Jump to ratings and reviews
Rate this book

Permulaan Sebuah Musim Baru di Suriname

Rate this book
Pekerja kontrak bangsa Indonesia pertama kali datang ke Suriname pada 9 Agustus 1890. Mereka ditempatkan di perkebunan tebu, kopi, dan pertambangan bauksit. Para pekerja kontrak umumnya direkrut melalui werek, seorang pencari tenaga kerja yang kerap kali tidak jujur. Bahkan cara merekrutnya, tidak jarang menggunakan ilmu mistik, dan guna-guna. Umumnya, calon pekerja itu diiming-imingi dengan janji yang muluk.

Selain dari Indonesia, datang pula rombongan pekerja dari India dan Tiongkok. Hal ini yang membuat corak masyarakat di Suriname menjadi penuh warna.

Supriono, seorang pemuda Jawa yang ikut kedua orang tuanya berangkat ke Suriname, menjadi saksi pergolakan hidup pekerja kontrak. Ia bergaul dengan segala lapisan masyarakat. Dari orang Tiongkok, Kreool, India, sampai bangsa Eropa.

172 pages, Paperback

Published May 1, 2021

5 people are currently reading
12 people want to read

About the author

Koko Hendri Lubis

5 books1 follower

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
4 (15%)
4 stars
8 (30%)
3 stars
10 (38%)
2 stars
3 (11%)
1 star
1 (3%)
Displaying 1 - 3 of 3 reviews
13 reviews
September 18, 2023
Sudah jatuh tertimpa tangga. Itu yg dialami keluarga Supriono ketika memutuskan untuk meninggalkan Klaten ke Yogyakarta. Keluarga mereka berpindah-pindah tempat, sampai akhirnya pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi tingginya angka kemiskinan di Pulau Jawa, maka diputuskan untuk mengirim tenaga kerja ke Suriname yg masih merupakan wilayah koloninya. Di tanah jajahan Belanda ini, mulai dibangun perkebunan tebu dan usaha petambangan bauksit. Kehidupan Supriono di Suriname tidaklah mulus. Hingga perjuangannya, ia berhasil menjadi seorang wartawan politik.

Dalam novel ini digambarkan kriminalisme yg dilakukan pekerja migran & pemerintah kolonial Belanda - Suriname. Sebagai golongan yang sangat tertindas, para pekerja migran melakukan hal-hal yang berbau kejahatan atas peraturan yg dibuat semena-mena dari Pemerintah Kolonial Belanda-Suriname.

Novel ini berhalaman tipis, untuk ukuran novel fiksi sejarah yang bahkan bisa sampai lebih dari 500 halaman. Namun, novel ini terasa 'penuh' dan padat, dengan berbagai macam konflik kriminalitas di dalamnya. Namun, ada yg kurang nyaman bagi saya, karena banyaknya dialog tag, dialog dalam dialog yg membingungkan.
5 reviews
November 15, 2025
📆 Sabtu, 15 November 2025
📍 iPusnas

Keluarga Supriono pindah ke Suriname menjadi buruh, karena kebijakan Belanda untuk mengurangi jumlah penduduk di Jawa. Sebuah permulaan dalam kehidupan Supriono tinggal di negara yang jauh dan bersama orang dan budaya asing. Seperti Belanda, Kreol, Tiongkok dan India. Sebagai anak yang pintar dan juga rajin, Supriono bisa sekolah hingga menjadi wartawan. Selama tugas menjadi wartawan, ia meliput berita kriminalitas juga pemberontakan etnis. Hingga ia berhasil mendirikan sebuah komunitas Jawa untuk dapat membantu saudara sebangsanya.

Buku ini membawa kita kembali ke masa sebelum perang dunia ke dua, dimana Indonesia dan Suriname masih dijajah oleh Belanda. Kita jadi paham bagaimana perlakuan Belanda serta banyaknya penduduk Jawa tiba di Suriname. Penjelasannya ringkas dan mudah dimengerti, namun perpindahannya terlalu cepat sehingga feelnya jadi kurang. Lalu banyak cerita yang sebenarnya bisa digali sebagai seorang wartawan. Kemudian POV dari Supriono, Mei dan orang ketiga tidak dijelaskan, sehingga cukup kebingungan ketika membacanya.
Profile Image for Soraya Nur Aina.
156 reviews1 follower
April 26, 2025
Baca karena latarnya di Suriname🇸🇷🇸🇷. Taunya aku terbatas, cuma tau Suriname banyak orang Jawa tapi ngga tau karena apa. Latar novel ini di tahun 1890. Penasaranku terjawab kenapa Bahasa Belanda banyak digunakan di sana🙂

Pemerintah kolonial belanda mengeluarkan kebijakan mengurangi tingginya angka kemiskinan di Pulau Jawa, maka diputuskan untuk mengirim tenaga kerja ke Suriname yang masih merupakan wilayah koloninya. Pekerja dari Jawa ditempatkan di perkebunan kopi, teh dan Bauksit (sumpah, baru tau ini apa LOL).

POVnya dari keluarga Supriono dan Mei Ching yang kemudian menjadi suami istri. Konfliknya berputar dengan pekerja Tiongkok dan India yang juga Migrasi ke Suriname. Karena baca ini jadi kebayang Paramaribo dan Moengo.
Displaying 1 - 3 of 3 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.