Juliet's a worrywart, and no wonder! Her little sister, Oaf, follows her around taking notes and singing 'The Irritating Song' all day long. Her parents are always arguing about Dad's junk. Nana's so tired of craft lessons that she starts barbecuing things in the middle of the night. And Juliet's friends, Lindsay and Gemma, are competing to see which of them is Juliet's best friend. Juliet can't fit in any more worries!
But then she makes a remarkable discovery. Behind the wallpaper in her new bedroom, Juliet uncovers an old painting of a very special tree. Nana remembers it well. It's the Worry Tree, and with the help of a duck called Delia and the other Worry Tree animals, Juliet just might be able to solve some of life's big problems.
I was almost ten years old when I rejoined my family. My younger sister was an independent one, well she took over the first born's role for years, whilst I dependant to almost everyone around me.
I was struggling to adapt my own family's routine. I love chocolate milk, my sister said plain. I had had to be at home at 1.30 pm, she had the freedom to do anything she wanted to after school.
When I was an innocent child -ehem-, I worried a lot when my school's uniform was not ready I worried when I couldn't find my socks I worried when Bruno, my Golden Retriever old dog, ate any paper money he saw in the house (I wonder if the paper they used tasted that good) I worried a lot when my friends talked to each other but not to me I worried when my father and mother didn't talk for the whole day (my father watched some World Cup games with his friends and went home in the morning) I was scared to death when I crashed my father's brand new motorcycle When I accidentally freed one of my father's exotic birds from the cage, I considered the option to be a nun I cried a lot when my other dog, Blacky, was missing and it was raining outside (it turned out he couldn't even move because of a fever and I gave him Vicks Formula 44, best syrup for the family hehe) I worried what would my classmates say about my shorty hairstyle I worried when my first of many pimples began to decorating my face and so on and so on
Basically I worried about thousands things in my life when I was a child. Don't we all do? And it's psychologically great to have a Worry Tree near us in any shapes, a painting or a bonsai, to help us dealing with all kind of worries. It's quite similar to have someone to talk to about our problems and sort out the best way to deal with them.
***
Roos a.k.a Miss Dory makasih buat pinjaman tak sengajanya Ninus a.k.a ketua narsis makasih buat terjemahannya yang asyik Miz Anna maaf mia baca duluan hehe Naga Item a.k.a api akyu duluan yah *wink wink*
Pertama kali lihat buku ini memang sudah suka ma covernya, terus judulnya pohon...duh Cintaaaaaaaaaa banget ma pohon. Dan yang mengejutkan ternyata ini hasil terjemahannya Ninus Sang Ibu Ketua Narsis di Goodreads....wakakakakakkkk...Good work,Nus. I really enjoy read this book.
Oke selebihnya adalah Spoilers yah teman-teman. Kenapa dinamakan The Worry Tree atau Pohon Cemas? karena dibuku ini ada gambar sebuah pohon yang besar dengan 6 cabang dan 6 binatang yang akan membantu mengatasi semua kecemasan, yang bertengger dicabang-cabangnya tersebut dan perkenalkan, mereka adalah: 1. Wolfgang, si Wombat, dia mengurusi kecemasan tentang teman-temanmu. 2. Petronella, si Babi, dia mengurusi kecemasan akan masalah-masalah di sekolahmu. 3. Gwyneth, si Kambing, dia akan membuatmu merasa lebih baik saat kau sakit. 4. Dimitri, si Anjing, dia akan membantumu mengatasi kecemasan akan keluargamu. 5. Piers, si Merak, dia lah yang bertugas mencemaskan akan barang-barang yang hilang. 6. Delia, si Bebek, dia tahu bagaimana sulitnya membiasakan diri terhadap perubahan-perubahan akibat pindah rumah, pindah sekolah bahkan pindah kamar tidur. Dan, di Pohon Cemas tersebut ada Lubang pada Batang Pohonnya, disitu adalah tempat yang nyaman mengatasi kecemasan-kecemasan akan hal yang tak bisa digambarkan.
Yups, Juliet merasa semua beban ada padanya, cemas akan Ayah dan Ibunya yang bertengkar setiap hari, Neneknya yang tidak bahagia karena merasa tua, Adeknya yang manja dan suka sekali iseng padanya, belum teman lamanya Lindsay dan teman barunya Gemma yang berebut ingin menjadi sahabat terbaiknya dan Hugh si anak nakal disekolah yang menambah gatal-gatal alergi pada kulitnya karena setiap cemas, kesal dan marah Juliet langsung merasakan ruam-ruam diseluruh kulit tubuhnya. Saat menemani Neneknya kekamar barunya, Juliet menemukan sebuah lukisan tua dibalik kertas pelapis dinding kamar tidurnya yang baru itu. Setiap sebelum tidur Juliet selalu menceritakan kecemasannya pada binatang-binatang dipohon tersebut, dengan cara menceritakan apa yang dia cemaskan sepanjang hari itu dan menyimpulkan kecemasannya menggunakan ibu jari dan telunjuknya kemudian menggantungkannya di salah satu cabang pohon dengan salah satu binatang sesuai tugas binatang tersebut. Dan memang binatang-binatang tersebut secara ajaib membantu mengatasi kecemasan-kecemasan Juliet satu per satu.
Yah Juliet kecil mengingatkanku saat aku masih kecil dulu, kita empat bersaudara, selalu tidur satu bed dengan Bapak dan Ibu. Setiap sebelum tidur kita berempat bergiliran diwajibkan untuk menceritakan kegiatan apa saja yang kita lakukan hari itu, disekolah atau saat bermain dan dengan siapa saja kita berinteraksi, entah itu teman, guru, nenek-kakek, sepupu sebelah rumah ataupun orang-orang yang kita temui dijalan. Maklum dulu Bapak menyekolahkan kita di sekolah yang jauh dari rumah. Dari cerita tersebut kadang Bapak dan Ibu bahkan adek-adek jadi tahu siapa teman-teman kita tanpa ketemu muka, dan saat mereka bertemu muka pun mereka langsung mengenali siapakah teman-teman kita tersebut. Dan biasanya mereka akan bilang, "O..yang ini tho si Anu atau si Itu". Padahal mereka baru bertemu. Dan bagusnya kegiatan itu masih kita lakukan hingga sekarang kita sudah besar, berkeluarga dan punya anak. Ternyata sangat berhasil untuk tetap sayuk rukun dengan saudara. Bahkan dari kebiasan itu, bisa menyatukan teman-teman kita yang belum pernah kenal dan bertemu dirumahku. Rumah biasa dijadikan base camp karena hal tersebut.
Itu masih satu keluarga, coba bayangkan bila setiap lebaran kita pulang kerumah nenek dan kakek semua anak (9 orang)plus mantu (9 orang juga) dan cucu-cucu yang jumlahnya hampir 40an tidur disatu ruangan...Kalo Nenek bilang koyo bandeng ditoto (maksudnya kayak ikan bandeng yang diatur membujur). Tambah rame kan..dan saat itu adalah saat hilang semua kecemasan karena kita berada diantara orang-orang yang kita cintai.
Saya termasuk seseorang yang tumbuh dengan watak pencemas, meskipun sebenarnya kata "cepat-panik" lebih mewakili pribadi saya ketimbang sekadar cemas. Gampang gugup, minder-an, dan gak pede. Itu semua, tentu saja, ujung-ujungnya merepotkan diri sendiri, karena apapun yang saya lakukan/ucapkan dalam keadaan panik, jelas makin memperparah kondisi saya.
Berangkat dari pengalaman pribadi itulah saya mencomot novel anak-anak ini dari stan Serambi di Islamic Book Fair 2010 yang digelar beberapa waktu lalu. Saya terhipnotis pada judulnya dan harapan adanya saran penulisnya tentang bagaimana mengatasi sebuah kecemasan.
Awalnya saya berasumsi akan ada sedikit pernik fantasi-magic dalam novel ini jika melihat ilustrasi sampulnya (depan-belakang) bergambar sebuah pohon yang di beberapa cabangnya “nangkring” hewan-hewan yang sebagian mustinya tidak bisa berada di situ. Ada wombat, kambing, burung merak, anjing, babi, dan bebek putih. Imajinasi saya langsung terbang ke dunia fabel, dengan mengira-ira bahwa para binatang tersebut pasti bisa berbicara. Ternyata, saya keliru.
Gambar pohon beserta para “penghuninya” itu aselinya, dalam cerita, ya tetap sebuah gambar/lukisan di tembok kamar seorang gadis cilik berusia 10 tahun yang mempunyai sifat gampang merasa cemas (khawatir berlebihan). Gadis cilik itu bernama Juliet Jennifer Jones, yang apabila digunakan untuk menandai kepemilikan atas suatu barang disingkat sesuai inisialnya, JJJ. Penyingkatan ini menjadi terasa manis karena selalu diberikan perumpamaan oleh penulisnya, misal: JJJ – persis seperti tiga kail ikan berjajar (hlm: 6), atau JJJ – seperti ekor tiga monyet sedang berjajar (hlm: 24), atau JJJ – seperti tiga tongkat terbalik berjajar (hlm: 63). Cantik sekali perumpamaannya.
Kisahnya sendiri sangat sederhana, lugu, dan menggemaskan. Benar-benar khas kanak-kanak. Tema hanya seputar kegelisahan seorang gadis kecil yang mulai mampu mencerna apapun yang terjadi di dunia ini, yang ditangkap panca inderanya. Dimulai dari kekesalan akan gangguan adiknya yang jahil, kecemburuan teman lama ketika Juliet hendak menjalin persabahatan dengan teman baru, tindakan bullying yang dilakukan anak laki-laki bandel di sekolah, hingga perasaan menyalahkan diri sendiri karena orangtuanya bertengkar. Pada bagian ini saya terenyuh sekali. Berikut saya kutip paragrafnya (hlm: 86):
Gagasan itu membuatnya sedih, tetapi dia tahu itu akan memecahkan semua masalah mereka. “Stop!” serunya sambil berdiri. “Semuanya berhenti! Ini semua salahku, tetapi aku tahu cara menyelesaikannya.”
Duh! Seketika itu saya ikut merasakan beban berat yang terpanggul di pundak Juliet, gadis cilik itu, yang sedih karena melihat masing-masing anggota keluarganya mulai bertengkar dan saling menyalahkan. Adegan lain yang tak kalah harunya adalah ketika Juliet berusaha mendamaikan dua temannya yang saling berkompetisi meraih simpatinya. Gadis sekecil itu, kok bisa, ya?
Namun, jangan dipandang begitu “lapang-dada”nya si Juliet, karena pada dasarnya dia adalah anak yang selalu mengalami ruam-gatal jika dilanda kecemasan. Apalagi kalau sudah menghadapi adik kecilnya, Ophelia – Oaf, yang super ganggu dan cerewet, atau perasaan tak berdaya ketika di’gencet’ oleh cowok bengal di sekolahannya. Nah, berkat cerita dan bantuan dari Nana, neneknya, Juliet mulai mampu mengendalikan kecemasannya dengan menggantungkan rasa cemasnya itu di pohon cemas. Untuk mengetahui bagaimana caranya, silakan disimak di bukunya langsung ya…:)
Pada saat bersamaan, bahkan lebih dulu start-nya malah, saya juga membaca novel fantasy klasik anak-anak berjudul Alice in Wonderland (Lewis Carrol). Namun, jika membandingkan keduanya, saya justru lebih mudah dan nikmat melahap habis Pohon Cemas ini. Hal tersebut tentu saja karena unsur kesederhanaan cerita dan aliran plot yang runut dan gampang diikuti. Saya tak perlu berkerut-kerut demi memikirkan beragam teka-teki yang dilontarkan tokoh utama. Semuanya dilajukan pada jalan tol yang mulus dan bebas hambatan. Tenang dan menghanyutkan. Tapi, juga tetap berwarna dengan serangkaian kondisi (konflik) yang dihadapi oleh Juliet.
Bagi pembaca anak-anak novel ini dapat memberikan contoh bagaimana mengatasi masalah dan berhenti untuk mencemaskan segala hal. Sedangkan bagi para orangtua juga dapat mengambil pelajaran untuk tidak menggelar pertunjukan adu mulut (bahkan sampai adu jotos) di depan anak-anak, karena akan membawa dampak traumatik yang bisa saja sampai pada tahap serius. Dalam kasus di novel ini, timbul perasaan bersalah dari si anak karena menyangka mereka-lah penyebab cekcok kedua orangtuanya itu. Bagus, kalo si anak bisa seperti Juliet yang dengan lantang menyatakan perasaannya. Bagaimana jika si anak yang melihat pertengkaran orangtuanya itu tipe anak tertutup, bisa-bisa si anak makin tertekan dan suatu ketika meledak, bisa-bisa membawa dampak negatif yang luar biasa besar.
Maka, yang bisa saya sampaikan, untuk Anda sekalian yang sudah dianugerahi momongan, agar selalu dapat menjaga proporsi yang tepat dalam setiap pengambilan keputusan bersama pasangan Anda dalam hidup ber-rumah tangga.
Baiklah, selamat membaca, temans!
This entire review has been hidden because of spoilers.
Saya jatuh cinta dengan covernya!! Dan yang pasti kelak suatu saat nanti anak saya pasti akan saya bacakan buku ini :)
Seandainya saja sewaktu kecil saya memiliki gambaran pohon cemas di tembok kamar, mungkin mia yang sekarang bakal menjadi mia yang berbeda. Sewaktu kecil saya mencemaskan banyak hal dan tidak ada teman yang bisa diajak berbagi.
Tidak pernah disangka kehidupan saya berubah total saat mama meninggal. Tanggung jawab terbesar dari yang hanya berusaha mendapat ranking 3 besar di sekolah pun menjadi terasa sangat ringan. Secara tiba-tiba semua yang terjadi di rumah seakan-akan menjadi tanggung jawab saya.
Adik kecil berusia 3 tahun yang bandelnya ampun-ampunan. Setiap hari saya mencemaskannya (bahkan terkadang sampai sekarang masih) Saya cemas saat ia mulai masuk sekolah, saat ia ulangan sumatif, saat ia terima raport. Karena kalau raportnya jelek saya bakal kena marah bokap, dan seringnya raportnya jelek *doooh* Saya cemas dengan bokap yang mulai marah tak menentu. Saya cemas jika hasil ulangan matematika saya anjlok *berusaha niru tanda tangan bokap* Cemas lagi gara-gara takut ketahuan guru malsu tanda tangan ortu (dan sudah jelaslah ketahuan) :D Cemas jika teman di kelas tidak ngajak saya ngomong, karena saya paling ga tahan didiemin. Cemas kalau anjing saya di rumah lari keluar dan ga balik lagi, secara si manis ga pernah mau dirantai. Cemas ini itu ga penting. Seandainya saja ada binatang-binatang pohon cemas yang dapat membantu mengurangi kecemasan saya.
Berkaca dari review teman-teman gudrit yang juga membaca buku ini, sepertinya memang jaman kecil kita senderung mencemaskan yang tidak perlu dicemaskan. Mungkin 5 tahun ke depan, ketika saya membaca blog ato diary, saya bisa ngekek-ngekek sendiri kali? Ngapain juga mencemaskan hal yang ga penting :p Siapa yang tau sih apa yang bakal terjadi di depan nanti, selama kita melakukan yang terbaik, well just let Him do the rest. Kesusahan sehari, cukuplah untuk sehari.
Behold the fowls of the air: for they sow not, neither do they reap, nor gather into barns; yet your heavenly Father feedeth them. Are ye not much better than they?
i wish i read this book when i was 10 years old! when i was busy with lots of things to worry about! (read: first day at new semester had always made my stomach rumble, assessment and assessment, my cousin's camera which lens i broke, my devilish spoiled brother, what to wear for tomorrow, friend who suddlenly didn't speak to me, report card!) :)
after finish reading the book, i found out that my worriness lightened, though i did not hang them on the branch of the worry tree. well, i know i am too wise and mature (LOL) to trust a worry tree, but still, marianne brought and stole away burdens on my shoulder the moment i closed the book.
thanks a lot for the beautiful story, marianne. i shall read this for my future children. i believe pretty and innocent minds of children should be filled up with stories like this, instead of fairy tales of cinderella or snow white. oh, please, waiting for a prince to rescue you out of your world?
“Bir şeyin sihirli olmaması, içinde sihir barındırmadığı amlamına gelmez”. Endişe Ağacı sihirli değil ama bu içinde sihir barındırmadığı anlamına gelmez. Endişe Ağacının içinde 6 farklı hayvan ve her bir hayvanın ilgilendiği sorunlar var: “Vombat Wolfgang, arkadaşlık ile ilgili sorunlar ile ilgilenir. Köpek Dimitri, aile ile ilgili sorunlar ile ilgilenir. Tavşan Petronella, okul ile ilgili sorunlar ile ilgilenir. Keçi Gwyneth, kendini hasta hissettiğin zamanlar ile ilgilenir. Tavus kuşu Piers, kaybettiğin eşyaların ile ilgileniyor. Ördek Delia, değişimler ile ilgileniyor ve son olarak ağaç kovuğu, tarif adamadiğin duygulara yardımcı oluyor”. Hayvanlar ve ağaç kovuğu bir araya gelince ortaya kısacası endişelerin ile ilgilenen bir ağaç çıkıyor... Okurken çok keyif aldım. Başaladığım gibi bitirdim. Kesinlikle herkese tavsiye ederim. Sevgiler: ADA SEVEN🌳👍🏻🌳👍🏻🌳👍🏻
This entire review has been hidden because of spoilers.
A great book for kids! I wish I had this book when I was a kid...
Looking up my elementary-school-period diary (the one that I destroyed because of its 'humiliating' content), I was amazed at how worried I was for many things. Even my mom had asked me once (after she read the diary behind my back), "Dear child, what troubles you so much? You don't have to worry about everything, you know..."
"Worry Tree", Pohon Cemas, lucu banget judulnya dan tentu aja bikin penasaran pengen tau ceritanya.
Juliet, gadis kecil dengan segala permasalahan yang timbul di usianya, tanpa sengaja menemukan lukisan dinding 'Pohon Cemas' di kamar barunya, kamar yang dulu digunakan oleh neneknya ketika seumur dengan Juliet (kamar yang juga sebelumnya digunakan sebagai ruang kerja ayahnya).
Di lukisan pohon tersebut, Juliet dapat menggantungkan semua kecemasannya untuk dititipkan pada gambar binatang-binatang yang ada di sana; ada Wolfgang si wombat, Petronella si babi, Gwyneth si kambing, Dimitri si anjing, Piers si burung merak, Delia si bebek dan ada pula lubang pada batang pohon tempat menyimpan segala kecemasan yang tidak bisa digambarkan.
Segala kecemasan yang timbul, oleh Juliet digantungkannya pada pohon tersebut untuk diselesaikan sementara ia tidur dengan nyenyak. Kalaupun kemudian Juliet percaya bahwa pohon cemas itu telah membantu mengatasi semua permasalahannya, kita tentu tahu dan percaya bahwa itu hanyalah efek psikis saja. Sesungguhnya hanya YANG MAHA TAHU-lah yang membuka jalan sehingga Juliet mampu mengatasi semuanya.
Sebagai orang dewasa, tentu hal ini sangat tidak masuk akal, tetapi kalau kita termasuk orang yang memiliki kecemasan yang berlebihan dan mengalami insomnia karenanya, saya rasa tidak ada salahnya bila cara ini dicoba. Who knows ??
A small girl with a lot of worries, this book helps identify worries and ways of dealing with them in a simple and accessible way. With lots of children being anxious this book would be fantastic for any age be it a parent/guardian reading it to their child or an independent read. The book is easy to relate to and the tips Juliet uses could easily help others too. A great book!
I absolutely love this book and I can relate to it cause, my name is Juliet and I worry about a lot of stuff and reading a book about a girl with the same name as me and being a worrywart like me really calms me down
Buku ini menjadi buku yang sangat lama aku selesaikan padahal buku ini adalah buku yang banyak diisi dengan gambar lucu-lucu khas anak-anak dan hanya berisikan 110 halaman dengan tulisan yang gede-gede. Tapi entah mengapa aku sangat sulit untuk menyelesaikan buku ini.
Sedikit cerita, buku ini mungkin ditujukan untuk ibu-ibu yang akan membacakan dongeng dan cerita ke anak-anaknya atau untuk anak-anak yang berumur 10 tahun ke atas yang sudah memahami arti novel yang punya judul sangat berwarna ini.
Baiklah, buku ini adalah buku yang menceritakan bagaimana seorang anak yang bernama Juliet berumur 10 tahun yang selalu merasa kwatir dan uring-uringan dengan sedikit masalah yang tidak diinginkan olehnya. Baik dari masalah adiknya yang selalu mengganggunya, masalah teman-teman sekolahnya sampai masalah koleksinya. Apabila Juliet sudah uring-uringan mengakibatkan Juliet gatal-gatal yang menyebar ke kedua lengan dan kakinya seperti prajurit maju perang.
Sampai akhirnya dia bertemu dengan lukisan pohon dan keenam binatang yang ada di setiap cabangnya. Pertama; Di cabang kanan paling atas ada Wolfgang si Wombat. Menurut Nana nenek Juliet, Wolfgang akan mengurusi kecemasan tentang teman-temannya. Kedua; sebelah kanan ranting kedua ada Dimitri si Anjing, khusus untuk masalah keluarga. Ketiga ada si Delia si Bebek yang khusus untuk mengurusi untuk masalah membiasakan diri terhadap perubahan, baik perubahan akibat pindah rumah, pindah sekolah dan bahkan pindah tidur. Keempat ada Piers si Merak di sebelah kiri atas yang akan mengurusi untuk barang-barangku yang hilang. Kelima adalah Petronella si Babi yang akan mengurusi masalah kecemasan tentang sekolah. Dan terkahir adalah Gwyneth si Kambing yang akan menyelesaikan masalah ketika sakit. Dan ada ternyata ada lubang di tengah pohon yang khusus mencemaskan masalah yang tidak bisa digambarkan oleh Juliet.
Jadi, menurut Nana, yang harus dilakukan oleh Juliet adalah ketika dia merasa kwatir dan cemas, adalah meletakkan masalahnya ke masing-masing cabang dan binatang. Hal ini dilakukan dengan baik oleh Nana sampai pada akhir cerita akhirnya Juliet berhasil untuk mengatasi sifatnya yang terlalu kwatir.
Satu hal yang menurut gw salah dari buku ini adalah anak-anak diajarkan untuk mempercayai bahwa pohon tersebut benar-benar ajaib dan ternyata memecahkan masalahnya. Akhirnya si anak akan terus percaya akan keajaiaban pohon ini.
Bukan berarti review buku ini gw kait-kaitkan dengan ajaran agama tapi hanya sedikit berusaha mencari yang benar dari beberapa buku yang kubaca. Menurut gw buku ini kurang cocok untuk diceritakan ke anak-anak gw kalo gw dah punya anak akhirnya. Karena apa, karena di dalam Alkitab sudah dikatakan bahwa semua kekwatiran itu harus diserahkan ke Tuhan bukan kepada yang lain.
Kutipan dari Alkitab: 1 Petrus 5 : 7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
Haha… Anak-anak harus dari dini diajarkan hal ini. Mereka harus menyatakan semua kewatirannya kepada Babe di Surga karena dia yang menjagai dan menyelesaikan semua masalahnya.
susah na jadi anak kecil. itulah pikiran yang kerap muncul saat kita seusia mereka. segala hal bisa jadi merupakan masalah. hubungan dengan teman, saudara dan keluarga. konflik kepentingan dan ego yang masih tinggi. bahkan tanpa sadar pun, kadang kita membawa sisi kanak-kanak itu hingga sekarang.
kemampuan untuk berpikir banyak hal bersamaan secara tidak langsung menciptakan keresahan akan banyak hal juga. banyak yang bisa diresahkan dan kanak-kanak memilih untuk meresahkan semua na. ingin bicara, tapi pada siapa karena tidak ada yang mau mendengar. berpikir bahwa kita masih anak-anak. menempatkan dan melihat kita dari sisi kekanak-kanakan tersebut. tapi sadarkah para orang tua, bahwa kanak-kanak juga bisa diajak bicara, bahwa kanak-kanak juga bisa berpikir dewasa disamping keinginan untuk bermain dan berlari-lari.
dan di sini kita dikenalkan pada juliet. anak pertama dari keluarga yang sering bertengkar, kakak dari adik usil yang selalu mengganggu na, teman dari sahabat yang posesif.dan banyak hal lagi untuk dicemaskan na. untuk seusia na, apa yang harus dilakukan agar bisa mengurangi cemas na? sampai akhir na... dia menemukan pohon cemas yang lama tertutup di kamar na. menjadi obat akan cemas na. menjadi tempat berbagi akan resah yang ada di pikiran na. menjadi tempat mengantungkan beban-beban na hari ini. sampai pada saat lampu dimatikan, dan... dia pun terlelap.
begitulah.... setiap saat kita punya hal-hal untuk dicemaskan. kecemasan kecil maupun besar. namun bijakkah jika kita mencemaskan semua hal. kecemasan akan hal kecil mengambil tempat sama dengan kecemasan hal besar. padahal... jika kita mau, kita bisa meletakkan satu per satu kecemasan itu dan... membebaskan pikiran kita, dari beban-beban tak kasat mata. saat semua na perlahan berlalu. sampai kita tidak merasakan na lagi.
cemas, sesuatu yang tek terlihat tapicukup mengganggu.ide tentang pohon cemas untuk mengantungkan hal-hal tak terlihat ini tidak hanya imajinatif tapi juga kreatif. membatu meletakan beban tak terlihat itu. sampai juliet... bisa menjadi pemicu awal dalam menengahi masalah-masalah yang ada.setiap orang punya jatah na, dan tak usalah mencemaskan hal-hal yang memang bukan jatah kita untuk mencemaskan na.dan itu semua akan membawa..... kelegaan :)
Juliet worries about everything in her life, from her parents’ arguments and the conflict between her two best friends to the school bully. When she moves into a new bedroom (her grandmother’s childhood room), Juliet discovers a painted tree underneath the wallpaper. Her grandmother explains that each of the animals in this “worry tree” can take care of different types of worries for Juliet while she is sleeping. With the animals’ help, Juliet eventually overcomes her seemingly insurmountable worries, assuring herself that she is “a capable person who can handle any crisis” (126).
I did not like this book even a little bit. Saccharine and predictable, it minimizes the significance of generalized anxiety disorder and OCD, and it lacks an interesting plot or characters to boot. While both the School Library Journal and Kirkus reviews praise Musgrove for her depiction of a “delightfully normal and realistically flawed family,” I found the family’s wackiness to be contrived and grating, and Juliet to be a meek, obnoxious character.
I was also particularly disturbed by the fact that Juliet’s mother, a psychologist, took no action to address her daughter’s anxiety, which to me seems clearly beyond the bounds of “normal” worrying. Juliet’s anxiety-induced rash and her obsessive organization of her collections to soothe her worries suggest a severe anxiety disorder, perhaps OCD, that necessitates treatment beyond a painted tree. Although I appreciate the fact that Juliet is portrayed as brave and capable despite her worries, I believe that this unrealistic minimization of the seriousness of anxiety disorders is detrimental to children suffering from these disabilities.
I do have to add one final positive note about this book. As a librarian, I cannot begin to express how much I appreciate the fact that the publisher included the following disclaimer on the worry worksheets at the end of the book: “Remember! If this book does not belong to you, you can do these activities on a separate sheet of paper.” That’s music to my librarian ears.
Lagi-lagi buku tentang betapa sibuk dan repotnya menjadi anak-anak. Di buku The Retired Kid, diceritakan gimana seorang anak bosan menjadi anak-anak dan memilih untuk pensiun dini.
Di buku ini, karakter utamanya merasa cemas. Banyak hal yang dia cemaskan, mulai dari adiknya yang selalu usil, teman-temannya yang menyuruhnya memilih siapa yang terbaik, belum lagi persoalan ayah dan ibunya yang makin lama makin membuatnya lebih dari cemas, belum lagi neneknya yang susah dibilangin (namanya jg uyut-uyut). Pokoknya hidupnya selalu cemas, cemas dan cemas.
Tapi kecemasannya mulai berkurang sejak ia diperkenalkan oleh Sang Uyut ke hewan-hewan yang ada di pohon cemas. Tentu aja nggak ada yang namanya pohon cemas di penjual tanaman hias. Pohon ini adalah lukisan yang dibuat oleh buyutnya dulu dengan hewan-hewan yang bertengger di tiap cabangnya.
Tiap hewan memiliki keahlian khusus untuk menangani kecemasan: masalah keluarga serahkan pada hewan A, cemas masalah sekolah serahkan pada hewan B, begitu seterusnya (maaf, ingatan buruk kalo harus nginget²)
Sebenernya awalnya gw berharap hewan² itu akan hidup dan berbicara pada dia di malam hari ketika yang lain sudah tidur. Jadi semacam teman hayalan deh, tapi bisa buat curhat. Ternyata nggak... sedikit kecewa sih, tapi itu kan gara-gara imajinasi gw aja yang terlalu liar.
Anyway, ternyata kehadiran hewan-hewan ini sangat membantu Juliet untuk menjalani hari-harinya dengan lebih ringan. Ada satu saat ketika Juliet merelakan kamarnya diambil kembali, gw ikut ngerasa sedih... huu huu huu poor Juliet. Tapi tentu saja happy ending is coming, jadi semua baik-baik saja :D
Btw, buku ini diterjemahkan oleh Ninoez, ketua genk narziz. Good one, Noez! :D
Fikir olarak güzel, bol ödüllü bir kitap. Çocuklar sevecektir. Juliet hassas, her şeyden kendini sorumlu tutabilen, yardım istemekte zorlanan, iyi çocuk olmayı seçen bir kız çocuğu. Kız kardeşiyle yaşadığı sorunlar özellikle anne-babasının pasifliğini, çözümsüzlüğünü göstermesi açısından dikkat çekiciydi. Annesi psikolog olmasına rağmen kızının okulda zorbalığa uğramasından haberdar değil. Babasının dikkat dağınıklığı var gibi. Gerçeklerden kopuk. Çocukların yaşadığı sorunları kendi başlarına çözmeleri günlük yaşama daha yakın oluyor belki de. Yetişkinler için çocukların dünyasına bakmak için ilginç olabilir. Yazarın anlatımı gerçek hayata yakın, duyguları geçiriyor.
Çeviri iyi, isimlerin okunuşlarını vermeleri faydalı olmuş. Kapak güzel. Kitabın sonunda kendi endişelerini yazma bölümü de var.
“Bir şeyin sihirli olmaması, içinde sihir barındırmadığı anlamına gelmez.” (24)
“Anne ve babası Juliet’e daima kendisini suçlu hissetmesine neden olan o yalvaran ifadeyle baktılar.” (46)
A great book for anyone who worries. I really like the ideas of handing off the worry, putting it in its place. It wraps up nicely with a Learning that not all problems are mine but are someone else's and I don't need to worry about it. Would love to see more from this author!
Herkesin, kökleri de dalları da odasının içinde olan, endişelerini dallarına asabildiği bir endişe ağacı olsa keşke.... Şahane fikir değil mi? Neden daha önce aklımıza gelmedi?
Bir şeyin sihirli olmaması, içinde sihir barındırmadığı anlamına gelmez.
"I never knew you were worries about that..." It is an all too common line. It is hard to know what goes on inside someone's head, all the more with children. The cogs turning upon things that we think go unnoticed or misunderstood, and where solutions cannot be found problems arise in their place. With the unsolved problems come blame.
Juliet a young 10 year old girl has before her a wall of worries to climb; coming from school, her friends, her family. It is all very overwhelming the answer may be found underneath the peeling wallpaper. A tool and companions she needs to master the climb and master her problems. It is a simple story, one intended for an audience of young children with a powerful message.
The book gave me cause to reflect on the differences in children; some lost in bliss of what occurs in their life and others with lingering thoughts of what is, what ought to be and what could be. Thinking, ruminating is a heavy weight to bear and it is being seen more and more in society with child activism. The problems so large that the change is negligible when it needs to be pared back to the micro rather than the macro view. It is for the latter that the book is targeted at those who feel too much and think too deeply.
Rating: 3 / 5
Recommended for children with worries and anxiety.
Slide across and hit me back with your pick of the 🖐...
Julyet’in annesi psikolog ve babası bilim insanı. Ebeveynleri oldukça yoğun çalışırken Julyet, kardeşi Ofelia ile baş etmekte zorlanıyor. Endişesi gittikçe artıyor ve hayatın neden bu kadar zor olduğunu düşünüyor. Endişelendikçe annesinin odasının kapısına yazdığı notu okuyor: “Ben her türlü krizle başa çıkabilecek kadar güçlüyüm.” Fakat bunu yapmak her zaman işe yaramayabiliyor. Julyet endişeleri yüzünden çoğu zaman tırnaklarını kemirmemek için kendini zor tutuyor. Evde kardeşi Ofelia ile yaşadıkları, okulda ise uğradığı zorbalıklar onu iyice içinden çıkılması zor bir duruma sokmuş gibi görünüyor. Bir gün anneannesi ile tesadüfen evdeki odalardan birinde duvara çizilmiş bir ağaç resmi buluyorlar. Ağacın her bir dalında bir hayvan resmi var. Anneannesi Julyet’e ağacın hikâyesini anlatıyor. Ağaçtaki her hayvanın bir adı ve her birinin bir görevi var. Romanın sonunda Julyet, anneannesine doğum günü hediyesi olarak bir endişe ağacı hediye ediyor. Kitabın sonunda, endişe ağacındaki hayvanlara ve kovuğa endişelerinizi yazarak anlatmak için bir bölüm var.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Juliet annesi, babası, büyükannesi ve kardeşi Oaf ile yaşamaktadır. Evde Büyükannesinin sırrı olan endişe ağacını keşfeder. Bu ağaç ailenin eski zamanlarından gelmektedir. Her insan gibi çocuklarında yaşamda bazı endişeleri olur, bu ağaç Juliet'in endişelerini asmak için seçtiği bir yöntem olacaktır.
" Bir şeyin sihirli olmaması, içinde sihir barındırmadığı anlamına gelmez."
“Ben her türlü krizin üstesinden gelebilecek becerikli biriyim.” “Bir şeyin sihirli olmaması, içinde sihir barındırmadığı anlamına gelmez.” s.24 “Ona sarılmak yeni pişmiş bir somun ekmeğe sarılmak gibiydi.” s.52