya berselingkuh, dan mengancamnya. Namun, dengan adanya beragam red flag seperti itu, Minoel tetap bertahan. Tentu, Minoel kesal, begitu pula teman-temannya, dan sempat ingin putus dari Akang, tapi ketika Akang melembut dan menghujani Minoel dengan janji-janji manis. Hingga puncaknya, Akang melecehkan dan memerkosa Minoel hingga membuatnya trauma. Saya tak mau repot-repot menyembunyikannya dalam spoiler supaya semua orang paham: Akang seorang pemerkosa.

“Kamu beruntung, paling tidak kamu tidak hamil,” demikian kata salah satu sahabatnya ketika Minoel berusaha memulihkan diri dari traumanya. Namun, lewat tulisannya, sebab buku ini disajikan dalam wujud semacam buku harian terapinya, Minoel bertanya apakah suatu keberuntungan kalau dia tidak hamil, sementara bekas lukanya masih tampak, luka batin dan mentalnya masih belum kering? Apakah dia tidak layak disebut korban hanya karena dia tidak hamil? Minoel bisa dibilang beruntung karena dia mendapatkan perawatan dan pemulihan profesional, tapi apakah dia beruntung karena tidak hamil walaupun diperkosa, seakan-akan pemerkosaan semacam undian dan hamil adalah hadiah utamanya? Tentu saja tidak, Terate menunjukkan pada kita, bahwa Minoel juga seorang korban, perasaan dan lukanya valid.

Men are trash, suatu kalimat yang mudah memicu para lelaki di Twitter, yang membuat mereka semakin benci pada para feminis. Argumen yang mereka ajukan adalah kalau semua lelaki sampah, berarti ayah, suami, kakek mereka adalah sampah, karena mereka mengartikan kalimat tersebut secara harfiah. Padahal men are trash sesungguhnya bukanlah sentimen antilelaki, melainkan untuk menunjukkan bahwa patriarki yang sistemis membuat lelaki mendapatkan lebih banyak privilege dalam masyarakat dan membuat mereka sering menyalahgunakan privilege tersebut. Saya merasa saat Terate menulis ini, dia mungkin tidak memikirkan soal ini, tapi menarik sekali melihat bagaimana kehidupan suatu perdesaan di Gunung Kidul ini terdampak oleh budaya patriarki digambarkan. Banyak penduduk di desa Minoel yang berkata anak perempuan tak perlu sekolah tinggi-tinggi, dan ketika banyak anak perempuan yang hamil di luar nikah, solusi yang ditawarkan adalah uang tutup mulut dan pernikahan. Padahal, karakter perempuan dalam buku ini, Minoel, Yola, dan Lilis, juga memiliki impian, tapi impian mereka terpaksa terempas karena kondisi tempat mereka tinggal. Terate tidak mengada-ada dalam menggambarkan bagaimana seorang gadis yang hamil di luar nikah, entah karena sama-sama consent ataupun diperkosa, dipaksa untuk menikah. Kita sendiri pun terus mendengar beritanya hingga saat ini.

Yang paling menyedihkan dari semua ini tentu saja akhir kisah Minoel. Di kalimat terakhirnya, dia menulis semuanya akan baik-baik saja, tapi dari kalimat itu tersembunyi luka yang sulit sembuh. Ketika dia bertemu Akang, trauma itu kembali muncul ke permukaan. Akang sendiri masih bebas berkeliaran sebab ketika polisi menanyai detail pada Minoel, pertanyaan-pertanyaan mereka menyudutkan dan meremehkan kejadian yang menimpa Minoel. Mereka mendesak Minoel untuk berdamai dan menerima uang tutup mulut dari keluarga Akang dan Minoel, yang lugu dan tak ingin menjawab pertanyaan polisi dan mengenang terror yang dia alami, memutuskan untuk tutup mulut.

Kemarin anggota DPR memutuskan untuk menunda mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan dalih bahasannya terlalu sulit. Minoel-Minoel di luar sana, segelintir dari sekian banyak kalangan lainnya, termasuk laki-laki yang mengalami pelecehan seksual sekalipun (jika memang mereka hanya peduli dengan laki-laki), akan terbantu dengan disahkannya rancangan undang-undang tersebut. Orang-orang yang seharusnya mewakili kita, orang-orang yang seharusnya lebih cerdas daripada rakyat, meredam suara korban pelecehan seksual dengan alasan mereka tidak paham. Jika membaca kitab hukum soal pelecehan seksual atau membaca memoir dari penyintas korban pemerkosaan terlalu berat bagi kapasitas otak mereka, mereka mungkin bisa memulainya dengan membaca kisah Minoel untuk tahu siapa yang bisa mereka selamatkan dengan undang-undang tersebut. Saat diterbitkan tahun 2015, tentu Terate tidak akan menyangka buku ini akan relevan lima tahun kemudian. Saat itu, dia mungkin hanya ingin menyampaikan kepada para remaja SMP dan SMA mengenai urgensi dari berpacaran secara bertanggung jawab dan mendengarkan suara dari korban pemerkosaan. Dan jika remaja SMP tanggung saja bisa memahami urgensinya, bagaimana mungkin anggota DPR tak bisa paham? Well, yang hanya bisa kita lakukan sekarang hanyalah mendengarkan suara korban dan terus mendukung mereka, sampai mukjizat datang dan membuka pintu hati para anggota DPR itu.
Profile Image for Ainay.
418 reviews78 followers
September 5, 2020
"Tulislah buku yang ingin kamu baca."
Entah itu kutipan dari mana awalnya, tapi itu bener. Dan nggak usah, terima kasih, buku yang benar-benar pengen kubaca isinya sudah ketemukan dalam Minoel. Teenlit terbaik yang pernah diterbitkan GPU, sejauh yang kubaca.

Jika selama ini teenlit didominasi oleh kehidupan remaja di kota-kota besar, Minoel tidak ikut tren itu. Novel ini mengambil setting di pedesaan kabupaten Gunung Kidul, memotret kondisi masyarakat dengan SANGAT TEPAT. Yah, aku bukan warga Gunung Kidul, sebagai anak yang besar di desa di kabupaten Jawa, semua detail yang ada di Minoel sama dengan lingkunganku.

Baca ini serasa baca memoar saking terasa nyatanya. Ini pula yang bikin buku ini bikin dada sesak hingga awal hingga akhir. Kondisi kayak gini memang "wajar" dan masih terjadi di desa-desa. Banyak remaja putus sekolah, salah asuh, salah didik, kawin dini, dll.

Kalo kata orang tertentu, sastra itu karya yang menelanjangi kehidupan masyarakat saat itu. Nah, berarti ini bisa masuk dalam kategori sastra meski tidak ditulis dalam bahasa "sastrais" yang ndakik-ndakik. Maaf kalau repetitif, tapi emang kondisi dalam novel ini benar-benar nyata mengupas bagaimana kehidupan remaja-remaja desa yang jauh dari pendidikan. Pendidikan yang kumaksud ini bukan institusi sekolah ya. Rasanya berat banget hati selama baca ini karena anak-anak dalam Minoel benar-benar pernah kujumpai.

Ya ampun gatau lah mau nulis apa lagi. Hatiku masih kocar-kacir. Pokoknya ini bagus banget. Keren banget. Nangis banget. Sakit banget. Gila banget. Mbak Ken Terate pinter banget.
Profile Image for Rie.
14 reviews
June 25, 2021
Don't judge a book by it's cover. Begitulah kalimat yang pas buat mendeskripsikan buku ini. Pertama kali liat buku ini di gramed saya langsung skeptis melihat covernya... apaan deh tiga cewe lagi gibahin orang, pikir saya saat itu. Lalu, saya membaca sebuah thread di twitter mengenai novel yang wajib baca *seingat saya* dan buku ini masuk dalam daftar yang di rekomendasikan. Dan begitulah awal mula saya berkenalan dengan lebih baik terhadap buku ini. Lol.

Isi dari buku ini menggunakan pov pertama, aku yaitu Minoel. Saya suka cara bertutur dan gaya bahasa yang digunakan dalam buku ini, tidak bertele-tele, santai layaknya sedang menulis diary, sehingga saya bisa membayangkan bahwa sosok Minoel itu adalah perempuan sederhana, polos bahkan cenderung naif. Minoel adalah penggambaran gadis abg kebanyakan yang sering saya jumpai, Ken Terate berhasil mengingatkan saya pada masa saya SMP dan SMA melalui sosok Minoel dan teman-temannya. Minoel yang selalu berpikir bahwa hidup akan terasa sempurna jika kita memiliki pacar, punya motor keren, hp canggih seperti blackberry lalu dipamerkan ke teman-teman satu sekolah, dan tak lupa mengubah status hubungan menjadi bertunangan di facebook adalah kelakuan-kelakuan yang juga dilakukan banyak teman-teman saya dulu.

Tiba di bab ketika Minoel menceritakan sosok Akang yang mulai berubah, saya sudah bisa menebak sikap apa yang berubah dari Akang ini. Ken Terate sudah menuliskan secara singkat melalui blurb. Satu kata yang bisa saya ucapkan pada laki-laki seperti Akang 'BIADAB' bahkan kata biadab pun belum puas untuk menggambarkan sosok Akang dalam cerita ini. Isu yang diangkat Ken Terate pada buku Minoel memang sangat berani dan saya rasa keluar dari zona nyaman Teenlit kebanyakan. Minoel diceritakan berada dalam hubungan toxic relationship, mengalami kekerasan dalam pacaran (KDP) berulang-ulang dan berakhir dengan Minoel yang memaafkan terus-menerus.

Betapa kesal dan jengahnya saya saat Minoel seakan dicucuk hidungnya, tunduk pada Akang dan merasa bersalah saat ia tidak mengikuti keinginan Akang. Saya bisa merasakan perasaan Yola, sahabat Minoel yang selalu memberitahu Minoel kelakuan Akang yang minus sampai ke basement, tapi tetap saja Minoel ya tetap Minoel, sehari yakin putus tapi besoknya menyesal dan mulai merindu. Dan saya geleng-geleng kepala tak habis pikir, dengan sahabat Minoel lainnya, Lilis. Ketika Lilis meminta Minoel untuk terus menjaga cinta sejatinya. Minoel begitu yakin Akang adalah cinta sejatinya. Preetlah kalo kata Yola. Akang adalah tipikal laki-laki patriarki yang merasa berkuasa atas perempuan. Selalu meminta Minoel menurutinya dengan dalih sebagai pacar yang kedudukannya sama dengan suami-istri. Akang tidak segan meneriaki Minoel dan berkelakuan kasar di depan umum hanya karena ia cemburu, lalu menghilang tanpa kabar berhari-hari. Kemudian datang kembali seperti tak ada yang terjadi, meminta pemakluman atas tindakannya karena cemburu. Dan Minoel ya tentu saja memaafkan apalagi jika Akang sudah berperilaku manis dan romantis padanya. Akang adalah perwujudan manusia manipulatif yang memanfaatkan kerapuhan, kesepian, minder, tidak diingankannya Minoel dengan memberikan kasih sayang, perhatian, rasa dicintai, dan bahkan merasa dibutuhkan yang semuanya itu adalah hal-hal yang didambakan Minoel sejak lama. Inilah yang membuat Minoel bagai perangko yang menempel pada Akang, meyakini bahwa hanya Akang satu-satunya yang cinta dan peduli padanya.

Ken Terate berhasil meramu cerita ini dengan sangat apik, saya sampai harus banyak mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan membaca. Emosi yang terasa sudah meluber ini semakin tak terbendung manakala Akang melakukan perbuatan Keji pada Minoel. Ah, saya tidak tahu harus berkata apa lagi, rasanya saya hanya ingin berlari dan segera memberi Minoel pelukan dan memberi kekuatan padanya. Saya teringat ucapan Yeseul, salah satu karakter di drama Korea Law School, Yeseul diceritakan mengalami KDP dan berkat dukungan teman-temannya, ia akhirnya berani menempuh jalur hukum setelah diliputi perasaan bersalah. "Bagaimana bisa saya melaporkan orang yang harusnya menjadi bagian dari masa depan saya? Saya sempat berpikir, jika saja orang yang melakukannya adalah orang asing, mungkin saya akan memilih untuk melupakan dan menguburnya dalam-dalam" kalimat ini membuat saya paham bahwa tidak mudah bagi korban KDP untuk berani step out, melaporkan pada pihak berwajib yang terkadang malah membuat korban semakin takut dan trauma. Bagaimana rentetan-rentetan pertanyaan menyusul setelah kejadian, memaksa korban untuk kembali mengingat hal mengerikan lalu direspon dengan kalimat-kalimat aneh. Salah satu yang bikin hati saya miris saat teman Minoel merespon dengan kalimat "... setidaknya kamu belum sempat di apa-apain" lalu Minoel hanya bisa berseru dalam hati menanggapi ucapan tersebut, bagaimana bisa setelah ditindih, ditarik, bahkan luka-luka ditubuh ini dibilang belum di apa-apakan padahal sekujur tubuhnya sakit. 💔

Minoel bukanlah satu-satunya yang berada pada toxic relationship, banyak Minoel, Minoel lain di luar sana yang mengalami demikian. Ken Terate mengajak kita untuk sadar mengenai KDP, dan KDP bukanlah suatu hal yang bisa diberi pemakluman dan belas kasih. Buku ini terlalu bagus dan sarat makna, saya kasih ⭐ 4,5/5. Minus covernya yang kurang sreg.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Ifa Inziati.
Author 3 books60 followers
February 9, 2016
Ketika SMP, ada seorang teman sekelas yang mempunyai tujuan pasti di masa mudanya: memiliki pacar. Saya tanyakan, 'Kenapa?' jawabannya beragam. Karena ia ingin ada yang memperhatikan, yang bisa diajak jalan-jalan, dibonceng pulang naik motor, dan sebagainya. Menurut saya yang saat itu belum puber (dan sepertinya sampai saat ini pula), alasan itu sangat tidak masuk akal dan ia tak bersungguh-sungguh.

Namun, ia serius. Diikutinya tren yang dipakai anak populer di sekolah. Poni ia keluarkan dari kerudung karena rambutnya memang bagus. Ia bahkan terang-terangan 'mengintil' cewek paling disukai satu angkatan dan mengaku sebagai sahabatnya. Satu sekolah tahu ia membual, tapi tetap saja dilakukannya. Perundungan bukan hal asing baginya. Dan tiap ia dirundung, ia mendatangi saya lalu curhat.

Suatu hari, wajahnya lebih berseri-seri. Ia berkata ia sudah punya pacar. Saya pikir, ya syukurlah, kesampaian juga. Tapi tak sampai sebulan ia datang lagi dengan marah-marah, katanya sudah putus. Itu di tahun ketiga SMP, dan semenjak SMA kami berbeda, saya tidak pernah berhubungan lagi dengannya. Terakhir hanya lihat di Friendster, dalam foto dengan rambut indahnya, plus status berpacaran dengan seorang pemuda berpenampilan emo. Tapi saya tak bisa melupakan ketika ia memandang saya dan berkata, 'Fa, aku mau punya pacar.' Seakan itu satu-satunya impiannya di muka bumi ini.

Saya spontan teringat dia ketika membaca kisah Minoel meski berbeda di satu-dua hal. Minoel meyakini pacaran adalah satu-satunya jalan agar ia bisa merasakan indahnya hidup, karena selama ini ia merasa tak puas dengan kesehariannya. Belum lagi pengaruh media terutama televisi yang menggambarkan banyak muda-mudi pacaran. Dan perasaan cinta itu harus dibuktikan dengan pengorbanan macam apa pun.

Di situ saya merasa kesal sekali. Kenapa, di zaman serbacanggih seperti ini, masih saja ada pemikiran alay semacam itu? Kalau kepada pacar kita harus manut. Menyerahkan segalanya. Tak gentar meski dicecar. Dan semuanya bermuara pada kegiatan laki-perempuan yang melibatkan insting khas kingdom animalia. Argh. Cinta, cinta, cinta. Makan tuh cinta! Padahal hidup mereka masih panjang. Padahal mereka punya banyak bakat dan kegiatan. Tapi tetap saja yang dikedepankan pacaran. Dan hanya pacar yang nomor pertama.

Tapi saya pun tak bisa pungkiri memang hal itu masih terjadi. Saya ingat cerita teman dari Garut, kalau di sana pacaran itu semacam tren karena mengikuti sinteron Inikah Rasanya. Argh! Lantas kalau yang kita cintai justru menyakiti kita, memaksa kita, membuat kita jadi lebih buruk, apa itu tetap dinamakan cinta meski memang kita pernah bahagia sama dia? Jadi semuanya layak diterima atas nama cinta?

Kesal, sungguh. Saya emosi sepanjang membaca ini, apalagi pada si penjahat hormon (direct quote) itu, dan sedikit pada Minoel yang pernah punya prinsip alay macam tadi. Rasanya tak cukup kalau akhirnya hanya seperti itu. Batin saya menginginkan tapi realita yang terjadi justru seperti yang dituliskan di novel ini, dan lagi pula yang penting adalah hidup Minoel yang menjadi jauh lebih baik setelahnya.

Ini yang penting: perempuan, zaman sekarang, sudah punya banyak dukungan. LSM, Komnas perempuan, media pro wanita dan anti-kekerasan dalam hubungan, dan lain-lain. Tak perlu takut. Tak usah malu. Jangan diam dan membiarkan, karena perilaku abusif bisa 'mencandukan' korbannya dan itu semakin tidak sehat. Begitu luas tersebar bantuan untuk kasus seperti itu, dan percayalah, masih banyak orang baik di dunia ini. Dan kekerasan itu tidak sebatas fisik. Verbal bisa lebih berbahaya.

Perempuan punya kekuatan yang sering tak disadari mereka sendiri. Tapi kekuatan itu bukan berarti tahan dengan caci maki pasangan atau bogem mentah di pipi. Yang dimaksud adalah kekuatan untuk berdiri tegak dan menjaga harga diri, kekuatan untuk berani bersuara membela ketidakadilan, kekuatan untuk maju dan melangkah ke depan demi hidup yang lebih baik. Itulah kekuatan perempuan yang sebenarnya.

Saya menginginkan Minoel ini dibaca remaja Gunungkidul (dan daerah lain tentunya) juga, agar mata mereka lebih terbuka dengan apa yang terjadi, karena saya sangat dibuat percaya oleh novel ini kalau kejadian seperti itu sungguh nyata. Saya berharap kealayan di Indonesia segera dibasmi karena itulah yang menghambat negara kita untuk maju padahal punya banyak potensi. Saya pun berdoa agar perempuan di mana pun lekas menyadari kekuatannya dan bangkit.

Dari segi penceritaannya sendiri sih, saya tidak mau banyak komentar. Khas Mbak Ken Terate yang mengambil tema lokal. Karakter favorit saya Yola, karena ia yang paling kuat dan menarik. Saya mungkin tak setuju dengan pahamnya, tapi saya bisa memahami. Dia juga jadi tokoh feminis pertama yang saya temui di novel teenlit.

Rasanya ini ulasan terpanjang saya setelah sekian lama. Semoga kita semua selalu dalam perlindungan Tuhan, dijauhi dari hal buruk, dan ditempatkan dalam lingkungan yang baik. Perangi kekerasan terhadap perempuan, kita pasti bisa hadapi ini bersama-sama. Perempuan harus berani. Girls do have the power.
Profile Image for Dion Yulianto.
Author 24 books196 followers
June 14, 2021
Pengen ngamuk lihat bucinnya Minoel sama Akang. Bucin yang udah kebablasan tingkat akoet karena sudah melibatkan kekerasan dalam pacaran. Pengen bilang sukurin ke Minoel yang ngeyel, tapi saya tidak bisa. Minoel adalah sebagian kita yang di masa-masa ABG dulu pernah merasakan pentingnya punya pacar agar eksis. Saya berulang kali bertanya apa alasan Minoel mempertahankan pacarnya yg posesif dan kasar itu, tetapi dengan telak Minoel menjawab pertanyaan ini: Pernahkah kau memiliki orang yang mau bersamamu, mencintaimu, dekat denganmu sementara sebagian besar orang lain akan menjauhimu karena kekurangan dirimu. Keberadaan orang itu akan melengkapimu, membuatmu merasa normal dan penuh, meskipun kamu harus menanggung kerugian dan bahkan luka atau terancam nyawanya. Cinta memang kadang semengerikan itu, apa pun ditanggung asal tidak putus dengannya. Dan ngerinya lagi, ketika pasangannya ternyata model si Akang yang hanya memanfaatkan sisi lemah dari orang orang pinggiran seperti Minoel.

Novel ini realistis sekali, karena saya pernah menjumpai kasus yang mirip. Dan ternyata banyak, ketika si cewek begitu takluk sama cowoknya dan rela memberikan apa saja asal dia tidak diputus cowoknya. Kasus Minoel makin parah karena dia masih berusia SMA yang di daerah daerah pinggiran. tahu sendiri, pacaran berarti eksistensi dan lambang pengakuan. Jadi, janganlah kita salahkan Minoel karena bucinnya, tapi salahkan pacarnya yg ringan tangan. Minoel hanya sial karena dapat pacar seperti Akang. Kesetiaan dan ketulusannya pun disalahgunakan.

Novel yg realistis banget, teenlit tapi mengusung tema yang sangat penting dan harus dibaca oleh lebih banyak lagi anak-anak muda.

Saya paling suka sama ini: "Memangnya kalau Agnes Monica patah hati lalu dia berhenti bernyanyi?"

Mari kita dampingi dan dukung Minoel untuk mendapatkan keadilan.
Profile Image for ikram.
241 reviews642 followers
August 15, 2021
TRIGGER WARNING : abusive behavior, sexual assault

Aku ngerti kenapa banyak yang suka Minoel, jujur setelah membaca buku ini, aku bisa bilang Minoel adalah sala satu buku terbaik yang pernah aku baca. Meski ceritanya memang berat dan triggering buatku, aku salut Ken Terate mengangkat isu Kekerasan Dalam Pacaran (KDP)--apalagi, audiens buku ini adalah remaja.

Menurutku, Ken Terate berhasil membuat novel remaja yang cukup realistis. Mulai dari penggambaran karakternya hingga alur cerita yang membuatku merasa seperti sedang membaca sebuah diary. Kita memerlukan banyak sosok seperti Ken Terate, yang berani menuliskan cerita "cinta" yang tidak sama sekali bahagia. Menurutku, penting sekali remaja untuk membaca Minoel. Remaja memang sesekali perlu disuguhkan dengan cerita seperti ini sebagai bentuk pembelajaran dan meningkatkan empati. Toh, Minoel juga masih relevan dibaca hingga kini.

Jujur, selama membaca Minoel, aku berharap aku membaca buku ini dulu, ketika baru pertama kali dirilis. Nevertheless, is a must read book!
Profile Image for Akaigita.
Author 6 books237 followers
December 9, 2021
Rate: 4.5

Ternyata dibaca sehari kelar. Mungkin karena narasinya apik banget dan ceritanya page-turning. Kebawa emosilah pokoknya baca cerita ini. Geram-geramnya sama minoel dan lilis yang ndableg dan percaya cinta, jijiknya sama gombalan akang, ngerinya. YA NGERINYA ITUUUU.

Kayaknya banyak pembaca bakal jadi yola selama baca buku ini. Ucapannya itu loh, walaupun nyelekit dan sadis tapi aku setuju banget hahaaha. Badass btch. Endingnya juga realistis sekali meskipun itu meresahkan dan menurutku nggak membuat keberadaan minoel aman. Tapi minoel sekarang kuat kan? Jadi teringat magi diela di buku lain.
Profile Image for Amaya.
742 reviews57 followers
December 8, 2022
Aku kepengin bilang "bodoh" ke Minoel sambil jelasin dari A sampai Z balik ke A lagi kalo dia dimanfaatkan doang. Aku kepengin menghujat Akang karena sudah tega berlaku seenak udelnya. Aku kepengin mengguncang bahu Minoel agar dia sadar kalo dia hanya dimanfaatkan, kalo itu bukan cinta, tapi hanya ilusi semata. Tapi, kalo aku berbuat begitu, apa bedanya aku dengan semua orang di sekitar Minoel?

Entah kapan aku merasa seemosional ini membaca buku. Bukan, bukan karena kisahnya menyedihkan karena dua mc-nya tidak bisa bersatu dan tersakiti (in romance way), tapi karena geram. Geram dengan kenyataan sekitar yang benar adanya. Isu sosialnya kental dan agak miris mengingat ini benar-benar terjadi. Yah, bukan semuanya, tapi penulis bilang ada kasus yang seperti ini juga. Mengingat banyaknya KDP (Kekerasan Dalam Pacaran), kadang2 aku takut, tapi lebih dominan takut ketika tidak bisa meyakinkan para korban agar segera berlari menjauh.

Lemme tell you. Minoel sudah ditegur beberapa kali oleh Yola. Bahkan tanggapannya setiap dia curhat selalu sinis. Ya karena Yola sebelumnya sudah mengenal Akang. Dia berhasil lepas dari si manusia kadal sebelum menjadi lebih parah. Iya, Yola pintar karena sudah mengenal macam-macam cowok. Lah, Minoel? Ada yang mau sama dia saja sudah syukur. Cara mengingatkan Yola emang kasar dan terkesan ceplas-ceplos, tapi dia peduli banget. Emang, kadang nyebelin banget kalo kita lagi ketimpa masalah pas curhat malah ditimpali, "nah, kan, apa kubilang". Minoel butuh support dan dia nggak tau harus minta ke siapa. Sebenarnya, dia emang nggak punya tempat mengadu dan berpegangan. Ngadu ke bapaknya, orangnya nggak peduli. Ngadu ke emaknya, bakal diomelin lagi sampai kupingnya pengang. Ngadu ke adik-adiknya, lah emang bakal didengerin? Ngadu ke Yola bakalan tambah disukur-sukurin, "Sukurin, nggak mau dengar omonganku, sih!" Ngadu ke Lilis, dia lagi bucin ke Evan, nggak bisa diganggu. Ngadu ke Dewa, iya kalo nggak ketahuan Akang, latihan bareng aja masih sering dicemburui.

Oh ya, Minoel ini insecure banget sama fisiknya, karena kondisi kakinya dia sempat skeptis bakal dapat pacar. Yah, SMP-SMA itu masa2 asmara membara. Lope lope in the sky. Plus, di rumah nggak ada yang peduli dengan Minoel. Hmm, aku nggak mau nyalahin emak atau bapaknya si Minoel, ya. Keadaan (baik ekonomi dan sosial) mereka memaksa anak2nya mencari sendiri apa arti sebuah kasih sayang. Ini yang bikin Minoel langsung menerima Akang tanpa pikir dua kali. Siapa lagi yang nggak bungah ada yang memperhatikan, bilang cantik, dan melimpahinya dengan kasih sayang? Meskipun semu dan lambat laun faktor ini diabaikan Minoel. Asal ada yang suka dan sayang sama aku, semuanya baik-baik saja. Astaga, jadi kepengin nangis lagi ingat dia :(

Mungkin banyak dari kita yang tau soal trait pasangan yang toxic ini. Emm, salah satu cirinya setahuku manipulatif dan suka gaslighting. Oh, jadi ingat berita soal KDRT yang sempat ramai di medsos itu. Setelah pelaku melakukan kekerasan, akan ada love bombing. Meminta maaf sambil mengucapkan cinta berkali-kali. Ah, capek, capeeek banget. Rasanya kepengin nyubit Minoel buat sadar kalo Akang itu ... ah sudahlah, aku nggak mau misuh2 di sini.

Sekali lagi, I can't blame apa pun keputusan Minoel terkait Akang. Dia begitu karena nggak ada yang kasih tau dengan benar (bukan kayak the way Yola ngoceh, ya), nggak ada yang repot kasih dia support secara benar dan sehat. Yah, siapa juga yang paham beginian, soal mental health dan sejenisnya di desa yang mayoritas mindset orang tuanya "ngapain anak perempuan sekolah lama-lama, wong nanti juga kawin, ngurus anak, ke sumur". That's why, punya pengetahuan sedikit soal tanda2 red flag pada pasangan, diri sendiri, maupun teman dekat; menjaga kesehatan mental diri sendiri; tidak mengatakan sesuatu yang bisa menyakiti orang lain; dan memberikan kenyamanan ketika ada orang terdekat yang mengalami satu episode buruk dalam hidup adalah privilese.

Mungkin masih ada Minoel-Minoel di luar sana. I hope they have someone to share with dan seseorang yang benar2 bisa mengerti tanpa mengambil keuntungan dari kegundahannya.

Soal ending, kurasa cukup bagus. I mean, cerita ini bukannya lantas menciptakan keinginan muluk harus selesai dan pelaku harus dihukum blablabla. Yah, mungkin kasus ks bisa selesai dan pelaku mendapat ganjaran setimpal itu hanya selesai beberapa persen. Tau sendiri, kan, bagaimana korban ks diperlakukan?

Ah, sebelum makin ke sana dan ke sini, lebih baik aku sudahi ulasan yang sudah merangkap curhat ini. Buku ini highly recommended, walaupun agak2 pedih.
Profile Image for Autmn Reader.
879 reviews91 followers
March 17, 2023
Sepanjang baca tuh aku kayak berdoa supaya Minoel tetep teguh pendirian buat nggak menyerahkan diri, deg2an parah. Tapi tuh menurutku lagi, buku ini perlu banget sih dibaca sama semua orang. Mau remaja mau yang udah dewasa. Soalnya orang tuh kan kadang suka jdi bulol kalah udah cinta gitu tah. Mungkin enggak seekstrim Akang, tapi tetep aja banyak orang manipulatif di dunia ini.

Balik lagi ke bukunya, bukunya se page turning itu, sih. Ini emang beneran kayak lagi diajak ngobrol sama Minoel. Nah, yang aku suka itu, di satu sisi aku bisa mewajarkan kenapa Minoel kayak gitu banget ke Akang. Ngeliat gimana dia tumbuh di lingkungan kayak apa dan temen-temennya juga. Sebenernya, temen-temennya suportif dam ya aku tim Yola, ya. Karena sebenernya Lilis juga butuh pertolongan, dia juga sama butanya kayak Minoel. Emang ya buruh temen kayak Yola walaupun Yola juga sama problematik-nya, sih.

Buat endingnya sendiri, emang realistis dan karena realistis aku sebel dan kesel. Karena menurutku orang kayak Akang perlu banget menderita. 😭😭😭😭
Profile Image for Nidos.
300 reviews77 followers
October 9, 2019
The epitome of that famous saying "Don't judge a book by its cover." Gotta admit that I was kind of ashamed to read this awfully illustrated front-page in public, next to people reading e.g Harari's Sapiens, but I won't hesitate to recommend this title to every single one of you. Probably the most important piece Ken Terate ever wrote to-date, Minoel undoubtedly sends her name directly to the list of my autobuy authors.

Four solid stars.
Profile Image for inas.
387 reviews37 followers
October 28, 2022
Trigger warning: toxic relationship, abusive boyfriend, physical abuse, emotional abuse, suicide bait, harsh words, non consent / dubious consent, silent treatment, manipulative behavior

Banyak bangeeeet trigger-nya, tapi yang harus digarisbawahi adalah, TW di atas nggak diromantisasi di sini yaa. Cuman memang di beberapa adegan tertentu, aku ngerasa pusing dan kebawa pola pikirnya Minoel. Pokoknya read at your own discretion, guys :")

==============

“Punya cowok itu kayak punya... piala. Itu bukti bahwa kamu... keren. Yah, minimal kamu sama dengan yang lain. Kamu normal. Nggak punya cowok membuatku merasa jadi orang aneh, seolah ada yang salah pada diriku.” —hlm. 42


Semua permasalahan novel ini sebenernya udah dijelasin dari awal. Foreshadowing-nya ada, jelas, pas. Jadi pas sampe di akhir, kita sebagai pembaca nggak kaget-kaget banget, meski tetep miris. :”)

Ceritanya tentang Minoel, remaja yang tinggal di Gunungkidul dan belum pernah pacaran. Dia digambarkan sebagai cewek biasa aja, nggak pinter, nggak cantik, tapi pinter nyanyi. Suatu hari, dia dideketin sama cowok SMK sebelah, namanya Akang. Mereka ketemu pertama kali di acara hadrah, dan meski Yola—sahabat Minoel—udah memperingatkan kalo Akang itu red flag banget, Minoel nggak mengindahkan.

Aku bersyukur bisa baca dalam lima hari sesuai waktu pinjam di iPusnas. Gaya bahasa novel ini sangat mudah dimengerti, khas Ken Terate banget (aku baru pernah baca Dark Love, Minoel ini novel kedua yang aku baca, hehe).

Di beberapa bagian, Minoel memang sedikit maju-mundur pas nyeritain pengalamannya. Tapi, adegannya ngalir terus dan aku inget tiap-tiap kejadian penting. Meski ada satu-dua typo, aku nggak sadar karena terlalu terserap sama ceritanya.

Pokoknya, dari segi penulisan dan pembahasan tema, udah mantap banget.

Yang jadi perhatian utamaku adalah sifat para tokoh di sini, gimana mereka tinggal di lingkungan yang masih patriarki dan misoginis, plus belum aware sama hak-hak perempuan apalagi hubungan yang sehat. Tokoh yang paling “waras” tapi dianggap blakblakan itu Yola, karena dia nggak mau diinjak-injak sama cowok. Dia nggak mau terima-terima aja dimanfaatkan, dimanipulasi, apalagi sampe diperlakukan kurang hormat.

Tapi, Minoel—dan sahabatnya yang lain, Lilis—menganggap bahwa dengan nurut ke cowok, pacar mereka bakal luluh. Nggak kasar atau selingkuh. Dan bakal setia plus sayang sama mereka selamanya.

“Pret.” —Yola, di banyak adegan dan halaman


Yang genius menurutku pas di bagian klimaks. Ada paralel antara Lilis dan Yola. Intinya Lilis ini

Mindset Minoel sama Lilis ini emang kurang luas, ya karena lingkungan sekitar mereka nggak ada yang ngajarin dengan bener. Ibu Minoel aja sempat mau ngejodohin Minoel sama om-om, cuma karena orangnya udah mapan. Padahal Minoel masih di bawah umur dan berhak mengenyam pendidikan 12 tahun. Cuman orang-orang di desa sana masih berpikir bahwa perempuan nggak perlu sekolah tinggi-tinggi, karena ntar ujung-ujungnya cuma ngurus anak.

Beda sama Yola. Selain punya masalah sama ayah yang ninggalin ibunya, Yola juga dari keluarga berada. Aksesnya ke majalah (informasi) banyak, jadi pola pikir Yola bisa lebih “waras” dibanding temen-temen sebayanya. Ini privilege yang nggak dimiliki Minoel maupun Lilis.

Hal lain yang sangat aku apresiasi adalah, di novel ini, hubungan Akang sama Minoel nggak diromantisasi. Bahwa cowok kasar dan problematik kayak dia lebih baik dihindari aja. Karena mau berusaha sekeras apa pun (ngebeliin rokok, ngasih utang tapi nggak dibalikin), belum tentu cowok ini bisa berubah.

Patrick Star gloomy meme

Patrick Star angry

Sikap Akang yang nggak wajar bener-bener disorot di sini. Eksekusinya bagus. Pas di bagian klimaks dan akhir pun, riset dan representasinya wholesome. Semua dibahas dengan cukup detail dan bikin pusing.

Di pertengahan, aku sempet kebawa cara berpikir Minoel. Aku jadi bingung kok bisa Akang nyalahin Minoel, padahal kayaknya dia yang kebangetan. Mungkin pas baca novel ini, kita perlu ngerasa plong dulu, dan “siap” sama topik-topik berat yang memenuhi plot.

Setelah klimaks, menurutku alurnya agak terlalu cepet. Tapi ya dari awal kita udah tahu kondisi Minoel kayak apa. Dan emang biasanya kasus kayak gini nggak bisa diproses dengan benar secara hukum. Semua digambarkan dengan realistis dan apa adanya. :")

Aku pengen ngebahas lebih banyak, tapi semua yang terjadi udah cukup bikin aku kehilangan kata-kata. Pokoknya Akang pantes dipenjara dan Minoel layak dapet hidup (dan support system yang lebih baik.)

Overall, aku suka sama cerita ini. Eksekusinya bagus, penulisannya renyah dan gampang dimengerti, plus topik dan temanya jarang ditemuin. Beda dari yang lain. Cuma berharap si Akang bisa dihukum aja—harapan wajar tapi terlalu ngadi-ngadi. TwT

So, four stars! >3<
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews87 followers
May 27, 2015
Sejak membaca Dark Love aku sudah jatuh cinta dengan tulisan Ken Terate sehingga saat aku melihat Minoel di coming soon, aku tidak ragu lagi untuk membeli dan membacanya.

Masih seperti Dark Love, Ken Terate mencoba mengangkat isu tentang Kekerasan Dalam Pacaran, yang mungkin pernah terjadi di sekitar kita. Sayangnya ada yang terlapor, dan lebih banyak yang tidak terlapor.

Melalui kisah Minoel, sebagai pembaca aku diajak berkenalan dengan kehidupannya. Kehidupannya yang tidak mudah. Minoel lahir dalam keluarga yang tidak mampu, bahkan cenderung miskin. Minoel tidak cantik, tidak juga jelek, tetapi Minoel cacat, inilah yang membuatnya menjadi kurang PD dengan penampilannya. Apalagi untuk remaja seusianya, banyak yang sudah berpacaran bahkan Lilis dan Yola, sahabatnya juga. Minoel pun ingin punya pacar dan merasakan indahnya pacaran.

Hingga suatu hari datanglah Si Akang, seorang cowok yang memang tidak terlalu tampan tapi membuat Minoel tertarik. Ternyata perasaan bersambut, Akang pun memulai pdkt terhadap Minoel bahkan mengajaknya jadian. Minoel pun tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab dan akhirnya Minoel-Akang pun resmi menjadi sepasang kekasih.

Walaupun Minoel mendengar desas-desus mengenai keburukan Akang, Minoel tetap menutup kuping. Bahkan Yola yang sering mengata-ngatai Akang pun tidak digubris. Cinta Minoel terhadap Akang membutakan dirinya. Bagi Minoel, Akanglah cinta sejatinya.

Awalnya semua terasa indah, tetapi perlahan-lahan Akang menunjukkan sifat aslinya. Akang bisa berubah sesuai moodnya, kadang bisa menjadi pria paling romantis dan di saat lain bisa berubah menjadi pria yang kasar, dan suka main tangan.

Minoel pun hanya bisa sabar dan sabar, dan menceritakan segala keluh kesahnya kepada Yola dan Lilis yang tentunya akan menyuruhnya putus saja. Tetapi Minoel memilih untuk tetap bertahan. Karena bersama Akang, Minoel merasakan eksistensi dirinya, yang tidak pernah dia dapatkan dari keluarganya..

Hingga lama kelamaan, sikap Akang menjadi protektif dan lebih menjadi-jadi lagi. Di satu sisi Minoel ingin putus, tetapi Minoel masih sayang Akang. Dan hari itu semua menjadi titik balik kehidupan Minoel. Bagaimana akhir kisah Minoel???

Membaca kisah Minoel ini membuatku terharu dan kadang-kadang ikut gregetan dengan sikap Minoel. Tapi aku pun tidak bisa menyalahkan Minoel yang mencintai Akang dan menutup mata dan telinga untuk semuanya. Ditulis dengan format semacam diary, seperti Dark Love, perlahan-lahan kita dibawa untuk mengenal Minoel dan semua yang terjadi dalam kehidupannya.

Aku bisa merasakan semua yang dirasakan Minoel. Membaca novel ini membuat perasaanku naik turun layaknya roller-coaster, untungnya aku bisa menutup buku ini dengan perasaan lega...

Buku ini bagus sekali dibaca untuk remaja, karena banyak pembelajaran yang bisa dipelajari dari kisah Minoel. Apalagi di usia remaja, yang sangat rawan sekali dengan perasaan yang namanya "Cinta" kalau tidak diarahkan bisa berakibat sesuatu yang tidak diinginkan.^^
Profile Image for Utha.
824 reviews398 followers
September 10, 2020
"Aneh bagaimana perasaan bisa seperti ombak yang senantiasa bergerak terombang-ambing. Aku benci dia, itu tak perlu ditanya lagi. Tapi, saat nelangsa aku begitu merindukannya." - hlm. 49

Baca ulang. Dan masih suka, malah makin konek dengan karakter-karakternya. Salah satu TeenLit yang mesti dibaca para remaja karena menyoroti tema yang nggak biasa ditemukan di novel TeenLit pada umumnya (ya kalaupun ada pasti dengan tokoh dengan latar orang kaya raya).

Masih suka gaya menulis Ken Terate yang punya ciri khas tersendiri. Bahasan tentang kekerasan dalam pacaran yang cukup "berat" disajikan dengan gampang dicerna.

Masih gimana gitu sama kovernya karena... "Minoel" deserves a beauteous cover, gue rasa?
Profile Image for Yoyovochka.
308 reviews7 followers
October 29, 2023
Banyak orang pastinya berpendapat bahwa Minoel ini naif, bodoh, gampang ditipu dan lain sebagainya. Ya, dari tampak luar, atau jika sekilas baca, kelihatannya memang demikian. Namun, isi di dalamnya jauh lebih daripada sekadar gadis remaja yang masih naif dan dibutakan oleh cinta.

Minoel, seorang remaja SMA yang menderita kompleks rendah diri yang parah akhirnya merasa lebih berharga saat Akang menyatakan cinta padanya. Bagi Minoel, ini adalah sebuah keajaiban ada lelaki yang akhirnya jatuh cinta dan lebih memilih dirinya yang invalid ketimbang Yola atau Lilis, temannya yang sudah malang melintang di dunia asmara. Sayangnya, tidak semua kisah cinta berakhir seperti negeri dongeng. Minoel yang merasa berutang budi karena dicintai oleh Akang, memaklumi segala tabiat dan sifat racun si Akang ini. Kesadaran Minoel yang hilang timbul akan hubungan berbahaya ini dilindas oleh pembenaran yang berusaha ia cari-cari sendiri. Dalam bahasa ringannya - memaklumi.

Maklum kalau Akang kasar, maklum kalau Minoel dipukul Akang, maklum kalau Minoel dihina dan direndahkan oleh Akang. Dan maklum kalau Akang selingkuh.

Baca bagian ini bikin saya “ngeh”, sadar kalau hal seperti ini sangat biasa di kalangan teman-teman saja zaman baheula dulu. Suami kasar - wajar karena istri salah dan pantas dihajar. Suami selingkuh - wajar karena mungkin dia khilaf dan istri kurang bisa melayani. MAKLUMIN AJA TERUS SEMUANYA. COBA KALO PEREMPUAN YANG SALAH DIKIT...

Maaf, saya esmosi. Soalnya, ini nyata sekali. Saya sering dengar cerita seperti ini dan melihat dengan mata kepala sendiri kasus-kasus seperti ini dan rasanya tangan gatal mau jambak orang-orang ini. Sayangnya, bahkan sesama perempuan pun bukan saling mendukung, malah saling menjerumuskan. Jadi, kalau ada yang menasihati kalian untuk bertahan dalam hubungan yang tak lagi sehat, memaklumi pasangan selingkuh: BUANG JAUH-JAUH NASIHAT ITU. LARILAH KE YANG AHLI - PSIKOLOG, KONSULTAN, atau PAKAI HATI NURANI KALIAN SENDIRI.

Baca Minoel ini bagai paket lengkap. Yang dibahas bukan cuma soal percintaan remaja yang kadang menjurus bahaya karena mereka masih senang ambil risiko dan pemikirannya masih pendek, tetapi juga masalah keluarga.

Ya, Minoel yang seperti ini juga hasil bentukan keluarganya. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat nyaman, tempat berlindung, malah tak ubahnya seperti neraka. Ibu yang begini, bapak yang begitu. Hinaan yang datang terus-menerus yang mengingatkan Minoel bahwa ia tidak sempurna, bahkan tak pantas dicintai.

Pendidikan seks (bukan mengajarkan cara berhubungan seks seperti yang dipikir banyak orang) sangat penting bagi remaja bahkan bagi orang dewasa: saya pikir kejadian seperti Minoel dan teman-temannya yang pacaran kelewat jauh dan berakhir hamil, putus sekolah, atau lebih parah mengalami KDRT perlu ditingkatkan. Jika tidak didapat di lingkungan sekolah, minimal orang tua harus memberi tahu meski nggak enak atau nggak nyaman pastinya. Agama memang perlu, tetapi seperti kata si Yola - imam seperti apa yang harus ditaati. Kan banyak memang saya dengar juga harus nurut suami, harus patuh, kalau nggak masuk neraka. Ini sering dijadikan ancaman oleh para lelaki insecure yang hobi menindas perempuan.

Buku ini layak dibaca. Layak banget. Saya, sih, suka karena paket lengkap sekali, ada banyak pelajaran dan soal tabu dan sesuatu yang bakalan dihindari oleh masyarakat dibahas di sini. Sindirannya halus, tetapi tepat kena sasaran.

Untungnya, nggak semua orang jahat di buku ini. Sama seperti kehidupan kita di dunia. Banyak orang baik. Semoga Minoel-Minoel yang lain juga menemukan jalannya sendiri. Bisa bertahan di dunia ini. Dan buat semua perempuan, terlepas dari kekurangan apa pun yang diteriakkan orang kepada kalian: KALIAN ITU CANTIK. Setiap orang punya sisi cantiknya sendiri. Kalau orang nggak bisa lihat, nggak apa-apa, cukup diri kamu aja yang lihat.
Profile Image for Meiliana Kan.
242 reviews52 followers
November 26, 2021
Minoel adalah cewek SMA yang tinggalnya di pelosok Gunung Kidul yang seringkali minder karena orang-orang sering mengejek kakinya yang pincang. Belum lagi ibunya di rumah pun suka sekali mencak-mencak dan bilang bahwa Minoel itu gak berguna. Minoel memang gak pintar sekolah tapi pintar nyanyi. Bakat menyanyinya itu satu-satunya hal yang dijadikan Minoel untuk meningkatkan rasa percaya dirinya. Bahkan ada yang bilang kalau suara Minoel layak untuk masuk ke acara Indonesian Idol. Tapi, sayangnya Minoel lebih memikirkan kekurangannya yang membuat dirinya masih aja suka minder walau sering menang lomba nyanyi di mana-mana. Apalagi dia gak punya pacar, yang menurutnya adalah kekurangan terbesarnya, karena teman-temannya sudah punya pacar. *nulis ini sambil menahan diri untuk gak sewot (lagi)*

Akhirnya Minoel bertemu Akang yang bikin dia klepek-klepek dengan kata-kata gombal dan janji manis, mereka pun berpacaran. Yola, teman Minoel yang cantik dan suka gonta ganti pacar, sering berkoar-koar dengan bilang Akang itu cowok begajulan yang tukang mabuk. Tapi, Minoel mana mau dengar. Baginya, Akang adalah segalanya karena hanya Akang yang mau menerima kekurangan Minoel, walau kenyataannya hubungan mereka hanya manis di awal. Setelah sebulan, Akang mulai melarang ini itu dengan alasan gak jelas. Gak boleh ngobrol sama cowok, gak holeh ikut kegiatan ini itu, kalau Minoel napas tanpa izin pun gak boleh. Lalu, sikapnya pun makin lama makin kasar dan makin manipulatif. Teman-teman Minoel sudah menyuruhnya untuk putus, tapi Minoel masih kekeuh buat bertahan, berharap Akang bisa berubah. Sampai akhirnya berujung pada hal yang tidak diinginkan.

Membaca buku 272 halaman yang dituturkan dari sudut pandang Minoel sendiri tuh membuat perasaanku kayak nano nano. Kadang aku geregetan, kadang kesal sampai ke ubun-ubun, kadang marah, kadang sedih. Capeklah pokoknya 😭😭

Buku ini mengangkat tema kekerasan dalam berpacaran (KDP) yang bisa menyentil para perempuan, terutama yang ngotot kudu punya pacar supaya eksis, supaya gak ketinggalan, dan "supaya-supaya" yang lain yang jelas gak masuk akal untukku. Dan gak jarang, mereka memilih bersama dengan orang yang salah, yang bikin mereka banyakan capek atinya daripada hepinya, dan juga berujung dengan KDP atau bahkan kehamilan tak diinginkan kayak yang dialami Lilis, temannya Minoel.

Setting ceritanya di Gunung Kidul sana karena sepertinya Ken Terate ingin memberitahu bahwa perempuan-perempuan di sana perlu lebih banyak edukasi dan uluran tangan karena banyak yang jadi korban KDP dan juga stigma masyarakat di desa itu lebih menusuk. Masih banyak perempuan yang nikah muda atau putus sekolah karena orang-orang masih menganggap bahwa perempuan itu tempatnya di rumah aja ngurus keluarga. Di Jogja ada Woman Crisis Center yang menerima 14-43 laporan kasus KDP setiap tahun selama 6 tahun terakhir (sampai buku ini ditulis tahun 2015) dan tentu aja angka kasus yang tidak dilaporkan bisa jadi lebih banyak.

Tapi, kurasa gak cuma perempuan-perempuan di daerah terpencil aja yang mengalami KDP (asusmsiku mungkin memang kasusnya lebih fatal di sana karena susah menemukan jalan keluar) tapi di kota besar juga pasri banyak yang mengalami kejadian kayak Minoel. Pacaran dengan orang yang salah yang bikin capek ati mulu, misalnya. Atau pacaran dengan orang yang posesifnya kebangetan atau bahkan manipulatif dan hobi melemparkan kesalahan. Dan kayak Minoel juga, banyak yang bertahan dalam ketidak bahagiaan, banyak yang berpikir pasangannya bisa berubah, dan alasan-alasan lain yang seringkali bikin aku mengernyitkan kening 🤨🤨 (alasan yang paling sering ku dengar adalah karena udah terlalu terbiasa maka gak mau putus. Udah terlalu terbiasa gak hepi maksudnya? 🤔🤔)

Pacaran itu perlu waktu, emosi, dan energi ekstra, lantas kenapa harus mengorbankan sekian banyak hal itu untuk sesuatu yang malah menyiksa? Seperti kata Mbak Novi di buku Minoel,"pacaran itu harusnya bikin kita jadi lebih happy dan bikin kita jadi manusia yang lebih baik. Kalau gak begitu, berarti ada yang salah."

Aku sudah membaca hampir semua bukunya Ken Terate, dan kurasa buku ini adalah buku yang paling "bersuara". Buku ringan dengan topik yang berat ini perlu dibaca oleh lebih banyak perempuan. Agar banyak yang tersentil atau bahkan tersadarkan bahwa hidup mereka akan tetap baik-baik aja walau gak punya pacar, atau bahkan lebih baik.
Profile Image for Riski Oktavian.
460 reviews
March 25, 2022
Sejujurnya aku merasa agak "berbeda" karena melihat beberapa teman di Goodreads kasih rating untuk buku ini cukup tinggi bahkan 5 sempurna. Tapi entah kenapa ya aku merasa kalau rating itu ketinggian di aku. Mungkin aku terlalu berekspektasi, lagi-lagi.

Bukan karena ceritanya jelek atau nggak menarik ya. Menarik banget malahan dan aku cukup suka dengan cerita yang disuguhkan di sini. Karena topik dan juga masalah yang ada di novel ini menurutku cukup relevan dan pasti/pernah dialami orang di luar sana.

Lewat novel ini pula aku jadi tahu--at least--bagaimana kehidupan mengambil dari perspektif dari perempuan yang terjebak dan terjerat dalam toxic relationship. Seolah cinta sudah membutakannya, kalau kata orang-orang.

Dan jujur aja waktu baca buku ini tuh aku jadi keinget sound TikTok yang "Cinta tak selamanya indah, dek," hahaha.

Narasinya enak banget untuk dibaca dan juga menarik karena penulis juga bisa membuat gambaran yang realistis di sini. Cuman sayangnya menurutku hal itu cuma sampai di 100 halaman awal aja. Selebihnya, sebenarnya masih bagus sih ceritanya, cuman entah kenapa aku merasa ada beberapa part yang dimasukkin di dalam sini yang sebenarnya nggak nyambung juga dengan topik atau konflik utama di sini.

Banyak juga sih yang bilang endingnya mengecewakan, tapi kalau aku pribadi justru nggak mempermasalahkan. Justru yang bikin aku gak kasih rating tinggi karena kelakuan tokoh utama kita, Minoel, yang seperti tadi kubilang: dimabuk cinta. Tapi mungkin memang itu yang ingin disampaikan oleh penulis dan mungkin semacam sindiran halus kali ya. Tapi jujur aku nggak suka ya karena Minoel doesn't deserve that.

Tapi tetep aja aku rekomendasikan novel ini terutama untuk remaja. Apalagi tema yang diangkat cukup antimainstream untuk ukuran teenlit yang biasanya, ya kalian tau lah ya teenlit romance bagaimana alurnya~(Mulai julid nggak tuh, hahaha.)

Dan mungkin kebetulan aja aku baca di bulan ini karena bulan Maret kan memperingati International Women's Day. Agak nggak nyambung tapi di sini (sedikit trigger warning) ada unsur kekerasan pada perempuan.

3,8 stars actually.
Profile Image for ABO.
419 reviews47 followers
June 1, 2015
*updated 1/6/2015*
Review lengkap di blog saya: http://ariansyahabo.blogspot.com/2015...


4.5/5

(review selengkapnya (semoga) akan diposting di blog secepatnya)

Kalau di Dark Love mbak Ken Terate bercerita tentang MBA, dan di cerpennya yang termuat dalam kumcer teenlit 11 Jejak Cinta berfokus pada "be yourself/it's okay to be different, etc" maka di novel terbarunya yang diberi judul Minoel ini mbak Ken bercerita tentang KDP; Kekerasan dalam Pacaran.

Tema yang jarang diangkat oleh penulis Indonesia (atau belum pernah?), yang jelas tema KDP memang menarik untuk diceritakan dalam sebuah novel.

Diceritakan dengan style ala ala diary yang ditulis oleh karakter utamanya; Minoel, pembaca diajak untuk menyimak kisah Minoel (yang cukup tragis dan mengundang simpati). Saya sampe mewek loh di bagian menjelang akhirnya T_T

Mungkin karena konsep diary-nya yang membuat saya merasa begitu dekat dengan Minoel. Kadang kesakeputusal juga dengan n-keputusan yang diambil oleh Minoel, tapi nggak membuat karakter Minoel menjadi menyebalkan. Saya malah bisa mengerti alasan Minoel bertahan bersama Akang, dan sangat bersimpati padanya.

Menurut saya dunia perbukuan butuh lebih banyak lagi penulis (teenlit) seperti mbak Ken yang berani mengangkat isu serius di kalangan remaja. Dan saya dibuat makin cinta dengan mbak Ken. Aku padamu mbak!!! x))

Seharusnya 5 bintang, yang membuat saya mengurangi setengah bintang adalah cover-nya yang sangat tidak menarik (dan buat saya malah nggak nyambung kalau 3 cewek di cover itu menggambarkan Minoel, Lilis, dan Yola. Karena beberapa kali diceritakan di antara mereka ada yang pake jilbab *saya lupa siapa x))*). Dan typo-nya T_T walau sedikit tapi cukup mengganggu.

Profile Image for Uci .
617 reviews123 followers
May 8, 2021
Sepanjang membaca buku ini rasanya sesak dan sakit hati.

Minoel mewakili kisah jutaan minoel lainnya di negeri ini, bahkan di seluruh dunia. Anak-anak perempuan yang sejak lahir tak pernah diinginkan, dianggap beban, tidak penting, dan kalau bisa segera keluar dari rumah begitu sudah cukup besar. Entah dengan kawin atau bekerja jadi TKW atau apa saja. Seolah tidak ada pilihan lain bagi mereka, tidak boleh memimpikan masa depan yang berbeda. Apa lagi yang bisa diharapkan jika ibu sendiri pun tidak peduli?⁣

"Ngapain anak perempuan sekolah? Nanti juga cuma kawin, nyeboki anak. Anak zaman sekarang banyak tingkah. Nggak ngertiin orangtua."⁣

Dalam budaya seperti inilah Minoel dan kawan-kawannya hidup. Di desa terpencil di Gunungkidul, tempat kemiskinan dan keterbelakangan menjadi makanan sehari-hari. Ah, andai Minoel melihat betapa majunya pariwisata Gunungkidul sekarang (Buku ini terbit tahun 2015). ⁣

Dan jalan keluar apa yang ada di benak sebagian besar anak-anak perempuan ini? ⁣

"Cowok-cowok itu satu-satunya harapan kami. Minimal kalau menikah, aku bisa pindah ke Jakarta, ke hidup yang sama sekali baru."⁣

Maka apa pun yang diminta pacar mereka, dengan rela mereka berikan. Dari uang sampai harga diri. Bukan jalan keluar yang mereka dapatkan, tapi lebih banyak masalah. Tapi siapa yang peduli? Mereka toh tidak penting.⁣

Saya berdoa bagi minoel-minoel di luar sana, semoga kehidupan lebih bermurah hati pada mereka. Semoga selalu ada tangan malaikat yang menuntun mereka, seperti Mbak Novi dan Mbak Wuri yang menolong Minoel. ⁣
Profile Image for Ossy Firstan.
Author 2 books102 followers
May 3, 2021
Minoel sering berseliweran ketika buka ipusnas, dan akhirnya kumemutuskan membaca setelah menyadari penulisnya Ken Terate---yang mana beberapa bukunya sudah kubaca dan kusuka. Minoel sepertinya sedang memperingatkan agar tak menilai buku dan sampulnya. Jujur, kuakui sampul Minoel semacam 3 dara bergosip yang kurang menarik. Namun, sampul lama (karena ternyata ada yang baru dan lebih ketje) itu menjadi tak berarti karena ketika membacanya akoe merasa joempalitan.

Aku gemas dengan kebucinan Minoel, juga gemas kenapa nggak mau mendengar nasihat. Gemas dengan si Akang yang sangat manipulatif, gaslighting, playing victim, apalah sebutan yang cocok. Kukira ini novel remaja yang fresh meski baru kubaca sekian tahun setelah terbit, dan pantas untuk dicetak ulang dengan kover lebih segar agar semakin banyak yang baca. Agar tidak ada Minoel-minoel lain di luar sana.
Profile Image for Annida.
61 reviews7 followers
August 16, 2021
Baca buku ini tuh harus tahan-tahan hati buat ga kesel dan marah. Sepanjang baca buku ini aku hampir ga berenti maki-maki si Akang, dan kadang aku pengen ngatain Noel juga yang ga kapok-kapok disakitin terus 😭

Banyak hal yg harus diperhatikan sih dari buku ini. Kita harus lebih aware dengan kekerasan terhadap perempuan. Aku harap sih akan lebih banyak lagi orang-orang yang bisa bantu perempuan-perempuan yg butuh pertolongan seperti Noel di luar sana. Salah satu mimpiku juga yaitu bisa mendirikan rumah aman untuk perempuan.

Aku kasih 3,5🌟 untuk buku ini.
Profile Image for Liliyana Halim.
309 reviews236 followers
September 14, 2020
Selesai baca ini jadi deg-degan sendiri 😅. Sukaaaa ceritanya 🤩🤩🤩 jadi pengen beli peluit juga buat jaga-jaga 😁. Menurutku ini wajib baca. Bacalah nambah-nambah wawasan 😊. Aku gemes gregetan sama Minoel tapi juga salut dia mampu bertahan.
Profile Image for Wardah.
925 reviews171 followers
November 1, 2020
BAGUS BANGET YA AMPUN INI KOVER EMANG MENJERUMUSKAN.

Baca ini karena Daniel dan nggak menyesal. Gaya ceritanya asik, settingnya berhasil terbangun, dan ceritanya sangat realistis. Pengen diulas lebih nanti.
Profile Image for mira.
27 reviews3 followers
January 4, 2022
abis baca ini rasanya cuma pengen meluk Minoel dan Lilis... satu-satunya cowok yang baik di sini cuma Dewa 🙁 miris dan emosi bacanya kepikiran masih kurangnya edukasi tentang toxic relationship ini, apalagi di Indonesia :(
Profile Image for Silmi.
6 reviews2 followers
July 16, 2023
Dari awal sampai akhir rasanya kesEEEeeLL banget sama kedua tokohnya: Akang & Minoel, sampai beberapa kali mengumpat.
Profile Image for Nureesh Vhalega.
Author 20 books151 followers
August 8, 2021
Sulit bagiku membaca cerita ini. Aku berusaha menjaga jarak, tapi tetap sulit karena pakai POV 1 dari Minoel dan yah, mau nggak mau terpengaruh.

Sejujurnya selain sulit, baca ini nggak bikin aku happy. Beberapa kali aku hampir mau menyerah, lupakan, cari buku lain, tapi aku nggak bisa. Aku mau tahu gimana Minoel mengatasi masalahnya. Seperti apa akhir kisahnya.

Karena aku kenal seseorang seperti Minoel dan Akang di dunia nyata, dan sayangnya mereka berlanjut sampai menikah. Bertahan dalam rumah tangga toxic selama 1/4 abad. Bertengkar, pisah, kembali lagi, lalu mengulang kesalahan yang sama dan terus berputar di lingkaran setan itu sampai KDRT jadi makanan sehari-hari. Apakah masalahnya bisa diselesaikan? Seharusnya bisa. Tapi lapor ke pihak berwajib pun nggak ada gunanya. RT setempat malah terang-terangan menyalahkan korban dan nggak mau ambil pusing. Korbannya sendiri pun kadang nggak bisa dikasihani karena memang dia terkesan nggak mau menolong diri sendiri. Rumit. Apa-apa yang tertulis dalam kisah Minoel terlalu nyata. Membaca seharusnya jadi tempatku lari dari realita, sayangnya di buku ini aku nggak bisa.

Jadi, buku ini bagus. Isunya sangat relate. Gaya berceritanya pas, vibe Gunungkidulnya sangat terasa. Menurutku orang-orang harus baca ini. Hanya buatku pribadi, buku ini menyakitkan. Kuharap suatu hari nanti aku akan cukup kuat untuk bisa jadi seperti Mbak Wuri. Supaya nggak ada Minoel-Minoel lain yang tertimpa masalah semacam ini, apalagi sampai ada anak dari Minoel yang harus menghabiskan seumur hidupnya menyaksikan lingkaran setan yang diputari orangtua toxic-nya.
Profile Image for Dania Dinata.
72 reviews34 followers
April 16, 2023
Selalu merinding tiap denger kasus abusive relationship. Dari sudut pandang luar pasti gampang buat kita bilang “tinggalin aja, kok mau pacaran sama orang kaya gitu?” Tapi dr sudut pandang victim/penyintas tentunya ga segampang itu. Dan buku ini berhasil bgt bikin pembaca berempati sama Minoel. Terus, hal lain yg aku notice adalah semua tokoh di buku ini ngomongin kekerasan dlm pacaran seakan hal yg sangat wajar dan biasa. Prihatin bgt denger ini dan berasa ga berdaya jg. Semoga kita semua dijauhkan dr orang2 abusive begini☹️ anyway i really recommend this book, i’m probably gonna edit this review later
11 reviews3 followers
July 8, 2015
bagus bangeeet!

seneng rasanya baca teenlit yang settingnya ga di sekolahan dan juga bukan di kota besar. tema KDP yang diambil juga penting banget untuk dibaca sama para remaja. ceritanya tragis tapi disajikam dengan lucu dan santai.

pokoknya suka banget sama buku ini!
Displaying 1 - 30 of 184 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.