Jump to ratings and reviews
Rate this book

Yang Ditulis Usai Berpisah

Rate this book
"Aku pernah merasa bahwa keadaan telah membaik dan perlahan bisa melupakanmu. Oh Tuhan, betapa aku salah. Hingga hari ini, aku masih berharap kita bisa bersama, berharap kamu ada, dan aku berharap keadaanku jauh lebih baik. Pikiranku menipu dan membuatku merasa bahwa keadaan telah selesai."

***

Perpisahan tak pernah mudah dan buku ini membuktikannya dengan tepat. Meninggalkan kenangan adalah tantangan pilu bagi semua hati yang masih jatuh cinta, masih ingin berjuang, masih belum rela pergi.

Berisi surat-surat yang ditulis untuk mantan kekasih, buku terbaru Arman Dhani ini mengajarkan kita bahwa emosi manusia seluruhnya adalah valid dan patut didengar. Kita mungkin merasa ingin menolak kenyataan, marah, atau menyalahkan diri sendiri, dan itu bukan hal yang tabu. Seluruhnya perlu waktu dan kekuatan hingga kita berhasil berjalan melaluinya.

190 pages

First published March 1, 2021

10 people are currently reading
91 people want to read

About the author

Arman Dhani

4 books7 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
9 (16%)
4 stars
26 (49%)
3 stars
16 (30%)
2 stars
1 (1%)
1 star
1 (1%)
Displaying 1 - 21 of 21 reviews
Profile Image for Sintia Astarina.
Author 5 books358 followers
June 10, 2021
Psikiater Elizabeth Kübler-Ross pernah menulis dalam bukunya “On Death and Dying”, perihal 5 tahap kesedihan yang dialami manusia, yakni denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance. Dan buku ini adalah cerminan nyata beberapa fasenya.

***

Yang Ditulis Usai Berpisah adalah kumpulan surat yang ditulis Arman Dhani untuk dambaan hatinya yang berinisial M. Melihat sampul belakang buku ini tertulis fiksi, tapi aku tak yakin bahwa surat-suratnya adalah nonfiksi.

Kalau tidak salah cerna, buku ini dibuka langsung dengan tahap kesedihan ketiga, di mana penulis mempertanyakan apa yang terjadi, mencoba percaya, dan berandai-andai bahwa apa yang seharusnya terjadi adalah sebaliknya. Di tengah, penulis mulai tampak kacau dengan depresinya sendiri. Penulis terlihat berupaya sungguh untuk bisa memperbaiki kesalahan yang telah diperbuatnya.

Banyak orang bilang, dalam urusan percintaan, laki-laki akan lebih mengandalkan logika sebagai jalan berpikirnya, sementara perempuan akan bertumpu pada perasaan. Arman Dhani merontokkan stigma itu. Kata siapa laki-laki tak boleh bersedih karena patah hati dan kehilangan? Kata siapa laki-laki tak boleh menangis?

Dari 41 surat, aku menemukan perasaan dan cerita-cerita berulang yang tak dimungkiri, sangat membuatku jenuh. Dalam suatu rentang waktu, ia bisa menyebutkan hal yang sama, itu lagi-itu lagi, berkali-kali, terus-menerus, tanpa bosan.

Oh, jadi begini rasanya ketika patah hati. Perasaan yang sama tetap tinggal dan bertahan, sekeras apa pun kita berusaha untuk mengusirnya pergi, perasaan itu lagi yang akan muncul.
Oh, jadi begini rasanya ketika melihat orang lain (atau diri sendiri terdahulu) patah hati. Bersyukur sekali bisa move on.


Buku ini semakin menyadarkanku bahwa segala perasaan yang ada di dunia ini, baik buruknya, adalah sesuatu yang valid. Untuk bisa sembuh dari luka karena cinta, kadang tak bisa dalam sekejap atau semudah membalikan telapak tangan. Aku melihat penulis sungguh berproses untuk mencapai tahap terakhir kesediahnnya, yakni acceptance atau penerimaan, yang mana aku tahu betapa sulitnya.

Satu hal yang sungguh menggangguku dari buku ini: aku merasa kita tak perlu minta maaf ketika kita mencintai orang lain. Karena bagiku, mencintai adalah pilihan dan tidak ada yang salah dari itu. Mencintai adalah hal yang personal. Mencintai adalah proses.

Bisa dibilang, bab terakhir adalah titik balik di mana penulis berani membuat keputusan baru dalam hidupnya, untuk sanggup melanjutkan hidup tanpa terhadang bayang-bayang. Aku malah jadi penasaran, apa yang terjadi dengan penulis setelah melewati tahap penerimaan? Jika dalam buku ini Arman Dhani berulang kali bertanya pada M, "Apa kabarmu? Apa kamu baik-baik saja?", maka kini giliranku yang bertanya, "Apa kabar? Apa kamu baik-baik saja?".

Oh, andai surat-surat ini diberi catatan waktu, aku berharap pembaca akan lebih paham bahwa untuk bisa sembuh dari luka, butuh waktu yang kadang tak sebentar, dan setiap orang mungkin berbeda-beda. Dan semoga hal itu pun bisa jadi motivasi untuk siapa saja agar tak tenggelam terlalu lama dalam fase usai berpisah.

Biar pedihnya makin terasa di hati pembaca, jangan dengarkan The Man Who Can't be Moved-nya The Script selagi membaca buku ini. Cobalah dengarkan lagu-lagu kepunyaan Sara Bareilles berikut ini:
1. Gravity
2. 1000 Times
3. Breathe Again

Omong-omong, kalau kamu baru saja berpisah dengan orang yang dicintai, hati-hati buku ini bisa men-trigger kamu dengan ingatan, kenangan, sudut kota, peristiwa, percakapan, lelucon yang hanya diketahui berdua.

Oh ya, selamat berpatah hati ria.
Profile Image for summerreads ✨.
110 reviews
April 10, 2021
Berisi 41 keping catatan yang ditulis Arman Dhani semasa konseling usai putus dengan mantan pacar yang sudah menemaninya selama 3 tahun (begitu kata caption instagram beliau). Pada mulanya, aku berpikir apakah aku akan sanggup bertahan membaca buku tentang curhatan patah hati. Sebelumnya, tak pernah berhasil, karena setahuku isinya adalah narasi mendayu-dayu yang membuatku berakhir ketiduran. Mungkin bukan selera bacaanku saja.

Tapi ketika melihat bahwa ini karya Arman Dhani, aku memutuskan mencobanya. Karena sebelumnya aku pernah baca tulisan beliau di Medium tentang konseling, dan sedikit banyak tulisan itu membawa pengaruh tertentu ke dalam hidupku. Kupikir, aku kayaknya cocok sama tulisan beliau.

Well, di buku ini Arman Dhani seolah ingin berkata bahwa kesedihan dan patah hati sama sekali tak mengenal gender. Tak hanya perempuan, kok, yang boleh bersedih akibat patah hati. Lelaki juga pantas merayakan patah hatinya sendiri. 41 catatan mengenai merayakan kesedihan dan patah hati ini cukup sentimentil dan dituliskan dengan narasi yang menurutku mengalir --enak dibaca, dan tentunya nggak bikin ngantuk. Terlepas dari apa persoalan pribadi keduanya, aku merasa Arman Dhani melukiskan rasa sayang dan cintanya pada perempuan bernama M ini dengan baik di setiap keping tulisannya. Bagian favoritku adalah part 16, di mana Arman Dhani bercerita mengenai resep sambal buatannya. Sederhana tapi sangat memorable :')

Arman Dhani pergi ke kota yang jauh di pulau seberang, berharap bisa melupakan kesedihannya, tetapi pada akhirnya ia dan aku sebagai pembaca tahu, bahwa apapun fase kehidupan (termasuk kesedihan, kerapuhan, dan patah hati) harus dijalani dan dihadapi untuk bisa sembuh, bukan diajak melarikan diri. Catatan semasa konseling ini bisa dibilang sekaligus sebuah tulisan healing, mungkin akan related dengan banyak orang di luar sana yang juga tengah menghadapi permasalahan yang sama dengan beliau.

Meski sangat personal, entah kenapa aku bersyukur tulisan ini pernah ada. Arman Dhani menuliskan sudut pandang yang menarik mengenai kehidupan(nya sendiri), dan aku menyukai itu. Ini benar-benar berbeda dengan 'buku-buku patah hati' karya penulis lain yang pernah kubaca atau tak kuselesaikan sebelumnya.

Cobalah.
Profile Image for Vanda Kemala.
233 reviews68 followers
April 7, 2021
Sebuah buku patah hati terbaik yang pernah aku baca.

Arman Dhani menuangkan semua perasaannya secara penuh ketika menulis cerita demi cerita untuk mantannya yang dia sebut dengan inisial M. Pemilihan bahasanya sederhana, layaknya dia sedang bercerita ke mantannya soal apa-apa yang terjadi dan dia jalani hari itu. Semua tulisan selalu diawali dengan pernyataan rindu dan selalu ditutup dengan ungkapan cinta yang masih disimpan Arman ke mantannya sampai waktu itu. Sebagai pembaca, aku semacam diajak untuk mendengar isi hatinya, sekaligus perjuangannya untuk melupakan, memaafkan, dan sembuh dari luka.

Celakanya, sebagai pembaca yang juga sedang patah hati, Arman alih-alih membuat hati hangat karena bahasanya yang penuh kasih, justru menjelma jadi angin puting beliung. Buku ini sukses bikin aku "kecapekan" akibat nangis berulang kali. Tulisan Arman mau nggak mau bikin aku bernostalgia dan memeluk lukaku sendiri yang belum sembuh. Aku menganggapnya sebagai sebuah keberhasilan Arman, karena bisa membawa emosi pembacanya larut.

Buku ini bisa selesai dibaca dalam sekali duduk, tapi aku memilih lebih meresapi tulisan Arman, dan ternyata emosi juga luka malah ikut ambil andil waktu membaca.

Arman tidak melulu menulis tentang rasa sedih, tapi juga ada optimisme, sekalipun merangkak dan tertatih-tatih. Di akhir bacaan, ia membuatku diam dan dengan berat mengakui bahwa dengan caranya sendiri, semua luka akan sembuh pada waktunya.
Profile Image for Nike Andaru.
1,636 reviews111 followers
September 27, 2021
79 - 2021

Cerita tentang patah hati, ditulis dengan jujur dari yang masih mencintai sang kekasih. Seperti diary yang ditulis tiap hari, pembaca diajak ikut menyelami perasaan penulis dengan Si M.

Fasenya kan selalu sama ya, dari yang tidak terima, masih berharap kembali hingga mulai menerima kenyataan yang ada. Walau sepertinya itu hal yang biasa, tapi kalimat demi kalimat disusun dengan cakep hingga yang baca jadi bisa ikut berempati dengan perasaan penulis.
Profile Image for Siraa.
259 reviews3 followers
April 19, 2023
Menceritakan kisah pasca berpisah yang begitu rumit. Benci tapi cinta. Marah tapi rindu. Menyesal tapi tetap mencintai. Sangat mengena dan mendalam. Kukira apa yang disuguhkan buku ini sangat dekat dengan perasaan yang sebenarnya. Dalam artian yg berpisah benar2 cinta
Profile Image for Mutiara.
47 reviews13 followers
November 3, 2021
Dear mas Dhani,

Pasti ingin mati rasanya putus dengan orang yang paling kita cintai dan masih menyaynginya seusai berpisah. Membaca tulisanmu rasanya seperti membaca tulisanku sendiri..

Dalam masa-masa awal berpisah, kita pikir semua akan baik-baik saja dan waktu toh pun akan berlalu. Tapi jalan-jalan itu, tempat, kebiasaan, dan caranya tersenyum dan bernapas pun, sepertinya tidak dapat begitu saja kita lupakan ya? Masa-masa awal perpisahan adalah yang terburuk. Lalu ia semakin menjadi dan membusuk di pikiran dan hati kita. Kita tidak dapat lagi menemukan arti dan kebahagiaan di hal-hal yang biasa kita sukai. dan seketika kita tidak lagi dapat mencintai diri kita sendiri bahkan. Aku sempat disana. Berangan-angan orang yang kita cintai akan kembali ke sisi kita, menulis belasan dan ratusan surat dan puisi cinta yang pada akhirnya tak pernah sampai.. sebenarnya apa yang salah dengan proses menyembuhkan diri? aku rasa seluruh tulisanmu ini masuk akal. Terapi yang bisa saja dan seharusnya dapat menjadi obat bagi rasa sakitmu.

Tentu saja mencintai seseorang tidak pernah mudah ya.. dan sekalinya perpisahan itu terjadi, dia memberi luka yang tidak tahu kapan sembuhnya. Bagiku butuh 5 tahun untuk benar-benar bisa berhenti memimpikannya. dan aku berharap, kamu memerlukan waktu yang lebih singkat. Aku tentu setuju dengan pendapatmu bahwa berjalan kaki dapat mengobati sedikit demi sedikit beban yang bersarang di pikiranmu. Selepas dari kerja yang kadang tak berarti, aku juga suka berjalan di tepi trotoar Jakarta yang lebar. Melihat sinar sore matahari menghilang di kegelapan malam. Jakarta terlalu kecil untuk kenangan yang besar. Pasti berat bagimu mengingat jalan-jalan dan tempat-tempat yang pernah kamu lalui bersamanya.

Sejujurnya, bagi setiap kita yang patah hati dan berpisah, lalu memilih untuk tidak berteman selamanya, akan sulit menemukan jawaban dari setiap pikiran kita tentangnya. Kita pada dasarnya hanyalah manusia yang menerka-nerka. Gelisah di kemelut sedih yang tak berujung. Dia di ujung sana, mungkin mengalami kemelut yang sama. atau, dengan berani memilih cara mengatasi patah hati yang berbeda. Tapi di tulisan-tulisanmu, yang kali ini dapat dibaca banyak orang, dan mungkin juga telah dibaca olehnya, bisa menjadi obat untuk dirinya sendiri bahwa ia pernah dicintai sedalam itu. dan terkadang, semua itu sudah cukup.

Semoga kamu dapat menemukan cinta yang baru ya, tapi jika kamu tidak ingin, semoga kalian dipertemukan lagi di keadaan dan hati yang lebih baik. Setiap cinta, kurasa, berhak memiliki kesempatan kedua. dan sabar adalah salah satu cara untuk kita bisa berjuang kesana.

best wishes.
Profile Image for Utami.
3 reviews
July 14, 2025
📖 Yang Ditulis Usai Berpisah
🖋️ Arman Dhani
⭐️⭐️⭐️⭐️☆

Menjelang libur panjang, saya memilih membaca buku bertema ringan… tapi ternyata justru cukup dalam dan reflektif. Ini adalah buku kedua karya Arman Dhani yang saya baca, dan temanya masih serupa: tentang perpisahan.

Buku ini berisi kumpulan surat dari tokoh “aku” kepada mantan kekasihnya. Surat-surat itu ditulis setelah hubungan mereka berakhir. Di setiap bagiannya, saya bisa merasakan bagaimana si penulis perlahan tumbuh—dari titik paling rapuh, hingga akhirnya sampai pada tahap menerima dan mengikhlaskan.

Di awal, ia terpuruk, kehilangan arah, bahkan pekerjaannya. Tapi seiring waktu, ia mulai menyusun kembali hidupnya, belajar menerima luka, dan pada akhirnya… belajar mencintai dirinya sendiri.

Dari sudut pandang yang lebih luas, buku ini bukan hanya tentang patah hati, tapi tentang bagaimana kita bertahan dan pulih. Tentang kehilangan, apa pun bentuknya—perpisahan, kematian, atau luka lama—dan tentang proses kembali ke diri sendiri untuk melanjutkan hidup.

Salah satu kutipan paling membekas:

"Aku percaya, segala hal yang membuat kita resah, atau apa pun yang kita pikir sebagai akhir cerita, pada satu titik akan selesai dan hidup menjadi lebih baik. Yang perlu kita lakukan hanya bertahan sebisanya."



Sangat cocok dibaca saat suasana hati sedang tenang, atau justru sedang mencoba untuk tenang.
Selamat berlibur, dan selamat membersamai keluarga tercinta.
🩷🩷🩷🩷

#YangDitulisUsaiBerpisah
#RekomendasiBuku
#ArmanDhani
#ReviewBukuIndonesia
Profile Image for Tika Nia.
222 reviews5 followers
October 11, 2022
Bagaimana perasaanmu selepas berpisah? Apakah kamu bersedih? Kecewa? Menyalakan diri sendiri? Marah? Atau justru langsung mencari pengganti?

📖YANG DITULIS USAI BERPISAH✍️
✍🏻 Penulis: Arman Dhani @armndhani
📕 Penerbit: Buku Mojok @bukumojok
📆 Tahun Terbit: 2021
(Cet. ke-3, November 2021)
📑 Halaman: 190
🔖 Genre: Fiksi

Dalam buku ini Arman Dhani mengungkapkan segala rasa dan logikanya usai berpisah dengan kekasihnya. Ungkapan itu dituliskan dalam bentuk surat-surat (narasi) pendek. Seluruhnya berjumlah #41 bagian yang dibagi ke dalam 5 bab utama.

Setiap bagiannya begitu sarat emosi. Namun juga seakan memaksaku untuk berpikir, menganalisa dan menggunakan logika. Membuat batin dan otakku bergulat dengan hebat 😬 Okkay mungkin agak berlebihan, tapi memang itulah yang terjadi 🥺

Ku pikir dan ku rasa, aku memang sedang berempati terhadap apa yang ditulis dalam buku ini. Bukan tanpa sebab melainkan aku memang baru saja mengalami perpisahan juga. Ku rekomendasikan buku ini untuk kalian yang baru saja berpisah. Atau yang berencana untuk berpisah, supaya bisa mempertimbangkan ulang perpisahan itu 😔

Satu lagi, aku suka dengan potret hitam putih yang disisipkan di setiap awal bab. Membuat buku ini semakin hidup!

Kukira kita tak pernah berhutang apa pun, pada siapa pun. Hari ini adalah milik kita dan besok masih belum terjadi (h.105)
Profile Image for Fahris Haria Febrilian.
7 reviews
June 10, 2023
Sekilas ketika membaca judul dan sinopsis pada halaman belakang buku ini aku mengira pasti bacaan sedih soal menye-menye nih dan ketika sudah membacanya habis asumsiku benar karena si penulis ("aku") sebagai tokoh utama dalam buku ini hanya mengulang-ulang penyesalannya seuasai berpisah dengan kekasih.

Penulis benar-benar lihai dalam menggambarkan tokoh "aku" yang susah move on dan bagaimana berusaha melakukan aktifitas tanpa terbebani rindu dan bayang-bayang mantan kekasih, meski di tiap suratnya selalu berakhiran "masih merindukanmu" membuatku cukup greget. di sisi lain penulis tidak ingin perasaan cintanya merepotkan sosok gadis yang dicintainya, di sisi lainnya lagi masih berharap surat-surat yang dikirimnya ini dibaca.

Tapi aku sangat menikmati buku ini karena sedikit related dengan aku dan cara aku enjoy dengan buku ini karena aku mengukur dan membandingkannya langsung dengan diriku "udah seberapa parah ya", "oh ga sampe", "oh gini caranya untuk bangkit kalo di posisi ini".

kutipan terfavorit;

"Keadaan akan memburuk tapi kita akan bertahan. Kondisi ini tidak akan abadi, hidup selalu bergerak, dan kemungkinan-kemungkinan baru akan lahir. Kita tak pernah stagnan. Kamu dan aku akan selalu punya alasan baru untuk hidup, menjalani apa yang ada, atau memulai sesuatu yang baru." hal. 79
Profile Image for lia.
32 reviews1 follower
January 16, 2022
Dibalik buku tertera keterangan fiksi, tapi saya pikir 41 pesan di dalam buku ini benar-benar ditujukan untuk mantan kekasih Arman Dhani yang ia inisialkan dengan M.

Membaca Yang Ditulis Usai Berpisah seperti mereka ulang adegan-adegan yang saya alami setelah putus pada tahun 2019. Buku ini menceritakan emosi yang dialami penulis setelah patah hati besar. Hilang harapan, berusaha optimis, jatuh lagi, sampai akhirnya ikhlas yang bisa dilakukan.

Ada bagian di mana penulis ingin mati saja setelah di PHK dari tempat kerjanya. Saya gemetar pada bab tersebut. Memang ketika patah hati tidak ada yang ingin dilakukan selain menyibukkan diri sendiri.

Sebagai penutup, Arman Dhani membuktikan bahwa tidak ada yang sederhana dari urusan putus cinta. Sekecil apa pun perasaannya, mereka tetap ada dan tidak ada yang terlalu menye dengan itu.

Sayang sekali catatan ini ditulis tanpa keterangan waktu. Mungkin jika ada, ia akan menjadi pelengkap betapa panjang dan sulitnya proses pemulihan dari sebuah perpisahan.
Profile Image for Endrapta Dhiaz.
25 reviews1 follower
December 1, 2021
The last half of the book really got me smirking and contemplating.

Setengah terakhir dari buku ini berhasil nge-explore lebih luas dari sebuah keheningan. Ditinggalkan seorang kekasih yang sudah berhubungan selama tiga tahun memang tidak mudah. Dan tentu bukan hanya sekadar move on atau belum. Semuanya jauh lebih luas dari itu.

Penulis dengan manisnya menceritakan sebuah kesunyian dari hidup seseorang. Sendiri yang harus dihadapi, sakit yang perlu dialami.

Penulis banyak bermain dengan narasi kesendirian. Bagaimana hidup si karakter berbalik 180 derajat setelah ditinggalkan sang kekasih, menambah esensi kesendirian itu menjadi lebih dahsyat.

Penyusunan diksi dan kalimat di buku ini saya kasih dua jempol. Menarik dan kelugasannya patut diapresiasi.

Cuman, ya, gitu. Saya blom bisa kasih bintang lebih banyak karena keterikatan dgn cerita. Mungkin kelak saya akan kembali ke buku ini ketika sudah berada di posisi si karakter.
Profile Image for Wiwit Astari.
35 reviews1 follower
April 30, 2021
Membaca buku ini rasanya seperti mengikuti fase-fase berpindah. Tulisan setiap chapternya singkat namun kaya akan rasa. Mulai dari penyesalan, penolakan sampai merelakan dan kelabilan semuanya ada di sini. Saya seperti diajak untuk menerima perasaan usai berpisah, mengikuti alur sampai pada akhirnya menyadari bahwa proses berpindah tidak harus cepat.

Buku ini mungkin berisi patah, tapi buku ini juga mengajarkan bagaimana cara kita untuk bisa terus berjalan dan biarkan rasa untuk terus berproses semestinya.

"Aku percaya, segala hal yang membuat kita resah, atau apa pun yang kita pikir sebagai akhir cerita, pada satu titik akan selesai dan hidup menjadi baik. Yang perlu kita lakukan adalah hanya bertahan sebisanya" (hlm 22).

Buku ini mengingatkan pada lagu Banda Neira "Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti". Bahwa patah akan menemui tumbuhnya. Selamat membaca dan berproses rasa.
Profile Image for Agung Wicaksono.
1,089 reviews17 followers
May 14, 2021
Patah hati memang menyakitkan. Seperti yang ditulis Arman Dhani di buku ini. Ia menulis segala hal yang dirasakannya sejak berpisah dan mengakui kesalahannya di masa lalu terhadap mantan pacarnya. Meskipun demikian, ia berusaha untuk memahami semua yang terjadi dan secara bertahap mulai bangkit serta berintrospeksi diri.

Manusia memang tidak sempurna. Yang bisa kita lakukan adalah mengevaluasi diri, sehingga kesalahan di masa lalu tidak terulang kembali dan segera diperbaiki. Begitu juga kisah cinta. Kita harus bisa mencintai diri sendiri dulu sebelum mencintai orang lain. Selain itu, kita juga harus berani mengakui kesalahan dan kekurangan di dalam diri; sehingga saat kita sudah siap kembali menjalani hubungan asmara, kita telah menjadi pribadi yang lebih baik.
Profile Image for Shendi C.
Author 1 book
June 8, 2021
Buku patah hati tidak pernah se menyakitkan ini

saya kira kita belajar banyak dari tulisan arman dhani tentang cara dia menyintas rasa sakitnya, tulisannya rapuh dan putus asa, tapi diikuti oleh gaya tulisan dia yang khas satir dan penuh realitas di keseharian.
dalam tulisannya yang selalu dia akhiri dengan kalimat

"Aku masih mencintaimu,M, sungguh mencintaimu"

ia mencoba berproses untuk merelakan ingatannya yang penuh oleh mantan pacarnya, setiap hari dia menyintas untuk bisa bertahan ditengah hidup yang brengsek karena pandemi dan dia menganggur, tahun yang sulit untuk dia bertahan hidup, namun pada akhirnya dia sadar bahwa sebelum mencintai seseorang dengan penuh dan seluruh, ia harus mencintai dirinya sendiri terlebih dahulu.


23 reviews
August 25, 2021
saya selalu suka melihat orang yg bisa mengolah patah hatinya menjadi sesuatu yg berfaedah. dan saya doakan semoga si penulis bisa menemukan kebahagiannya dan berdamai dengan dirinya sendiri :D

okeh, klo bagi saya sebagai pembaca, buku ini terlalu personal sampe2 saya merasa ga dilibatkan. membaca buku ini itu kaya lagi baca diarynya orang (memang iya sih, toh ini kan bukunya berisi surat2nya dia ya....) saya gtau mantannya si penulis ini siapa, jd ya emng gtau aja apa2. tapi saya bisa tau isi hati dari si penulis, rasa sakitnya dia, dsb. sayangnya saya tidak begitu relate, ya ada sih beberapa paragraf yg dirasa hmmph

mungkin buku ini cocok untuk orang-orang yang sedang patah hati dan ingin menikmati kepatahatiannya.
5 reviews
April 2, 2024
Memutuskan membaca ini usai menjalani perpisahan dengan harapan bisa membantu merengkuh rasa-rasa yang dialami pasca pisah.
Namun banyak hal yang ternyata men-trigger. Buku ini saya lebih sarankan dibaca saat kita sudah di fase (setidaknya) penerimaan agar tidak semakin kalut dan larut.
Walaupun dalam beberapa part, kesedihannya terlihat menjemukan dan bikin gemas sendiri. Sebagai pembaca, saya benar-benar melihat ketulusan penulis mencintai Mbak M, termasuk doa-doa atas kebahagiaan M.
Profile Image for Wikan Agung.
13 reviews
January 22, 2022
Sebuah kelanjutan perjalanan Arman Dhani yang sebelumnya mengalami post traumatic dari buku Eminus Dolere. Yang ditulis usai berpisah berusaha menjawab tantangan proses penyembuhan yang berat dari sebuah perpisahan. Proses bangkit tidaklah mudah namun Arman Dhani berusaha menceritakanya dalam buku ini.
Profile Image for Alfin Rizal.
Author 10 books50 followers
January 8, 2022
Hampir sama seperti Eminus Dolere. Buku ini isinya surat yang jika kita rasakan sungguh-sungguh, kita bisa menebak apa yang sebenarnya diinginkan penulis. Karena mantan memang sulit dilupakan, sebaiknya memang diluapkan saja!
Profile Image for avocatara.
94 reviews8 followers
May 13, 2022
Aku baca versi 9 Naskah Tambahan yang gratis diakses melalui Google Play books.
Buku yang bagus, dan sangat terasa kejujurannya.
Bagus, tapi aku merasa tidak perlu baca versi lengkapnya (huhuhu aku takut syedih)
Profile Image for Risan.
13 reviews2 followers
May 21, 2021
Bila buku sebelumnya—eminus dolere—membahas soal kasmaran hingga betapa perihnya sebuah perpisahan. Buku ini seperti sebuah kontemplasi ke dalam. Sebuah usaha untuk menyembuhkan luka dari sebuah perpisahan. Format narasinya masih sama: seperti sebuah diary atau surat yang tak kunjung dikirimkan si penulis.

Jika "Eminus Dolere" gaya penulisannya cukup variatif. Pada buku ini gaya penulisannya cenderung seragam dan monoton. Sehingga dibaca dalam sekali duduk, bagi saya terasa sedikit membosankan dan melelahkan. Mungkin tidak akan kentara dan lebih menyenangkan apabila menyelesaikan buku ini dengan perlahan dan jeda yang cukup. Sisi positifnya, sosok perempuan yang diceritakan terasa lebih konsisten dari satu fragmen ke fragmen yang lain.

Salah satu yang paling membekas bagi saya adalah fragmen #20. Tentang si lelaki yang ingin mengakhiri hidupnya karena perih yang terlalu. Tentang kesehatan mental. Kisah yang sayangnya masih tabu di tengah masyarakat kita. Stigma yang kerap diberikan kepada penyintas bunuh diri atau mereka yang tengah mengalami gangguan kesehatan mental.

Kalau kamu menyebut orang yang bunuh diri sebagai orang narsistik yang egois, lantas apa sebutan untuk mereka yang memaksakan orang lain hidup dalam penderitaan demikian berat, kondisi mental yang mengerikan, dan kondisi jiwa yang demikian terpuruk sehingga berpikir kematian adalah satu-satunya jalan untuk membebaskan diri dari penderitaan? (Hal. 94)

Fragmen lainnya yang saya suka adalah #24. Deskripsi Kota Padang di pagi hari. Sungai-sungai yang membelah jantung kota. Anak-anak yang bermain di tepi sungai. Nelayan-nelayan yang pergi melaut. Juga diksi-diksinya yang menggelitik.

Atau menemukan cara olah raga yang menyenangkan yang tidak membuatmu berkeringat seperti pesut yang menggelepar di daratan. (Hal. 115)

Cinta bukan soal pengorbanan tapi ia bisa jadi banyak hal, seperti obrolan telepon yang panjang, lelucon personal yang tak banyak orang tau, tebak-tebakan garing, meme lucu, juga hangat bakso di sore hari. (Hal. 115)

Satu hal yang mengganjal bagi saya adalah akhir dari buku ini. Meski si lelaki akhirnya berhasil merelakan perpisahan dan menemukan jalan untuk mencintai dirinya sendiri. Resolusi tersebut begitu tiba-tiba dan terasa terlalu cepat. Mungkin akan ada buku lanjutannya?
Displaying 1 - 21 of 21 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.