What do you think?
Rate this book


218 pages, Paperback
Published December 1, 2020

"Emosi negatif hanya akan membawa kabut dalam setiap keputusan di saat genting."

Kehancuran akibat ulah
manusia sudah sedemikian parah dan tak lagi bisa ditolerir.
Meski begitu, manusia tak mau berusaha memperbaiki.
Mereka yang kaya akan tetap berusaha mengeruk bumi
sebanyak-banyaknya. Menebarkan gas-gas beracun limbah
industri yang mereka rancang demi pundi-pundi pribadi. Pg. 7
“Darah adalah candu. Ketika manusia merasakan sensasi
menggenggam nyawa melalui cairan kental itu, maka nurani
juga rasa kasih bisa tersingkir dari sanubari. Biar saja kita jadi
rumput. Meski diinjak, kalian akan tetap tegar dan hidup. Jaga
Neysha!” Pg. 24
“Nah, Kak Fayne ini belum punya kekasih. Jadi kalau ada
pria yang bertanggung jawab, baik hati, penyabar, berambut
cokelat, baru terluka bahunya, bolehlah mendaftar jadi
kekasihnya.” Neysha berujar sambil memaju-mundurkan
kepala memberi petunjuk sangat jelas ke arah Alf. Pg. 118
“Lagi pula, harusnya Kakak senang berada di sini. Kakak
jadi bisa bertemu dengan Kak Fayne.” Alis Neysha naik-
turun menggoda kakaknya.
Pg. 142
Bagaimana orang-orang korup di pemerintahan
terus merusak dunia tempatnya tinggal. Pg. 147
“Berapa kali kukatakan jangan bertarung sambil marah.
Kontrol emosimu. Kosongkan jiwamu!” Pimpinan menjejak
tanah dan melakukan tendangan berputar telak ke rusuk
kanan Alf. “Karena emosi hanya membuat refleksmu
tertahan,” lanjutnya santai. Pg. 165
Alf mengerjap melihat pasar tradisional yang terhampar
di hadapannya. Lantai dari semen tampak dikotori sisa sayur-
mayur yang sudah layu dan membusuk. Beberapa anak kecil
tampak mengikuti dan menengadahkan tangan meminta
sedekah. Namun, Neysha menolaknya dengan halus.
“Mereka kebanyakan hanya pura-pura tak mampu. Kalau
mau menyumbang, Ibu berkata, langsung saja hampiri
rumah-rumah kumuh di tepian sungai.” Neysha menyeret
tangan Alf untuk lebih masuk ke pasar. Pg. 212