Jump to ratings and reviews
Rate this book

Tasauf Modern

Rate this book
Buku Tasauf Modern ini ditulis oleh Almarhum Hamka sekitar tahun 30-an, sebagai karangan bersambung dalam majalah Pedoman Masyarakat yang terbit di Medan dengan Hamka sendiri sebagai pemimpin redaksi. Setelah selesai pemuatan dalam majalah, atas permintaan pembaca Tasauf Modern diterbitkan sebagai sebuah buku untuk pertama kali tahun 1939.
Penerbitan pertama ini ternyata mendapat sambutan dari masyarakat sehingga mengalami cetak ulang beberapa kali dari sebuah penerbit di Medan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Tasauf Modern kembali diterbitkan di Jakarta sekitar tahun 60-an.

Sejak sekitar tahun 70-an, oleh pengarang, penerbitan Tasauf Modern dan beberapa karya lain termasuk Tafsir Al-Azhar dipercayakan pada Pustaka Panjimas. Alhamdulillah minat dan sambutan pembaca terhadap karya-karya Almarhum Hamka, sampai saat ini masih tetap tinggi, terbukti dengan terjadi beberapa kali cetak ulang Tasauf Modern, Falsafah Hidup, Lembaga Budi, Tasauf Perkembangan dan Pemurniannya dan lain-lain. Bukan hanya di Indonesia, beberapa penerbit di Malaysia dan Singapura atas persetujuan ahli waris menerbitkan Tasauf Modern dan karya-karya Hamka lainnya.

300 pages, Paperback

First published January 1, 1939

230 people are currently reading
1629 people want to read

About the author

Hamka

111 books1,087 followers
Haji Abdul Malik Karim Amrullah, known as Hamka (born in Maninjau, West Sumatra February 17, 1908 - July 24, 1981) was a prominent Indonesian author, ulema and politician. His father, syekh Abdul Karim Amrullah, known as Haji Rasul, led and inspired the reform movement in Sumatra. In 1970's, Hamka was the leader of Majelis Ulama Indonesia, the biggest Muslim organizations in Indonesia beside Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah. In the Dutch colonial era, Hamka was the chief editor of Indonesian magazines, such as Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, and Gema Islam.

(source : wikipedia)

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
418 (59%)
4 stars
185 (26%)
3 stars
51 (7%)
2 stars
22 (3%)
1 star
21 (3%)
Displaying 1 - 30 of 77 reviews
Profile Image for Mae Lutfiyah.
9 reviews7 followers
August 13, 2015
Saya membaca cetakan ke-12 buku ini (tahun 1970). Covernya sudah berbeda dengan yang kita lihat di good reads. Beruntung sekali, sebab pada cetakan ke-12 ini tata bahasanya sudah modern. Tidak lagi menggunakan ejaan kontemporer seperti dj, tj, j dsb. Jika tidak, maka nasip buku ini akan serupa dengan "Lembaga Budi" yang sampai sekarang masih saya tangguhkan bacanya >,<

"Karena tasauf bukanlah agama, melainkan suatu ikhtiar yang setengahnya diizinkan oleh agama dan setengahnya pula dengan tidak sadar, telah tergelincir dari agama". Sejak mula (kata pengantar), Hamka sudah menjelaskan bahwa mempelajari tasauf harus hati-hati. Sebab ia licin. Jika tidak dipahami dengan benar, maka akan mudah tergelincir.

Buku ini dibuka dengan konsep tentang Bahagia. Yang menarik adalah Hamka menguraikan secara detail mengenai teori bahagia mulai dari pendapat para filsuf dari Al-Ghazali, Filsuf Barat seperti Aristoteles, Tolstoy hingga pendapat Rasulullah, Muhammad SAW.

Kemudian Hamka menguraikan benang merah keterkaitan antara bahagia dan agama. bahagia dan ilmu pengetahuan. Bahagia dan Harta. Kita akan benar-benar dibawa pada samudera ilmu yang begitu luas. Ah, inilah kenapa saya begitu jatuh cinta pada tulisannya >,<

Ku kutip sedikit saja. Tentang Bahagia yang dirasai Rasulullah.
"Cubalah kenangkan bagaimana hidupnya Rasulullah yang dibenci, dihina dan maki, sampai terpaksa lari ke kiri, ke kanan menyembunyikan diri kalau perlu. Berdarah kakinya dan mengalir dalam terompahnya sedang mengerjakan sembahyang. Dia terima itu dengan diam dan tenang.

Cubalah kenangkan bagaimana ketika Rasulullahkembali dari perlawatan ke Thaif. Ketika akan pulang, Rasulullah bertemu dengan seoarang malaikat lalu ditanyai sudikah dia kalau malaikat itu membinasakan ummat itu. Maka dengan lemah lembut Rasulullah menolak tawaran itu dengan perkataan bahwasanya meskipun orang-orang yang masih hidup ini tiada beliau harapkan keimanan mereka, moga-moga anak cucu turunan mereka kelak yang akan beriman

Cubalah kenangkan dalam suatu pertempuran siasat Hudaibiyah itu,kaum Quraisy telah mengemukakan janji-janji yang amat pincang menurut pandang selintas lalu. Umar telah berkata: "Bukankah kita berdiri diatas kebenaran? Mengapa kita hendak mendatangkan kehinaan atas agama kita?"

Tau apa jawaban Rasulullah?

"Ana 'Abdullah wa rasuluhu. Lan u kholifa amrohu. Wa Lan yudhoyyi'ani"
(Saya ini hamba Allah dan utusan-Nya. Dan saya tidak akan menentang perintah-Nya dan Dia tidak akan mengecewakan daku)"

***

"Ana 'Abdullah.. saya ini hamba Allah". Ada nada kepasrahan dalam kalimat Rasulullah ini. Juga ada sebongkah keyakinan yang kuat pada kalimat setelahnya:
".... Dan Allah tidak akan mengecewakanku"

Ah,
Silahkan lanjutkan sendiri baca bukunya ya.. >,<
Profile Image for Siddiq Husainy.
35 reviews17 followers
December 24, 2016
Buku kedua yang aku baca dari siri agama dan falsafah, 'Tasawuf Moden' ini aku berpendapat, sangat memuaskan.

Jika buku 'Falsafah Hidup' menjawab persoalan Erti Kehidupan, buku 'Tasawuf Moden' ini pula menyentuh persoalan "Erti Kebahagiaan."

Seperti buku Falsafah Hidup, Hamka memetik pendapat-pendapat failasuf-failasuf seperti Plato, Aristotle. Juga mengambil pendapat ulama' Islam seperti Ibnu Qayyim, Imam Ghazali dan Al-Junaid. Juga memetik kata-kata Bertrand Russel.

Dari satu sudut, cara penulisan beliau, serupa dengan cara penulisan Tuan Guru Nik Aziz. Seolah-olah dia berada di hadapan berbicara lembut.

Ahh. Sungguh. Baik betul buku ini.

Satu sahaja yang mungkin terkilan sedikit. Hadith-hadith tidak diberikan sumber-sumbernya kembali. Saya kira PTS sepatutnya membuat inisiatif sendiri untuk mencari dan meletakkan sumber kata-kata.

Selain dari itu, cukup baik. Terkesan jiwa ini InsyaAllah.

Sebagai penutup. Kata akhir daripada aku hasil bacaan buku ini:-

"Sungguh, kebahagiaan itu dari dalaman. Tiadalah dapat luaran memberi kebahagiaan melainkan yang di dalam meredhai yang luaran."

4.5/5
Profile Image for nadinosaurus.
259 reviews4 followers
July 28, 2021
Pada bagian awal, segala tentang bahagia menurut pendapat-pendapat para tokoh, mulai dari filsuf, sufi, ulama, hingga Rasulullah SAW, dijelaskan dengan detail dan mendalam. Saya sukaaa sekali!

Baca buku ini butuh waktu yang tidak sebentar, perlu jeda untuk sejenak memahami bahasanya lalu diulang kembali biar paham.
Hampir dnf karena merasa "gegar bahasa" namun pada akhirnya buku ini memberikan kehangatan dan ketenangan selama dan setelah membacanya. Indah sekali!

Bab kesukaan saya, Hubungan Ridha dengan Keindahan Alam dan bab Qanaah, yang nyata lengket hubungannya dengan Saadah, serta bagaimana penulis memandang Qanaah itu sendiri :
"Sejatinya pelajaran agama menyuruh Qanaah itu, ialah Qanaah hati bukan Qanaah ikhtiar"
"Jadi tuan bekerja bukan lantaran memandang harta yang telah ada belum mencukupi, tetapi bekerja lantaran orang hidup tak boleh menganggur"

Kutipan yang paliiiing saya suka, salah satunya dari perkataan Rasulullah, "Saya ini hamba Allah, dan Dia tidak akan mengecewakan daku" merindiingg!

kutipan dari penulis :
"...sebab segala isi dunia ini indahnya sebelum ada di tangan"

Buku ini membahagiakan pembacanya, terimakasih Buya Hamka!♡
Profile Image for Mali.
210 reviews
May 13, 2018
DNF. because my intellectual level isn't worthy for this book.

1 buku yang mempunyai 300-400 muka surat mampu dihabiskan dlm masa 6 jam. itulah apa yg ada dlm fikiran sy bila sy pinjam buku ni. tapi saya lupa yg 'law' tersebut hanya ada pada novel serta buku2 lain.

sy lupa yang buku yang saya pinjam ni ditulis oleh orang yang hebat. saya lupa yg bukunya penuh & sarat dgn ilmu. setiap ayat ada hikmah masing-masing.

jadi buku sebegini tidak patut dibaca sepintas saya baca novel, sepintas saya baca buku santai. buku ni ambil masa. it'll be worth it. cumanya skang ni saya nak hadap finals.
Profile Image for Syahiran Ramli.
221 reviews14 followers
June 14, 2021
Perkara pertama yang membuatkan sifat ingin tahu saya membuak apabila membaca buku ini adalah adakah buku ini akan berbicara hal 'tasawuf' seperti yang saya faham? Berkenaan soal sufi, memutuskan pertalian dunia, memakai pakaian lusuh, tidak mencari rezeki dan memikirkan soal ibadat semata-mata, seolah-olah dunia ini bukanlah tempat untuk bersuka cita, adakah ini yang dimaksudkan dengan tasawuf?

Kebetulan sewaktu saya membaca buku ini, saya mendengar pengalaman yang diceritakan oleh saudara penulis Zainal Rashid Ahmad yang juga bekas wartawan mengenai 'kesufian' atau 'tasawuf' yang dipaparkan oleh rakyat Uzbekistan ketika beliau bertugas di sana. Beliau melihat masyarakat sana apabila minum kopi di kedai, mereka tidak berbicara (suasana kedai sunyi) kerana menganggap berbual itu satu perkara yang sia-sia, tidak seperti di negara kita suasana kedai kopinya meriah bagai berada di pesta.

Setelah beberapa lama menekuni pembacaan, mengertilah saya bahawa tasawuf ini ialah keluar dari budi, dari perangai yang tercela dan masuk kepada budi, perangai yang terpuji seperti yang diperkatakan oleh Al-Junaid.

Hamka mengajak pembaca untuk membawa sikap tasawuf di samping untuk tidak mengenepikan urusan dunia yang membawa manfaat pada individu bahkan masyarakat khasnya. Jika tidak orang kaya, siapa yang mahu membantu bersedekah pada orang miskin? Jika tidak ada yang bertani siapa yang akan menghasilkan makanan? Jika tidak ada doktor siapa yang mahu merawat pesakit? Sudah terdapat contoh-contoh besar tokoh-tokoh saleh namun tetap menguruskan urusan dunia, antaranya Abu Bakar as-Siddiq, Usman bin Affan saudagar yang terkenal,
Saad bin Abu Waqash penukang pintal tali, Walid bin Mughirah penukang besi, Asli bin Wail doktor haiwan, Imam Abu Hanifah saudagar sutera, Malik bin Dinar penjual kertas tulis dan sebagainya.

Tasawuf Moden merupakan sebuah buku yang mengajak pembaca untuk mengenal apa itu bahagia melalui tasawuf (perangai yang terpuji). Setiap orang mempunyai definisi yang berbeza tentang bahagia itu; ada yang menyatakan bahawa bahagia itu memperoleh harta yang melimpah ruah, ada yang berpendapat mempunyai isteri yang cantik itu sudah pun bahagia, ada pula yang bahagian apabila berjaya mengumpul koleksi buku yang diidamkan dan sebagainya. Begitulah juga penulis mentaktrifkan bahagia daripada banyak sudut pandang antaranya Ibn Khaldun, Imam al-Ghazali, Aristotles, Tolstoy dan Nabi Muhammad s.a.w., yang saya akui bahagia itu adalah perkara subjektif.

Walaupun mengambil sedikit masa yang lama untuk saya menghabiskan bacaan ini, namun buku ini adalah sebuah buku yang memperbetulkan pandangan tasawuf tidak seperti apa yang digambarkan bahawa umat Islam bukanlah hanya tertumpu pada urusan dunia sahaja, bahkan perlu bekerja kuat, bukan bermalas-malasan, mempunyai fizikal badan yang kuat, sentiasa menuntut ilmu dan sebagainya. Jika tidak, akan terjadilah sebagaimana yang berlaku terhadap kerajaan Eropah yang menempuh zaman kegelapan apabila masyarakatnya terkongkong dengan institusi gereja. Kata Hamka;

"Tidaklah hairan, jika sebelum dunia Eropah bangun dari tidurnya, bermacam-macam ilmu pengetahuan yang terbit dari akal yang masih bersih telah timbul dalam dunia Islam. Kemudiannya, dunia Eropah menjadi sumber segala pengetahuan, pendapat akal dan fikiran, sementera dunia Islam tinggal dalam kebingungan dan mengamin sahaja."
147 reviews14 followers
August 13, 2018
Jangan biarkan tajuk buku ini mengelirukan atau menakutkan anda.
Buku ini sebenarnya berfokus kepada menghidupkan bahagia (atau tenteram, damai) yang sebenarnya bermula dari dalam diri. Juga, meletakkan dunia di tangan dan akhirat di hati.

Seperti aku jangka, buku ini masuk senarai buku kegemaran.
Bagus untuk memujuk hati dan jiwa untuk mengecap bahagia.
Layak juga diulang baca. Banyak sungguh halaman yang aku tanda, sampai habis sticker, maknanya ayat dan isinya memang hebat.
Profile Image for Septi.
13 reviews20 followers
November 9, 2016
Buku yang sangat meaningful dan membangun jiwa...

Bahkan saat HAMKA dipenjara, ia meminta anaknya untuk dibawakan buku ini untuk memberikan nasehat kepada dirinya sendiri.

Hidup adalah perperangan yang hebat, lagi kejam dan sakit. Di antara sepihak balatentara yang bernama diri dengan sepihak lagi balatentara yang bernama nasib.

Merasa tentramlah selalu, senangkan hatimu atas semua keadaanmu, karena pintu kebahagiaan dan ketenteraman itu amat banyak tak terbilang kesulitan perjalanan hidup kian menit, kian baru.

Jika ada jangan harap, jika hilang jangan cemas
Profile Image for fpav.
64 reviews1 follower
March 27, 2022
Akhir-akhir ini, saya selalu menganggap apa yang telah terjadi di dalam kehidupan saya ini pasti memiliki hikmahnya tersendiri. Pun rasa pesakitan yang telah terjadi, membuahkan banyak hikmah yang unik. Salah satunya ketika Ayah saya memberikan rekomendasi buku ini untuk dibaca.

Setelah selesai membacanya, hasilnya ajaib! Sungguh ajaib.. Karna dari buku ini, semua tanda tanya yang pernah menghampiri akal saya semua terjawab sudah. Saya merasa ini bukanlah sebuah kebetulan. Tapi ini memang benar-benar hikmah dan jalan dari-Nya yang bisa membuat diri ini jadi semakin paham apa arti dari semua kejadian yang saya alami.

Buya Hamka adalah salah satu tokoh yang saya tahu dari semenjak saya duduk dibangku sekolah menengah atas. Tapi baru kali ini akhirnya berkesempatan untuk membaca bukunya, dan di waktu yang tepat, juga dikondisi yang teramat unik.
Profile Image for Rina.
35 reviews2 followers
May 17, 2020
Buku yang baik dan membuat semakin ingin tahu tentang Tasawuf. Buku Taswuf Modern yang saya baca merupakan cetakan paling baru dari yang pernah ada sebelumnya. Bahasanya filosofis dan menarik pembaca (khususnya saya) untuk berpikir sejenak dan bermuhasabah. “Karena orang yang kuat berpikirlah yang dapat menghasilkan hikmah”.

Berisi petuah2 perihal definisi dan letak ‘bahagia’ dalam diri manusia, yang secara keseluruhan berisi nasehat kehidupan. Hamka dalam bukunya yang begitu relate antara kebahagiaan dan kehidupan modern saat ini adalah bahwa “Bahagia itu ialah tetap taat kepada Allah sepanjang umur. Rasa bahagia timbul menurut derajat panas dinginnya perasaan hati (Syu’ur) dan menurut ukuran kemauan bekerja. Timbulnya kekuatan menghadapi pekerjaan dan usaha ialah dari kekuatan keyakinan dan kepercayaan (iman).
4 reviews
March 28, 2018
Resensi Tasawuf Modern



Judul : Tasawuf Modern

Penulis : Prof.Dr. Hamka

Penerbit : Republika

Jumlah Halaman : XX + 377

ISBN : 9786-602-8997-98-0

****

Tasawuf Modern adalah salah satu karya Hamka yang memuat kehidupan rohani manusia dilihat dari sisi Tasawuf. Buku ini membahas tentang kebahagiaan manusia dan pengaruhnya dalam kehidupan baik bagi keseDhatan fisik maupun pada kesehatan rohani.

Hamka banyak mendefenisikan kebahagiaan dalam bukunya ini dengan pendapat para ahli, filsuf dan sufi. Namun pada akhirnya Hamka berpendapat bahwa segala sesuatu di dalam alam ini baik dan buruknya bukanlah pada zat suatu itu, tetapi pada penghargaan kehendak kita atasnya, menurut tinggi rendahnya akal kita. Apa gunanya pena emas bagi orang yang tidak pandai menulis, apalah harganya Al-Qur’an bagi seorang atheis atau apalah arti berlian bagi orang gila. Sebab itulah kita manusia disuruh membersihkan akal budi, supaya dengan itu kita mencapai bahagia yang sejati.

Selanjutnya Hamka juga menjelaskanketidakefektifan akal tanpa adanya Iradah (kemauan) dalam mencapai kebahagiaan, Apakah guna akal yang hebat dan tinggi tapi tidak memiliki kemauan untuk bisa mencapai kebahagiaan, seperti pernyataannya, “bertambah besar iradah, bertambah dekat bahagia bertambah lembik iradah, bertambah jauh bahagia”.

Kemudian Hamka juga melanjutkan dengan“dari apakah tersusun anasir bahagia”, disini Hamka lebih menitik beratkan kepada apa yang diberikan oleh Imam al-Ghazali; (1) Bahagia akhirat, (2) Keutamaan akal budi, (3) keutamaan yang ada pada tubuh, (4) Keutamaan dari luar badan, (5) Keutamaan yang datang lantaran taufik dan bimbingan Allah.

Lalu pada tulisan selanjutnya Hamka mulai menjelaskan akan urgensi agama dalam kehidupan dan memang sangat tidak bisa kebahagiaan itu dicapai tanpa agama. Dikarenakan agama dapat menimbulkan 3 sifat yang selalu menjaga dan mengarah kepada kebaikan bagi seseorang itu dalam kehidupannya, yaitu; (1) Malu, (2) Amanat (boleh dipercaya), (3) Shiddiq atau benar.

Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan Hamka tentang keutamaan otak dan keutamaan budi. Yang mana kebahagiaan otak dapat membedakan antara jalan mulia dengan jalan hina. Dan adapun keutamaan budi ialah menghilangkan segala perangai-perangai yang buruk , adat istiadat yang rendah, yang oleh agama telah dijelaskan mana yang mesti dibuang dan mana yang mesti dipakai. Bahawasanya yang dapat mengalahkan manusia dalam mencapai keutamaannya sebagi manusia adalah nafsu dan juga letak keikhlasan manusia ketika berbuat, apakah dia ikhlas terhadap semua aspek perbuatannya ataukah tidak.

Hamka menjelaskan tentang anasir yang keempat tentang kesehatan jiwa dan kesehatan badan yang mana musti seimbang diantara keduanya. Kemudian Hamka juga menyebutkan nasehat untuk memelihara kesehatan jiwa dan badan serta bagaimana juga untuk mengobati jiwa yang lemah yang terkena penyakit-penyakitnya.

Di anasir kelima Hamka menjelaskan tentang urgensitas kekayaan serta pengarahan dalam mendapatkannya dan juga pilihan prioritas dalam pemenuhan kebutuhan dengan kekayaan itu sendiri.

Selanjutnya Hamka terus menambahkan dari selain anasir-anasir diatas, yaitu qana’ah. Qana’ah yaitu menerima dengan rela apa yang ada, memohonkan kepada tuhan tambahan yang pantas dan berusaha, menerima dengan sabar akan ketentuan Tuhan. Tawakkal kepada Tuhan dan tidak tertarik oleh tipu daya dunia. Qana’ah inilah yang mana menjadi sebab kebahagiaan bagi umat terdahulu, dengannya tidak terjadi perbedaan sosial; kaya sangat, kaya, miskin dan betul-betul miskin.

Terakhir Hamka melengkapi syarat-syarat yang mesti dipenuhi yaitu dengan tawakkal, yaitu menyerahkan keputusan segala perkara, ikhtiar dan usaha kepada Tuhan semesta alam. Kemudian dilanjutkan dengan penceritaan bagaimana kebahagiaan yang dirasakan oleh Rasulullah. Dan juga tentang bagaimana penggunaan akal dalam menanggapi penciptaan alam, yang mana keindahannya seharusnya menjadi tanda-tanda bagi manusia untuk selalu bersyukur kepada-Nya.

Setelah puas berbicara tentang bagaiman itu bahagia dan apa yang dibutuhkan untuk mencapainya, Hamka tidak lupa meberikan kontraversi dari bahagia itu sendiri, dan Hamka merangkumnya dalam 3 perkara: (1) Pendapat akal yang salah, (2) Rasa benci (3) Mengundurkan diri.

Dan pada akhirnya, ditutuplah karya ini dengan bermunajat kepada Ilahi.

Kesimpulannya adalah Hamka mencoba mengubah paradigma kita tentang tasauf. Tasauf yang biasa diindentikkan dengan berpakaian yang lusuh, pasrah, mengasingkan diri, tidak beristri, bahkan sampai mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah, menyumpahi harta, tidak mencari rezki, membelakangi permasalahan duniawi, benci akan kedudukan, sehingga ketika musuh Islam datang tidak ada lagi senjata untuk menangkis kedatangan mereka seperti yang kita saksikan di kota Baghdad, Irak saat ditaklukan bangsa Mongol yang dipimpin Hulugu Khan.

Islam tidak seperti itu, zuhud yang seperti itu bukanlah bawaan Islam. Semangat Islam adalah semangat berjuang, berkorban, bekerja, bukan semangat malas-malasan, lemah dan pasrah. Islam adalah agama yang menyeru ummatnya mencari rezeki dan mengambil kemuliaan, ketinggian dan keagungan.

Buku ini menggambarkan bahwa kehidupan dunia juga penting untuk mencapai ma’rifatullah. Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa untuk bahagia kita harus punya harta benda, punya kelebihan tubuh, banyak family, punya keturunan yang baik-baik dan taufik. Sekilas terlihat duniawi sekali tapi apa kita bisa bersedekah tanpa adanya harta, apa mungkin kata-kata kita didengar orang kalau kita tidak terpandang dan banyak lagi kemungkinan-kemungkinan lain.

Jadi tasauf lebih kepada membersihkan jiwa, mendidik, dan mempertinggi derajat budi, menekan segala kelobaan dan kerakusan dan yang paling terbesar adalah memerangi syahwat demi ketenangan jiwa.

Hamka mendefenisikan tasawuf dengan malihat asal-usul kata sufi itu sendiri dan melihat kehidupan kenapa para sufi muncul pada saat itu (pendekatan sejarah), kemudian melihat praktek sufi itu sendiri pada masyarakat (pendekatan antropologi), kemudian melihat gejala sosial yang timbul dengan adanya tasauf ini (pendekatan sosiologis), kemudian melihat kebudayaan yang berkembang saat ini dan pada masa dahulu (kebudayaan), dan barulah Hamka mencari dan menyimpulkan hakikat tasawuf tersebut (pendekatan filosofis). Hamka juga memberikan pengertin dengan analogi yang sangat dekat sekali dengn kehidupan sehari-hari. Sehingga karangannya inipun mudah dimengerti. Di ujung pena Buya Tasawuf yang berat menjadi seringan bulu angsa yang melayang di trotoat saat tersapu angin.

Kelebihan Buku

Dalam buku ini Buya banyak memberi contoh dan hikmah. Buya tidak langsung menghakimi seorang sufi itu seperti apa, tapi lebih pada membeberkan kepada pembaca seperti apa pendapat filsuf dan ulama Islam tentng sufi itu sendiri kemudian secara perlahan-lahan Buya membuka logika kita dan mulai merujuk kepada satu pendapat. Sehingga pembaca tidak terkesan dihakimi atau didakwahi. Jadi wajar buku ini masih diterbitkan berulang-ulang sejak 1948 hingga kini dikarenakan mamfaat yang didapatkan dari buku ini.

Ditambah judul Tasauf Modern yang membuat para pembaca terpancing untuk mengetahui bagaimana bentuk Tasawuf ala modern. Tasawuf yang dahulunya hanya dihubungkan dengan suluknya orang-orang terdahulu dan menjauhi kehidupan dunia, sehingga menjdi pertanyaan apakah ada konsep Tasauf Modern itu pada saat ini? Sehingga kita bisa, buku ini terus dicetak berulang-ulang tidak hanya dalam edisi bahasa Indonesia dan juga dalam edisi Bahasa Malaysia. Disini terbukti akan eksistensi dan implementasi buku Tasauf modern di tengah kehidupan ini.

Sejatinya Tasawuf Modern ini, mengembalikan definisi Tasawuf kepada arti yang sesungguhnya (sesuai dengan konsep zuhud dalam Islam). Sehingga makna Tasawuf yang sudah bergeser kembali kepada aselinya. Dengan begitu Tasawuf bukanlah sesuatu yang mesti dipertentangkan oleh umat Islam.

KEKURANGAN BUKU

Buku ini dari segi isi tidak ada kurangnya. Kalimat demi kalimat. Paragraf demi paragraf . Setiap membalik halaman adalah asupan penuh gizi yang dapat menyehatkan spritualitas dalam menuju kebahagian.

Mungkin akan ada sedikit kesulitan bagi yang tidak mengerti Bahasa Minang dan Melayu Klasik, karena buku ini ditulis saat Bahasa Indonesia belum seperti saat ini. Buku ini adalah kumpulan tulisan Buya pada Koran Pedoman Masyarakat kurun waktu 1937-1938. Pada tahun 1939 baru diterbitkan dalam bentuk buku. Banyak terdapat Kosakata Bahasa Minang dan Melayu Klasik yang sudah usang jarang didengar saat ini. Bahkan saya yang orang Minang sekali pun agak susah memahaminya. Ketika menemukan kosakata itu, ingatan saya melayang ke masa kecil saat kosakata itu masih sering terdengar.

Berikut Kosakata usang yang ada dalam Tasawuf Modern; cingkahak, loba, kupan dasun, rama-rama, abuk, upas, tukang kabar dan lainnya.

Sepertinya editor tidak ingin menganti kosakata itu dengan padanan kata yang mendekati sama artinya dalam Bahasa Indonesia saat ini. Sebenarnya tak mengapa asal ada catatan kaki yang menjelaskan arti kosakata sulit itu. Tapi ini tidak ada.

Jika dunia medis berkembang terus dengan kemajuan teknologi yang berguna untuk kesehatan jasmani, maka buku Tasawuf Modern adalah ‘resep‘ dari ujung pena Buya Hamka untuk kesehatan rohani.

Baca juga tulisan tentang Ketauladanan Buya

***

Al Albana-Pengagum Ulama Yang Sudah Tiada-,

Andalas, Jumadil Tsani 1439
Profile Image for Aulia Triutami.
54 reviews3 followers
August 25, 2021
Review buku

Tasawuf Modern (337 hlm)
Penulis: Prof.Dr. Hamka
Penerbit: Republika, 2015

19/30
"Bahagia itu mempunyai kaidah sebanyak orang, sebanyak penderitaan, sebanyak pengalaman dan sebanyak kekecewaan"
-
Seringkali orang mencari bahagia dengan mengorbankan waktu, tenaga, keluarga bahkan nyawa. Padahal bahagia ada di dalam diri kita, dekat dengan kita. Dan buku ini menjadi petunjuk dimana letak bahagia sesungguhnya.

Awalnya kukira buku ini akan membahas Tasawuf secara mendalam yang mana bisa dijadikan referensi bacaan anak kuliah. Ternyata buku ini membahas substansi dari Tasawuf itu sendiri; kebahagiaan.

Buku yang membahas tentang kebahagiaan manusia dan pengaruhnya dalam kehidupan bagi kesehatan jasmani maupun rohani. Buku yang akan menyadarkan para pembaca betapa pentingnya bertasawuf bagi setiap insan. Sebab Kebahagiaan dan Tasawuf adalah dua hal yang saling berkaitan. Karna kebahagiaan adalah tujuan setiap orang, maka Tasawuf adalah jalan untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.

Di bagian awal Buya Hamka menerangkan tentang apa itu Tasawuf. Lalu bagian berikutnya membahas tentang definisi bahagia secara detail dari pendapat para filsuf seperti Al-Ghazali, Aristoteles, Tolstoy dan pendapat Rasulullah saw. Hingga bagian-bagian berikutnya tentang keterkaitan antara bahagia dg agama, kesehatan jiwa, harta benda dll.

Buku yang sgt bergizi! Gaya bahasa yang dipakai juga menurutku enakeun. Tidak terkesan menggurui. Buya Hamka juga banyak memberi contoh dan hikmah. Serasa mendapat wejangan langsung dari beliau. 😊😊 Bacanya emang nggak bisa cepet. Aku selesai ini pun 1 bulan setelah menyicil. Sangat menikmati membaca buku ini, terlepas butuh waktu untuk memproses hikmahnya. Salah satu buku yang aku rekomendasikan untuk dibaca nih

Rating: 5/5 🐻

#ulasbukuberjalan #ramadanislamicbookreview #ara🦁 #limaalinea #oneweekonebook #owob #1bulan1buku
Profile Image for Aardbewoners.
49 reviews
Read
May 9, 2023
This book is entitled Modern Sufism but its contents do not describe Sufism. This book is about happiness. However, this book still explains that Sufism is one of the Islamic philosophies, whose original intention was to become ascetic from the mortal world. But because there are so many slangs mixed with other countries and nations, studies from other nations also enter into it. Sufism is not a religion, but an endeavor that half of it is allowed by religion and half of it is not aware that it has slipped from religion. Until the emergence of a study of the meaning of ma'rifat, the meaning of sa'adah (happy) and how to endeavor to achieve an eternal relationship with God.

Happiness is judged from the point of view of how everyone feels it. People who stick to religion, their happiness is in leaving forbidden things, following what is ordered, staying away from evil, approaching good. His part is in doing religion. Rasulullah SAW said that happiness is to remain obedient to Allah throughout your life. Ibn Khaldun argues that happiness is submission and obedience to follow the lines determined by Allah and humanity. Then, Imam Al-Ghazali argued that true happiness and pleasure is when you can remember Allah. Likewise, poor people say they are happy with wealth, while sick people say they are happy with health. And so on, the happy perspective is seen from various sides and opinions.

Happiness is also influenced by several things. Such as, mental health, body, and property. In this book it is also explained how happy the Prophet Muhammad felt, the relationship of pleasure with happiness, the ladder of happiness, how to please the heart, and how people who can be classified as wretched. But behind all that, what needs to be underlined is that happiness is close to us, it is within us.
1 review
Read
November 25, 2021
Saya sangat kecewa dengan Penerbit Republika. Betapa tidak, gaya bahasa lama Buya ( tahun 1930) dalam buku ini sudah diubah menjadi gaya bahasa modern. Padahal Buya adalah Ulama-sastrawan, buku dan gaya bahasa unik di dalamnya seharusnya dipertahankan dan menjadi perbendaharaan bahasa Indonesia.

Saya tumbuh bersama tulisan Buya. Ketika remaja saya baca Tasauf modern cetakan lama, sekira tahun 80-an. Masih saya nikmati gaya bahasa Buya kala itu, seakan-akan saya baca langsung tulisan tangan beliau dan mendengar beliau sendiri berbicara menasehati diri ini dengan gaya bahasa campuran Melayu - Minang. Itulah keindahan bahasa Tasauf Modern.

Saat saya baca cetakan Republika ini, pada halaman-halaman awal saja saya sudah mulai kecewa. Tangan editornya terlalu kejam mengiris hampir setiap kalimat dan mengubahnya menjadi bahasa Indonesia modern. Silakan bandingkan cetakan Republika ini dengan cetakan lama lainnya sekitar tahun 1980.

Bila alasannya agar bukunya mudah dimengerti, kenapa tidak diberi saja catatan kaki di bawah halaman untuk menjelaskan kata-kata atau kalimat yang pelik tanpa harus mengobrak abrik susunan kalimat asli sang pujangga ?

Apakah Karangan Shakespeare masih terasa orisinal bila dipotong dan diubah menjadi bahasa modern "yang baik dan benar"?

Buku ini sudah hilang keaslian bahasanya.

Saya anjurkan ( bagi anda yang ingin menikmati gaya bahasa khas Buya ) untuk mencari cetakan lama sekitar tahun 70-80.
Profile Image for Norshafarina Faharuddin.
281 reviews5 followers
August 2, 2022
Buku tulisan Allahyarham Pak Hamka memang tidak pernah mengecewakan dan isi tulisannya sentiasa realistik dan boleh dijadikan panduan tanpa mengira zaman

Buku ini secara ringkasnya menjelaskan maksud Tasawuf yang sebenar-benarnya, yang tidak terkeluar dari landasan agama Islam.

Memberi panduan untuk menuju kebahagiaan yang hakiki, menjelaskan perkara-perkara yang berkaitan dengan hidup yang disertakan dengan petikan Al-Quran, sunnah dan dari falsafah-falsafah Islam termasuk Barat untuk membuat pembaca bukan sahaja memahami tapi juga untuk difikir-fikirkan
Profile Image for Haryati Abd. Halim.
239 reviews15 followers
October 25, 2025
Saya percaya setiap dari kita mengimpikan kebahagiaan. Sejak kecil saya tertanya-tanya apa itu bahagia? Apakah bahagia itu memiliki pekerjaan yang bagus, mahligai yang besar, pasangan yang cantik dan kereta mewah? Kalau itu ukuran kebahagiaan, apakah orang-orang yang tidak memiliki semua itu tidak memiliki kebahagiaan?

Bahagia itu memang subjektif. Masih lagi dalam pencarian yang hakiki. Buku ini mencadangkan yang bahagia itu kedamaian jiwa, keluhuran hati dan ketinggian budi.

Profile Image for Umara' Nur Rahmi.
62 reviews5 followers
August 4, 2020
Melihat judul buku ini, apa yg pertama kali terbesit ketika mendengar kata “tasawuf” ? 🤔⁣

Saya sendiri kurang paham apa itu tasawuf. Saat nyantri dulu, pernah ada materi tentang tasawuf. Namun, tidak dibahas terlalu mendalam. Alasannya, takut dapat membuat kami “menyimpang”. Mendapat “warning” seperti itu, saya jadi agak parno kalau ingin membaca mengenai tasawuf. Takut “tersesat” tanpa alasan yg jelas.⁣

Memberanikan diri membaca buku beraroma tasawuf, karena samar teringat pesan salah satu guru yg menyarankan kami “Coba baca buku Tasawuf Modern karya Buya Hamka”. Sejak saat itu, buku ini sudah menjadi incaran dan Alhamdulillah bisa dimiliki 🤗

Belajar dari kebijksanaan Buya dalam banyak buku yg pernah ditulis atau orang-orang yg menulis mengenainya, saya percaya bahwa perspektif Buya mengenai tasawuf akan lebih "adil". Dan benar saja, saat dan setelah selesai membaca buku ini, pemahaman saya mengenai tasawuf setidaknya lebih terbuka 😃

Tapi sebentar...walaupun berjudul “Tasawuf Modern”, pada dasarnya buku ini mengangkat tema tentang bahagia. Memiliki kaitan dgn tasawuf karena untuk memiliki "kunci" bahagia yg hakiki, perlu upaya berupa membersihkan jiwa, mendidik, dan mempertinggi derajat budi; serta menekankan segala ketamakan dan kerakusan memerangi syahwat yg lebih dari keperluan untuk kesehjateraan diri. Hal ini termuat dalam maksud semula dari tasawuf menurut Buya Hamka 📝

Terdapat 13 bab utama dalam buku ini. Setiap bab diterangkan dgn sangat rinci. Beragam pandangan juga pertimbangan dari berbagai masalah yg kerap dihadapi manusia untuk meraih bahagia, dikulik satu per satu sehingga pembaca tidak gegabah dalam mengambil keputusan.⁣

Dalam buku ini, terlihat pesan tersirat maupun tersurat Buya dgn mengarahkan pembaca untuk mengambil "jalur tengah". Jangan karena hanya ingin fokus mengejar akhirat, melupakan hak dan kewajiban selama masih tinggal di dunia. Dan jangan sampai terlena dengan nikmat dunia, abai menyiapkan bekal kembali pulang ke kampung akhirat.⁣ Semua memiliki porsinya masing-masing, sesuai dengan pedoman hidup Al-Qur'an dan Sunnah.

Saya sangat menyukai buku ini. Dengan gaya bahasa khas Buya Hamka, melalui buku ini serasa mendapatkan patuah berharga yang tidak boleh diabaikan. Walaupun tidak dapat dipungkiri juga, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya 😅

Karena banyak hal penting yang dikupas tuntas, saya rasa buku ini tidak cukup dibaca sekali saja. Perlu dibaca berkali-kali agar tak hanya sekadar menjadi bacaan "sekali lewat", namun juga bisa menyerap hingga jiwa raga yang kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selamat membaca 💕
1 review
June 1, 2012
Cetusan Hatiku

Sebelum dijadikan buku"Tasauf Moden" adalah menjadi satu kolom dalam majalah yang saya pimpin di Medan: "Pedoman Masyarakat".
Kerana banyak permintaan pembaca, kemudian dijadikan buku dan keluarlah Cetakan Pertama pada bulan Ogos 1939.
Tiga puluh tahun yang lalu.

Banyak saya menerima sambutan atas buku ini dari sahabat-sahabat karib saya. Ada yang masih hidup dan sudah meninggal. Seorang dokter sahabat saya, sesudah Perang Dunia II ini juga, pernah menasihatkan pada pesakit yang tengah dirawatnya agar membaca "Tasauf Moden", guna mententeramkan jiwanya dan melekaskan sembuhnya. Beberapa orang suami isteri yang bahagia mengatakan bahwa "Tasauf Moden" adalah sebagai patri hidup bahagia mereka. Ada yang mengatakan setiap keluaran hidup bahagia mereka. Ada yang mengatakan setiap keluaran cetakan yang baru terus dia membeli. Sebab buku yang ada padanya kerapkali dipinjam kawan dan tidak dikembalikan lagi.

Akhirnya Pengarangnya sendiri pun terlepas dari bahaya besar, yaitu bahaya kekal dalam neraka jahanam sesudah hancur nama sendiri dan nama keturunan kerana pertolongan "Tasauf Moden"!

Pada hari Isnin tanggal 12 Ramadhan 1385, bertepatan dengan 27 Hanuari 1964 kira-kira pukul 11 pagi, saya dijemput ke rumah kawan saya, ditangkap dan ditahan. Mulanya dibawa ke Sukabumi.

Diadakan pemeriksaan yang tidak henti-henti, siang malam, petang pagi. Istirahat hanya ketika makan dan sembahyang saja. 1001 pertanyaan, yah 1001 yang ditanyakan. Yang tidak henti-henti selama 15 hari 15 malam. Di sana sudah ditetapkan terlebih dahulu bahwa saya mesti bersalah. Meskipun kesalahan itu tidak ada, mesti diadakan sendiri. Kau belum mengaku berbuat salah, jangan diharap akan boleh tidur.

Tidur pun diganggu!

Kita pasti akan bersalah. Di sana mengatakan kita mesti bersalah.

Kita mengatakan tidak. Di sana mengatakan ya! Sedang di tangan mereka ada pistol.

Satu kali pernah terdengar satu ucapan yang belum pernah saya dengar selama hidup.

"Saudara pengkhianat, menjual negara kepada Malaysia!"

Kelam pandangan mendengar ucapan itu. Berat!

Ayah saya adalah seorang Alim Besar. Dari kecil saya dimanjakan oleh masyarakat, sebab saya anak orang alim. Sebab itu, ucapan terhadap diri saya di waktu kecil adalah ucapan kasih.

Paa usia 16 tahun saya diangkat menjadi Datuk menurut adat gelar pusaka saya ialah Datuk Indomo.

Sebab itu dalam usia 12 tahun saya dihormati secara adat. Lantaran itu sangatlah jarang orang mengucapkan kata-kata kasar terhadap saya.

Kemudian saya pun meningkat dewasa. Saya mencampuri sedikit sebanyak perjuangan menegakkan masyarakat bangsa, dari segi agama, dari segi karang mengarang, dari segi pergerakan Islam, Muhammadiyah dan lain-lain. Pada tahun 1959 Universiti Al-Azhar memberi saya gelar Doktor Honoris Causa, kerana saya dianggap salah seorang ulama yang terbesar di Indonesia.

Sekarang terdengar saja ucapan:

"Saudara pengkhianat, menjual negara kepada Malaysia".

Gementar tubuh saya menahan marah, kecil polis yang memeriksa dan mengucapkan kata-kata itu saya pandangi, dan pistol ada dipinggangnya.

Memang kemarahan saya itulah supanya yang sengaja dibangkitkannya. Kalau saya melompati dia dan menerkamnya, tentu sebutir peluru saja dapat merobek dada saya. Dan besoknya tentu sudah dapat disiarkan berita di surat-surat khabar: "Hamka lari dari tahanan, lalu dikejar, tertembak mati!".

Syukur Alhamdulillah kemarahan itu dapat saya tekan, dan saya insaf dengan siapa saya berhadapan. Saya yang tadinya sudah mulai berdiri terduduk kembali dan meloncatlah tangis saya sambil meratap:
Janganlah saya diseksa seperti itu. Buat sajalah satu pengakuan bagaimana baiknya, akan saya tandatangani. Tetapi kata-kata demikian janganlah saudara ulang lagi!"

"Memang saudara pengkhianat!" katanya lagi dan dia pun pergi sambil menghempaskan pintu. Remuk rasanya hati saya.

Mengertilah saya sejak dari itu mengapa segala barang tajam wajib dijauhkan dari tahanan yang sedang diperiksa. Di saat seperti itu, setelah saya tinggal seorang diri, datanglah tetamu yang tidak diundang, dan memang selalu datang kepada manusia di saat seperti demikian. Yang datang itu adalah syaitan! Dia membisikkan ke dalam hati saya, supaya saya ingat bahwa dalam simpanan saya masih ada pisau silet. Kalau pisau kecil itu dipotong saja pada urat nadi, sebentar kita sudah mati. Biar orang tahu kita mati kerana tidak tahan menderita.

Hampir satu jam lamanya terjadi perang hebat dalam batin saya, di antara perdayaan iblis dengan Iman yang telah berpuluh tahun saya pupuk ini. Hampir saya telah membuat surat wasiat kepada anak-anak di rumah.

Tetapi Alhamdulillah: Iman saya menang.

Saya berkata kepada diriku:

"Kalau membunuh diri karena tidak tahan dengan penderitaan batin ini, mereka yang menganiaya itu nescaya akan menyusun pula berita indah kematianmu. Engkau ditemui membunuh diri dalam bilik oleh karena bersasa malu setelah polis mengeluarkan beberapa bukti atas pengkhianatan. Maka hancurlah nama yang telah engkau modali dengan segala penderitaan, keringat dan air mata sejak puluhan tahun.
Dan ada orang berkata: Dengan bukunya "Tasauf Moden" dia menyeru orang agar bersabar, tabah dan teguh hati bila menderita satu percubaan Tuhan. Orang yang membaca bukunya itu semuanya selamat karena nasihatnya, sedang dirinya sendiri memilih jalan yang sesat. Pembaca bukunya masuk syurga karena bimbingannya, dan dia di akhir hayatnya memilih neraka".

Jangankan orang lain, bahkan anak-anak kandungmu sendiri akan menderita malu dan menyumpah kepada engkau.
Syukur Alhambulillah, perdayaan Syaitan itu kalah dan dia pun mundur. Saya menang! Saya menang!

Klimaks itu telah terlepas.

Setelah selesai pemeriksaan yang kejam seram itu, mulailah dilakukan tahanan berlarut-larut. Akhirnya dipindahkan ke rumah sakit Persahabatan di Rawamangun Jakarta, karena sakit. Maka segeralah saya minta kepada anak-anak saya yang selalu melihat saya (bezoek) agar dibawakan "Tasauf Moden".

Saya baca dia kembali di samping membaca Al-Quran.
Pernah seorang teman yang datang, mendapati saya sedang membaca "Tasauf Moden". Lalu dia berkata "Eh, Pak Hamka sedang membaca karangan Pak Hamka!

"Memang!" - jawab saya: "Hamka sedang memberikan nasihat kepada dirinya sendiri sesudah selalu memberi nasihat kepada orang lain. Dia hendak mencari ketenangan jiwa dengan buku ini. Sebab telah ramai orang memberitahu kepadanya bahwa mereka mendapat ketenangan dengan membaca buku "Tasauf Moden" ini!

Teringatlah saya kepada peristiwa-peristiwa yang muram itu seketika Sdr. H.A Malik Ismail datang meminta persetujuan saya akan menerbitkannya kembali, sebagai cetakan 12.

Moga-moga buku ini memberi faedah kepada pembacanya, terlebih lagi bagi pengarangnya.

Hamka.
Kebayoran Baru, Januari 1970.

http://manggopohalamsaiyo.blogspot.com/


Profile Image for Riri Novriani.
6 reviews2 followers
July 4, 2019
Banyak orang bilang, yang paling penting itu adalah bahagia. Namun letak persoalannya datang, saat bahagia kita memiliki definisi yang berbeda. Kadang demi bahagianya kita, orang lain justru dibuat derita. Buku falsafah modern hadir sebagai penenang dari ego, mimpi, dan realita yang dihadapi manusia, kita dibuat bersemangat mencari dunia tapi qana'ah tetaplah dahulukan, kita wajib bertawakal namun usaha dengan jiwa raga jangan pernah tinggalkan. Pada buku ini, kita tak seperti dinasehati namun justru diajak berfikir, menelaah, dijabarkan dengan fakta serta ilmu yang shahih hingga kadang saat sampai pada kesimpulan kita tetap terpikir juga. Namun jangan khawatir, buku ini sungguh nikmat saat dibaca, sama sekali tak seberat judulnya. Banyak kalimat dalam buku ini yang perlu diberi stabilo. ^^

Berikut salah satu paragraf penting yang ada dibuku ini:
"Memang amat tinggi letak bahagia itu. Tetapi kita harus menuju ke sana. Ada orang yang putus-asa berjalan menujunya lantaran disangkanya susah jalan ke sana. Padahal mudah sebab dimulai dari dalam diri kita sendiri.
Marilah kita tempuh dan kita teruskan perjalanan, tak usah kita kaji dulu jauh dan dekatnya, karena itu bergantung kepada usaha kita juga, dan kalau kita mati dalam perjalanan itu, dan tujuan itu masih jauh juga, bukankah kita telah mati dalam perjalanan itu? Demi bilamana kelak kita bertemu dengan yang menciptanya, yakni dengan Tuhan, akan kita jawabkan terus-terang, bahwa kita mati di dalam mencari-Nya, mati di dalam gelombang percintaan kepada-Nya!
Tentu akan ditimbang-Nya! Sebab Dia belas dan kasihan! ALLAHUAKBAR!"
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Nur Suhada.
6 reviews3 followers
February 16, 2022
Bagaimanakah kita mempersiapkan kebahagiaan?

Keutamaan memperindah budi pekerti, membersihkan jiwa dan mendidik diri adalah perjuangan sepanjang hayat, di mana di situlah titik bahagia bermula. Bahagia yang dibina dari dalam - jiwa. Dan kesempurnaan jiwa seiring dengan kemajuan ilmu.

Bertambah luas akal, bertambah luas hidup, bertambah datanglah bahagia. Bertambah sempit akal, bertambah sempit pula hidup. Demikian kata Hamka.

Hamka mengupas tentang konsep bahagia lalu menjelaskan bagaimana kita sebagai manusia dan muslim mencapai kebahagiaan dalam hidup. Tentang bahagia dan agama, bahagia dan harta, bahagia dan ilmu pengetahuan. Juga kita dapat melihat sudut pandang tentang bahagia dari para filsuf Islam seperti Ibnu Qayyim, Imam al-Ghazali, Al-Junaid sampailah kepada Muhammad saw.

Dan terima kasih Hamka kerana mengajarkan keseimbangan dalam hidup - tentang bahagia, agama dan dunia. Hamka mengajak kita untuk membina sifat-sifat tasawuf dalam diri, di samping tidak mengenepikan urusan dunia yang pastinya membawa manfaat kepada diri dan manusia sekitarnya. Kerana manusia yang bahagia ialah yang hidupnya buat alam, bukan buat dirinya seorang.

Hamka mengajak kita untuk mencari kehidupan dan berjuang. Mencari harta, ilmu dan penghidupan untuk ketenteraman hati, menyokong segala keperluan hidup dan berhubung sesama manusia. Pasak utamanya adalah memelihara kesucian dan tidak lupa pada Tuhan.

Kita mencapai kebersihan jiwa di samping memberi manfaat untuk kemanusiaan, orang-orang di sekeliling kita.
Profile Image for Nurudin Hanif.
41 reviews1 follower
April 27, 2018
Ijinkan saya untuk berterima kasih pada takmir masjid Baitul Ilmi, Pusdiklat Kalibata yang berkenan meminjamkan buku ini untuk dibaca.

Buku ini dikarang oleh seorang ulama terkemuka, penulis Tafsir Al-Azhar. Menceritakan tentang konsep kebahagiaan yang bisa diraih oleh setiap orang. Bukan yang kaya saja, bukan yang berpunya, tapi siapa saja. Dan beliau mengurai bagaimana langkah-langkahnya. Selain itu, dijelaskan disini bahwa konsep tasawuf sebenarnya bukanlah meninggalkan seluruh hidup di dunia, tapi siapa yang bisa menjalani kehidupan dunia untuk bekal menuju akhiratnya. Itulah dia si Bijak yang Pemberani, bukan si Pengecut atau si Pendorong (halaman 257).

Meski buku ini ditulis oleh seorang ulama, beliau tidak menuangkan teks arab ayat atau hadist yang bertalian dengan bab yang dibahas, hanya ditulis artinya saja. Dan bahasanya-pun, masih didominasi oleh bahasa Melayu -bahasa pada saat itu- sehingga harus berkerut kening kalau membaca dengan seksama.

Balai Diklat, Penganggaran Berbasis Kinerja.
Profile Image for Hanifah Rahmania.
59 reviews2 followers
May 17, 2025
Buku yang saya selesaikan dalam 1 tahun 2 bulan. Jenisnya bukanlah novel yang 3 hari habis, namun buku hikmah yang mesti pelan-pelan dibacanya.
Buya Hamka (Ulama-sastrawan) menuliskan pemahaman agama dan kehidupan dengan bahasa melayu-minang klasik yang halus dan indah, terasa dinasihati langsung.

Intisari buku ini kurangkum dalam beberapa kalimat:
-Qona'ah (rasa cukup dan ridho) berbuah ketentraman, sedangkan tamak berbuah kegelisahan.
-Qona'ah(yang berbuah ketentraman) adalah tiang kekayaan yang sejati. Gelisah adalah kemiskinan yang sebenarnya.
-Qona'ah yang diajarkan agama adalah qona'ah hati dan bukan qona'ah usaha.
-Bukanlah tawakkal namanya jika duduk dibawah pohon durian yang lebat buahnya, bukanlah tawakkal namanya jika membiarkan pintu rumah tidak terkunci di malam hari. Tidaklah disebut tawakkal jika tidak didahului usaha.
-Zuhud bukanlah berarti menjauhi dunia. Karena Agama memerintahkan untuk berjuang dan memaksimalkan usaha. Zuhud adalah tidak lalai terhadap Allah, baik dalam keadaan berlimpah harta maupun tidak.
Profile Image for Nur Fathinah.
129 reviews6 followers
February 21, 2019
Bacaan yang tidak terlampau berat dan tidak terlalu ringan. Yang pasti tak boleh baca laju² macam baca novel cerita ,3 hari boleh habis . Lebih sebulan nak habiskan . Kalau istiqamah, boleh reduce lagi masa untuk habiskan baca .

Penulis berjaya menarik pembaca untuk berhenti berfikir seketika, berfikir sejenak dan bermuhasabah . Erti kata lain, makan dalam / 'deep' .

Banyak analogi yang diberikan di luar dari kebiasaan . Kadang² kena baca ayat atau perenggan tu berulang kali supaya sampai maksud yang ingin dibawakan oleh penulis . Mungkin sebab diri sendiri yang tak biasa dengan gaya penulisan HAMKA .

Konklusinya, sangat bagus untuk mereka yang nak perbaiki diri dalam sudut tasawuf atau sufi . HAMKA juga baca kembali karya ini sewaktu beliau di dalam penjara . Jadi, semestinya buku ini ada nilainya yang tersendiri . Selamat membaca !
Profile Image for Hana.
136 reviews3 followers
November 22, 2020
Buku ini saya selesaikan dalam waktu satu bulan. Cukup lama, sih. Karena di tengah-tengah padatnya kerjaan. Alhamdulillah berkat buku ini saya semakin tahu tujuan hidup itu simple sekali hanya 3 (tiga), yaitu : makan cukup, pakaian sederhana dan tempat tinggal yang memadai. Untuk hakikat hidup, bahwasanya kesenangan hidup tidak akan terdapat, kalau tidak berdiri rukunnya yang 4 (empat): Sehat Tubuh, Sehat Akal, Sehat Jiwa dan Kaya (cukup).
Hidup ini hanya main-main belaka!
Dunia hanya tipu-daya!
Dunia hanya main-main!
Profile Image for Dian Pradikta.
42 reviews2 followers
March 18, 2022
Usai membaca "Tasawuf Modern" bukan cuma merasa semangat namun mengerti akan bahagia yang sesungguhnya. "Bahagia itu dekat dengan kita ada di sekitar diri kita". Meski buku ini ditulis sudah lama sekali namun masih sangat relevan untuk saat ini.
"Pimpin dan kendalikan jiwa dengan baik karena amat liarnya, dan beri ingatlah, karena dia lekas lupa" (P.165)
Bukan hanya memberikan arti bahagia yang sesungguhnya, buku ini juga memberikan wawasan mengenai pengendalian diri. Semua berbalut agama, dan kesannya tidak menggurui.
7 reviews
March 16, 2020
Bacaan yang berat, perlu lebih dari 6 bulan untuk saya selesaikan. Di bagian awal dan akhir, tulisan Buya Hamka disini lebih menarik dan mudah di pahami. Tapi di bagian tengah banyak tulisan yang debatable, bikin pusing, sedikit tidak konsisten dengan agama. Buya hamka mengangkat pendapat berbagai pendapat dari tokoh-tokoh umum namun kurang secara eksplisit menyampaikan sikap beliau terhadap pendapat tesebut. Pembaca sebaiknya punya bekal pengetahuan agama yang cukup sebelum baca ini.
11 reviews
January 6, 2023
Harus banget baca buku ini.
Buku lama, tapi sangat-sangat layak di baca di zaman sekarang. Dimana, semua orang berharap kebahagiaan. Mencari kebahagiaan diluar diri mereka. Padahal, kebahagiaan begitu dekat dengan kita.

Buku ini mengajarkan kita tentang akal untuk menemukan Tuhan, tentang nafsu manusia yang harusnya bisa di kontrol, tentang bagaimana seorang manusia berusaha untuk mengembangkan hidupnya, juga tentang penerimaan.
Profile Image for Anisa Fadilah.
33 reviews2 followers
June 21, 2017
Bagiku salah satu 'lasuah'nya membaca buku HAMKA adalah, bisa membuatku seakan-akan sedang mendengarkan beliau berpituah di depanku. Bahasanya sederhana maka dari itu membaca tulisannya seakan mendengarkan. Buku Tasawuf Modern ini, memaparkan bagaimana kiat untuk bahagia yang bahagia. Sangat lasuah! Jangankan satu kalimat, melewatkan satu kata saja rugi rasanya :)
Profile Image for Faizah Dewi.
14 reviews1 follower
November 23, 2019
jika ada banyak hal yang sering kamu khawatirkan, perlahan coba baca buku ini. beliau banyak mengutip perkataan Imam Ghazali. buat saya pribadi, saya seperti dimarahi dan diajak berpikir lebih jernih dalam menghadapi masalah. mencoba membuat saya sadar bahwa di dunia ini ada banyak sekali yang mengkhawatirkan kehidupan dan cara hidupnya.
Profile Image for Wan Amanina.
32 reviews
March 28, 2021
4.5/5 ⭐

Peribadinya, saya suka semua tentang buku ini. Hamka menggarapnya dengan baik tentang "apa itu bahagia".

Buku ni memberi efek 'soothing' kepada diri saya, bahasa nya yang ringan - buat saya tersedar alangkah dekatnya diri kita dengan bahagia!

Sa'adah dan Qana'ah itu satu dan saling bertaut.
Displaying 1 - 30 of 77 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.