Jump to ratings and reviews
Rate this book

Kupikir Segalanya Akan Beres Saat Aku Dewasa

Rate this book
“Saat aku dewasa, kupikir aku tidak akan sakit.
Saat aku dewasa, kupikir aku akan menjadi lebih kuat.
Saat aku dewasa, kupikir aku tidak akan terluka.

Aku menulis buku ini sebagai pedoman dan tali penghubung bagi jiwa yang sakit.

Aku menulis buku ini untuk membagi pengetahuan dan ceritaku kepada orang-orang yang bermasalah dengan kesehatan mental mereka dan menderita karenanya, serta bersama-sama menemukan jawaban dari pertanyaan, ‘Lalu, apa yang harus kulakukan sekarang?’

Jika cara ini bisa menyembuhkan mereka atau menjadi sinar terang untuk membuka pintu harapan, tidak ada yang lebih kuharapkan dari itu.”

304 pages, Paperback

Published March 31, 2021

92 people are currently reading
437 people want to read

About the author

Kim Haenam

1 book3 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
67 (27%)
4 stars
119 (48%)
3 stars
49 (20%)
2 stars
4 (1%)
1 star
4 (1%)
Displaying 1 - 30 of 74 reviews
Profile Image for Nathania.
118 reviews20 followers
September 22, 2021
Buku ini tentang bagaimana kita mengenali tentang berbagai macam penyakit psikologis yg timbul di karenakan pengaruh org sekitar/ pengalaman trauma di masa kecil.

Buku ini mengajarkan saya bahwa tidak ada kehidupan yg belajar mulus dari kecil hingga dewasa. Kehidupan di masa kecil membentuk pola berpikir ketika dewasa. Maka penting sedari kecil , jikalau saya mempunyai anak nanti saya belajar memvalidasi perasaan mereka agar memperkecil kemungkinan mereka mengalami masalah psikologis.

Buku ini juga membuka mata saya, bahwa perlakuan sedari dini mempunyai efek signifikan terhadap perilaku seseorang ketika dewasa. Tidak semua kehidupan berjalan sejalan, khususnya di Korea Selatan cukup banyak masalah psikologis yg dialami terutama bagi kaum perempuan yg disebabkan perlakuan orang tua mereka yg tdk menyenangkan saat mereka kecil.

Yang terakhir penting bagi kita utk menerima bahwa diri kita sedang bermasalah sebelum kita mencari seorang psikiater/psikolog, menerima bahwa diri kita bermasalah membantu kita utk menyembuhkan luka.
Profile Image for Ela.
20 reviews4 followers
November 12, 2021
Aku sangat menyukai buku ini. Perpaduan antara teori singkat dan kisah hidup berbagai manusia membuat buku ini menyenangkan untuk dibaca. Sekaligus sebagai refleksi diri dan mengasah empati untuk lebih peka terhadap apa yg orang lain alami. Berharap semakin banyak buku tema psikologi yang memadukan antara ilmu dengan kisah-kisah orang yang pernah mengalaminya.

Buku ini juga bagus sebagai pengantar untuk belajar ilmu psikologi karena dijelaskan teori2 psikologi scr padat dan singkat. Teorinya lebih ke mental disorder.
Profile Image for Katherine 黄爱芬.
2,419 reviews290 followers
August 9, 2023
Buku ini bagus utk pengenalan awal dan gejala² penyakit kejiwaan yg umum dan banyak diidap masyarakat modern saat ini. Saya jadi tahu lebih banyak ciri/deskripsi/gejala² setiap syndrome yg dipaparkan ini. Banyak yg tadinya saya kurang tau jadi menambah pengetahuan ttg psikologi saya, spt mythomania.

Dan yg terpenting buku ini easy reading. Gampang dibaca dan dicerna oleh otak saya. Pinjam di IPusnas jg koq ini. Worthy utk dibaca.
Profile Image for svrhld.
105 reviews7 followers
July 24, 2021
Why oh why...........

Aku pikir aku bakalan suka, tapi tepat ketika aku melihat sebuah list/tabel dengan keterangan "Tes Diagnosis Mandiri Manic Disorder" dan "Tes Diagnosis Mandiri Depresi", wowwww what a total turnoff. Ini masih di halaman awal lho. Dan gaada tuh, tulisan lebih lanjut yang menyarankan untuk diagnosis lebih lanjut ke ahlinya kalau pembaca merasakan "tanda-tanda" tersebut. Lha kok jadi memvalidasi self diagnosis? Padahal kedua penulisnyaa sama sama dokter.

Lalu, menurutku banyak sekali kata kata yang gak efektif untuk sebuah buku self-help. Malah jadi membingungkan gitu. Udah gitu, buatku sendiri kayak banyak majas hiperbolanya, sehingga kesan di aku kayak lebay banget ehehe sorry for being soo insensitive.

Despite it all, topik yang diangkat dan isi dari buku ini sejujurnya bagus banget. Quotesnya banyak. Pembahasannya cukup lengkap, dari manic disorder, anxiety, depresi, hingga eating disorder sekalipun. Disajikan dengan contoh kasus di setiap chapter.

Cuma ya sayang aja, hal pertama yang saya sebutkan itu terlalu menjengkelkan.
Profile Image for Sulhan Habibi.
805 reviews63 followers
November 13, 2022
Aku suka dengan judul “Kupikir Segalanya Akan Beres Saat Aku Dewasa” karena kupikir (halah! Sama dengan judulnya) judul ini tepat banget menggambarkan banyaknya hal-hal yang menghantui kita terutama yang berkaitan dengan kesehatan mental.
Saat kecil (termasuk aku) membayangkan enaknya menjadi orang dewasa. Bisa ngapain saja dan ke mana saja tanpa ada yang melarang. Enak bisa beli ini itu karena punya uang sendiri. Membayangkan punya pekerjaan enak, uang banyak, punya mobil, dan lain-lainnya. Menjadi dewasa pun terlihat keren di mata anak-anak.

Namun, ternyata sudah dewasa kita mungkin tidak siap dengan kekecewaan, tertekan dan terbebani oleh pengharapan diri sendiri. Dikecewakan oleh orang lain. Capek oleh tuntutan orang tua, teman, rekan, atau orang lain yang bahkan tidak kina kenal. Tidak lagi menjadi diri sendiri akibat pengaruh lingkungan sekitar. Dan tentunya dihantui oleh gangguan mental karena semua itu.

Buku ini menurutku bagus untuk mengenal atau mengetahui apa saja mental disorder itu. Apa saja gejalanya. Apa saja jenisnya. Apa saja yang kira-kira dirasakan dan penyebabnya. Yang tentunya kalau merasa ada yang salah dengan diri kita, kita bisa bertindak lebih lanjut untuk menolong diri kita sendiri (tentunya dengan bantuan ahlinya dan bukan dengan diagnose sendiri). Ataupun kalau kita memiliki orang terdekat dengan gangguan mental, kita bisa lebih memhami mereka dan bisa menyesuaikan diri.

Banyak jenis mental disorder yang dibahas di buku ini. Ditulis dengan bahasa yang ringan jadi kita bisa lebih cepat memahami. Walaupun ada kesan beberapa hal diulang terus, tetapi karena aku baca tidak sekaligus, hal ini bagus untuk mengingatkan kembali. Terjemahannya pun enak. Ada beberapa tips juga yang diberikan di dalam buku ini terkait kesehatan mental. Walaupun sayangnya, tidak ada rekomendasi untuk ke ahlinya secara eksplisit - ada sih disinggu sedikit - jika kita merasa ada yang salah karena self diagnose itu bisa berakibat fatal.

Sebenarnya, bisa dibilang isi buku ini menarik, mudah dipahami, terjemahannya juga bagus, akan tetapi ada satu bab yang agak menggangguku. Ada satu bab yang menuliskan 'mengacuhkan' dalam kalimat yang sebenarnya artinya adalah mengabaikan/tidak peduli. Namun, mengapa malah ditulis mengacuhkan beberapa kali? Bukankah acuh itu artinya peduli? Hmm...

Jadi, bagi kalian yang mau tahu lebih banyak tentang kesehatan mental, buku ini sangat bisa kalian masukkan ke daftar bacaan kalian.
Profile Image for niskalabhitara.
75 reviews12 followers
Read
August 13, 2022
aku nggak ngasih rating buku nonfiksi, jadi mau review aja.

aku baca ini karena tertarik baca judul buku, tapi nggak baca blurbnya. bayanganku ini self-help book tentang ekspektasi, tekanan dan realita saat menjadi dewasa. kenyataannya, tulisan di buku ini cenderung tentang tulisan dua psikiater tentang mental health yang teoritis banget. buku ini ngebahas banyak tentang masalah mental health. OCD, depression, eating disorder, anxiety, self harm, burn-out, dll. pembahasannya juga diselipin contoh kisah beberapa orang yg punya permasalahan tersebut (mungkin pasiennya, mungkin fiktif). kalaupun fokus ke mental health, aku sebenarnya agak heran karena buku ini nggak menekankan untuk periksa ke profesional kalau butuh bantuan.

yang jelas, buku ini nggak sesuai ekspektasiku. satu-satunya bab yang kusuka itu 'Ambisi Orangtua dalam Sky Castle', karena aku nonton dramanya juga jadi bisa relate. kalo mau baca panduan dan pembahasan soal mental health sih, kayaknya aku bisa baca buku atau tulisan yang bener-bener fokus membahas secara teori kayak jurnal dsb. ini agak nanggung aja. satu-satunya yang nyambung antara judul sama buku itu cuma bagian epilog, seolah bagian itu aja yang dicomot jadiin judul biar lebih menjual. lagian apa sih hubungannya mental health dengan kupikir segalanya akan beres saat jadi dewasa? apakah karena menjadi dewasa kita jadi rentan punya banyak masalah yang bisa berujung ke mental health? agak maksa sih, meskipun bisa jadi nyambung. tapi kan, yang mentalnya bisa bermasalah bukan orang dewasa aja.
Profile Image for Roem Widianto.
83 reviews3 followers
October 9, 2021
Lagi-lagi aku membaca buku yang membahas tentang luka batin di jarak waktu yang gak berselang lama. Btw, buku ini membahas lebih banyak jenis luka batin daripada buku yang sebelumnya aku baca. Dan ini membuatku berpikir: ternyata luka batin itu banget wujudnya!

Yang aku suka dari buku ini tuh, penjelasannya entah kenapa terasa lebih dekat. Baca ini rasanya kayak ada kakak kita yang lagi curhat tentang masalahnya ataupun membahas tentang masalah orang lain ke kita. Jadi rasanya lebih ngena gitu. Bahkan aku yang baca jadi meraba-raba ke dalam diri sendiri. Kayaknya dulu aku pernah ngalamin yang kayak gitu, deh. Kayaknya sekarang aku juga ngalamin yang kayak gini..
Profile Image for Ade.
542 reviews30 followers
April 16, 2021
Please baca buku ini. Punya permasalah mental , ingin sedikit memahami gangguan mental yg kerap terjadi apalagi kita di zaman modern yang serba digital ditambah kesendirian di era pandemi, banyak PHK, kerap membandingkan diri dengan rumput tetangga.

Salah satu bacaan bagusdan informatif yg sangat layak untuk direkomendasikan
Profile Image for Yoyovochka.
307 reviews7 followers
January 5, 2023
Cukup bagus buatku, tapi kayaknya susah kasih bintang 5 karena ada yang kurang entah apa. Selalu gini kalau baca buku2 terjemahan dari bahasa Korea🥲🥲bagus isinya cuma kenapa feelnya nggak pernah dapat gt
Profile Image for Descartesius.
58 reviews1 follower
June 1, 2024
"Kebahagiaan adalah hak kita. Meskipun di masa kecil Anda memiliki pengalaman menyedihkan yang membuat Anda tidak bahagia, itu bukan salah Anda. Namun, Anda juga tidak bisa menyalahkan orang lain. Karena dunia adalah tempat misterius tempat kejadian yang tidak kita mengerti dapat terjadi. Oleh karena itu, yang bisa menentukan apakah kita bisa terbebas dari penyakit ini adalah diri kita sendiri. Itu artinya, jika kita bisa merasakan penderitaan, kita pun bisa merasakan kebahagiaan."

"Depresi bukanlah lubang, tapi terowongan. Di akhir terowongan itu, sinar terang menunggu. Oleh karenanya, betapapun menderita dan terganggunya Anda, jika Anda tidak kehilangan semangat, suatu saat hari itu pasti akan datang."

~ו°

Kesan dari judulnya, aku pikir sebenarnya buku ini teruntuk remaja yang lagi berada di fase menjadi dewasa gitu wkwk. Ternyata isinya kurang lebih yah, tentang depresi. Namun, antara remaja dengan depresi juga erat kok kaitannya. Bagus. Aku suka sama keoptimisan yang dipaparkan penulis untuk para pembaca yang mungkin sedang menjadi pasien.

Ketika liat daftar isi, ternyata di setiap bab berisi penjelasan tentang berbagai macam depresi yang tentunya mendalam. Kayak anxiety disorder, self-harm, mental breakdown, dan lainnya. Tapi ada beberapa bagian yang gak jelasin itu kok. Cocok buat para depresian. Karena menurutku, jika mungkin seseorang membaca fiksi tentang depresi, kayak Represi sama A untuk Amanda, itu cuma bikin keinget masa-masa kelam. Mungkin ketika baca ini, yah masih keinget dikit lah masa-masa kelamnya. Namun seiring dengan kamu yang membuka halaman per halaman, sinar terang juga ikut menyoroti hidupmu. Buku ini tentang keoptimisan. Apalagi menurutku, kita perlu mengetahui untuk mencegah dan mengobati. Maksudkuu, gimana kita bisa mencegah dan mengobati suatu penyakit jika kita tidak tau penyakit macam apa yang sedang dijangkiti? Wkwkwk. Makanya biasanya orang sakit tuh butuh dokter ya. Nah, karenanya, buku ini ialah obat termajur untuk kalian para depresian. Psikiater/Psikolog berbentuk buku, istilahnya, wkwkwk.

Perumpamaan/cerita yang diambil sebagai contoh dapat menggambarkan dengan jelas dan memberi pemahaman yang begitu luas. Bahkan saking realistisnya sampe-sampe aku merasa tersentil. Good. Aku suka buku nonfiksi kayak gini yang memberikan cuplikan fiksi untuk memanjakan imajinasi pembaca. Jadi, di samping ngelatih otak kiri, juga melatih otak kanan. Jadi pengen beli bentuk fisiknyaa.

Penggambaran ceritanyaa menekan sekali. Setiap ada cerita tentang seseorang yang terkena salah satu jenis depresi, aku seakan juga ikutan merasakannya. Ketika membaca bagian "Bahu lemas seperti ditimpuk batu", bahuku juga pada ikutan lemas wkwkwk dan ketika "Kepala seperti sedang ditutupi kabut" aku merasa kayak gak bisa ngeliat apa² selain warna abu-abu putih :'^ Yah mungkin penggambaran itu belum cocok dan sampai untuk menggambarkan apa yang diderita depresian, tapi lewat baca ini aja udah kebayang betapa kalutnya. Maksudku, kalo sakit fisik okelah mungkin masih bisa tidur dan masih bisa memaksa mental untuk melupakan sejenak sakitnya. Intinya, sakit fisik belum tentu juga ikut menyakiti pikiran. Tapi kalo yang sakit ini adalah mental, tidur pun jadi susah. Dan berusaha untuk tidak mengkhawatirkannya, malah semakin dikhawatirkan karena sarang penyakitnya yaa di otak sendiri. Semakin dilawan semakin memberontak. Bahkan, penyakit mental juga bisa ikut menyakiti fisik. Banyak sekali contohnyaa kan. Misal ada depresian yang bund1r, dll itu udah bisa dijadikan contoh.
Profile Image for Nanadhoi.
438 reviews45 followers
February 3, 2024
Rating sebenar : 4.6/5.0 ⭐️

Buku yang menarik untuk memahami masalah-masalah psikologi. Masalah-masalah psikologi diterangkan dalam bentuk yang mudah dan disertakan contoh
Profile Image for Astrid.
30 reviews5 followers
September 7, 2021
Kim Haenam, selaku penulis buku ini menuliskan kalimat berikut dalam sinopsis :
"Aku menulis buku ini untuk membagi pengetahuan dan ceritaku kepada orang-orang yang bermasalah dengan kesehatan mental mereka dan menderita karenanya, serta bersama-sama menemukan jawaban dari pertanyaan, 'Lalu, apa yang haru kulakukan sekarang?'
Jika cara ini bisa menyembuhkan mereka atau menjadi sinar terang untuk membuka pintu harapan, tidak ada yang lebih kuharapkan dari itu."

Dan setelah selesai membaca buku ini, menurut saya penulis berhasil mencapai tujuannya tersebut.

Untuk sebuah buku yang membahas tentang kesehatan mental, buku ini cukup kompleks namun tetap nyaman untuk dibaca karena dikemas dengan sangat baik, mulai dari bahasa yang digunakan, maupun cara penulis menjelaskan berbagai penyakit kejiwaan dengan dianalogikan melalui sebuah cerita hidup seseorang sehingga mudah bagi saya sebagai pembaca yang awam untuk memahami jenis-jenis penyakit kejiwaan dan bagaimana cara sederhana menghadapinya.

Perasaan saya menghangat ketika membaca buku ini, terutama pada beberapa bagian yang menurut saya relate dengan keadaan yang pernah saya alami. Jika saya diminta untuk merekomendasikan buku yang 'menyembuhkan' maka saya akan merekomendasikan buku ini sebagai salah satunya.

"Melihat diri kita yang lemah dan ketakutan merupakan hal yang menyakitkan, tapi dengan merasakan kesedihan dan melihat kembali dalam diri kita, kita bisa memeluk hangat diri kita sendiri. Tidak hanya itu, kita juga dapat meraih kekuatan untuk tidak melarikan diri dan bersembunyi, serta meraih kekuatan secara sehat"
-Hal. 282

Selain "healing" dan "heartwarming", buku ini juga memberi banyak insight baru karena didalamnya memuat berbagai istilah penyakit mental yang belum pernah saya ketahui sebelumnya. Kemumgkinan untuk menangis ketika membaca buku ini sangat besar, karena pengalaman yang diceritakan terasa begitu dekat dan nyata. Mungkin ini terkesan berlebihan, tapi sepanjang membaca buku ini saya merasa menjadi 'manusia' seutuhnya. Selain itu juga karena isi dari buku ini sendiri membuat saya merasa seperti akhirnya ada seseorang yang bisa mengerti.

Setidaknya walaupun sekali dalam seumur hidup, seseorang harus membaca buku ini!
Profile Image for Nur Rokhmani.
255 reviews6 followers
June 8, 2021
🏷 Kupikir Segalanya Akan Beres Saat Aku Dewasa: Hal-hal yang perlu diketahui di masa muda
✍ Kim Haenam dan Park Jongseok
📑 308 halaman
Durasi baca: 7 hari

Buku yang bikin salah sangka!
Aku pikir isinya akan bercerita tentang bagaimana saat dewasa bagi sebagian besar orang pada umumnya. Atau berisi nasihat-nasihat tentang kehidupan dewasa dan konflik yang biasa terjadi saat dewasa. Namun, rupanya ... napas yang dibawa buku ini justru tentang kesehatan mental. Kesehatan mental yan perlu dijaga, terutama ketika seseorang mulai beranjak dewasa dan mulai banyak pikiran dan sering stres. Juga tentang pentingnya orang dewasa menjaga kesehatan mental anak-anaknya, agar kelak depresi dan gangguan mental itu tak menjelma teman bagi anaknya saat dewasa.

Isi buku ini membuat aku semakin mengerti dan memahami bagaimana kehidupan orang dewasa, dan menyadari pentingnya kesadaran bagi setiap orang yang hendak menjadi dewasa.

Beberapa pesan dari buku ini yang sempat kuabadikan dalam catatan, membuat aku berhasrat untuk memiliki buku fisiknya. Sepertinya buku ini layak untuk jadi pegangan bagi orang-orang yang hendak menjadi dewasa, yang hendak mengecek kedewasaannya, atau yang ingin dewasanya baik-baik saja.

4.5⭐/5⭐ untuk buku ini!!

[] Saat berduka, kita harus merasakan dan mengakui kesedihan yang dialami. Dan dalam menjalaninya, kita butuh orang lain sebagai teman bercerita. hlm. 34-35

[] Kita harus bisa menyadari tanda yang diberikan oleh tubuh dan beristirahat sebentar. hlm. 81

[] Penting untuk mengakui bahwa kita sedih atau gagal dan menemukan keseimbangan diantaranya. hlm. 218.

[] Melihat diri kita yang lemah dan ketakutan merupakan hal yang menyakitkan, tapi dengan merasakan kesedihan dan melihat kembali ke dalam diri kita, kita dapat memeluk hangat diri kita sendiri. hlm. 300.

[]Cara untuk keluar dari kemurungan adalah dengan bergerak sedikit demi sedikit dan membuat perubahan. hlm. 302
Profile Image for Vindaa.
184 reviews2 followers
August 18, 2025
Dulu waktu kecil, pengen cepet-cepet jadi dewasa. Giliran sudah dewasa, kok rasanya pengen balik lagi jadi anak-anak. Ah, manusia 🥲

Sejak judulnya sudah menyentil banget nggak sih? Yes, aku memutuskan baca buku ini karena tertarik dengan judulnya. Dan jujur saja, aku nggak ekspektasi isinya bakal seluas ini.

Ditulis oleh dua praktisi kesehatan mental, Kim Haenam dan Park Jongseok, buku ini mengajak kita menyelami rentetan permasalahan psikologis, seperti depresi, kecemasan, panic disorder, hingga bipolar, yang sering muncul saat masa muda menuju kedewasaan.

Uniknya, ada bagian yg dijelaskan dg sistem tanya jawab sehingga lebih mudah buatku untuk memahami konteks yang dibahas. Yang paling berkesan tentu saja cara penyajian materinya yang sederhana tapi ngena dan gampang dicerna, yakni dengan contoh kasus nyata dan analogi yang relatable.

Salah satu poin kuat yg aku dapatkan dari buku ini adalah : proses sembuh dimulai dari hal kecil, mengizinkan diri untuk menangis, memberi ruang kepada diri sendiri, lalu berbicara jujur tentang apa yg kita rasakan.

Ah, membaca buku ini jadi ingat lagi pembahasan dari dokter Puty IHC bahwasanya : 90% penyakit itu datang bukan karena sebab fisik, melainkan non fisik. Relate sekali, jika bukan hati yg menangis, maka tubuh yang menangis 🥲

Jika luka yg hadir tidak kunjung direlease pelan-pelan, maka saat masalah itu selesai bukan lantas lukanya ikut hilang, justru sejak itulah dimulainya muncul penyakit fisik, seiring terlepasnya beban berat yang selama ini dipendam terlalu lama.

Beneran deh, baca buku ini seakan membukakan mataku untuk lebih aware terhadap kesehatan mental. Aku juga terbantu dari solusi yg diberikan dari setiap mental ilness, jaga-jaga siapa tau ketemu sama seseorang yang butuh bantuan.

Kesimpulannya, rahasia kedewasaan bukan terletak pada “segala beres”, melainkan pada kemampuan untuk mengenali luka, memberi ruang bagi perasaan, dan perlahan membangun diri.
Profile Image for Azfa.
293 reviews2 followers
November 20, 2021
Seperti judulnya, buku ini berisikan pembahasan tentang banyaknya masalah yang dihadapi oleh orang dewasa. Masalah-masalah itu ternyata juga ada yang berasal dari rentetan kejadian di masa lalu dan memang sering kali dianggap remeh, namun ternyata berdampak negatif pada kesehatan mental sehingga menimbulkan berbagai depresi.

Buku ini ditulis dari rangkuman tulisan Kim Haenam dan Park Jongseok sehingga keduanya ditetapkan sebagai penulis. Kemudian, dilengkapi juga dengan wawancara mengenai kegalauan kaum modern dari seorang Editor kepada kedua penulis yang di buku ini nanti disingkat sebagai "Q" dan juga berisi nasihat Kim Hyeman "K", serta Park Jongseok "P" di dalamnya.

Di antara yang dibahas dalam buku ini adalah Penjelasan mengenai depresi, Bipolar Disorder, Panic Disorder, Burnout Sydrome, Reality Denial, Dependen Personality, Self Harm, Working Mom's Distress, Parent's Ambition, Mental Breakdown, Eating Disorder, dan beberapa gangguan kesehatan lain yang lebih spesifik, yang bukan hanya berisikan teori saja, tapi juga dari contoh kasus yang penulis temui ketika merawat pasiennya.

Hampir semua pembahasan menarik untukku, karena terjemahannya juga cukup baik dan berupa contoh kasus yang relate sehingga mudah untuk diikuti. Nah, jika ditanya bagian mana yang paling membekas ? Maka ada pada sub judul, "Loneliness" yang jadinya membuatku bertanya-tanya juga pada diri sendiri tentang kesendirianku. Haha 😅

Melalui buku ini, menyadarkan bahwa pentingnya untuk meminta bantuan kepada para ahli agar gangguan yang dialami bisa segera diselesaikan, seperti beberapa kasus yang ditemui penulis atau pun yang juga dialami oleh penulis. Sangat recommended 💕

#jejak_sibuku
Profile Image for Meg ✿.
109 reviews
January 21, 2023
Tidak ada yang lebih beragam dari manusia. Pikiran dan perasaan kadang berbeda, perasaan dan perilaku pun kadang berbeda. Dalam pikiran pun terdapat berbagai macam elemen. Lewat proses itulah manusia terbentuk menjadi seorang pribadi dan itu juga merupakan proses berkembang dan jalan hidup seorang manusia. Namun, seumur hidup kita, kesempurnaan itu tidak pernah tercapai. Begitu pula kita yang seumur hidup berusaha untuk menjadi sempurna. Kemudian di saat-saat terakhir, kita menyadari manusia adalah makhluk yang tidak sempurna.

Buku ini berisi macam-macam bentuk mental health issues dengan beberapa kisah orang yang mengalaminya—dan menjadi pasien dari penulis yang notabene seorang psikolog. Idk aku ngerasa banyak sekali penuturan penulis di buku ini yang relate buatku dan somehow sedikit "menenangkan" karena merasa seperti "Oh, di luar sana juga ada yang ngerasain apa yang aku rasain, dan ternyata gini tanggapan dari psikolog soal isu ini." But, again, I just wanna say that this book is such a "little friend" (only), not a healer or helper(?). So, yeah, professional help is still needed and a priority if we are in a situation where it is no longer possible to "help" ourselves with any kind of self-help book.

Aku juga suka di mana penulis yang seorang psikolog pun mengakui bahwa dia juga mengalami beberapa keresahan dan depresi dalam hidupnya; dan dia nggak ragu atau takut buat menulis dan membagikannya di buku ini. Last, menurutku buku ini akan terasa pesannya kalo kita baca pelan-pelan atau sebagian saja setiap sesi bacanya atau nggak bisa maraton sekali duduk langsung selesai.
Profile Image for Nanda Supriani.
39 reviews5 followers
March 25, 2023
"Sepulang bekerja, mungkin pria akan berpikir, "Setelah bekerja, mari beristirahat." Namun bagi wanita, setelah sibuk bekerja dia diliputi rasa bersalah dan tanggung jawab karena tidak bisa mengurus keluarga ..." (Hal. 186)

Buku ini terdiri dari banyak BAB yang membahas kesehatan mental dengan ragam jenisnya.

Terdapat pola pada setiap penjelasannya. Biasanya penulis akan menceritakan pandangan atau pengetahuannya terhadap gangguan mental dari BAB tersebut, lalu disertai dengan contoh kasusnya, dan ditutup kembali dengan penjelasan ilmiah.

Sebenarnya kita bisa saja membaca BAB secara acak tergantung dari tema gangguan mental mana yang menarik perhatian kita, karena setiap BAB-nya tidak saling terkait. Kita juga bisa membaca sejauh mana yang kita inginkan, misal kita hanya ingin membaca penjelasannya saja atau contohnya saja. Buku ini memberikan keleluasaan bagi pembaca.

Namun pada momen yang tidak tepat, buku ini juga "membuka mata" pembaca terlalu lebar. Gangguan mental yang terlampau banyak jenisnya ternyata cukup membuat saya overwhelmed. Kok ternyata dunia setidak baik-baik saja ya?

Penjelasan yang singkat juga rentan dijadikan validasi untuk self-diagnosed. Memang sebaiknya membaca buku ini dalam pikiran yang objektif, dan jika satu-dua gelaja dari BAB-nya dirasakan, sebaiknya segera cari pertolongan profesional dibandingkan dengan mengamini apa yang ditulis.
Profile Image for Jiya.
14 reviews
July 23, 2024
Rating sesungguhnya dariku: 3,5/5

Aku kemakan clickbait dari judulnya, salahku juga nggak baca blurbnya. Kupikir buku ini mungkin bakal berisi seperti wejangan atau apapun itu yang berisi tentang masalah atau tantangan saat proses menuju dewasa dan gimana cara kita mengupayakannya, sehingga ketika dewasa kita bakal jadi pribadi yang produktif.

Meskipun buku ini di luar ekspektasiku, menurutku buku ini tetep worth untuk diselesaikan. Buku ini ternyata tentang macam-macam gangguan kejiwaan, namun berfokus pada akar dari masalah yang rupanya terjadi pada masa kecil. Menariknya, setiap bab selalu ada contoh kasus sehingga jadi lebih tergambarkan gimana perspektif dari orang yang mengidap gangguan kejiwaan (entah ini kasus nyata atau fiktif, tapi sebagai mahasiswa psikologi, buku ini jelas dapat memperluas wawasan).

Menurutku pribadi, kalimatnya agak sedikit berbelit-belit buat buku self-help (karena ini juga dibahas dari teori). Selain itu, nggak jarang juga pemaparannya tidak ada sejenis pengingat untuk tidak self-diagnose. Sangat disayangkan juga penulis sempat memaparkan gejala dari episode manic dan depresi yang merupakan bagian dari bipolar. Tertulis "Tes Diagnosis Mandiri" dengan sangat jelas, padahal kedua penulis diketahui ternyata seorang dokter. Sangat disayangkan saja karena proses diagnosis tentu nggak hanya melihat sejumlah gejala yang ada, tapi harus diteliti lebih lanjut dan butuh observasi berkali-kali.
Profile Image for ~ Dra.
120 reviews3 followers
October 13, 2023
Alasan Membaca:
Hal yang membuat gua mau membaca buku ini karena judul bukunya yang cukup "catch my attention". Bagaimana tidak? Karena dulu waktu gua masih remaja, gua mikir bahwa nanti pas gua dewasa, pasti semua "will get better as time goes by, but in reality, it's not that simple, ferguso".

Personal Thought:
Membaca buku ini perlahan mengajak gua ber-contemplate dengan topik-topik yang dibahas dalam buku ini dengan diri gua sendiri. Topik-topik yang dibahas dalam buku ini gua rasa terasa sangat dekat dengan hidup gua, seperti burn out syndrom, insecurity, and many others.

Dari pengalaman contemplation selama membaca buku ini, gua secara perlahan diajak untuk berpikir sejenak dan slow down. Gua coba sedikit demi sedikit menafsirkan setiap penjelasan dalam buku ini ke dalam perjalanan hidup yang telah gua jalani sejauh ini.

Gua personally, enjoyed membaca buku ini, penjelasan beserta real life example dari beberapa orang yang mengalami topik yang dibahas dari setiap chapter membantu gua untuk memahami lebih jauh konsep yang hendak diangkat/dibahas oleh penulis. Gaya bahasanya juga cukup sederhana dan mudah dimengerti.

Over all, I highly recommende this book if you want to contemplate to your life, and to know yourself better. Give it a try.

Sincerely,
Dera
Profile Image for Wita.
47 reviews4 followers
October 23, 2021
Buku yg menyadarkan saya agar tidak menyalahkan keadaan atas apa yg terjadi. Kita harus tetap hidup, dan terus memberikan perubahan yg positif.

Bagian yg paling membuat saya miris adalah cerita tentang Kau yang Tidak Bisa Menangis Meskipun Sedih, karena di bagian ini diceritakan kisah seseorang yg tidak bisa menampilkan emosi apapun, seperti mati rasa. semua itu karena tuntutan orang lain yg berkata bahwa orang yg menangis adalah orang yg lemah.

Banyak sekali kutipan yg saya suka di buku ini, misalnya:

... cara kita berpikir menentukan arah perasaan kita. Perasaan memengaruhi arah pikiran kita, dan rangkaian kejadian itu membuat siklus yang meningkatkan perasaan kita (hlm.10)

Kaum muda saat ini berpikir "Saya lebih baik hidup sendiri!" Akan tetapi, sebenarnya saya pikir itu adalah cara mereka untuk mengatakan kalau mereka ingin hidup "bersama" (hlm.43)

Tidak ada manusia yang sempurna. Entah itu hidup sendiri, atau berdua, menikah, atau tidak menikah, Anda pasti merasa kesepian dan kekurangan, tapi jika Anda hidup berdua, setidaknya rasa kesepian itu berkurang, jika masing-masing saling mencintai (hlm.263)

recommended✨
Profile Image for Maya Murti.
205 reviews8 followers
February 26, 2023
Awalnya saya kira ini buku self-help untuk orang dewasa. Ternyata isinya informasi berbagai macam gangguan psikologis, mulai dari depresi, burnout, eating disorder, dll.

Buku ini cukup bagus untuk tujuan informatif. Kedua penulis (iya, penulisnya ada dua) menyampaikan dengan cerita pasien sebagai contoh ilustrasi pada masing-masing gangguan psikologis. Tapi, sebagai pembaca yang sudah berlangganan artikel psikologi di tempat lain, saya merasa penjelasannya agak muter-muter serta kurang runut dan komprehensif.

Personal takeaway yang saya dapat dari buku ini adalah:
(1) Jangan menghindari kesempatan bersosialisasi, meskipun kita merasa social standing kita kurang dibandingkan dengan orang lain dalam suatu lingkar pergaulan. Manusia adalah makhluk sosial, mengucilkan diri bisa mengakibatkan rasa kesepian yang tidak baik untuk kesehatan mental.
(2) Berupaya untuk menjalankan hidup sehat dan teratur, seperti bangun pagi, membersihkan diri, olahraga, dsb. Ini penting dilakukan sebagai langkah maju untuk menghalau rasa depresi. Saya pribadi merasa kiat ini juga bisa diterapkan untuk kondisi down sehari-hari, haha.
Profile Image for lyra.
14 reviews
February 22, 2024
niat hati cari sebuah buku di iPusnas, terus muncul buku ini. judging book by its cover, saya pun membacanya. tanpa diduga, sesuai blurbnya, buku ini mampu membuat saya merasa "terhubung". saya takjub pada kenyataan bahwa segala hal yang saya kira hanya saya sendiri yang tahu dan sadar (dan saya kira bukan sesuatu yang serius) ternyata punya istilah, serta orang lain pun ada yang mengalaminya (juga mempunyai dampak yang serius). contohnya seperti moral macochism dan self-defeating personality.

selain itu (masih sesuai blurb), buku ini cukup berhasil menyembuhkan dan memberi sinar terang untuk membuka pintu harapan. saya jadi lebih yakin dan benar-benar meniatkan diri untuk ke psikolog—meski sebenarnya pendidikan terakhir saya adalah s1 psikologi. andai saya menemukan buku ini lebih awal, saat masih menjadi mahasiswa....

minus dari buku ini, terjemahannya kadang membingungkan. saya harus membacanya berulang kali—atau mungkin karena saya bacanya digital, bukan buku fisik. saya memang kurang nyaman kalau baca digital, bikin capek mata. overall, ini bagus banget!!
9 reviews
January 21, 2024
Book Review #iyasukabuku

Judul : Kupikir Segalanya Akan Beres Saat Aku Dewasa
Penulis : Kim Haenam & Park Jongseok
Rating on Goodreads : 4/5⭐️

*Baca di Ipusnas*

🌸🌸🌸

Aku baca buku ini karena tertarik baca judul buku.
Dalam bayanganku, buku ini tentang fakta dan realita menjadi dewasa yang tidak sesuai ekspektasi. Kenyataannya, isi di dalam buku ini adalah tulisan 2 orang psikiater yang menceritakan tentang mental health.

Sangat disayangkan Kim Haenam & Park Jongseok tidak menekankan untuk datang berkonsultasi ke profesional jika butuh bantuan. Padahal menurut saya itu point penting.

Untuk yang mau mengenal atau mengetahui apa saja mental disorder, gejalanya, jenisnya, buku ini cocok deh, karena gaya bahasanya mudah dipahami dan enak dibaca.

🌸🌸🌸

Quotes Favorite :

"Orang yang depresi hanya melihat tragedi, orang yang mudah marah hanya melihat candaan, dan orang yang tenang hanya melihat hal yang tidak berarti." (Hal 12)
10 reviews
October 22, 2025
I think I grow my liking in Korean writers about self-improvement/psychology.

This book give me a massive realization on how any experiences we dealt on younger years will eventually accumulate and become the source of our mental/psych problems. Hence, just what the title of the book said.

i'm glad this book offer justification, assurance (basically things we want to hear - in a good way for us to heal and stop blaming ourselves) throughout the journey in understanding our struggle as an adult.

I took sometime to read, stop, and flip its pages again because I need to breathe and come back to finally understand and reflect that all along, this happens to many of us. I would recommend this book to everyone who are willing to understand and learn about itself and others, so that (I wish) we can be less judgmental toward others and more willingly to accept ourself (so that we can heal as well).
Profile Image for Bookish Dungeon.
105 reviews
November 26, 2021
Menurutku buku ini sangat bagus, selain di dalamnya ada penjelasan dari penulis, buku ini juga terdapat ilustrasi permasalahan sesuai dengan topik dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang dapat membuka pemikiran kita para pembacanya.

Satu lagi keunikan buku ini, terdapat satu part merupakan sesi konsultasi. Perasaanku setelah membaca seakan aku melakukan konsultasi sesungguhnya, pertanyaan yang tertuliskan hampir mendekati dengan pertanyaan yang ada dibenakku.

Mungkin ini review terpendekku, tapi aku ingin memberitahu kalau ini benar-benar worth it untuk kalian baca terutama ketika kalian berada di umur 23 hingga 30an. Atau kamu yang baru saja menyelesaikan pendidikan sarjananya, karena kehidupanmu baru saja akan dimulai setelah kamu mendapatkan pekerjaan dan terjun di dalam masyarakat.
Profile Image for Dita Nugraha.
67 reviews
February 8, 2023
Ternyata segalanya tidak serta merta beres saat kita dewasa. Apalagi saat ada bagian dalam diri kita yang masih sakit dan belum sembuh sepenuhnya. Buku yang menyajikan teori-teori psikologi lengkap dengan contoh kasusnya. Tentang bagaimana sikap orang di sekitar, dan trauma masa kecil bisa berdampak pada diri seseorang hingga ia beranjak dewasa. Memberikan sudut pandang dari banyak sisi. Menyadarkan bahwa tiap kita punya kisah masing-masing. Diri kita saat ini pun terbentuk dari pengalaman di masa lalu, dan tidak seharusnya kita sembarangan menilai orang lain hanya dari sudut pandang kita tanpa peduli pada sudut pandang orang lain.
Menjadi dewasa bukan berarti kita punya jawaban atas segala hal, bukan berarti segalanya jadi beres. Tapi, menjadi dewasa adalah saat kita mulai bisa berdamai dengan diri, menerima dan memahami diri seutuhnya, serta belajar mengenal diri sendiri setiap hari.
Profile Image for Fhia.
497 reviews18 followers
September 4, 2022
Bukunya cukup serius ya.
Berisi tentang jenis-jenis penyakit atau gangguan mental. Menambah wawasan karena ada hal-hal yang menurut kita bisa disikapi biasa saja tapi bagi orang yang menderita salah satu gangguan tsb ternyata bisa berdampak besar dalam hidupnya.
Hanya saja ada hal-hal kurang pas untukku secara subjektif. Salah satunya tidak ada unsur berdoa, beribadah atau kegiatan yang mengandung unsur ketuhanan dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam hidup.
Dalam konteks menambah pengetahuan dan memunculkan empati buku ini bagus untuk dibaca remaja atau dewasa muda. However, never ever self-diagnose yourself, yes!
Jika menemukan gejala atau hal-hal yang dirasa mirip, alangkah baiknya segera berkonsultasi dengan ahlinya
Profile Image for Ditadelia.
181 reviews2 followers
November 30, 2022
Bagus bukunya.. Membahas beberapa jenis disorder yg berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Jadi bisa nambah pengetahuan juga kalau ternyata jenis disorder psikis itu buanyaak.. Dan sepertinya aku juga mengidap beberapa disorder kalau dilihat dari beberapa gejala yg ada di buku ini. Hehe..
Cuma mungkin karena ini buku terjemahan, ada beberapa bagian yg agak sulit dicerna kalimatnya. Ada juga beberapa disorder yg gejalanya mirip2, jadi masih agak bingung ngebedainnya. Misalnya tentang eating disorder, aku pribadi masih bingung apa bedanya anoreksia & bullimia..
But overall buku ini cukup bagus. Isinya bukan hanya sekedar motivasi atau kata² menenangkan, tapi membahas disorder dgn gaya ringan disertai contoh kasus nyata yg ditangani penulis. Rate 3,5/5.
Profile Image for July.
71 reviews2 followers
January 7, 2023
Akhirnya kelar.

Sebelumnya sempet berhenti di bagian awal karena isinya beda dengan ekspektasiku. Alasan berhenti baca juga pas itu perasaan kayanya lagi bahagia. Jadi, pas baca kaya ga cocok gitu dengan aku.

Di awal tahun ini perasaan lagi campur aduk, trus bingung cari bacaan. Pengennya buku pertama yang ku baca itu non fiksi, jadi nyoba buat lanjutin ini buku. Ajaibnya baru nyadar kalo buku ini bagus wkw apa karena lagi agak terpuruk aja ya, jadi ngerasa cocok dengan apa yang aku rasain.

Isinya juga bagus, teori di dalam buku ini juga dijelasin dengan pembahasan yang mudah dicerna. Mungkin sebagian orang ada yang ga cocok karena tergantung selera masing-masing.
Displaying 1 - 30 of 74 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.