Jump to ratings and reviews
Rate this book

Kalau Kamu Ikan Jangan Ikut Lomba Terbang

Rate this book

249 pages, Paperback

Published March 1, 2021

5 people are currently reading
59 people want to read

About the author

Emha Ainun Nadjib

92 books484 followers
Budayawan Emha Ainun Nadjib, kelahiran Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953, ini seorang pelayan. Suami Novia Kolopaking dan pimpinan Grup Musik KiaiKanjeng, yang dipanggil akrab Cak Nun, itu memang dalam berbagai kegiatannya, lebih bersifat melayani yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik dan sinergi ekonomi. Semua kegiatan pelayannya ingin menumbuhkan potensialitas rakyat.

Bersama Grup Musik KiaiKanjeng, Cak Nun rata-rata 10-15 kali per bulan berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, dengan acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung. Di samping itu, secara rutin (bulanan) bersama komunitas Masyarakat Padang Bulan, aktif mengadakan pertemuan sosial melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat.

Dia selalu berusaha meluruskan berbagai salah paham mengenai suatu hal, baik kesalahan makna etimologi maupun makna kontekstual. Salah satunya mengenai dakwah, dunia yang ia anggap sudah terpolusi. Menurutnya, sudah tidak ada parameter siapa yang pantas dan tidak untuk berdakwah. “Dakwah yang utama bukan dengan kata-kata, melainkan dengan perilaku. Orang yang berbuat baik sudah berdakwah,” katanya.

Karena itulah ia lebih senang bila kehadirannya bersama istri dan kelompok musik KiaiKanjeng di taman budaya, masjid, dan berbagai komunitas warga tak disebut sebagai kegiatan dakwah. “Itu hanya bentuk pelayanan. Pelayanan adalah ibadah dan harus dilakukan bukan hanya secara vertikal, tapi horizontal,” ujarnya.

Perihal pluralisme, sering muncul dalam diskusi Cak Nun bersama komunitasnya. “Ada apa dengan pluralisme?” katanya. Menurut dia, sejak zaman kerajaan Majapahit tidak pernah ada masalah dengan pluralisme. “Sejak zaman nenek moyang, bangsa ini sudah plural dan bisa hidup rukun. Mungkin sekarang ada intervensi dari negara luar,” ujar Emha. Dia dengan tegas menyatakan mendukung pluralisme. Menurutnya, pluralisme bukan menganggap semua agama itu sama. Islam beda dengan Kristen, dengan Buddha, dengan Katolik, dengan Hindu. “Tidak bisa disamakan, yang beda biar berbeda. Kita harus menghargai itu semua,” tutur budayawan intelektual itu.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
14 (25%)
4 stars
35 (63%)
3 stars
5 (9%)
2 stars
0 (0%)
1 star
1 (1%)
Displaying 1 - 11 of 11 reviews
Profile Image for Alif Indiralarasati.
18 reviews
May 9, 2021
Buku yang sangat menenteramkan dan membuka pikiran bagi yang merasa pikirannya sempit dan menjadi satire bagi mereka yang melihat dunia dengan cara pandang terkotak-kotakkan. Gaya kepenulisan Cak Nun dengan bahasa yang "merakyat" makin membuat nyaman membaca buku ini. Sangat direkomendasikan bagi siapa pun yang ingin belajar agama tanpa terlalu "teologis"
Profile Image for Nur Rokhmani.
255 reviews6 followers
May 26, 2021
*Buku Bikin Melek*

📖 Kalau Kamu Ikan Jangan Ikut Lomba Terbang
✍ Emha Ainun Nadjib
📑 249 halaman
Durasi Baca: 5hari

Diselesaikan kemarin, menjadi buku yang menemani saya menikmati sepuluh malam terakhir Ramadhan. Menyelingi kejaran target yang lain yang tengah dilangitkan agar terlampaui.

Buku ini berisi catatan pemikiran Cak Nun. Tentang betapa kita ini diciptakan berbeda. Tentang sesungguhnya apa yang harus benar-benar kita penting-i, apa yang harus kita kejar, apa yang harus kita lakukan.

Sebuah catatan yang membuat saya merenung. Juga acapkali dibuat berpikir. Meski tak semuanya yg ditulis di buku ini saya setujui. Tapi itu indahnya kita bukan? Kita memang dicipta berbeda.

Bahasanya ringan dan memudahkan kita memahami. Auranya santai, tak melulu pakai bahasa baku, dan murni tak ada kiasan. Semua ditulis secara gamblang. Natural sebagaimana Cak Nun berbicara.

Semoga buku ini jadi wasilah kebaikan. Juga, jadi lahan penyadaran. Kadangkala, kita terlalu ribut ingin jadi apa yang gak perlu buat kita. Kita terlalu sibuk ingin terbang padahal kita hidup di lautan. Kita terlalu sibuk ingin bebek padahal kita ayam. Kita terlalu ingin apa yang ada diluar kita, lalu lupa mensyukuri nikmat yang ada.
Profile Image for Amelya Septiana.
3 reviews
January 11, 2023
Salah satu insight yang aku dapat dari buku ini ialah "jika kita mencari pekerjaan atau menetapkan suatu tujuan, maka carilah pekerjaan atau tujuan yang semakin mendekatkan kita kepada Allah, dan semakin membuat kita berlaku lemah lembut terhadap hamba-hamba Allah yang lain"

Kita diciptakan berbeda, se-custom itu, se-privillege itu lho... Jadi, ga perlu membandingkan diri dengan orang lain, ga perlu iri dengan rezeki orang lain, dan ga perlu memupuk hasad, iri, dengki dengan kelebihan yang dikasih Allah ke orang lain. karena kita juga diberi kelebihan oleh Allah. '

Dengan gaya khas Cak Nun, buku ini diceritakan dengan gaya yang santai tapi penuh insight...

Kita fokus upgrade diri kita menjadi versi terbaik diri kita, seirama dengan judul buku ini kalau kita 'ikan', ga usah ikut lomba terbang, ikutnya lomba berenang ajaa biar kita bisa menang karena itu memang 'arena' kita .. hehe
Profile Image for Gomdori Maru.
9 reviews
September 4, 2024
Ini buku caknun pertama yang bisa saya selesaikan, dulu pertama baca karya caknun itu yg tuhanpun berpuasa jaman smp, dan masih susah mencerna, buku ini bahasanya lebih ramah untuk orang-orang biasa seperti saya, rasanya kayak denger caknun ngomong langsung di depan, selain mengajak untuk melihat dunia dengan berbagai sudut, cak nun dalam buku ini jg menyadarkan bahwa kita harus bisa mencintai diri sendiri , percaya diri sendiri dan tentunya percaya pada setiap kuasa tuhan.bacaan yg cocok untuk yg mengalami quarter life crisis pokoknya
Profile Image for Ajeng.
15 reviews2 followers
May 26, 2022
Baca buku ini seperti ada suaranya, karena sambil membayangkan Cak Nun berbicara di forum. Beliau selalu tabligh, pemikirannya dikemas ringan agar mudah dimengerti dan tepat sasaran.

Bukunya santai, tapi bahasannya luas sekali. Ada beberapa hal yang saya pribadi tidak sependapat, tapi gak masalah. Saya memilih agree to disagree.
Profile Image for Farajour.
15 reviews1 follower
March 28, 2023
Genre islam populer, gaya penulisannya sangat luwes. Selama baca ini, kebanyakan ngangguk, diem, mikir, berusaha mencerna dan akhirnya "Oh". Ga sedikit juga ngedebatin isi gagasan dengan isi kepala :v
Profile Image for Khanza Jasmine.
5 reviews1 follower
July 23, 2021
Bahasanya sangat merakyat, topiknya hampir2 berat tapi pemilihan frasa gak pakai bahasa bahasa yang tinggi. Seperti buku2 cak nun lainnya, banyak perspektif2 unik yang disampaikan. Dan yang terbaik adalah, Cak Nun tetap mengingatkan kita buat cari kebenaran dari pemahaman kita sendiri. Jangan ikut2. Pelajari dari nabi, ijtihadnya masing2, beda ijtihad bukan berati ijtihat kita yg paling benar. Paling suka, buku Cak Nun selalu ada koreksi dalam penggunaan kata. Kata yg selama ini kita pakai, ternyata secara etimologi kurang tepat. Semoga lebih banyak lagi buku yg bisa di buat sama Cak Nun.
Profile Image for Nanas Firmansyah.
74 reviews11 followers
November 27, 2021
saya selalu membaca ini berulang-ulang ketika saya merasa down. cak nun being cak nun!
Profile Image for Aira Zakirah.
173 reviews8 followers
October 27, 2022
Seperti buku-buku Cak Nun lainnya, selalu memberi sudut pandang baru dalam melihat berbagai macam fenomena sosial.
Displaying 1 - 11 of 11 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.