What do you think?
Rate this book


179 pages, Paperback
First published April 12, 2021
Potret Keluarga, laiknya judulnya, merupakan kumpulan cerita pendek yang keseluruhan ceritanya memotret problematika kehidupan keluarga. Sebagian besar cerita yang dihadirkan tampil gemilang dengan balutan bahasa dan maksud yang sederhana tetapi mengena. Di dalam kisah-kisah yang terikat dengan tema keluarga itu, penulis bercerita tentang banyak hal, seperti penyesalan, perselisihan, pengekangan, dan penerimaan. Setiap cerita menyalurkan emosi yang berbeda pula, mulai dari kehangatan, kesedihan, kejengkelan, dan kegelian.
Semua cerita yang terangkum dalam buku ini bagus, tetapi yang paling berkesan adalah cerita-cerita tentang penyesalan mendalam, seperti Mungkin Bib Benar, Si Kecil, Bayi, dan Pada Suatu Pagi. Setelah membacanya, aku selalu mengantisipasi hal buruk apa lagi yang akan terjadi pada tokoh di penghujung cerita. Tidak jarang, aku menahan napas—parno. Selain itu, ada Surat Wasiat yang ditulis dengan format surat lugas, tetapi menyimpan pelintiran cerita yang tidak kuduga. Kemudian, ada Ayah, Dini, dan Dia, yang dituturkan dengan memikat, yang ceritanya paling berpotensi menjadi naskah film pendek, menyenangkan.
Sementara itu, dari enam belas cerpen, hanya ada dua cerpen yang kurang dapat kutangkap bagian akhirnya, yaitu Potret Keluarga dan 20x60x60. Masih kuingat tawa yang kuhasilkan dari membaca Potret Keluarga karena cerita tersebut sangat seru dan menggelitik. Namun, aku sama sekali tidak mendapat petunjuk sebenarnya apa yang terjadi pada tokoh Ibu? Untuk yang satunya pun sama, aku tidak tahu apa maksud dua kalimat terakhir. Selain itu, di bagian penghujung juga hanya berisi dialog, sehingga membuatku agak menerka-nerka siapa berkata kepada siapa.
Kuakui dari segelintir kumpulan cerpen yang kubaca, ini merupakan yang terbaik. Kekonsistenan penulis dalam menulis cerita-cerita yang sederhana tetapi mampu meninggalkan kesan di hati pembaca kuacungi dua jempol. Si Kecil tetap menjadi judul terfavorit! Buku pertama dari Reda Gaudiamo yang kubaca ini membuatku tidak sabar menjajal karya-karyanya yang lain.