Jump to ratings and reviews
Rate this book

Demi Keset dan Rapet: Kuasa Vagina di Hadapan Ilmu Kedokteran dan Patriarki

Rate this book
"Kepada tubuh perempuan, telah diikatkan berutas-utas tanggung jawab. Ikatan itu tak terlihat tapi sangat erat, hingga membaur menjadi bagian tubuh itu sendiri. Ia penyusup yang menjajah tubuh perempuan."

Peremajaan vagina bukan tradisi asing bagi perempuan Nusantara. Sejak masa kerajaan Hindu-Budha, secara turun temurun para perempuan diajarkan untuk selalu merawat vaginanya agar peret, keset, sempit, dan wangi menggunakan ratus hingga rempah-rempah olahan lainnya. Zaman berkembang. Pada abad 20 perawatan vagina mulai dikenal secara luas dan populer. Galian Rapet, Galian Singset, Sari Rapet, Rapet Wangi, dan produk-produk sejenis yang dari namanya saja menampakkan citra utama yang ingin dibangun: demi vagina keset dan rapet, demi vagina "ideal". Dalam kuasa patriarki, upaya-upaya itu lantas hanya ditujukan untuk memberi kepuasan bagi laki-laki sekaligus mengesampingkan seksualitas perempuan.

Kini ilmu kedokteran modern juga punya teknologi perawatan vagina bernama rejuvenasi vagina. Perempuan melakukan rejuvenasi melakukannya atas kuasa dan kesadaran seksualitasnya sendiri, tetapi di saat bersamaan juga masih dibayang-bayangi wacana patriarki. Rejuvansi vagina bisa menjadi wujud pengekangan, tetapi juga wujud pembebasan tubuh perempuan.

176 pages, Paperback

First published June 1, 2021

4 people are currently reading
30 people want to read

About the author

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
13 (50%)
4 stars
9 (34%)
3 stars
2 (7%)
2 stars
1 (3%)
1 star
1 (3%)
Displaying 1 - 10 of 10 reviews
Profile Image for Nadia.
27 reviews
July 30, 2021
Biasanya saya merasa luar biasa malas untuk memberikan review atas buku-buku yang telah saya baca. Review yang saya berikan memiliki kecenderungan sepintas dan hanya disimplifikasi menjadi satu kalimat yang tentu tidak akan mampu merepresentasikan buku secara utuh. Namun, dikarenakan adanya usaha lebih bagi saya dalam menghadirkan buku ini di goodreads, saya merasa punya tanggung jawab moral (halah) untuk memberikan uraian singkat hasil refleksi saya setelah membaca buku ini.

Sejak dahulu, perempuan memang telah dibebankan berbagai macam tanggung jawab pada tubuhnya oleh budaya patriarki. Namun, tidak saya sangka, pembebanan tanggung jawab ini sampai juga pada area selangkangan yang konon katanya adalah bagian paling privat pada tubuh manusia. Berbagai macam mitos dilekatkan pada vagina perempuan, mulai dari mitos keperawanan sampai dengan kepercayaan adanya ibu sejati. Belum lagi wejangan-wejangan patriarkal semacam "supaya memuaskan pasangan" dan "agar rumah tangga harmonis" yang seolah melahirkan tanggung jawab bagi perempuan untuk mengkondisikan dirinya tunduk pada budaya patriarki.

Secara singkat, mengingat keterbatasan halaman buku ini (174 halaman sudah berikut daftar pustaka dan biodata penulis), Angela Frenzia Betyarini berhasil menggambarkan keterbatasan perempuan atas seksualitasnya dihadapkan dengan teknologi, mitos, kesehatan, kondisi ekonomi serta sosial dan budaya patriarki yang langgeng.

Setelah membaca buku ini dan melihat betapa banyaknya tanggung jawab yang diharapkan oleh masyarakat patriarkis untuk diemban perempuan, pada akhirnya, yang saya percayai adalah perempuan hanya bertanggung jawab atas kebebasan dan pilihan dirinya sendiri, baik pilihan untuk tubuhnya maupun seksualitasnya.
Profile Image for Gita.
105 reviews46 followers
September 17, 2021
Saya menamatkan buku ini dalam sekali baca dengan durasi di bawah dua jam. Bukunya memang tipis, tapi isinya cukup membuka mata saya. Buku ini merupakan perkenalan saya ke vaginoplasty secara lebih dalam, karena sebelumnya saya cuma pernah dengar saja soal itu. Ada testimoni perempuan yang pernah melakukan vaginoplasty demi kepuasannya sendiri di buku ini. Dijelaskan juga bagaimana hubungan vaginoplasty dengan patriarki, persis seperti yang disuguhkan judulnya.

Sepanjang membaca buku ini, saya mendengar lirik lagu "Nightmare" karya Halsey yang berbunyi, "I'm tired and angry, but somebody should be." Banyak sekali kalimat-kalimat tentang represi terhadap perempuan, khususnya tubuh dan seksualitasnya, yang mengingatkan saya terhadap kejadian-kejadian yang pernah saya alami sendiri atau cerita-cerita dari teman-teman dan keluarga saya yang perempuan.

Buku ini membuat saya lebih mengapresiasi tubuh saya sendiri dan menumbuhkan semangat dalam diri untuk mempertahankan otonomi atas itu. Plus, gambar cover-nya yang cantik membuat saya ingin makan jeruk Bali, hahaha.
Profile Image for Rara Auliyah.
3 reviews
Want to read
July 25, 2025
“Kepada tubuh perempuan, telah dikaitkan berutas-utas tanggung jawab. Ikatan itu tak terlihat tapi sangat erat, hingga membaur menjadi bagian tubuh itu sendiri. Ia penyusup yang menjajah tubuh perempuan.”

Begitu lah kalimat yang kutemukan di buku yang berjudul "Demi Keset Dan Rapet: Kuasa Vagina di Hadapan Ilmu Kedokteran dan Patriarki". Ada beberapa hal menarik yang kutemukan dalam isi buku ini. Pertama, aku baru menyadari kebijakan "Keluarga Berencana" merupakan propaganda/program nasional yang sebagian besar kegiatannya mengontrol tubuh perempuan. Keluarga Berencana yang begitu familiar pada lingkungan kita lebih banyak menekankan penargetan kontrasepsi hanya fokus pada perempuan. Ketimpangan tersebut sebagian besar akibat dari penyediaan alat kontrasepsi oleh negara yang jenisnya lebih banyak ditujukan untuk perempuan, seperti intrauterine device (IUD) atau spiral, suntik, pil, susuk atau implant, dan tubektomi (sterilisasi perempuan). Sedangkan untuk laki-laki, opsi yang tersedia hanya vasektomi (sterilisasi laki-laki) dan penggunaan kondom saat berhubungan seksual. Dari hal ini saja sudah terlihat bagaimana keberhasilan program KB secara nasional menunjukan adanya ketimpangan gender. Padahal, perempuan menderita banyak efek samping sebagai dampak penggunaan alat kontrasepsi pada tubuhnya. Ini termasuk penambahan berat badan yang tidak mereka inginkan karena kontrasepsi memengaruhi hormon dalam tubuhnya.

Yang kedua, peremajaan vagina ternyata telah terjadi semenjak dahulu kalau. Masyarakat tradisional melakukan peremajaan vagina/rejuvenasi vagina menggunakan bahan dan alat-alat alami. Beberapa metode yang umum digunakan antara lain penggunaan rebusan daun sirih, jamu tradisional, dan senam kegel. Sampai sekarang, narasi terkait motif seseorang melakukan peremajaan vagina berkisar pada kebutuhan estetika dan medis. Namun alasan lain, seseorang melalukan hal tersebut dikarenakan perempuan masih tertindas wacana patriarkal dalam konteks seksual. Mereka berkorban untuk memuaskan kenikmatan seksual pasangan.

Dalam buku ini kiranya ada dua highlight yang sangat aku soroti. Terutama dua hal yang sudah aku jelaskan sebelumnya. Dan aku mendapat kesimpulan bahwa tubuh perempuan dan bagaimana pengalaman mereka seringkali dibatasi oleh berbagai faktor sosial, budaya, dan politik. Perempuan tidak pernah hidup atas dirinya sendiri dan tidak pernah mencapai kemerdekaan atas tubuhnya sendiri.

Profile Image for Rizki Febriani.
58 reviews
April 26, 2023
Pertama kali beli dan baca buku ini karena Indonesia Feminis mau mengadakan diskusi buku bersama penulisnya langsung. Begitu diumumkan judul bukunya di WAG, aku langsung pesan bukunya, padahal aku tau banget masih ada banyak sekali buku lain yang belum terbaca di rak bukuku. Anyway, membeli dan membaca buku ini sama sekali tidak membuatku menyesal, makanya 5 star untuk buku ini.

Sebelum membaca buku ini, aku sudah lebih dulu membaca dan menamatkan buku Vagina dari Naomi Wolf, yang juga membongkar vagina dan orgasme perempuan dari sisi medis. Aku agak kesulitan sebenarnya memahami term-term kedokteran yang dipakai oleh Wolf, jadi, ekspektasiku ketika membeli buku ini tidak besar, karena temanya sendiri seputar rejuvenasi vagina, yang aku aja belum pernah dengar istilah ini sebelumnya. Pada awalnya kupikir buku ini akan banyak membahas sisi medis dengan term yang njelimet. Ternyata, meski sisi medis dibahas term yang digunakan tidak njelimet, sehingga kupikir masih enak untuk dibaca oleh orang dengan latar belakang non-medis, non-STEM, seperti aku.

Rejuvenasi vagina yang menjadi titik sentral tema pembahasan ini awalnya ingin menyoroti obsesi masyarakat kita pada vagina, termasuk keperawanannya. Oleh karena itu, tindakan-tindakan aestetik dilakukan untuk membuat vagina yang sudah perawan kembali perawan. Vagina, keperawanan serta kesucian ternyata saling berkaitan dalam masyarakat Indonesia yang masih patriarki ini, sehingga vagina yang awalnya adalah alat reproduksi dan rekreasi dirubah juga fungsinya sebagai alat kontrol sosial atas tubuh perempuan dengan titik berat pada kesucian dan moralitas. Dari situ, rejuvenasi vagina hadir, untuk memberikan kesan kesucian bagi perempuan yang sudah pernah berhubungan seksual sebelumnya. Bukan cuman itu saja, vagina juga kemudian dikontrol agar menjauhkan perempuan dari seksualitasnya melalui praktek-praktek semacam FGM atau sunat perempuan. Buku ini kemudian ingin mempertanyakan bagaimana stance dunia medis terhadap ini sehingga bisa muncul praktik seperti rejuvenasi vagina.
10 reviews
March 1, 2022
Sadar tidak sadar, tubuh perempuan diatur sejak ia kecil (bahkan bayi) hingga beranjak dewasa (bahkan lansia). Tidak hanya orang tua, bahkan negara dan proyek-proyek nasionalismenya turut ikut mengatur tubuh perempuan.

Tubuh perempuan dikontrol lewat 'rasa takut', tabu, standar-standar kecantikan, relasi kuasa, hingga gagasan-gagasan seksualitas yang kadang tidak masuk akal. Hal ini tentu bisa kita lihat jelas dari standar keperawanan, Female Genital Mutilation (FGM), tes keperawanan, konsumsi jamu biar rapet, konsumi jamu biar vagina harum.

Lantas, siapa yang harus dipuaskan lewat itu semua? LAKI-LAKI. Harus di-FGM biar perempuan gak nafsuan (sumpah ini gak ada otak), harus lewat tes keperawanan (saya sampai mikir apa nanti bertugas yang bekerja selaput dara-nya kali ye?), vagina harus rapet biar suami puas (lah, ganti gaya dong kok kalau longgar yang disalahin perempuan? Padahal struktur otot vagina mah elastis tuh), dllnya.

Seperti kata Angela Frenzia Betyarini @angela.frenzia dalam buku ini "....sejak dini tubuh serta perilaku seksual perempuan dikontrol demi kepentingan pasangannya kelak, juga demi nilai ideal masyarakat". Padahal perempuan punya hak atas tubuhnya, perlu consent atau persetujuan atas tubuh perempuan. Tidak ada seorang pun pantas mengambil tindakan atas kemauan dirinya terhadap tubuh perempuan.

Perempuan seharusnya merasa merdeka atas tubuhnya sendiri. Silahkan baca buku ini biar dapat insight menarik lainnya yah.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Dyan Eka.
287 reviews12 followers
December 15, 2022
Walau ada beberapa bagian yang repetitive dan menurut saya peletakan bab dan sub bab-nya kurang sreg, tapi isi buku ini menarik sekali untuk bahan diskusi lebih lanjut atau sebagai trigger untuk semakin mendalami topik yang berhubungan.

Buku ini memberi saya banyak pengetahuan baru, terutama tentang vagina ya, plus menjawab pertanyaan yang sempat terlintas di pikiran saya, sekaligus memunculkan pertanyaan baru untuk saya.

Seperti yang disampaikan dalam buku ini, walaupun saya cukup rajin ya memasok ilmu agar saya berdaya dan berdaulat akan tubuh saya sendiri, tapi saya akui bahwa sedikit banyak saya sudah kemakan oleh standar tubuh perempuan ideal. Buku ini cukup membuka lebar mata saya bahwa dunia masih jauh dari aman untuk perempuan hidup menjadi diri sendiri, tapi bukan berarti tidak mungkin.
Profile Image for Radinka.
22 reviews2 followers
March 4, 2023
Angela Frenzia Betyarini, a researcher in Pusat Studi Lokahita Yogyakarta wrote a brief summary about vaginal rejuvenation and its cultural backgrounds.

A compelling study about vaginal rejuvenation phenomenon in modern Indonesia. This book unearths the idea about vaginal rejuvenation which was dated back in the ancient times and how deeply rooted patriarchal custom took part in forming the notion.

Demi Keset dan Rapet (loosely translated as ‘Tight and Right’) is an easy read non-fiction you can finish in one sitting. So if you are casual reader whom into women studies, this book is for you.
84 reviews
October 30, 2022
Membahas rejuvenasi vagina dengan lingkup sosial dan medis khususnya kaitannya dengan patriarki dan kesehatan. Buku ini boleh dibilang kajiannya cukup mendalam dan menarik untuk diselami
Profile Image for dee.
9 reviews
May 4, 2025
learned A LOT from this book.
Displaying 1 - 10 of 10 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.