PERSAHABATAN ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN KALAU NGGAK BERAKHIR PACARAN, YA DITINGGAL NIKAH DULUAN. Aku ingat pertama kali ke sini bareng Arga. Waktu itu aku belum lama ditempatkan di divisiku. Arga langsung cepat akrab denganku, lalu mengajakku kemari. Mungkin itu pertama kali aku sadar akan cocok sama dia. Mulai dari bicara soal risk management dan segala perhitungannya yang njlimet, sampai membahas film favorit masing-masing. That’s the beginning of our friendship. Yang aku ingat tempat ini jadi salah satu tempat nongkrong favorit kami. And now I’m here. With another best friend. In a different situation. Without him. “Lo tau kenapa gue sempat mikir Arga was the one for you? Karena gue tau lo, Alyanata. Nggak banyak cowok yang bisa dapat perhatian lo. Dari luar, appearance lo nyaris tanpa cela. Secara karier dan pekerjaan, lo bahkan berhasil dapat posisi jauh lebih baik dibanding orang lain seumuran lo. Lo kalem dan terkendali, kesamaan yang gue lihat pada Arga. Makanya gue sempat mikir mungkin emang udah takdir kalian buat ketemu, berteman dekat, dan—” “Nggak berjodoh,” potongku dengan senyum pahit. “Takdir gue dan dia cuma berteman, Fan. Gue hanya pernah berharap lebih.” Harapan itu masih ada, at least sampai di parkiran malam itu.
Rating asli 1,5 dibulatin ke atas. Sebelum bahas review aku mau bilang dulu it's not the author, it's me Kenapa aku kasih rating kecil? Itu karena aku punya ekspektasi yang cukup tinggi untuk novel ini. Tahu kan ya waktu penerbit buka PO rame banget tuh jadi pas buku ini majang di Gramed aku ga mikir dua kali buat beli. Tapi sepertinya karya yang meledak di Wattpad selalu ga cocok untukku termasuk buku ini.
Kita bicarakan (+)nya dulu -Bahasanya enak, ngalir lancar tanpa mampet, typo dikit2 nggak mengganggu, -Hubungan Radit-Alya ini aku suka, ga ujug-ujug, ada prosesnya dan prosesnya itu kelihatan. Smooth lah bagian ini -Detail masalah kerjaannya khas chicklit, banyak dpt pengetahuan baru sayang di bbrp part aku rasa perlu ditambah footnote
Oke sekarang untuk (-)nya -Jujur aku nyaris DNF baca ini, tapi krn udah beli mahal-mahal jadi aku maksa nyelesain. Problem utamanya ada di karakter Radit dan Alya yang menurut aku terlalu flat. Mereka jelas ganteng cantik kaya raya mannernya bagus dan aku ga masalah sbnrnya sama karakter perfect yg too good to be true gitu, kan kebanyakan metropop memang karakternya biasanya gini, cuma yg bikin aku bosen sama mereka tuh karena karakterisasi mereka ga ada layer-nya gitu loh. Contohnya si Radit yg baiknya udah kaya malaikat, trus Alya yang keras kepala dan sangat cerdas. Jangan salah aku suka karakter kuat tapi utk Alya dan Radit ini kesannya kaya luruuuus gitu ibaratnya kalo masakan kurang bumbu. Apalagi untuk cerita romance, development charater kan termasuk poin penting dan sayang aku ga bisa ngeliat perkembangan mereka di cerita ini terutama karakter Radit-nya. I tried so hard to like him because many people love him so much, but I just can't Kaya ya udah lewat gitu aja -Seperti yg udah aku jelasin di atas mungkin aku bakal kasih rating lebih tinggi kalo aku ga punya ekspektasi buat buku ini. Udah dari lama bahkan sebelum terbit denger dari orang-orang kalo cerita ini bagus banget, beda dr cerita kebanyakan. Tapi sayangnya lagi-lagi aku ga menemukan apa yang beda. Cerita ini tipe-tipe Ika Natassa-ish dgn konflik yg lebih ringan dan ga drama (Thank God!). Gara-gara aku kemakan kata "beda" jadinya kecewa karena aku ga menemukan sesuatu yang baru dari cerita ini. This is your usual metropop trope here and there -Katanya Radit bikin baper banget, tapi entah kenapa aku ga bisa suka sama doi bahkan sampe akhir. Mau Radit atau Alya karakternya ga bikin aku merasa simpatik ke mereka karena bland itu. Tapi ini masalah selera jadi mungkin selera aku aja yg aneh
Jadi begitulah uneg-uneg panjangku Tapi ini bukan berarti cerita ini jelek lho ya cuma memang not my cup of tea aja. Kalo kalian suka metropop yang ala-ala Crazy rich Asian novel ini boleh dicoba!
Ini sblmnya maaf sekali mau ngegas ranting panjang. I TRIED OK? I TRIED! Pertama-tama gue nggak pernah baca cerita ini waktu di wattpad meski gue sdh cukup sering beli buku2 penulis jebolan wattpad yg jujur aja dari 15 penulis mungkin cuma 1-2 yg nyantol di hati. Gue tertarik baca Retro karena ada sahabat gue yg heboh banget pokoknya gue harus bgt baca buku ini, bikin baper guling2 katanya. Nah, terpengaruhlah gue buat beli novel tebal yg cukup mahal ini. penerbitnya juga udah terjamin jadi yakin aja dulu pokoknya.
Baca sepuluh halaman awal gue udah suka sama gaya tulisan Mbak Ayu, renyah banget. Tapi menuju 40, 50 halaman gue mulai nguap beberapa kali, sampai halaman 200an gue udah mulai jenuuuuh. Iya, iya, gue tau Radit itu buaik, iya, iya sadar Alya tuh cuantik kaya bidadari. Kesempurnaan mereka bukannya bikin gue terkesima tapi malah muter mata berkali-kali, capek ngab. Deskripsi, dialog mereka tuh nggak ada "spice"nya. Iya gue tau ini cerita romance ringan tapi ringan nggak harus kosong. Nah, di retro ini gue nemuin kekosongan itu dikarakter Alya&Radit. Padahal world building, deskripsi kerjaan, setting tempat dllnya udah oke, tapi dua karakter utamanya malah plain.
Ibaratnya baca Retro itu kaya gue dikasih hamper mahal yg packagingnya cantik oke punya tapi dalemnya kopong. Konflik yg gue tunggu2 di halaman 300 sekian ternyata hah gitu doang? Terus Arga, Karin ini juga apa gitu fungsinya? Supporting character yg punya potensi tapi ternyata eksekusinya nggak penting2 amat. But, terima kasih buat kehadiran Ryan, gue suka sama dia dibanding Radit.
Cerita fiksi biasanya digerakkan plot atau karakter, nah gue yakin banget Retro ini penggerak utamanya adalah karakter Radit & Alya yg terkesan strong personalitynya, tapi entahlah—gue bosan ngikutin perjalanan dan kisah hidup mereka, mgkn karena semua terkesan mudah jadi gue merasa novel ini kurang page turner. Padahal gue juga suka nyari novel ringan kalo lagi suntuk tapi tauklah kenapa nggak masuk pas baca ini. Dibanding chicklit cerita ini mungkin cocoknya dibilang slice of life nya rich people?
Jujur aja gue agak was was mau nulis review negatif karena gue sering nemu di twitter buuhh fansnya Retro byk yg garis keras termasuk sahabat gue sendiri😂 makanya gue kaget baca top review disini yang rata2 sepemikiran sama gue.
Quote yg paling terkenal dr novel ini "dunia itu luas kita aja yg mainnya kurang jauh" suka banget sama quotenya tapi byk "kebetulan" yg terjadi di novel ini yg malah jd kontradiksi dr quote itu.
Ngomong2 dunia luas, gue sering mampir ke base perbukuan di twitter yg sering heran knp novel yg hits di wattpad waktu naik cetak rata-rata (perlu ditekankan, rata-rata, nggak semua) dibabat habis di GR, sahabat gue yg fans retro aja kaya nggak terima byk negative comments buat novel favoritnya. Disinilah saatnya gue mengikuti quote Retro. Dunia kan luas, Selera orang beda2 jd ya kebetulan aja di wattpad pembacanya barangkali byk yg satu selera, tapi diluaran sana belum tentu. Kalo mslh di wp hits dipuja2 nggak ada yg kritik jelek, itu juga pengaruh ke faktor "gratis" imho, kalo nggak suka baca satu cerita ya udah tutup aja cari cerita baru. Nggak rugi materi cuma rugi waktu, beda lagi kalo sama org yg udah keluar materi, begitu kecewa ya pasti pengen ngungkapin uneg2 sebagai konsumen. Termasuk gue sekarang ini. Jadi jangan diambil hati ya yg nggak sependapat. Love what you love, nggak usah terpengaruh sama yg nggak suka krn tiap orang beda2 pendapat.
Sebenernya bingung juga aku mau kasih rating berapa karena aku ngerasa punya hubungan love and hate sama buku ini. Di sisi lain aku suka, tapi di sisi lain juga bikin aku gedeg. Just so you know, this is review is very subjective, jadi kalau ada yang ngerasa nggak setuju sama pendapatku, ya dibawa santai aja. Karena ini pendapatku.
Before jump to the review, let's shout out to Fanny-Ryan yang mencuri spotlight. Ini mereka bukan tokoh utma tapi layer karakternya aja lebih oke ketimbang tokoh utama. Can't wait to read their stories. Pengen cepet2 diterbitkan, wkwk.
I know it's just a fiction, but I think every reader has a standard buat buku yang dia baca. Apa buku ini jelek? No. Kalau jelek, pasti kukasih 1 🌟 aja. Cuman buku ini termasuk buku yang banyak PET PEEVES buatku. So let's be wise pas baca review-ku, yak
•Pros:
Hal-hal basic di cerita ini tuh bagus. Writing style nya aku suka, ada tipo2 dikit tapi bisa dimaafkan, terus dynamic character nya juga aku suka karena, cerita ini diawali dengan pendekatan yang smooth. Enggak banyak drama. Pas masuk konflik juga kerasa pas dan penyelesaian konfliknya pun juga rapi. Enggak kerasa buru2 dan udah pas aja gitu. Gimana tensi naik pas konflik itu aku bisa rasain. Jangan lupa sama latar kerjaannya. Khas chicklit banget lah pokoknya.
Aku juga suka sama hubungan Radit-Alya yang selalu sukses bikin senyum2, karena saking manisnya. Endingnya juga aku suka karena nggak too much.
Karakter Alya ini walaupun awalnya bland dan boring karena nggak ada layernya, ternyata dibikin lebih manusiawi pas ada konflik muncul.
Karkter Radit itu konsisten. Konsistennya itu, kelebihan dan kekurangan dia itu pas gtu. Mksdnya, sebab akibatnya pas. Ini yang bikin dia manusiawi juga, sih.
•Cons
Terlalu banyak kebetulan. Semua pertemuan Radit sama Alya tuh di awal kebetulan semua. Enggak cuman Radit ketemu Alya, tapi Arga ketemu Alya aja banyak kebetulan. Bukannya disebut kebetulan karena jarang terjadi, ya? Kalau inimah udah terlalu keseringan banget sampe aku pas awal gumoh. 😂
Do I just blame Alya? Enggak. Tapi masalahnya Radit ini bland, enggak berkarakter. Dia ini terlalu baik dan aku bahkan nggak ngerasa kalau dia ini manusia. Waktu aku bilang Radit itu terlalu baik, ya emang baik banget, dia bahkan nanggung semua beban di masalah hubungan Alya-Radit. Do I like him? No. Karena dia ini serasa surreal aja gtu. Coba layer nya karakter Radit apa selain baik? Dia bajingan? Di manany? Cuman dikasih tahu aja kan dia bajingan tapi nggak ada yg nunjukkin itu. Bahkan dengan adanya Karin makin aku sangsi bajingannya Radit itu di sebelah mana? Dia suka minum2? Yah itu sih udah hal lumrah juga. Mungkin klau dia alcoholic aku bisa paham, tapi ya ini mah biasa aja.
Aku hampir aja dnf ini buku karena ya karakternya tuh terlalu too good to be true. Jadi ya bosen gtu. Cantik ganteng baik kaya raya disayang keluarga. Semua orang pada suka sama tokoh utama karena cantik dan ganteng. Duuh my pet peeves aja sih to be honest. Bikin aku muter bola mata karena serasa nggak nyata. Serasa nggak nyata, ya. Bukan nggak nyata, wkwk.
Setelah sebulanan lebih dianggurin pas udah baca di tengah-tengah (read: nyaris DNF) akhirnya bisa selesai baca novel ini sampai tamat dan tentu saja CAPEK 🥲
YAAA CAPEK BANGET ASLI SAMA NOVELNYA 🥲
Alasan kenapa bisa CAPEK sama si retro ini adalah:
1. Nggak ada CATATAN KAKI sama sekali. Yup, dari awal halaman sampai akhir nggak ada catatan kaki dari istilah-istilah pekerjaan Radit dan Alya. Yang mana bikin aku harus bolak-balik googling buat cari tahu artinya karena kan ya ... yang namanya baca novel tuh selain cari hiburan, juga cari ilmu baru. Harusnya penulis tahu diri bahwa nggak semua pembaca novelnya tahu akan profesi di kedua tokoh utama atau ngerti. Nggak semua pembacanya itu banker atau konsultan. Entahlah, mungkinkah sasaran pasarnya novel ini tuh buat orang-orang yang "ngerti" sama pekerjaan mereka. Entah perasaanku aja atau emang bener adanya, novel metropop terbitan Elex jarang banget ada catatan kaki di setiap kata yang kurang dimengerti pembaca. Beda banget sama terbitan GPU atau Grasindo yang ada catatan kaki di setiap kata asing di dunia pekerjaan.
2. CAPEK nungguin konfliknya Bayangin ... ya bayangin ... nggak capek dan suntuk gimana udah baca sampai setengah buku bahkan tiga perempat, konfliknya belum muncul. Yang mana, bikin aku akhirnya istirahat sejenak baca novel ini karena bosen.
Mari kita bahas poin plusnya dari novel ini. 1. Bahasnya ngalir dan khas banget. Penulisnya udah punya ciri khas tersendiri. 2. Kovernya yang simple tapi elegan yang mana menjadi daya tarik tersendiri. 3. Tokoh pendukung yang kuat. Ryan dan Fanny jauh lebih membekas daripada Radit dan Alya. 4. Penyelesaian konflik dan ending yang baik.
Sekarang poin minus yang membuatku kurang sreg sama novelnya.
1. Bosen banget sama bab-bab sebelum konflik yang mana tiap bab ada aja pujian buat dua tokoh utama. Alya yang selalu memuji ketampanan dan kesempurnaan Radit, begitu juga sebaliknya. Seharusnya nggak terlalu begini, karena kita tahu bahwa Radit dan Alya itu sempurna. Cukup bahas di awal-awal pertemuan mereka. Ya kali sebagai pembaca nggak akan sadar betapa sempurnanya Radit dan Alya dengan profesi mereka yang high level. 2. Konflik yang biasa aja dan malah bikin bingung. Kenapa awal mula konfliknya dari faktor eksternal? Cuma karena Radit dan Alya ini sempurna, bukan berarti nggak bisa munculin konflik dari faktor internal. 3. Radit yang too good to be true sampai bosen. Ini anak nggak ada celah banget? Nggak ada kurangnya banget? Emang ada di dunia ini kayak dia? Si Radit ini bener-bener nggak ada kurangnya sama sekali. Sebenernya aku nggak masalah sama karakter kayak begini, cuma kan ya ... biasanya itu novel metropop tuh karakternya realistis banget. Sempurna yang masih ada kurangnya. Kurang tapi nggak buruk. Gitu lho... 4. Karakter utama nggak membekas sama sekali ketika menutup lembaran akhir. Malah Ryan dan Fanny yang membekas. Jadi, begitu selesai, ya udah. Terlupakan.
Kayaknya segitu deh, review dari novel ini. Semoga ke depannya, Mbak Ayu mau membuat CATATAN KAKI di setiap kata asing di dunia kerjaan. Perlu diingat aja, nggak semua pembaca ngerti dengan profesi tokoh-tokoh dalam sebuau novel.
Aku suka gaya menulis, interaksi 2 tokoh utama, dan kisah dunia profesinya, tapi sayangnya konfliknya baru naik di belakang dan 290 halaman pertama jadi terasa membosankan. Aku pikir premis Arga ini bakal jadi awal konfliknya, plus Raditnya kan kayak feelings gitu tiap liat Alya ketemu Arga. Tapi Alya ke Arga seolah terkesan menguap gitu aja.
Tapi aku juga paham dilematisnya bangun chemistry kedua tokoh, kalau kecepatan nggak berasa, kalau kelamaan terasa membosankan 😂. Lalu kedua tokohnya tuh perfect banget, kayak wah wah wah. Sebenarnya aku nggak terlalu peduli sih kalau karakter-karakternya terlalu sempurna dan nggak relatable selama emang itu yang dibutuhin untuk plot dan world building, cuma sayangnya karena ceritanya ini lebih ke character driven, jadinya terasa semua perjalanannya lurus aja tanpa rintangan apapun.
Mungkin kalau Ayunita bikin novel lagi, aku akan coba baca lagi, semoga lebih dinamis cerita dan karakternya
This entire review has been hidden because of spoilers.
I really wish i could enjoy this book, at least i tried.
saya suka dengan penggambaran karakternya di awal. merasakan bagaimana penulis benar-benar membangun universe sedemikian rupa dengan tokoh-tokoh yang detail, bahkan pemeran-pemeran pembantunya di sini. penggambaran soal pekerjaan juga terasa sekali penulisnya paham secara dalam.
settingnya apik dan rapi, latar waktu, latar tempat, pertemuan-pertemuan dengan pemeran lain. plot holes hampir nggak terasa adanya. saya bisa acungi jempol, penulisnya pintar kalau urusan berkata-kata.
but i was expecting... more. since saya juga dengar cerita ini hits sekali di wattpad, dan jadi best selling montly on their publisher, but i didn't get what i expected, or yeah maybe i shouldn't expect..
ada dua pov yang bergantian di sini, teknik ini bagus untuk bisa melihat cerita dari dua sudut pandang dan penggunaan POV first person juga bisa menambah apa yang bisa diceritakan pada pembaca lewat isi pikiran dan perasaan tokoh secara langsung, hanya saja saya merasa pergantian scene terlalu sering di beberapa chapter. alyanata beberapa paragraf saja eh lalu ganti praditya, scene pendek, sudah ganti lagi. sampai membuat lupa gambaran besar chapternya tentang apa. selain lancarnya bercerita suatu scene, transisi di antaranya itu penting sih dan memengaruhi pace dan flow cerita, yang saya rasa agak fail di sini.
ke belakang terasanya juga lama-lama jadi ngeblur antara cara bercerita "radit" dan "alya" padahal di depan saya sudah merasa bagus. to differentiate what the author feeling about the condition vs what the characters should feel is need to be done first.
memang sih, untuk membangun chemistry dua tokoh itu perlu beberapa pertemuan dan agenda or so called clique momment but to write down what scenes are important to be that clique moments, where to emphasize, itu kadang butuh kejelian. jika semua kegiatan dijelaskan memang nggak cukup satu novel, bisa terlalu jauh. tapi yaa need the art of weighing what's enough, scene management, supaya pembaca bisa menikmati cerita tanpa merasa tertinggal dengan kisah mereka, dan nggak terlalu bertele-tele oleh hal yang nggak terlalu 'berisi'.
often, when i read i expect of having something in hand after i finished it. either something i mesmerize or value that's strongly added in my belief. but this novel, in my point, offers dramas about two person fell in love but then conflicted with another pair and... what else? i understand if that's the trope—the cliche kind of trope—but after those so good and high degrees edu the charas have why the problem is (if not only, then maybe partially only) about missed communication? waktu radit mutusin alya aku kesel kenapa gitu kaya drama indosiar yang penuh backsound jeng jeng ngomongnya hah padahal pinter. lucunya lagi, selain konflik mulai ada di halaman 300an, kisah dari awal ini kan berkutat pdkt a sama b, ternyata konfliknya terkait c dan d yang munculnya di awal dan ya pas konflik aja. kaya tiba-tiba gitu ya. but okay, maybe this is just some reasons why i give the rating.
this is debut novel so i wish novel yang lain nantinya saya bisa suka dan ada banyak lagi perkembangan menulis kak ayunita, hal yang bisa saya nikmati, pelajari, setelah baca ratusan lembar cerita dari beliau.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Udah lama banget ga baca novel fiksi lalu mencoba baca novel-novel baru di Gramedia Digital
100 halaman pertama, seru. Bahasanya ringan, ceritanya juga ngalir. 200 halaman, mulai bosan. Building story-nya lambat banget, sampai bingung sendiri, ini kok ceritanya gini-gini aja? Konfliknya mana nih (karena udah 1/2 buku tapi masih belum ada konflik yang muncul. Begitu konflik muncul sekitar di 1/3 buku, sorry too say, konfliknya gak intriguing. I forced myself to finish this book so I can fully judge this book (skimming reading di halaman 400 ke atas 😅)
Pendapatku tentang tokoh utama: boring & too goddess-y. Kayak hidup mereka flat banget tanpa konflik. Alya yang cantik, pintar, karir cemerlang, keluarga juga rukun damai bahagia sejahtera, kehidupan sosial juga oke. Masalah hidupnya yang paling besar kayanya cuma perasaan bertepuk sebelah tangannya aja ke Arga (yang ternyata juga nggak one sided 🤭). Apalagi Radit yang the real definition of too good to be true. Hidupnya terlalu lurus dan kayanya ga ada masalah hidup hahaha. Sama kaya Alya, tipikal silver spoon sejak lahir, pintar, kaya, karir melejit, good manner, keluarganya juga rukun banget. Aku kira konfliknya bakal lebih twisted lagi, lebih drama ala yang menunjukkan sisi ‘manusia’ mereka. Ternyata konfliknya cuma masalah yang dari awal memang kita sudah tau.
Untuk novel 400++ halaman, I expect more complex and twisted conflict 😊
This entire review has been hidden because of spoilers.
Bahasanya enak mengalir dengan santai dan mudah dipahami. Penjelesan mengenai pekerjaan dijabarkan dengan apik. Mungkin krn penulis menguasai bidang tersebut. Untuk interaksi antar tokoh utama realistis, berproses dan nggak yang langsung tiba2. Hanya saja pada karakteristiknya kurang kena di saya. Apa ya, nggak kuat gitu lho. Penjabarannya kurang gambalang, tidak ada penggambaran yang jelas dan terkesan hanya disematkan saja. Karakter too good to be true sebenarnya sah2 saja sih selagi mendukung jalannya cerita, tapi dsni terlihat memaksa yes. Apalagi kebetulan2 yang mereka alami :')
Selain itu, banyak pengulangan adegan yang sama disetiap cerita. Lompatan-lompatan terhadap adegan satu dengan yg lain beberapa tidak sinkron. Terkadang saya mengeryit, "Lah ini yg pas di mana, dah? Kok tiba-tiba begini, perasaan gak ada obrolan kayak begitu." Ya semacam itulah ya.
Jujur, saya merasa jenuh ketika membaca novel ini karena alurnya yang sedari awal sampai pertengahan mulus banget. Tapi, karena nanggung udah baca dan mubazir yeee kan kalau gak dirampungin, akhirnya diselesaikan. Puncaknya saat memasuki konflik (yg ternyata agak jauh banget, lebih dari separuh isi buku) baru bisa dinikmati lagi.
Untuk para penikmat romance dengan setting Ibukota, bisa membaca novel ini.
Sejujurnya saya cukup suka sama premis yang dibawa sama penulis, tapi ceritanya lumayan ngebosenin apalagi di bagian pertama dan tengah, sampai saya hampir mau dnf, tapi sayang karna pas bagian akhir baru ceritanya mulai interesting dan saya jadi kayak "yaampun kenapa nggak daritadi aja coba alurnya gini", walaupun ya, buat konfliknya emang out of nowhere karna dari awal nggak pernah disinggung apa-apa.
Permasalahan utamanya kenapa buku ini bikin saya bosan adalah kedua karakternya yang biasa aja gitu nggak ada perkembangan dan too good to be true. Well it's okay sebenernya kalo mau buat karakter yang sempurna dan lumayan boring gini, saya juga udah sering nemuin di banyak buku, tapi biasanya buku itu fokus utamanya lebih ke plot dan konflik batin karakternya jadi bukunya masih selalu pengin saya baca. Nah, kalo di Retrocession ini lebih fokus ke karakternya, di mana karakter di sini aja terlalu ngebosenin, tanpa ada karakter pendukung yang cukup ngebantu (sebenernya saya lumayan suka karakter Ryan sama Fanny karena menarik, tapi sayangnya mereka juga nggak terlalu berperan penting di dalam cerita).
Hal yang ngeganggu juga yaitu too many coincidences, oke saya paham lingkungan kerja mereka tuh masih deketan dan dua karakternya selalu bilang "dunia itu luas, kita aja yang mainnya kurang jauh" makanya mereka jadi 'kebetulan' selalu ketemu, but let's be honest here, bahkan kalo karna lingkup kerja mereka masih sama, tetap aja peluang ketemunya nggak bakal sebesar itu, contoh misal kayak saya deh satu fakultas sama temen saya dan masih satu lingkungan pasti kan, tapi bahkan satu semester aja saya ketemunya (dengan gak sengaja) paling cuma sekali dua kali gak sampai berturut-turut kayak gitu, cuma nggak masuk akal aja sih hehe.
Selanjutnya, mungkin timestamp dan pace ceritanya bisa lebih diperhatikan, karena menurut saya, pace-nya kadang cepat atau kadang lambat dan jadi sedikit ngeganggu aja.
Lalu seperti yang saya singgung tadi, buat konfliknya menurut saya tuh tiba-tiba banget yang boom langsung ada konflik. Masalahnya, konfliknya kan ada hubungannya sama dua orang yang mau nikah ini ya, nah dua karakter ini padahal nggak begitu diliatin di sepanjang cerita, makanya saya bingung waktu tiba-tiba mereka muncul cuma ngasih konflik doang.
Terus buat hubungan Arga dan Alya menurut saya juga kurang dijelasin persahabatan mereka gimana dulunya, jadi rasanya hubungan mereka tuh lebih ke diceritain aja sama penulis bukannya ditunjukkin juga lewat interaksi mereka. Dan buat hubungan Alya dan Karin, saya juga masih bingung kenapa mereka tiba-tiba (lagi) lumayan sedekat itu di akhir cerita. Oke sama karakter Radit kan dilabeli jerk (karna berkali-kali orangnya bilang gitu) juga rasanya kayak tempelan.
Terlepas dari itu semua, saya suka gimana penulis ngegambarin pekerjaan mereka yang menurut saya risetnya udah lumayan bagus, ditambah sama penggambaran para pegawai di daerah pusat Jakarta yang detail dan relate, dari mulai mereka makannya lebih sering dimana, dan apa aja yang mereka lakuin after office hours.
Saya nggak nyadar ini review panjang juga ya, padahal niatnya cuma pengin ngeluarin apa yang ada di otak aja haha. Untuk buku debut ini not that bad kok saya juga suka gaya penulisannya.
Maaf aku rating jauh lebih dulu dari reviewnya karena bener-bener DNF dan ku diamkan beberapa lama. Sekarang aku lanjutin lagi tapi kayanya ratingku ga akan berubah. Aku beli karena seperti yang banyak orang tau, fansnya retro banyak. Radit alya everywhere. Aku bahkan inget fansnya sampai dijulidin satu base twitter karena pada memaksakan banget untuk baca cerita ini. Makanya pas beberapa waktu lalu, aku beli aja karena penasaran.
Menurutku cerita ini sangat amat overrated. Salah satunya yang mengganggu jujur karena menurutku gada konflik (terlalu sepele untuk jadi konflik). Ini pastinya sudah versi revisi, pangkas sana-sini. Aku ga ngebayangin kalo pas masih di wattpad sepanjang apa untuk mencapai konflik yang menurutku cuma begitu doang. Banyak scene yang untuk pemanis doang, yang cuma untuk membuat pembaca ngayal babu(?).
Ini masih nyambung dengan di atas: Sangat bosan dengan semua pujian untuk kedua tokohnya, entah berapa kali tokoh-tokoh di buku ini ngomong ‘cantik’ ‘cantik’ ‘baik’ ‘baik’. Aku pernah baca beberapa buku yang tokohnya memang ala-ala perfect juga, tapi jujur yang ini terkesan sangat memaksakan. Bahkan mereka yang dideskripsikan keturunan luar, ga membantu sama sekali untukku suka. Kebetulan di antara radit dan alya juga sangat kontras dengan quote andalan yang selalu disebutkan itu. Interaksi mereka hambar. Hambar di sini tuh gimana ya. Bayangin aja feel chemistry interaksi dua tokoh saat baru berkenalan dalam sebuah buku. Nah iya kaya gitu feelnya, bedanya ini lempeng aja feelnya sampai buku habis (kecuali pas bagian ‘konflik’ mereka itu).
Aku ngebayangin ini sebagai cerita dongeng anak-anak princess cantik dan pangeran tampan, cuma dipoles aja jadi versi dewasa dan orang kekotaan. Sekarang aku setuju, perfection is boring.
Mohon maap bangett, mohon maappppp, ibarat nonton the heirs, aku gak suka sama karakter-karakter utamanya. Baca tokoh radit alya yang sangat sempurna ini malah NGINGETIN AKU BANGET main rumah-rumahan sama kaka waktu kecil, aku ceritanya cewek gede cantik jelita yang sempurna (campursari negara2 white people, malah ceritanya ortuku presiden lol), terus ceritanya aku punya pacar ganteng bangett yang sempurna juga (dulu sih ceritanya bule, namanya smith lol) alias halu banget ya :( tapi ini ga bohong, bener-bener ngingetin aku ke memori itu
Iya tau ini fiksi, tapi entahlah, penjabaran kesempurnaan tokoh yang terus-terusan diulang nyatanya ga bikin aku kagum tapi malah "Ya Allah, iya tau tau deh, gak ada yang lebih sempurna lagi di muka bumi Indonesia selain lo berdua". Itu juga yang bikin konfliknya jauh banget mundur di belakang. Terus lucu juga banyak kebetulannya. Gapapa sih sebenernya, selain kedua tokohnya itu ya aku suka-suka aja sama buku ini (walaupun terbalik banget sama quotes 'dunia itu luas, kita aja yang mainnya kurang jauh' wkwkw).
Maaf ya fans fanatiknya retro, aku harus jujur nih :(
Benar sih kata para reviewers lain, karakternya too good to be true. Sebenarnya ngga masalah, tapi masalah di buku ini adalah kesempurnaan mereka jadi 'meh' karena ga ada character developmentnya, both alya dan radit. Unnecessary juga mengulang-ulang gimana kesempurnaan mereka dari penjabaran both POV alya radit. Kaya gimana alya berkali-kali deskripsiin radit tuh well-mannered, gini gitu, atau radit bilang alya tuh beda, gini gitu apalah apalah. Ujung-ujungnya malah bikin rolling eyes karena toooo much mbak. Sejujurnya aku juga ga melihat 'well-mannered' itu dari aksi mereka selain dari deskripsi pov keduanya. Aku ngga tau ya kalo versi wattpad gimana, tapi di sini arga karin kaya numpang lewat doang. Satu lagi sih, mungkin ngga terlalu penting ya tapiii ada loh beberapa kalimat inggris yang grammarnya salah. Aku bukan grammar nazi sih, tapi aku denger buku ini banyak dibanding-bandingin w/ buku ika natassa dan bagiku hal sekecil itu mengganggu banget ya kalo memang pada bilang mirip buku ka ika.
Untung aku bacanya di gramdig karena yeah, 2/5 lah
“World is big, kita nya aja yang mainya kurang jauh” Menurut saya novel ini sangat menggambarkan kehidupan kelas menengah atas urban Jakarta yang terlahir dengan silver spoon, dengan gaya bahasa yang cukup ringan mampu untuk menghipnotis pembaca untuk terus membaca. Penggambaran pekerjaan tokoh yang cukup detail sehingga memberikan kita gambaran kehidupan konsultan dan banker yang sebenarnya. Selain pekerjaan yang cukup detail, novel juga menggambarkan latar tempat dan segala barang yang di gunakan tokoh dengan detail, memberi tahu kita tentang barang-barang yang memang digunakan kalangan menengah atas Jakarta. Karakteristik tokoh yang ada kuat dan bermanner, kekurangan tokoh pun ada jika kita mau membaca lebih teliti lagi. Konflik puncak yang di gambarkan dalam novel ini mampu membuat saya berkaca-kaca dan merasakan emosi yang ada dalam diri tokoh. Penyelesaian konflik yang cukup rapi dan detail. Pesan dalam novel ini sangat banyak. Pesan saya si, Jangan berharap dapat jodoh kaya Radit kalo kita belum bisa kaya Alya. Menurut saya novel ini sangat worth it untuk di baca apalagi yang sangat tertarik dengan kehidupan banker atau konsultan finance sekelas big 4.
Banyk yang bilang ceritanya beda, gak ngerti beda dimana. Typical chicklit dengan segala SCBD-SCBDannya. Terlalu lempeng kisahnya dan boring tokoh-tokohnya.
Bingung mau mulai reviu dari mana. Rasanya campur aduk. Buku ini bercerita tentang seorang wanita yang diam-diam menyukai sahabatnya, lalu mendapati dirinya sakit hati ketika sang sahabat memutuskan menikahi wanita lain. Yaaa secara teknis, karakter utama cewek di cerita ini, Alya, gagal move on. Lalu datanglah Radit, cowok yang nggak sengaja dia temui di acara pertunangan sahabat Alya. Radit ini sahabat cowok gebetan Alya juga. Eh, kok jadi nyerempet ke gebetan, yak? Intinya, Alya dibantu move o sama si Radit ini.
Pertama mau bahas soal keunikan karakter. Di buku, hampir nggak ada. Maksudnya begini, bukannya tiap karakter mesti sempurna banget, enggak. Tapi antara Radit dan Alya, selain secara fisik to-good-to-be-true, nggak ada keunikan atau sekadar pembeda yg bikin mereka tuh menonjol. Biasanya latar belakang keluarga dimainkan di sini, tapi mereka sama2 berasal dari keluarga terpandang, terjamin, dan yaaa nggak ada masalah. Radit sempat ada di masa ditekan orang tuanya supaya ikut jalan karier mereka, tapi semua berakhir baik. Orang tuanya juga udah terima soal itu.
Kedua, soal alur yang, gosh, lambat banget. Dari pesta pertunangan sahabat Alya sampai ke bagian konflik lagi tuh, jauh. Mulai gelar konflik di halaman 300-an. Bosen? Nggak juga sebenernya, cuma agak sayang aja padahal punya potensi buat dikembangin. Nah, buat yang kepengin bacaan office romance yg minim drama dan konflik, nggak perlu khawatir buat menunggu2 kapan kira2 ada ledakan di hubungan Radit sama Alya. Alias yap, fan service-nya nggak bikin kecewa lah.
Terakhir, agak kurang sreg sebenernya sama cara penulis masukin unsur pekerjaan di sini. Kayak ... nyambungnya sama alur apa? Bukan pekerjaannya yang salah, tapi deskripsi dalam kerjaan, kayak misal mereka lagi ngerjain apa terus Radit lagi mumet menyelesaikan masalah apa. Ya semacam itu, agak kurang penting aja buat dimasukkan. Nggak mendukung alur juga.
Ngabisin stok novel metropop di rak buku, saya enggak inget kapan pernah beli ini. Mungkin pas check out massal di TBO kali ya. Alyanata dan Praditya... hm, enggak asing. Beberapa kali nama mereka berseliweran di Wattpad ataupun base Twitter. Banyak yang menggembor-gemborkan keuwuan mereka, tapi saya enggak begitu percaya karena takut kena hoaks. Selera itu relatif dan parahnya, orang enggak begitu paham perbedaan "mainstream" dan "anti-mainstream".
Cerita dibuka dengan penggambaran status Alya. Dari deskripsi, kentara sekali Alyanata berasal dari level upper class, bukan cungpret rakjel. Oke, saya wajib setel mindset biar jiwa misqueen saya enggak meronta pas menemui hal-hal berbau hedonistik.
"Permisi, (Bu) Alya."
"Mau pesen makan malam apa, (Mbak)?"
That's it! Baru satu halaman, udah nemu inkonsistensi aja. Kata sapaan berganti secepat kilat menyambar bumi. Hadeh. Ya udahlah, enggak pa-pa, mungkin ini pertanda alur ceritanya jempolan.
Aku nggak tahu kapan mulai menyukai Arga. Mungkin sejak pertama kali kenal...
Klasik. Kisah friendzone di tempat kerja. Si sahabat kecantol cewek lain, sendirinya cuma bisa diem jaga gengsi. Oh, wow... deskripsi Alyanata sebagai sosok perempuan cakep tanpa cela juga mencegah dia bilang soal perasaannya ke Arga.
Lalu, datanglah Radit. Laki-laki dengan kesempurnaan bak dewa dan bikin malaikat insecure (asli, saya sampai inget-inget laki di sekeliling saya yang enggak ada seujung upilnya dari Radit) berusaha masuk ke hidup Alya yang baru patah hati.
Sempurna ketemu sempurna... ini metropop kan, ya, tokohnya kok agak kurang relate? Imaginasi saya langsung kebanting di penokohan. Belum lagi dengan italic bertebaran.
Lepas dari italic, ada juga rentetan adegan yang menurut saya cuma nambah-nambahin ketebalan novel ini. Tujuannya cuma satu pula: kesempurnaan tokoh, showing pedekate. Serius, deh, penulis padahal bisa bikin ciri khas Retrocession dari penokohan, jadi cerita ini bisa lebih dari "kind of story about two person yang ketemu di waktu yang tepat dan peran yang tepat".
Tujuan ceritanya apa? Proses move on Alya. Itu pun saya berhasil nemu setelah mengais-ngais sepanjang 300-an halaman.
Diksi-diksi yang dipakai dalam cerita memang sederhana dan perkembangan alurnya superrrr lambat. Tapi, tujuan cerita yang nyaris gaib ini mungkin bisa dipoles lagi sama Mbak Penulis biar ceritanya makin bikin betah dibaca pembaca kasual. Belum lagi inkonsistensi "tidak" dan "nggak", kemiripan voice Radit dan Alya... saya pikir Mbak Penulis perlu kasih effort lebih buat ciri khas tokoh kalau mau gonta-ganti POV.
Keadaan ini sekaligus menyadarkanku satu hal mengenai perasaanku terhadap Arga. Dulu, mungkin aku pernah membayangkan hidup bersama dia. Tapi sekarang aku menyadari bahwa sekalipun aku pernah jatuh cinta terhadapnya, perasaanku ternyata (tidak sedalam itu) dibanding perasaanku terhadap Radit.
Dan justifikasi model begini untuk menjelaskan perasaan tokoh pada akhirnya bikin mood baca saya... ah, begitulah. Rada mengkhianati fakta yang tersaji di depan. Alya udah cinta lama sama Arga, susah payah move on, kemudian dapet kesimpulan begini berkat satu kejadian. Like... ini orang gampang banget nentuin dalam cintanya? Enggak Arga, Karin, Alya... pake alasan ini semua. Wow.
Di beberapa bagian juga ada adegan yang konjungsinya seperti dihilangkan. Mungkin kepangkas pas revisi sama editor, tapi jatuhnya malah enggak nyambung. Amanat cerita ini apa? Jodoh pasti bertemu. Hubungan butuh kedewasaan dan rasa saling pengertian. Patah hati bukan akhir dunia.
Cocok dibaca? Iya, kalau kamu pecinta novel dengan alur slow, tokoh dari kalangan upper class, fisik sempurna, eksklusif... cocok banget baca novel ini. Tipe hubungan yang let it flow and not in rush membuat Retrocession menyerempet slice of life (sekali lagi, khas upper class) dan hubungan orang dewasa.
Well, sebuah pengalaman baca yang mengesankan.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Cerita slice of life apa lagi office romance adalah favoritku. Aku suka sama writting stylenya Kak Ayu, aku suka sama penokohan POV bergantian yang bisa distinct dengan baik. Sama detail-detail pekerjaannya yang tergambarkan dengan baik, terus vibenya yang berpunya tapi tetap humble. Itu aku suka.
Tetapi, seiring halaman aku menemukan karakter Radit ini agak ... bland. Blandnya di sini kayak kurang layer dalam menyeimbangkan porsi kekurangan dan kelebihan dari suatu penokohan. Padahal ini termasuk hal terkrusial dalam penulisan novel. Kemudian, pacenya kurang stabil, seharusnya di sini penulis harusnya pintar kapan harus naikin pace dan kapan harus dikasih napas.
Overall, it still enjoyable reading for relax time.
Seharusnya aku nggak berharap banyak sama novel yang lahir dari wattpad.
Gini, lho. Aku enjoy banget baca Retrocession versi wattpad. Sangat enjoy. Dengan latarnya yang kental sama kehidupan metropolitan, latar belakang para karakter yang emang too good to be true, baper-baperannya, sedih-sedihnya. Tapi begitu diangkat ke novel, ada beberapa poin yang bikin aku gemes.
Aku nggak keberatan sama adegan yang di-cut selama itu nggak mengganggu alur cerita. Cuma agak bingung kenapa adegan pas Alya dirawat banyak yang dipotong, padahal di bab-bab setelahnya mention part yang dihapus? Itu agak disayangkan sih.
Poin kedua adalah, kenapa masih aja ada ejaan yang nggak sesuai? EYD tuh kaya sepele, tapi gitu-gitu juga bikin sakit mata (dalam artian mata aku nggak bisa baca tulisan yang nggak rapi meskipun cuma masalah tanda koma). Emang sih nggak terlalu fatal, cuma ya gemes aja gitu.
Poin ketiga adalah pov yang pindah terlalu cepat, atau adegan yang emang terlalu pendek. Sebenarnya ini banyak muncul di awal-awal doang. Jadi oke lah, aku masih sabar aja baca sampai akhir.
Keempat, banyak istilah asing buat orang awam. Sebenarnya banyak informasi atau istilah baru yang bisa dijadikan pengetahuan. Sayangnya nggak disertai dengan catatan kaki. Jadi kalau mau paham istilah yang disebutkan, ya cari sendiri di google.
Itu yang minusnya. Bagian bagusnya, plot hole versi wattpad akhirnya diperbaiki di sini. Tentang Alya yang di bagian awal diceritakan tidak familiar dengan Jogja (dalam artian nggak pernah punya ikatan apa-apa sama Jogja selain liburan atau kerjaan), padahal kakek-neneknya tinggal di Jogja.
Hal kedua yang aku suka adalah menghilangnya detail kecil yang memang too much tentang merk. Aku suka aja sih, soalnya di wattpad kan dikit-dikit sebut brand mahal. Padahal tanpa sering-sering disebut pun pembaca udah tahu seberapa high class Radit dan Alya.
Ketiga, ini agak mirip yang kedua sih. Tentang detail yang menurutku nggak perlu, dalam hal penggambaran karakter yang (di versi wattpad) dilebih-lebihkan. Aku suka di novel nggak ada pemujaan berlebihan soal Radit dan Alya, ya secukupnya aja.
Singkat kata, buku ini punya potensi, tapi masih kurang matang buat naik cetak. Lumayan untuk dijadikan bacaan ringan. Terakhir, terimakasih buat Kak Ayu yang sudah nulis Retrocession (dan retrologi lainnya) di sela-sela kesibukan. I really appreciate your hard work 🙏
This entire review has been hidden because of spoilers.
Karakter utamanya sempurna, baik itu sikapnya, dompetnya, keluarganya, teman-temannya, semuanya deh sampai gak ada perkembangan karakter, so boring banget kan. Masalah mereka juga kurang solid, gara-gara omongan orang ketiga. Tapi gaya pacaran yg dewasa dalam artian sehat buat novel masih dapat dinikmati. Terlebih gaya penulisnya asik banget. Sayang saat bahas kerjaan aku banyak skip karena gagal paham.
Aku kira aku bakal awed dg radit alya seperti temen-temen onlineku yang rekomenin. Ternyata kesempurnaan mreka justru bikin aku jengah wkwk apa lagi setiap yang habis ketemu alya selalu bilang cantik banget cantik banget itu aku sampai ngitungin berapa kali lho wkwk maybe i'm not the first one who say this but yes, the characters are indeed too good to be true.
Tapi first of all, aku bener-bener g nyangka, kaget malah, pembaca diluar watpad ternyata byk yang sepemikiran unpopular opinion sama aku (tanpa dicounter attack sama para fansnya kaya kl ditwitter). Itu yang nyinggung-nyinggung gaslight dan blasteran pas aku reread... lha iya wkwk radit itu udah sebegitu ngalahnya tapi si alya masih aja keras kepala. Mungkin ini termasuk bagian dari yg aku gedeg ya dari unsur TGTBT mereka, alya mixed racenya banyak bangett: jawa-tionghoa-manado-perancis. Mungkin ya, mungkin lho, kalo cuma satu sisi aja yang blasteran g terlalu TGTBT rasanya. Tapi sama kaya alya, raditnya mixed race byk juga dan lebih-lebih bikin ngernyit dahi lagi: portugis-sunda-jepang-jawa-padang (omg, ambil semua ambil semua negaranyaa). Mungkin mbaknya sengaja ya ambil semua suku-suku yang katanya tercakep di indo, tapi eiss ini berlebihan wkwk
Aku tuh bukan g suka sama tokoh TGTBT, tapi aku lebih suka kalo aku dibuat awed sma keperfectan tokohnya secara tersirat gitu lho, bukan yang mungkin bahasa kasarnya "dibikin" perfect scara gamblang gitu lho sama penulisnya (skali lg, contohnya kaya yg cantik banget cantik banget itu, kalo yg versi raditnya mungkin hot pinter hot pinter kli ya. Gtw berapa tokoh yang muji-muji mereka mulu, itu masih excluding pujian dari alya buat radit and vice versa di almost setiap chapter). Aku sbnrny smpt baca ini pas masih diwatpad, cuma berenti tengah-tengah karena alasan yg sama dgn diatas. Orang-orang bilang bukunya rada beda kan sama versi watpad jadi kuharap lebih bagus, dynamic, bisa bikin aku enjoy, dan mungkin jg a little bit realistic stlh melewati tangan atau opini dari editor, rupanya sama aja aihh. Bahkan juga sesepele footnote g dicantumkan (temenku bankir juga untungnya jadi bisa tanya-tanya)
This is the kind of story that I like, tipe cerita yang bikin sadar ‘udah kerja keras bagai kuda, masih belum kaya’ karena tokohnya yang melayang tinggi. Jadi ingat dulu ramai banget yang kritik karakter Ika Natassa yang katanya kurang membumi. Percayalah, orang-orang macam Radit dan Alya ini ada, cuma emang out of our league aja.
This is a light story. Chick lit starter pack ada di sini: light, witty, sarcasm, tapi juga bikin mesem-mesem. Konflik yang dihadirkan enggak begitu berat, cuma masalah hati, tapi ya namanya juga hati, sukanya bikin sakit kepala kan ya? For people like them, ngurusin kerjaan yang njelimet lebih less challenging dibanding ngurusin masalah hati.
Novel ini berangkat dari sudut pandang orang pertama yang ganti-gantian. Kerasa bedanya antara Alya dan Radit, but somehow di beberapa bagian Radit ‘too girly’. Tantangan penulis cewek yang melihat dari sudut pandang cowok, karena segimanapun menghadirkan sisi cowok, kadang kepeleset. But, enggak ganggu.
I’m not a fan of TGTBT guy. Radit ini ya too good to be true. Coba jabarin, celanya di mana? Enggak ada kayaknya. Berengsek iya, tapi salat juga rajin. Jadi inget temen gue yang selalu salat Isya sebelum clubbing karena life is about balance, right?
Radit berpotensi jadi karakter cowok yang gue benci karena TGTBT. Yes, he is TGTBT, tapi karena cerita ini diangkat dari sudut pandang Alya, ya wajarlah kalau kelihatan Radit TGTBT. Kan lagi jatuh cinta. Plus, yang menjabarin semua kehebatannya Radit itu memakai suara tokoh lain selain Alya, jadi enggak ada suara penulis di situ sehingga enggak ada kesan ‘pamer’. Yang bikin tokoh TGTBT ini malesin karena memakai suara penulis. Bisa tiru Ayunita, pinjam suara karakter, and you’re set.
Alya is my kind of girl. Yes, I love her more than Radit, hehe. Alya ini tipikal cewek yang ada di bayangan, back then when I was in my 15. Tipikal karakter favorit, tough tapi lembut, punya pendirian tapi mau kompromi, enggak menuntut tapi pengertian, dingin but deep down full of love. Meski tipikal Alya ini sering muncul di novel chick lit, nggak pernah bosan.
Oke. Akhirnya aku kasih rating ulang. Dari 3 turun ke 2,5 (dibulatin ke bawah). Awalnya kasih 3 ya karena kok berasa kejam banget ngasih bintang 2 padahal ini tuh heboh pas PO.
Tapi setelah dipikir-pikir lagi pas baca ini aku banyakan gak enjoynya. Aku gak sabar aja buat namatin buku ini, karena pingin cepat-cepat move on dan well, bisa lupain ceritanya.
Kenapa? Karena jujur, aku bosan pas bacanya. Too good to be true sampe ceritanya jadi flat. Minim konflik. Ceritanya muter disitu-situ aja. Hampir keseluruhan isi buku itu ceritain gimana perfectnya Alya, gimana perfectnya Raditya. Yaiya mereka perfect, udah tau dari awal.
Plus poinnya bahasanya ngalir, tapi itu tetap gak cukup buat bikin aku enjoy ceritanya
This entire review has been hidden because of spoilers.
I did read this book before on wattpad, but I still enjoy reading the book ver of this.
Suka banget sama authornya yang always taking extra time to digging deeper into each character, their job, lifestyle, family, friendship, semua dipikirin baik-baik.
Suka juga sama pemikiran dewasa karakter-karakternya, although somehow these characters felt like didn't have any flaw yg specific.
Aku suka gimana kisah romancenya gak dibikin fast pace, pembaca felt like they're growing together with the characters.
Others might think that this book is unrealistic for its perfect characters but anyways, I've lost count of how many times I've reread it and it still gives me the same spark and enjoyment. I read for fun, I look for things I can't find on my life and that is why I love this book. (Anw Radit nggak se-perfect itu, cuma nggak keliatan aja.)
Kayaknya musti tega dengan ngasih rating segini. Kalo sempat bakal ngasih ulasan singkat, tapi kayaknya sebagian besar uneg-uneg gua udah terwakilkan di review lain yang berseliweran, hehehe.
Aku inget, salah satu base menfess di Twitter rame banget pas Retrocession open pre-order. Apa, sih, yang ngebuat buku ini diincar segitu banyak orang? Seperti itu, aku ngerti saat selesai baca. Di sini, tokoh-tokohnya menurutku too good to be true dan untouchable untuk aku.
Plotnya lumayan lambat, terus gak ada konflik yang signifikan menurutku. Gimana ya, "Oh, ini klimaksnya!" lalu beberapa part kemudian, selesai.
Aku terhibur dan terbang pas baca ini soalnya emang gentle banget, tapi pas ditampar kenyataan untuk gak halu ketinggian. Langsung terempas. Buku ini tuh kayak negeri antah-berantah yang bisa ngebuat pembaca merasa lebih baik kalau emang lagi butuh romansa antara dua orang dewasa yang akhirnya berkomitmen untuk satu sama lain.
Detil yang disajikan seputar pekerjaan tokoh-tokoh pun mantap. Totalitas banget, euy.
Kover:4.2/5 Layout:3/5 The book; — Before published : 4.5/5 — After: 3.7/5
Bukunya ngga flappy alias susah dibaca gitu loh (?) Karena halamannya kan banyak jd ya rada kurang nyaman kalo dibaca, jd sedikit pegel, ehe. Tp gapapa, jd harus cari posisi yg sangat nyaman buat baca novel ini. Kovernya simple but I like it. Karena simple nya itu jadi menarik.
———
Untuk isi cerita... Hmm.. sebenarnya rada bingung mau kasih rating berapa. Karena kusuka bgt karakter–karakter di dalam ceritanya, alur ceritanya (sampai dibaca berkali-kali—sebelum published) di samping buku inituh bagus banget isi ceritanya, dengan permasalahan yang "common" tapi kena gitu ke hati.
Tapi, ketika dijadikan buku, entah kenapa jadi yaa gitu deh :) tapi tetap bagus kok. Cuma ya sedikit kurang sreg aja sama pemilihan adegan-adegan dalam alur ceritanya karena ya ((menurut kesotoyanku dan diriku sebagai "pembaca lama")) ada yg missing aja gitu, jadi terkesan ngga sinkron sama bbrp adegan, tapi (mungkin) Kakak Author dan Editor-nya lebih paham, ya, standarisasi novel dalam penerbit tuh kyak gimana, mana yg baiknya dibawa ke novel, mana yang tidak. Yowes nurut bae hehe.
——
Yang paling saya sangat sayangkan, tidak ada foot-notes nya :') entah sengaja (supaya cari tahu sendiri) atau kelupaan (?), juga tidak ada pemisah (?) atau ya semacam tanda—antara scene yg satu dgn yg lainnya. Tumbenan layout-nya seperti ini :") dan untuk harga pasaran Rpxxx.xxx itu terlalu ya tp tidak apa-apa.
——
I appreciate semua team yg bikin novel Retrocession ini jd naik cetak <3 terutama untuk Kakak penulisnya—Kak Ayu, terima kasih banyak sudah membuat cerita seperti ini, karena membaca cerita ini, pikiranku jauh lebih terbuka, dan pemikiranku jauh lebih ke depan. Semakin ingin meng-upgrade diri supaya dapat yang terbaik, yang sepadan dan juga untuk kehidupan yg lebih baik (lho?) Hahaha.
Juga semakin sadar bahwa "World is big, kitanya aja yang mainnya kurang jauh," - Radit.
———
Tapi kutetap bucinnya Radit ehe. Buku ini tetap bagus, tetap worth untuk dibaca, tetap suka walaupun banyak yang menghilang ehe. Pemilihan kata-nya juga bagus, masih kena feel-nya. Congratulations, untuk debutnya, Kak Ayu. Ditunggu anaknya yg lain untuk nemenin tetuanya—si Onta, si Landak, dan yang lainnya, ya, hehee😆
———
Silakan baca saja, karena pasti feel yg didapat masing-masing orang akan berbeda.
Aku menemukan cerita ini dari recommended akun fangirl EXO yang nulis rekomendasi Wattpad. Dan pas aku baca yes aku jodoh dengan cara nulisnya kak Ay.
Praditya Aldern — yang definisi ganteng, pintar, keluarga ningrat, well-mannered, perfect lah.
Alyanata Rahayu — definisi yang emang harus bersanding sama mas Radit wkwk. Cantik, karir bagus, pintar, keluarga ningrat..
Suka dengan development characternya. Dari penulisan terlihat jauh beda banget kalo pas POV Alya dan Radit. Awal awal mungkin mengganggu. Karena kadang-kadang tiba-tiba "Aku" lalu berubah jadi "Gue". But, setelah pertengahan udah biasa kok..
Dunia itu luas, kita nya aja mainnya kurang jauh — Radit
Aku udah lama gak begadang nyelesaiin suatu buku karena penasaraaan banget. Dan buku ini pilihan yang tepat untuk bacaan ringanku. Meskipun aku tahu kisah cintanya gak akan terjadi sama aku, tapi aku tetap suka bacanya. Kisah cintanya gak menye-menye dan over. Bisa bikin ketawa dan sedih juga. Pokoknya bener-bener pas milih buku ini untuk hiburan.