Jump to ratings and reviews
Rate this book

Dilan #4

Ancika: Dia yang Bersamaku Tahun 1995

Rate this book
Setelah putus dengan Milea, Dilan menjalin persahabatan dengan Ancika Mehrunisa Rabu, yang kemudian berkembang menjadi kisah cinta. Kisah Dilan bersama Ancika ini kemudian ditulis oleh Ayah Pidi Baiq dalam novel berjudul Ancika: Dia yang Bersamaku Tahun 1995. Ancika akan menceritakan kisahnya bersama Dilan ketika Ancika berumur 17 tahun dan masih seorang siswi SMA. Dilan sendiri, saat itu, sedang berkuliah di ITB. Sosok Ancika tidak kalah menarik daripada Dilan. Dilan dan Ancika seolah-olah memang diciptakan untuk saling mengisi dan saling melengkapi satu sama lain. Apakah Ancika adalah alasan satu-satunya mengapa Dilan tidak bisa balikan dengan Milea? Baca kisah lengkap Ancika di dalam novel ini!

340 pages, Paperback

Published August 1, 2021

371 people are currently reading
2997 people want to read

About the author

Pidi Baiq

22 books1,447 followers
Pidi Baiq adalah seorang seniman yang punya banyak kelebihan. Selain sebagai seorang musisi dan pencipta lagu, ia juga seorang penulis, ilustrator, pengajar dan komikus.
Pidi Baiq mengaku imigran dari surga yang diselundupkan ke Bumi oleh ayahnya di Kamar Pengantin dan tegang.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
490 (45%)
4 stars
338 (31%)
3 stars
155 (14%)
2 stars
37 (3%)
1 star
52 (4%)
Displaying 1 - 30 of 157 reviews
Profile Image for yun with books.
701 reviews243 followers
September 8, 2021
Bagi Dilan, kita mengalami pasang surut, sama seperti semua orang, masing-masing membuat banyak kesalahan, tetapi itulah cara kita belajar. Bagaimanapun, kemudian kita berharap dan berdoa agar hidup berbalik menjadi lebih baik, menjadi bahagia bagi semua.

"Sekarang, kau hanya tinggal tersenyum, sisanya biar aku yang urus."


my heart after finished this book:


Ancika Mehrunisa Rabu. Ancika. Ancika. Gimana ya mendeskripsikan pengalaman saya membaca buku ini *happy sigh* *sigh*
Jadi begini, Ancika: Dia yang Bersamaku Tahun 1995 menjadi salah satu buku yang saya tunggu-tunggu dari beberapa bulan lalu, Surayah suka godain dan updates perkembangan nulis buku ini terus. Penasaran jadinya kan!
Pun, mostly karena saya ingin tau perkembangan kehidupan Dilan setelah perpisahan dramatisnya dengan Milea lewat buku ini. Ketika buka pra pesan, gak pake mikir, langsung dessssss! saya pesan.

Siapa yang gak kenal Dilan-Milea, pasangan anak remaja SMA berasal dari Bandung yang kehidupan percintaannya dipenuhi kegemasan dan drama yang bikin gregetan (setidaknya bagi saya). Sekarang, gantian Dilan-Ancika, pasangan dua anak manusia yang kisah kehidupan dan cinta mereka membawa makna dan pesan tersendiri bagi para pembacanya. Saya ingin membahas dan mengulik sedikit mengenai pengalaman saya membaca buku ini dalam beberapa poin:

Plot
Menurut saya cukup mudah membandingkan perkembangan plot dari cerita Milea, Dilan dan Ancika: Dia yang Bersamaku Tahun 1995 apabila sudah membaca keseluruhan buku-bukunya. Buku ini, plotnya memang tidak segemas dan seunyu Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 dan/atau Dilan Bagian Kedua: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991. Kedua buku tersebut menyuguhkan kelucuan dan kebodoran ala anak SMA yang menurut saya menjadi kesegaran sendiri buat pembaca.
Ancika ini apa ya.... plotnya tenang, dan cukup stagnan, tidak ada drama yang berlebihan, konflik cerita juga gak begitu bikin deg-degan.
Tapi, kabar baiknya adalah masih bisa dinikmati dan masih kerasa heartwarming di dada.

Writings
Menurut saya, Surayah Pidi Baiq nulis buku Ancika ini lebih tenang dan apa ya..... gak tau, kesannya kaya tenang aja. Emang gak banyak dialog di buku ini, hampir 75% narasi dari Ancika yang menceritakan runtut dari awal perkenalannya dengan Dilan hingga mereka bersama.
Tidak sama seperti buku-buku sebelumnya, yang menurut saya cara penulisan Surayah itu... ya sesuka Surayah. Mau ngelucu, bodor dan bahasanya acak juga sesuka beliau.
Tapi, di buku ini menurut saya lumayan lebih rapi, tapi masih tetep ada vibes bodor lelucuan dari Surayah-nya.

Characters
Kekuatan buku Ancika: Dia yang Bersamaku Tahun 1995 menurut saya terletak pada perkembangan karakter-karakternya, terutama Dilan.
Tapi saya bahas Ancika dulu. Ancika ini merupakan karakter yang bertolak belakang dengan Milea (harus memang bandingin sama Milea, karena mau bandingin sama siapa lagi? haha...)
Milea itu, remaja perempuan yang manis, yang sedikit masih kekanak-kanakan (wajar sih...) dalam menghadapi drama, khususnya percintaan. Kalo Ancika kebalikannya, Ancika galak dan judes, dan memiliki pendirian yang cukup kuat sebagai perempuan, walaupun masih SMA ya...
Milea gampang tersipu dengan rayuan-rayuan bodor Dilan. Ancika kebalikannya.
Yang saya suka dari karakter Ancika ini, keberaniannya dan kedewasaannya menghadapi hal-hal yang menurut saya agak drama juga untuk dihadapi anak SMA.

Lalu, Dilan. Gak ada yang lebih menyenangkan daripada melihat perkembangan karakter yang kamu kenal dari awal dia terbentuk sampai menjadi pribadi yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Proses perkembangan dewasa di diri Dilan yang membawa kesan tersendiri bagi pembaca seperti saya, saya sangat happy membacanya.
Dilan di buku-buku sebelumnya, akan terkesan reckless, kekanak-kanakkan dan short temper. Pun, dalam proses pendekatan Dilan dan Milea, Dilan terkesan grasa-grusu, grabak-grubuk, Milea dipepet terus sampe dapet (gitulah kesannya).
Di buku ini? Dilan lebih "rapi" dalam prosesnya mendekati Ancika, minim sekali percakapan/rayuan Dilan yang khas itu di buku ini. Dilan jadi lebih serius dan justru hal tersebut malah bikin saya pembaca lebih merinding. Karena tau Dilan adalah tipe laki-laki serius dan baik, hanya saja rada bodor, terus bayangin aja biasanya dia bodor malah jadi serius.
Apa tydaq klepek-klepek bundaaaaa?
Untuk Dilan, saya jadi makin suka Dilan di buku ini. Kedewasaan dan ketenangannya, poin tambahan banget.

Karakter Bunda, ibunya Dilan. Menjadi "gong" yang sangat baik untuk membawa cerita ini menjadi cerita cinta yang akhirnya indah. Saya bahagia, Surayah tetap menjadikan Bunda karakter yang lovable dan unforgettable walaupun sedikit perannya di buku ini.

Keluarga-keluarga Ancika juga bikin senang dan semuanya bisa membuat bahagia. Suka banget!

".... sangat penting untuk baik-baik saja, meskipun sedih. Itulah cara bertahan yang baik secara bertahap."


Overall, membaca buku ini menjadi pengalaman yang mengasikkan, kangen dengan tulisan Surayah jadi tertuntaskan. Perkembangan karakter-karakternya yang menurut saya sangat manusiawi dan realistis menjadi poin utama dari buku ini.
Saya awalnya kesel dan sedih Dilan-Milea tidak bertahan sampai akhir, tetapi setelah membaca buku ini dengan dinamikanya. Ancika memang yang lebih pantas dan klop bersanding dengan Dilan, pun memang gak ada yang bisa mematahkan takdir jika waktu dan orangnya tepat.

cinta banget sama buku ini.
2 reviews
September 7, 2021
Dilan unik banget di sini. Ya di sebelum-sebelumnya juga unik sih. Tapi entah kenapa kalo sama Ancika rasanya berbeda:)
Profile Image for vee.
885 reviews395 followers
October 1, 2022
premisenya sgt menarik. srius dh ak sk yg trope ny kaya di sinopsis gt, cewe tomboy judes, cowo humoris brandalan yg punya luka dr cinta pertamanya.. tp yaa

tokoh cika kerasa dipaksain jujur, penulisan karakterny super ‘lovable gk ky cewe2 lain’ chick. dilan ok lah, tp gsk mrk bareng. bkn krn gbs move on dr lia jg sii, sy inget sy enjoy novel mrk, dilan 90 sm 91 (filmny even more so), blm baca yg milea. tp itu ud lama bgt jd am pretty sure kl ak bca ulang, gbkl selsain kekny 😬 tasteku sdh jauh berbeda in term of romance novels (atau buku apapun yg ak baca pd saat2 itu)

intinya gsuka ini bkn krn cika jauh dr sosok milea dn cika-dilan jauh dr milea-dilan (walau mnrtku mrk lbh pnya chemistry jauh drpd dilan sm cika), melainkan krn kisah dilancika dinarasiin sm cika terasa trlalu flat, bosenin dn aga pretentiously higherthanthou often times
Profile Image for Lia.
515 reviews12 followers
September 13, 2021
A good story
Ancika memang beda dari Lia, dari segi pembawaan kalau lagi sama Dilan juga.
Dilan diceritakan Ancika juga lebih dewasa dari sebelumnya, tapi tenang gombalannya masih sama
Profile Image for Nike Andaru.
1,614 reviews110 followers
November 23, 2021
92 - 2021

Saya sepakat dengan berbagai review di Goodreads soal buku ini. Ancika lebih seru dibaca daripada Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990. Setuju jika ini bukan membandingkan antara Milea dan Ancika, karena sebetulnya tetap semua yang menulis Pidi Baiq kan? :D

Ancika masih SMA ketika tahun 1995 bertemu dengan Dilan, tapi secara pribadi, Ancika lebih dewasa ketimbang Milea. Mungkin karena Dilan saat itu juga udah kuliah. Cerita Cika sebenarnya gak sepenuhnya soal Dilan, itu juga yang membuat buku ini menarik. Cika bercerita banyak tentang cowok-cowok yang menyukainya dan cara pandangnya soal hubungan perempuan dan laki-laki.

Saya tetap ketawa baca buku ini saat dialog Dilan yang tetap gak biasa, aneh tapi lucu tapi ya Dilan yang itu.
Profile Image for Caddictbooks.
76 reviews5 followers
September 24, 2021
Sebetulnya aku bingung harus bicara apa mengenai buku ini karena aku gak baca 3 buku sebelumnya dari series Dilan ini. Aku tahu Dilan dan Milea. Aku nonton filmnya, tapi gak baca bukunya. Jadi, agak bingung juga harus review kaya gimana. Kalau review takut terkesan sok tau 🙈 Tapi, baiklah, sayang kalau gak ngomongin buku ini, kan? Jadi aku ngomongin dikit aja tanpa membandingkan satu hal pun dengan buku sebelumnya.

Ini pertama kalinya aku baca buku karya Pidi Baiq. Sebagai pembaca pertama, aku suka dengan narasinya. Ngalir, bodor, mun ceuk orang sunda mah. Narasinya ringan, gak bikin mikir berat. Aku rasa cocok dibaca saat menghadapi reading slump, karena penjabaran alur ceritanya yang dibentuk dalam bagian2 singkat bikin baca terasa mudah.

Ancika Mehrunisa Rabu, masih kelas 3 SMA waktu pertama kali bertemu dengan Dilan. Sedangkan, Dilan sendiri sudah menjadi mahasiswa ITB. Dilan ini temannya Mang Anwar, paman Cika yang masih kuliah. Pertama kali mereka bertemu adalah di rumah Abah/kakek Cika. Pertemuan pertama mereka gak menyenangkan. Cika ilfeel sama Dilan yang panggil dia Kakak.

Aku suka karakter Cika. Meski masih kelas 3 SMA, dia tergolong perempuan dengan pemikiran yang dewasa. Gak suka drama, gak labil, tahu apa yang dia suka dan gak suka, dan berani nolak sama hal apapun yang bikin dia gak nyaman. Cika rajin banget belajar. Salah satu momen paling menyenangkan bersama Dilan pun adalah waktu belajar bersama di ruang tamu. Cika punya cita2 untuk kuliah di UNPAD.

Karakter Dilan sendiri aku gak bisa bicara banyak, karena gak tahu seperti apa Dilan dulu di mata Milea saat masih SMA. Ada yang bilang Dilan di buku ini jadi lebih dewasa. Aku gak bisa bilang iya benar. Tapi kalau ditanya apakah Dilan di buku ini dewasa? Saya bisa jawab Ya. Di cerita ini gak ada lagi adegan tawuran. Dilan udah fokus sama kuliahnya. Hubungannya dengan Cika pun cepet dihalalkan, ya, pacaran 2 tahun lumayan cepet kan yaa, berhubung harus nunggu Cika lulus SMA dulu.

Cika tahu kok siapa Lia. Cika cemburu? Iya, tapi Bunda Dilan bilang untuk melupakan masa lalu. Bunda gak maksa Cika buat melupakan masa lalu Dilan, tapi kalau Cika menjadikan masa lalu itu sebagai hal untuk dicemburui, maka itu hanya akan membuat hubungan mereka menjadi runyam. Bunda juga berpesan sama Dilan untuk gak membandingkan/adu kecocokan antara hubungannya dengan Lia dulu dan antara dia dengan Cika sekarang. Aku suka Cika bisa menghadapi masa lalu itu, meski kadang masih suka cemburu, yahh namanya juga pacaran dengan laki-laki yang punya mantan terindah, sebagai cewek sih maklum kalau cemburu🙈 tapi gak ada tuh adegan drama Cika cemburu berlebihan. Pokoknya, Cika dewasa lah.

Ancika juga bilang "Dia memang punya masa lalu, tetapi saya punya Dilan." Ya, bener, fokus aja ke depan.

Aku gak tau gimana dengan pembaca Dilan dan Milea. Mungkin masih ada yang belum move on dari pasangan Dilan-Milea? Ahh, aku harap sih kalian mau membuka pintu hati kalian untuk Ancika, move on dari Dilan-Milea menjadi Dilan-Ancika.
Profile Image for nadya.
84 reviews
April 17, 2022
4,5⭐

buku ini definisi kata-kata "cinta tidak harus romantis"

this book was told in ancika's pov about her love story w dilan, and I. LOVE. IT. i didnt expect i would like it that much but i DO. now yall have to read it too 😆😆

1. compared to dilan & milea's love story, this one has less dialogues and more narratives and descriptions, but it didn't make the whole book less interesting. obviously, dilan di buku ini lebih dewasa daripada di buku sebelumnya karena ada timeskip cukup banyak yg skrg itu 1995. (mayan lah ya 4-5 tahun)

2. a SLOW & simple friends to lovers trope!! aku sukaa buku ini lebih ngefokusin proses mereka berteman dari mereka bertemu, yang awalnya cika jengkel sama dilan, tp lama2 jd temen and cs-an gt. and in all honesty, mereka ga romantis. lebih ke playful, iseng, kaya sahabatan type of beat gitu deh! jadi mereka developing feelingsnya tuh pelan-pelan dan itupun ga langsung jadian juga jadi emang bener2 definisi slowburn HAHA. dan pas jadian pun (bahkan sampai nikah) , gabanyak yang berubah. gak tiba2 jadi romantis bgt. they spend their time like how they used to do and ig thats what i love about them.

3. lowkey aku relate bgt dgn cika. mulai dari her hair, her ambitions, her pov in relationships, her fear, her music taste!!, bedanya ya cika dideketin cowo mulu, sementara aku hampa bagaikan gurun pasir HAHAHA (canda tp emg bener😬). so i rlly love that this book focuses more on cika herself rather than the love story (yes story mereka berdua banyak disorot juga, tp ultimately it focuses on ancika) and because of that, i got to know her more and find myself relating to her a lot.

4. im pretty sure their love language is quality time and i guess thats why i love them sm HAHA.

minusnya cuman di tengah-tengah sedikit bosen aja, ngebaca cika dikit2 dideketin cowo (bukan iri yak ini HAHAHHA) i wouldve loved to get to know her more in various ways gt deh, maybe share her struggles on getting into her dream campus aka UNPAD or share more of her interactions w other people (gaharus cowo gitu deh) BUT ITU KECIL SI HEHE. overall i love it, kalian harus baca💗💗
Profile Image for Hasita Visakha.
147 reviews
October 3, 2021
Tadinya mau kasih bintang 3 tapi ending buku ini nggak tau kenapa bikin heartwarming :(

Meski Dilan masih sama dengan cerita dr POV Milea, tetapi Dilan bukanlah Dilan yang dulu. Nggak tau susah banget jelasinnya. Melihat dia sebagai suami dan ayah dari anak Cika membuat image-nya dulu sebagai panglima tempur hilang begitu aja.

Jujur, aku sih lebih menikmati bagaimana Lia bercerita. Cika oke sih tapi gimana yaa ... kayak kurang aja gitu. Aku sempet tunda baca selama 2 hari. Pada sadarnya, Lia dan Cika itu mirip. Sama-sama 'pentolan' di sekolah cuma beda background aja.

Pun, walaupun Cika terlihat lebih cuek, sebenernya dia sama aja kayak Lia yang tetep melewati masa remaja super labil dan drama. Bedanya Cika bisa menyikapi lebih dewasa. Aku suka banget waktu Cika mendeskripsikan perasaannya waktu Dilan ngajak pacaran. Kerasa banget sebagai remaja yang baru pertama kali pacaran.

Aku juga ngerti kenapa Cika bisa memahami Dilan. Mereka itu kayak manusia yang emang ditakdirkan untuk jadi pasangan satu sama lain. Sayangnya, yang aku tunggu-tunggu dari buku ini justru nggak banyak dijabarkan yaitu hubungan Cika dan Dilan. Itu kayak cuma setengah dari buku ini doang dan super singkat. Nggak sedetail dibuku Lia.

Ada perasaan yang nggak bisa dijelasin waktu Dilan harus pergi ke Belanda dan ninggalin Cika serta bayi pertama mereka.

Ending buku ini tuh aduhhh gimana yaa. Mau dibilang sedih tapi nggak jugaa. Dibilang seneng tapi setelah baca bikin ngerasa hampa gitu :( i dunno why. Tapi akhirnya aku sadar mungkin karena kisah Dilan udah nemenin masa-masa remaja aku dulu, jadi ketika aku tutup buku Ancika rasanya semakin menegaskan bahwa semua sudah selesai.

Aku nggak bisa menilai buku ini spt yg biasa aku lakukan. Karena yang aku suka adalah atmosfer dalam cerita ini. Asli ini kenapa hampa banget ya? :(
Profile Image for Feryan.
12 reviews
January 12, 2022
3 hal yang kurang dari novel ini.

1. Humor repetisi.
Kayaknya humor pidi baiq sudah habis stoknya. Jadi masih pakai humor stok lama yang arahnya sudah terbaca dan terkesan garing.
2. Flow cerita.
Flow cerita lempeeeeng banget. Intinya cuma semua orang jatuh cinta sama ancika.
3. Tokoh yang tidak kuat.
Tidak ada yang istimewa dari karakter setiap tokoh yang ada. Mereka ya kayak kayu yang mengambang di lautan. Gitu aja ngikutin arus.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for al.
18 reviews
September 10, 2021
4.5⭐
untuk yang dari awal tertarik dengan kisah dilan, menurut saya akan menikmati buku ini. di dalam buku ini, karakter dilan tidak seperti di buku-buku sebelumnya. ancika pun memiliki karakter menarik, yang membuat saya berpikir bahwa mereka berdua memang cocok. saya tidak bisa menjelaskan secara rinci, tetapi buku ini khas
Profile Image for arsyiff.
10 reviews2 followers
September 5, 2022
Cerita dari novel ini sebenernya kurang 'membekas', ngga seperti novel Dilanku 90, Dilanku 91 yang dari sudut pandang Milea.

Gaya bahasanya masih sama, tapi karena ini dari sudut pandang dan cerita yang berbeda, jelas penulisannya juga beda banget. Novel Ancika penulisannya agak kaku, ngga lepas gitu rasanya.

Bahasan tentang pria-pria selain Dilan disini banyak banget, ampe pusing yang mana nih orangnya dan ngulang baca lagi. Pembahasan Dilan disini juga dikit banget dan gombalannya jurang hidup, jadi kayak dua tokoh yang berbeda dari novel sebelumnya. Apa mungkin karena Dilan sudah tidak se-clingy dulu pas SMA ya?
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Rossa Imaniar.
216 reviews5 followers
January 20, 2024
“Masa lalu tak perlu disikapi sebagai hal yang mengganggu. Tapi kalau kamu tetap memandangnya begitu, silahkan saja, tak ada yang melarang. Hanya saja, itu pasti akan membuat hidupmu runyam dan akan membuat hidupmu tak nyaman.”

“Tak mudah harus sepenuhnya menghapus ingatan masa lalu. Tapi, kalian harus bisa menempatkan masa lalu dan masa kini secara terpisah.”

“Membandingkan hubungan yang telah berakhir dengan yang sedang berlanjut, sama saja seperti membandingkan hidup dengan kematian. Gak ada gunanya.”

“Tiap orang punya bagiannya sendiri. Menjadi tokoh di dalam ceritanya sendiri.”

Bisa menyelesaikan novel Ancika dalam waktu sekejap, itu menyenangkan buatku. Seperti pada 3 novel Ayah Pidi sebelumnya—tentang Dilan, kali ini pun masih sama. Masih menceritkan tentang Dilan, hanya saja di novel kali ini kisah Dilan dari sudut pandang Ancika.

Nah, sebelum membahas soal novel ini, mari berkenalan dengan Ancika dulu. Ancika memiliki nama panjang Ancika Mehrunisa Rabu, yang merupakan pelajar SMA yang lebih suka berpenampilan casual. Dia anak baik, cerdas, ramah dan mudah bergaul dengan siapa pun. Agak keras kepala, tapi dia berprinsip. Ancika adalah perempuan yang dikenal Dilan setelah putus dengan Milea.

Di novel ini, Ancika menceritakan tentang kehidupan yang dia jalani. Sama seperti saat Milea menceritakan kisah hidupnya. Hanya saja menurutku memang nggak sedetail saat di novel yang menggunakan sudut pandang dari Milea. Mungkin karena yang Ancika ini cuma satu novel, jadi kayak kurang panjang, kurang detail.

Saat membaca kisah Ancika, jujur saja aku belum bisa lepas dari bayang-bayang tentang Milea. Aku masih bisa merasakan dengan jelas gimana emosi yang aku rasakan ketika Milea dan Dilan masih bersama, dan ketika mereka harus putus. Tapi, tentu saja aku harus sadar diri dan berpikir bijak, bahwa kisah mereka sudah berakhir. Dan yang sedang aku baca saat ini ialah kisah Dilan dan Ancika.

Jika disuruh membandingkan antara Milea dan Ancika, mana yang lebih baik, atau mana yang lebih aku suka.. Tentu saja aku tidak dapat menjawabnya. Bagaimanapun juga mereka adalah dua orang yang berbeda, dengan karakter yang berbeda pula. Mereka memiliki kisah hidup tersendiri. Milea tetap yang terbaik di masanya ketika bersama Dilan. Dan Ancika juga yang terbaik untuk Dilan di masa kini.

Aku beri nilai 4.5/5 🌟 untuk novel Ancika karya Ayah Pidi ini.
Sangat aku rekomedasikan buat kalian baca—terutama yang sudah baca Novel Dilan dari novel 1-3, kalian wajib baca lanjutannya ini—untuk menghibur diri dari penatnya kehidupan.
Sungguh kisah Dilan dan Ancika ini cukup menarik untuk dibaca. Sebab kalian akan tahu bagaiman kehidupan Dilan setelah tidak bersama dengan Milea. Dan juga yang tak kalah menarik di novel ini adalah Bunda. Bunda yang tetap keren, dengan keramahan dan ketegasannya. Bunda masih jadi favorit untukku, aku suka dengan setiap nasihat-nasihat Bunda. Jadi penasaran dan nggak sabar pingin baca novel Dilan selanjutnya dari sudut pandang Bunda, yang katanya masih digarap oleh Ayah Pidi. Semoga segera launching novelnya.

Akhir kata aku mau ucapin makasih banyaaaaak untuk Ayah Pidi dan para tokoh yang hadir di novel Dilan 1-4 ini, makasih udah hadir di kehidupanku. Last but not least, buat sahabatku Mbak Ayu, yang karena dia akhirnya aku bisa baca novel Ancika ini secara gratis tanpa mengeluarkan uang sepeser pun untuk membelinya, hehe.. Karena novel ini adalah kado darinya untuk salah satu moment istimewa yang terjadi dalam hidupku. Sekali lagi terima kasih, semoga Mbak Ayu diberi kesehatan, bahagia dan banyak uang.. Aamiin.. 😇🤗
Profile Image for Siraa.
259 reviews3 followers
October 6, 2021
Beda dengan novel Dilan maupun Milea, Ancika lebih tentang cerita cinta dewasa ketimbang cerita cinta monyet anak SMA. Hal ini mengurangi kadar cinta manis-manis dalam ceritanya menjadi kisah yang berat pada kasih sayang. Karakter kesukaan saya, Bunda, Disa, dan Dilan masih tetap memikat dengan caranya masing-masing. Dilan masih sosok yang lucu dan eksentrik tapi kali ini lebih sopan dan dewasa. Namun lebih dari semuanya, sosok yang mencuri perhatian adalah karakter utama buku ini, Ancika.

Ancika digambarkan sebagai gadis yang menarik, memiliki pendirian dan keras kepala tapi cerdas. Dia bukan karakter yg menyebalkan seperti Milea dan mengerti secara logis batas-batas yang tidak bisa disentuh dalam kisah kasihnya bersama Dilan. Saya suka bagaimana Dilan menjadi 100% dirinya ketika bersama dengan Ancika dan bisa membayangkan betapa bahagia dirinya saat itu. Saya rasa novel ini bisa dijadikan penutup yang terbaik untuk kisah Dilan
Profile Image for Hi U.
8 reviews4 followers
January 26, 2022
Ancika, sepertinya aku suka dengan karakter Ancika, dia: tegas, berprinsip, tidak lemah dan keren, walau keras kepala namun aku pikir itu perlu.

Tapi, lebih suka Dilan, cara dia bersama Ancika yang (maaf aku bahas) berbeda dengan bagaimana Milea dulu. Dilan bisa terus berjalan, menyambut hari-hari dengan Ancila tanpa membandingkannya dengan Milea.

Dan aku suka Bunda, beliau baik, sosok mertua yang hebat yang tentunya diidamidamkan oleh para perempuan, termasuk aku 😅

Setelah aku selesai membaca buku ini, titik menariknya ada dibagian hampir akhir karena di awal perjalanan Ancika yang begitu panjang hingga akhirnya bisa sama Dilan sedikit membuat bosan, tapi terbayar dengan bagaimana mereka memulai hubungan, lucu.
Profile Image for Dyan Eka.
287 reviews12 followers
March 20, 2022
Tokoh Dilan di buku ini, masih Dilan yang itu. Dilan yang jadi panglima tempur. Masih terasa banget sih, jiwa seorang Dilan yang diceritakan.

Sayangnya, saya merasa sedikit bosan ditengah halaman. Sepertinya karena yang diceritakan Ancika ini, terkesan datar aja. Dan terasa semakin diburu-buru agar lekas selesai di akhir cerita.

Dan novel ini berakhir dengan yaa yaudah. Yaudah, gitu aja. Haha. Tidak ada alur cerita yang bisa bikin pembaca seperti naik roller coaster. Tenang dan selesai.
Profile Image for Zipora Zipora.
195 reviews4 followers
April 5, 2023
Tapi mungkin memang begitulah rasa cinta, sangat misteri, di mana kata orang, Sains akan kewalahan menjelaskannya dan Matematika pun tak akan mampu memprediksinya.
Sejujurnya, saya senang menjadi Wanita, tetapi di dalam pikiran saya, saya tidak suka Wanita yang lemah dan tuduk. Saya lebih suka pada Wanita yang Tangguh, yang bisa membela dirinya, baik secara fisik maupun di dalam percakapan.
Saya suka pada Wanita yang punya kepribadian kuat, termasuk menentang dominasi daripada harus memilih tunduk. Saya suka pada Wanita yang bisa membela dirinya sendiri, yang tidak akan tinggal diam kalau menghadapi penyalahgunaan kekuasaan. Saya suka pada Wanita yang selalu mencari lebih banyak informasi untuk memperbaiki hidupnya dan mempertajam pikirannya.
Ini bukan berarti Wanita harus bisa menaklukan. Ini bukan berarti harus menjadi Wanita yang menjengkelkan. Ini tentang hidup bersama yang dapat saling menghormati dan menghargai secara setara tanpa memandang jenis kelamin.
Atau mungkin pada dasarnya, saya hanya benar-benar ingin memberinya pelajaran meskipun sebetulnya saya tidak pernah ingin mencari pertengkaran.
Saya tidak suka ide menyakiti orang lain. Saya suka perdamaian. Saya ingin baik-baik saja. Saya juga berusaha selalu bisa bersikap ramah kepada semua orang, selama orang itu tidak mengganggu saya. Saya bahkan dengan senang hati akan memberi uang saku kepada saudara saya yang membutuhkan.
Saya juga suka membaca, jika ini bisa dianggap baik, dan menghabiskan Sebagian besar waktu luang dengan membaca. Tetapi, bukan berarti saya tidak menikmati berbagi bentuk hiburan, semacam mendengarkan music atau menonton televisi, hanya sekali lagi, saya lebih suka membaca. Kalau sudah membaca, rasanya seperti sedang melakukan kegiatan yang menyenangkan untuk saya lakukan. Saya kira, itu lebih baik karena saya menjadi tidak perlu berbicara dengan siapapun.
“Gak tau, sih. Pokoknya pacarana mah ribet. Banyak nuntut ini itu, belum tentu juga dinikahi.”
Bagi saya, kemerdekaan lebih menarik. Pokoknya saya tidak suka terikat. Saya tidak suka merasa menjadi bagian dari seseorang. Saya masih ingin mendapatkan tempat dalam hidup di mana saya bisa menetapkan standar hidup saya sendiri. Tidak akan ada yang menilai saya, kecuali saya sendiri. Tidak akan ada yang kecewa, kecuali saya sendiri. Itu akan terasa bebas dan ringan jadinya.
Itu adalah saat saya merasa senang menghabiskan waktu dengan keluarga. Mungkin karena saya berasal dari keluarga yang cukup dekat, jadi kami biasanya menghabiskan hampir setiap akhir pekan bersama-sama.
Kalau mantanmu adalah orang yang tepat, pasti dia masih bersamamu sekarang.
Dilan juga kutu buku, menekuni music dan suka sastra, tanpa meninggalkan sisi pergaulan di dalam hidupnya.
Tapi kitanya terlalu menghabiskan begitu banyak waktu untuk khawatir. Jangan terlalu serius. Kalau panik, nanti kita malah menggunakan usus kita daripada otak kita.
Saya sempat mencoba berubah pikiran, tapi sepertinya sudah terlambat. Ya, sudah. Tidak semua hal harus masuk akal.
Cinta sejati itu atau suatu hubungan yang utuh bisa terjadi tanpa harus didahului oleh perasaan naksir.
Kadang-kadang saya dan Dilan bertengkar sedikit dan untuk mengatasi hal seperti itu, Dilan membuat jadwal marah, seolah-olah hal seperti itu saja perlu ada waktunya. Masing-masing harus bisa menahan marah jika hari itu bukan jadwalnya untuk marah.
Keberaninan itu tidak datang dari kemampuannya untuk mengalahkan orang lain.
Kekayaan tidak membuat manusia menjadi berbudi luhur.
Seni itu salah satu ekspresi paling luhur dari kepekaan manusia, yang harus diungkapkan sebagai anugerah yang agung dan mulia, baik dilihat sebagai hiburan maupun sebagai bentuk keindahan. Setiap orang itu mempunyai kewajiban mengembangkan bakat terbaiknya.
Di dalam suatu hubungan, ada banyak hal yang bisa salah. Tetapi, terkadang bukan kita sendiri yang menyebabkan timbulnya masalah, melainkan orang lain.
Di dalam semua dinamika rumah tangga, tidak semuanya sempurna, tapi tidak apa-apa.
Kita mengalami pasang surut, sama seperti semua orang, masing-masing mempunyai banyak kesalahan, tetapi itulah cara kita belajar. Bagaimanapun, kemudian kita berharap dan berdoa agar hidup berbalik menjadi lebih baik, menjadi bahagia bagi semua.
“Sekarang, kamu hanya tinggal tersenyum, sisanya biar aku yang urus.”
Dilan memperlakukan saya lebih seperti saudara, dia memiliki chemistry yang hebat dengan saya, saya juga banyak mendapat pelajaran berharga darinya.
Saya benci kalau dia memberi prioritas lain selain kesehatannya.
Saya suka melihat laki-laki memiliki etos kerja yang hebat. Itu seksi. Orang-orang seperti itu adalah pejuang, ketika banyak pria di luar sana bermalas-malasan, menganggur, atau tidak termotivasi.
Sampai saat itu, kami telah mengalami banyak hal bersama-sama dan itu berjalan dengan sangat baik. Setiap kali kami memiliki kesempatan bertemu, kami mengisinya dengan banyak kegiatan yang tumpeng-tindih, atau hanya diisi dengan sekadar membuat lelucon yang benar-benar menyenangkan. Saya tidak pernah bosan dengan humornya, ketawa konyolnya, atau dorongan kompetitifnya. Bahkan, keanehannya pun menarik buat saya.
Mungkin dia tidak berpikir itu genit, dia hanya berpikir itu ramah, tapi itu membuat saya merasa canggung.
Saya tahu, seorang gadis harusnya bisa mengatakan tidak ketika dia tidak ingin melakukannya.
Biarkan alam memasuki tubuh kamu melalui semua pancaindera, dan senanglah karena itu adalah bagian dari merayakan acara ulang tahunmu.
Anggap aja uda milikmu, berfantasilah. Katanya, sampai batas tertentu, berfantasi sangat menyenangkan. Fantasi adalah bagian penting dan perlu untuk kita menikmati kehidupan.
Einstein juga bilang, imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan.
Kita ini selalu menggunakan rasio, sehingga cenderung merendahkan segala sesuatu yang tidak ilmiah. Padahal, kita semua memiliki kapasitas untuk berfantasi.
Bahan-bahan kimia yang ada di dalam otakku mendesak aku untuk pacarana denganmu. Aku gak bisa mengendalikannya. Maaf kalau kata-kataku mengganggumu.
Saya takut akan efek dari hubungan yang dalam dan akhir yang tidak sesuai dengan harapan.
Putus cinta bisa bikin kacau.
Aku orang yang gak percaya ada cinta yang bisa selama-lamanya, tapi aku percaya ke kamu, dan aku bisa mewujudkannya.
Pacaran itu urusan yang paling sulit di dunia, karena enggak ada sekolahnya.
Membandingkan hubungan yang telah berakhir dengan yang sedang berlanjut, sama saja seperti membandingkan hidup dengan kematian.
Cinta di masa lalu itu Cuma fantasi yang tidak nyata.
Jangan menjanjikan apa yang tidak akn pernah bisa kau berikan.
Masih punya banyak kehidupan hingga ke depan yang harus diisi dengan cinta. Yang harus diisi dengan kegembiraan.
Kata-katanya telah meningkatkan harga diri saya.
Di sekolah dapat pelajaran dulu, baru ujian. Enak. Di kehidupan, beda. Ujian dulu, baru mendapat pelajaran.
Kebenaran bisa terbuka, hanya kebohongan yang perlu ditutup.
Saya tidak ingin menjadi Wanita yang menghalangi kegiatan yang dia jalankan, baik di dalam maupun di luar kampus, dengan catatan selama hal itu bisa menambah kekayaan pikiran dan ekspresinya.
Kiranya segala sesuatu itu tidak pasti, semuanya bersifat relatif.
Tidak ada hal baik yang bisa datang dengan membahas mantannya. Semua itu hanya bersumber dari pikiran yang buruk, dan hanya akan membawa masalah dan kecemburuan.
Jika saya membuat kesalahan, saya hanya harus mengambil pelajaran dan memperbaikinya sendiri. Mungkin begitulah cara mereka ingin mendidik saya untuk tumbuh dewasa. Orang tua hanya dapat membantu dan memberi nasihat, dan anak harus menghargai perhatian mereka dan meminta restu mereka dalams emua aspek kehidupan.
Profile Image for Lelita P..
621 reviews59 followers
December 31, 2022
Ada temen yang suka banget sama pasangan Dilan-Milea. Waktu buku Ancika ini terbit, dia bilang nggak mau baca, karena sebel sama Cika. Dia semacam nggak mau nerima gitu bahwa Dilan jadinya sama Cika.

Padahal ya... namanya jodoh Dilan emang Cika, bukan Milea, mau gimana lagi.

Buku ini nih, memang cuma Kang Pidi Baiq doang yang bisa nulis. Kalau bukan Kang Pidi, kayaknya saya nggak bakal sreg sama gaya penulisan kayak gini haha. Tapi karena ini Kang Pidi, saya tetap tahan membacanya. Ada sesuatu dalam gaya penulisan Kang Pidi yang bikin saya jadi betah-betah aja bacanya meskipun yaa terlalu banyak detail sehari-hari yang sebenarnya bisa dibilang nggak penting.

Namun kalau dipikir-pikir lagi, serial Dilan memang ditulis dengan cara slice of life, kan? Dari buku pertama juga begitu. Justru karena itulah ceritanya hidup. (Apalagi cerita ini katanya diangkat dari kisah nyata, makanya segala tempat dan kejadiannya terasa riil banget.) Kang Pidi sukses menuliskan sepotong sejarah hidup anak-anak manusia itu (entah berapa banyak kadar fiksinya).

Novel ini, andai teman yang saya sebut di atas membacanya, pasti akan bikin dia paham kenapa akhirnya Dilan sama Cika. Di sini kita ditunjukkan--walau nggak terlalu gamblang karena novel ini ditulis dari sudut pandang Cika--bahwa setelah putus sama Milea, sebenarnya Dilan mengalami fase patah hati yang lumayan dahsyat juga. Dan dia ketemu Cika setelah berhasil menata hatinya untuk move on.

Di novel ini kita juga melihat bagaimana Dilan dan Cika bertemu (lalu menjalin hubungan) di saat yang tepat, dalam artian, Dilan-nya udah lebih matang dan dewasa secara pemikiran dan sikap karena udah kuliah (meskipun gombal-gombal lucu dan anehnya masih ada). Ketika sama Milea, kan, egonya masih tinggi (salah satu penyebab putusnya juga). Tapi di sini, Dilan-nya udah lebih serius menjalani hidup, jadi udah lebih bisa mengayomi. Hal itu ditambah fakta bahwa Dilan lebih tua dari Cika. Dinamikanya jadi lebih cocok. Kalau sama Milea, selain karena masih muda, mereka seumuran jadi susah ngalahnya.

Terus... kepribadian Cika yang cuek, galak, berani, berprinsip, dengan pemikirannya yang lebih dewasa daripada umurnya, juga kecenderungan sifatnya yang lebih easy going plus nggak terlalu baperan, menurut saya menjadi salah satu faktor yang membuat hubungan dia dan Dilan works. (Catatan: hebat banget cara Kang Pidi menghidupkan karakter Cika melalui narasinya.) Hubungan Cika dan Dilan pun menjelma menjadi suatu hubungan yang sehat, yang akhirnya bisa berumur panjang.

Intinya sih, melalui novel ini sekali lagi Kang Pidi membuat pembaca menyaksikan kekuasaan Tuhan soal jodoh. Dilan nggak jodoh sama Milea, karena Tuhan Mahatahu bahwa mereka bukan orang yang tepat bagi satu sama lain. Ada orang yang lebih cocok yang telah Dia siapkan untuk mereka masing-masing, yang kelak dipertemukan dan dipersatukan di saat yang tepat.

Sebenarnya banyak banget quote bagus di buku ini--khas Kang Pidi--tapi berhubung saya bacanya di Google Books, jadi susah mengutipnya. Intinya sih, nggak usah membandingkan cinta yang lama dengan cinta yang baru karena dua-duanya pasti berbeda. Masa lalu biarlah menjadi masa lalu; saatnya melanjutkan hidup dengan memandang ke depan tanpa menoleh lagi ke belakang.
Profile Image for Ronald Otong.
112 reviews4 followers
October 12, 2021
3.5/5

Sebenarnya ga nyangka akan ada lanjutan dr serial Dilan+Milea, eh ternyata ada. Entah bukan fans garis keras kali ya, atau uda jarang ngikutin aja.

Kalau boleh jujur beda banget sih cara menceritakan buku ini dengan serial Dilan terdahulu, entah memang karena versi Ancika yg bercerita mngkn. Tapi yang jd pembeda jg adalah biasanya di serial sebelumnya, buku berjudul Dilan itu pasti point of view dr Milea, sebaliknya Buku Milea pasti dr point of view nya Dilan. Nah sy pikir yg ini adalah Ancika dr point of view Dilan, eh ternyata Ancika bercerita tentang dirinya. Dan klo tidak salah di dalam buku ini sempat di mention bakalan ada versi Dilannya lg.

Menurut sy, buku kali ini seperti waktu tenang setelah "badai" dr hubungan Dilan dan Milea. Atau jangan badai lah tapi lika liku dan naik turun hubungan kedua orang tersebut. Ancika bagaikan hadir sebagai pereda sakit, pelangi setelah badai. Bukan berrti Milea adalah suatu yg buruk, tetapi Milea bagaikan ujian hidup bagi Dilan dan Ancika adalah hasil/nilai yang Dilan dapatkan setelah melalui ujian tersebut.

==============================================================================

Sy suka karakter Ancika. Independent, pemberani, tomboy, idaman lah klo versi sy. Tapi makin ke belakang ada beberapa hal yang pd akhirnya membuat sy sebenarnya lebih memilih Milea untuk Dilan. Milea dan Dilan bagaikan sesuatu yg menurut sy seharusnya sudah digariskan untuk bersatu. Milea dan Dilan bagaikan yin yang yg saling melengkapi. Bahkan Ancika sendiri mengakui, bahwa dr segi apapun, tak mngkin bagi dirinya untuk mengalahkan Milea (ini salah satu alasan sy suka karakter Ancika). Tapi satu hal yg tidak bisa dilakukan Milea adalah menaklukkan Dilan. Dilan bagaikan banteng liar yg butuh melepaskan energinya yg berlebih dan hanya Ancika yg dapat menaklukkan itu semua (walau tidak mutlak ya, krna mngkn semakin Dilan dewasa, entah Dilan mendapat pelajaran dari hubungannya dengan Milea). Tapi harus diakui yah memang Ancika lah seseorang yg datang di saat yg paling tepat di kehidupan Dilan.

Pelajarannya adalah, kita tidak melulu mendapatkan apa yang kita inginkan. Kadang Tuhan memberikan apa yg memang kita butuhkan. Milea mngkn yg Dilan inginkan (bgtu sebaliknya, termasuk yg para fans inginkan), tetapi Ancika adalah sosok yg Dilan butuhkan, selamanya.

=============================================================================

Bagi mereka yg menikmati Dilan dari serial pertama, pasti menemukan perbedaan gaya dalam buku ini. Jadi jangan terlalu berharap lebih ya. Beberapa point di buku ini jg serasa hilang atau bisa dikatakan loncat dari satu kejadian ke kejadian yg lain. Buku ini jg tidak terlalu memiliki klimaks yg mumpuni seperti pada buku2 sebelumnya, krna mngkn seperti yg sy katakan di awal bahwa buku ini seperti penutup bagi kisah Dilan. Beberapa jokes jg seperti mudah tertebak, mngkn krna kita udah tau sendiri gaya Dilan seperti apa hehehehehe...

Sy menunggu kisah dr versi Dilan :D
Profile Image for Ariza.
98 reviews27 followers
May 3, 2022
Buku dari sisi pandang Ancika, yang akhirnya bersama Dilan. Awal cerita kita dikenalkan pada Ancika yang kelihatan lebih matang dari usianya, seorang yang tekun dalam kerja persekolahan, tapi masih sering tetap bermain bersama teman-temannya seperti kebiasaan anak SMA.

Sepertinya Ancika ada tarikannya tersendiri, banyak juga mendapat perhatian teman seusianya, Bono dan juga pria-pria lain yang ketemu di majlis keramaian seperti Yadit dan juga tenaga pengajar di Bimbel. Tapi plot cerita lebih menunjukkan pria-pria yang mendekati Ancika menunjukkan sikap yang menyebalkan, walaupun Bono akhirnya menunjukkan perubahan sikap yang lebih baik pada akhirnya. Sudah tentulah Ancika akan tertarik pada Dilan, walaupun dia menjengkelkan Ancika awalnya.

Walaupun Ancika kelihatannya matang, sentiasa berfikir baik-baik sebelum sesuatu keadaan, tapi sentiasa ada yang pertama kalinya buat seseorang. Ancika mengambil masa untuk menerima Dilan. Sepertinya tahu perasaan sendiri yang istimewa buat Dilan tapi sukar untuk mengakui kerana terlalu berhati-hati. Katanya Indri, egois.

Hubungan Dilan dan Ancika lebih matang berbanding novel sebelum, mungkin kerana Dilan pun sudah belajar dari hubungannya bersama Lia dan ditekankan juga Dilan cuba berubah sikap ke arah lebih baik. Tidak buru-buru dan lebih fokus dengan dunia kuliah dan kerja separuh masa.
Tetap juga masih kuat persaudaraannya dengan geng motornya. Lawak juga, mungkin sebab latar tempat Bandungnya kecil, setiap kali Dilan ditimpa celaka, terus muncul geng motornya. Bak kata Indri, "di bawah lindungan gangster!"

Highlight cerita pada aku terletak pada nasihat Bunda di ruang tamu bersama Ancika dan Dilan.
Tentang masa lalu dan masa depan. Unik seseorang individu dalam jalur hidupnya sendiri. Nasihat Bunda yang baik, menyenangkan dan sekaligus dalam.

Membaca siri Dilan membuat kau teringin berlibur ke Bandung dan menyusuri jalan-jalannya. Aku pernah ke Bandung, tapi itulah, buku ni buat rindu untuk kembali. Tempat jualan buku lapak dan bersantai-santai. Bandung memang satu tempat yang menyamankan.

Novel Ancika seperti melengkapi siri Dilan dan tahun tahun akhir 90 an. Seperti pengajaran untuk move on jugak. Kita kan baru ketemu Ancika. Sebelumnya, ada rasa sayang dan terkilan untuk Dilan dan Milea yang tak menjadi. Selepas selesai rasa ok, semacam setuju dan memberi restu pada hubungannya Dilan dan Ancika. Haha.. Milea pun sudah berbahgia, diselitkan pada cameo di hujung cerita. Penutup yang happy ending, matang dan penuh harapan.

Pilihan excerpt yang digemari:

"Masa lalu tak perlu disikapi sebagai hal yang mengganggu. Tapi kalau kamu tetap memandangnya begitu, silakan saja, tak ada yang melarang. Hanya saja, itu pasti akan membuat hidupmu runyam dan akan membuat hidupmu tak nyaman."

"Membandingkan hubungan yang telah berakhir dengan yang sedang berlanjut, sama saja seperti membandingkan hidup dengan kematian. Gak ada gunanya."
Profile Image for Anhie Greenish.
380 reviews4 followers
September 23, 2021
Mungkin energi tak akan pernah mati, tetapi kita semua tau, hubungan Dilan dengan Lia sudah berakhir, seperti banyak hal lain yang hilang selamanya.


Saya mungkin salah satu dari sekian banyak orang yang menyayangkan berakhirnya hubungan Dilan-Milea yang menurut saya harusnya masih bisa diperbaiki mengingat perjuangan Dilan dalam merebut hati Milea yang sangat menggemaskan. Namun begitu, saya juga tentu saja penasaran dengan sosok Ancika yang menjadi labuhan terakhir sang panglima tempur. Dan membaca ini, akan sangat sulit bagi pembaca yang telah mengikuti kehidupan Dilan untuk tidak membandingkannya dengan Milea, I just cant help it.

Buku ini mengambil sudut pandang dari Ancika, seorang remaja SMA di Bandung. Sejak awal, kita sudah akan merasakan adanya perbedaan karakter antara Ancika dan Milea. Sebagai perempuan, Ancika lebih tegas dan judes, sosok yang tidak akan ragu-ragu melawan siapa pun yang berani mengganggunya, dibandingkan dengan Milea yang mungkin lebih sedikit feminin. Namun sayangnya perbedaan karakter yang cukup menonjol ini hanya terjadi di awal cerita, memasuki pertengahan, kita akan disajikan konflik romansa Ancika yang kurang lebih sama dengan Milea, dimana Ancika selalu ditaksir oleh setiap pria yang ada di sekitarnya : teman sekolah, teman bimbel, guru mentor hingga pria mapan yang kesemuanya memiliki kesamaan sifat tukang pamer. Begitupun dengan karakter keluarga Ancika yang terasa sangat mirip dengan keluarga Milea yang sangat terbuka dan bersahabat dengan Dilan dan keluarga. Konflik utama cerita ini mungkin adalah kecemburuan Ancika terhadap sosok Milea, namun hal ini juga dengan mudah teratasi.

Terlepas dari beberapa kesamaan Ancika-Milea tersebut, tidak bisa dipungkiri kalau sosok Dilan di buku ini sangat berbeda, walaupun kekonyolannya tetap sama, namun kita bisa merasakan sosoknya yang lebih dewasa. Dilan tidak terburu-buru dalam mendekati Ancika, ia pun tidak gencar memberikan rayuan-rayuan gombal seperti yang dilakukannya pada Milea dulu. Ia menjadi sosok yang lebih bertanggung jawab, tenang bahkan misterius. Dan tentu saja, status Dilan sebagai panglima tempur, yang dibuku ini semakin disegani adalah salah satu dari pesona Dilan yang selalu membuat saya klepek-klepek, we do love bad boys,rite? hahaha

Tokoh favorit saya tetap jatuh pada Bunda Dilan yang menurutku sangat keren sebagai sosok seorang Ibu. Saya sangat menyukai scene Dilan-Ancika yang diberi wejangan oleh Bunda yang membahas Milea. Seperti buku-buku sebelumnya, buku ini membuat saya selalu tersenyum dan cekikikan membaca kekonyolan tingkah laku Dilan. Dan akhirnya saya bisa ikut merasakan kebahagiaan mereka.

Selamat untuk Dilan dan Ancika. Semoga berbahagia selamanya.
Profile Image for Nawala Patra.
74 reviews9 followers
April 13, 2023
Pada awalnya, ekspetasi saya terhadap Ancika akan biasa saja. Saya merasa Ancika tidak akan melampaui kemistri yang kuat antara Dilan-Milea pada masanya. Bagi saya, Milea sudah memiliki tempatnya tersendiri yang tidak akan bisa terganti, dan ya, itu benar. Namun, Ancika ternyata punya caranya sendiri--yang tentu saja layak punya cerita sendiri dan tidak bisa dibandingkan dengan Milea. Kalau Milea kenangnya membekas, maka Ancika ini memiliki "ciri khas".

Buku Ancika terkesan lebih tenang dan santai, konfliknya pun cukup ringan. Seperti biasa dari Mas Pidi, penjabarannya—salah satunya tempat—cukup detail. Rasanya seperti diajak berkeliling Bandung. Selain itu, diksi yang dipakai ringan, alurnya rapi, dan premisnya cukup menarik.

Character building-nya pun patut diapresiasi. Saya dapat merasakan setiap karakter memiliki ciri dan perkembangannya masing-masing. Hal inilah yang membuat saya paham bahwa Ancika memang pantas dan sebanding dengan Dilan.


Karakter
Ancika Mehrunisa Rabu. Tipe cewek tangguh dengan pemikiran yang cukup dewasa. Di luar nampak judes, tapi waktu udah kenal jadi manis dan lucu. Menurut saya, Ancika tidak jauh berbeda dengan Milea--banyak yang naksir, selain itu bertolak belakang. Sepanjang membaca, saya merasa ada yang hilang. Buku Ancika tidak semanis dan segemas Buku Dilan-Milea. Meski pembangunan karakternya cukup oke, saya merasa tokoh Ancika terkesan dipaksakan. Tokoh Ancika seolah seperti pusat dunia bagi tokoh-tokoh yang ada di dalamnya (Dilan, Yadit, Bagas, Bono, dll.) tanpa dijabari apa yang membuat Ancika memiliki daya tarik yang sedemikian rupa.

Dilan juga masih sama dengan humor dan topik anehnya. Dilan di Ancika masih menyenangkan, namun saya merasa ada perbedaan dari karakternya. In a good way. Dilan lebih dewasa, serius, dan lebih dapat mengontrol dirinya sendiri.

Salah satu karakter yang menarik perhatian saya adalah Indri. Di luar karakternya yang terlalu berorientasi terhadap pacaran, Indri adalah sahabat yang baik. Ia setia kawan, pendengar serta pemberi saran yang baik. Selain itu, Indri juga bertanggungjawab terhadap keluarganya. Ia menggantikan pekerjaan orang tuanya sepulang sekolah. Namun sayang sekali pembaca harus berpisah dengan Indri saat mendekati akhir cerita.

Kemudian Bunda Dilan, beliau adalah salah satu tokoh yang penting dalam keberlangsungan hubungan antara Ancika dan Dilan. Secara tidak langsung, Bunda mempengaruhi ending cerita di buku ini menjadi indah. Lalu pertemuan Ancika-Dilan dan Milea, bagi saya ini adalah bagian yang berpengaruh penting pula terhadap hubungan antara Ancika dan Dilan lebih kuat dari sebelumnya.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Maisya Sabilla.
14 reviews3 followers
April 11, 2022
"Tak ada yang bisa bersaing dengan kamu. Cinta di masa lalu itu cuma fantasi yang tidak nyata."

Setelah hampir sebulan malas baca akhirnya aku coba mulai dengan buku yang ringan. Buku ini masih tergolong ringan tapi untuk standar Dilan series bisa dibilang yang paling padat walaupun cenderung stagnan dan nggak ada konflik yang berarti.

Awal baca buku ini sejujurnya nggak terlalu yakin. Aku rasa tokoh Ancika ini secara sifat dan sikap digambarkan terlalu perfect tapi jadinya malah "too good to be true", belum lagi cerita gimana banyak laki-laki yang dekat sama dia, seakan-akan penulis berusaha keras memperlihatkan bahwa Ancika ini memang lebih baik dari Milea. Sebelumnya perlu digaris bawahi bahwa aku bukan fans berat Milea, malah cenderung banyak nggak setuju sama sifatnya.

Tapi lama-kelamaan aku mulai enjoy, karena pada dasarnya Ancika ini tokoh yang sulit dibenci, dan bersikap seperti remaja pada umumnya yang akhirnya terasa lebih relate. Aku suka gimana sikap awal Ancika menghadapi sikap aneh Dilan dengan cara yang realistis, dan nggak langsung jatuh karena 1/2 rayuan gombal. Ancika fokus sama tujuannya sekaligus menjalani hubungan yang menyenangkan dengan Dilan, tanpa saling menuntut satu sama lain. They literally made for each other and that's the end game.

Mungkin yang agak miris ketika baca buku ini adalah aku senang bagaimana perkembangan karakter Dilan, dia menjalani hidupnya dengan baik dan keluar dari bayangan masa lalu. Tapi sedih juga karena di akhir buku kedua aku rasa Milea masih terjebak di dalamnya. Seperti hidupnya terus berjalan tapi hatinya terjebak di tahun 1991. Sebagian besar pembaca juga mungkin masih terjebak di masa lalu Dilan dan Milea. Bunda yang aku pikir mungkin akan lebih susah move on daripada Dilan ternyata malah jadi titik balik konflik batin di buku ini, terutama gimana dia memberi pengertian soal masa lalu pada Ancika dan juga Dilan.

Overall Ancika ini cukup menarik buat dibaca kalau memang udah baca buku Dilan sebelumnya, walaupun feelnya beda karena 80% monolog. Honorable mention untuk Indri, walaupun dialognya sedikit, tapi dia salah satu tokoh yang paling menarik di sini (dan juga lucu!). Sayangnya akhir cerita setiap orang nggak selalu menyenangkan.
Profile Image for Fadila setsuji hirazawa.
347 reviews4 followers
December 26, 2021
"Membandingkan hubungan yang telah berakhir dengan yang sedang berlanjut, sama saja seperti membandingkan hidup dengan kematian. Gak ada gunanya." (Hal.289)
.
Ada yang mengikuti seri buku Dilan? Dan apakah kalian mengetahui siapa Ancika?

Ancika ini dituliskan sebagai seorang siswi yang katanya termasuk rajin. Tapi, bagaimana semesta menciptakan skenario gadis ini dengan Dilan? Kata Pidi Baiq,baca aja novelnya,mudah-mudahan menyenangkan.

❤ Buku Ancika ini membuat saya kembali bernostalgia dengan kisah dari buku pendahulunya terutama dengan gaya bertutur ayah Pidi dan juga status Ancika sebagai siswi.

❤ Tokoh Ancika jadi favorit saya setelah Wati, karena cara pandangnya terhadap orang lain yang cenderung cuek dan fokusnya pun tidak pada soal percintaan. Kayak akademisi sekali yah tokoh Ancika ini?

❤ Cara-cara yang digunakan Dilan untuk memulai interaksinya dengan Ancika cukup membuat saya terhibur. Bahkan, ada salah satu bagian ketika Dilan meminta maaf kepada Ancika dengan cara yang membuat saya geleng-geleng kepala. Yah,bisa dibilang cara yang digunakan itu masih gaya Panglima Tempur. Meskipun pendekatan Dilan pada Milea lebih sering membuat saya merasakan berbagai emosi dan pengalaman membaca yang menyenangkan.
Meski begitu, cara pendekatan Dilan pada Milea dan Ancika masing-masing punya ciri khasnya.

❤ Diksi Ayah Pidi Baiq tetap membuat saya suka,karena konyol tetapi cukup mendalam.

❤ Transformasi tokoh Dilan terasa dalam novel ini. Dan saya rasa, pertemuan Dilan dengan Ancika memberikan dampak baik terutama cara pandang dan tingkah Dilan yang cenderung lebih dewasa.

❤ Kisah Dilan dan Ancika pun tidak lepas dari konflik asmara. Dan baik Cika juga Milea,ternyata masuk tokoh yang populer meski keduanya bertemu dengan Dilan di situasi yang berbeda.

❤ Akhir Novelnya membayar tuntas rasa ingin tahu dengan kelanjutan kisah Dilan setelah buku ketiga terbit dan divisualisasikan.
16 reviews
January 14, 2022
Pertama... SENENG BANGET di buku ini gak banyak ada Milea, sehingga storynya fokus ke Cika dan Dilan. Milea cuman di mention di akhir-akhir, itupun gak banyak, bisa dihitung jari.

Saya salah satu orang yang nonton kisah Milea Dilan di bioskop dan baca novelnya. Tadinya gak rela banget baca Ancika, bahkan ga niat baca samasekali, tapi akhirnya penasaran dan beli. Nyesel telat beli, karena ga dapet versi yang bonus surat Dilan buat Cika dr Kuba.

Setelah baca... Hmmm... Ngerti sih knp akhirnya Milea Dilan gak bersatu. Dilan bener-bener tipe orang yang menjaga batasan hati dan pikiran(memang karakternya berprinsip begitu dalam hidupnya), jadi begitu dia liat Milea udah ama Hendro(or siapa) , yaudah dia bisa move-on sepenuhnya. Kenangan sama Milea dia jadikan pelajaran aja untuk melangkah ke depannya.

Saya sendiri ngga bisa banyak komen soal Cika ya, setipe saja sama Milea tapi rambutnya pendek. Ada perbedaan di beberapa aspek, tapi sama-sama cewe populer yg dikejar sana-sini.. Wajarlah Dilan suka, emang tipenya Dilan yg begini. Bahkan kalau boleh julid, mengikuti quotes Dilan sendiri : memang tidak perlu membandingkan Cika dan Lia karena saking miripnya #ups!

Tapi terlepas julid saya, saya enjoy banget sih baca Ancika, bahkan cenderung sad gitu pas novelnya abis. Ceritanya realistis. Jangan berharap Ancika bakal berbeda banget sama Milea, karena let's be real, kalo lihat orang-orang sekitar pun, ada saja yang habis putus pun pacar barunya gak beda jauh sama mantannya kan?

Bedanya pembawaan karakter Dilan lebih dewasa dalam menghadapi masalah sehingga itu berefek positif dengan hubungannya dengan Cika. Yahh namanya jodoh, intinya :
Milea = Orang yg tepat di waktu yg salah
Ancika = Orang yg tepat di waktu yg tepat
Ups ngebandingin lagi, yah wajarlah saya netizen
Profile Image for Septian Chandra.
63 reviews1 follower
May 1, 2023
Resep yang sama seperti karya2 sebelumnya kurang lebih dihadirkan penulis pada karyanya ini. Sama seperti Dilan 90 dan 91, alur penceritaannya kurang lebih juga hampir sama dengan yang ada di novel ini.

Novel ini bercerita tentang Ancika yang kemudian menjadi kekasih Dilan setelah bersama Milea. Sesuai dengan judulnya, timeline cerita ini terjadi pada 1995 ketika Dilan sudah kuliah. Tentu yang membedakan lebih kepada disini Dilan lebih digambarkan memiliki kedewasaan yang lebih matang daripada novel sebelumnya. Meskipun ya beberapa kasus dia masih bersikap "jagoan" untuk melindungi Ancika.

Sedangkan Ancika sendiri digambarkan sebagai seorang gadis SMA yang mandiri dan lebih bersifat tidak suka berbasa-basi dengan sembarang orang. Bahkan lebih ke memiliki sifat skeptis terhadap cowok2 yang tiba2 sok baik dan berusaha mendekatinya. Hal itu lebih ke upayanya untuk tetap memperluas pertemanannya tanpa terikat romantisme pacaran ala2 remaja.

Bahkan pertemuan antara Dilan dan Ancika pun juga sebenarnya diawali dengan kejengkelan yang ditunjukkan Ancika. Namun Ancika mulai kagum pada Dilan ketika tahu bahwa dengan sifat santainya, Dilan bisa berkuliah di ITB yang merupakan kampus tempat anak2 pintar saat itu. Dinamika hubungan Dilan-Ancika dimulai saat itu. Resepnya kurang lebih sama seperti Dilan yang dengan sifat humoris dan romantisnya akhirnya dapat mengambil hati dari Ancika. Sikap Dilan yang lebih dewasa dan tidak aktif sebagai anggota geng motor dan Ancika yang cenderung juga lebih mandiri ternyata menciptakan kecocokan tersendiri bagi mereka. Storyline yang ada akhirnya hanya berjalan cenderung datar hingga akhir cerita dan lebih berfokus seperti nostalgia dari penulis saja. IMO, it's not bad at all but can be better.
Profile Image for Meta Morfillah.
646 reviews23 followers
August 27, 2023
Judul: Ancika: Dia yang bersamaku tahun 1995
Penulis: @pidibaiq
Penerbit: @pastelbooks.id
Dimensi: 290 hlm, cetakan II September 2021
ISBN: 9786026716903

Bagi yang mengikuti kisah #Dilan 1990, 1991, dan #Milea pasti menyayangkan mengapa mereka tak bersama. Sebelumnya kita tahu bahwa Lia (Milea) menceritakan Dilan dengan kondisi dia telah menikah dan memiliki anak, bukan dengan Dilan. Dari sudut pandangnya, Dilan adalah kisah manis SMA yang disayangkan kandas di tengah jalan.

Hadirlah Cika, yang menceritakan Dilan setelah putus dari Lia dan kuliah di ITB. Awalnya sosok Cika terasa biasa saja. Namun perlahan, saya bisa melihat mengapa Dilan pada akhirnya memilih bersama Cika untuk sisa hidupnya. Ada karakter kuat pada Cika yang merasa dirinya biasa dan begitu manusiawi, namun juga nyaman sebagai rumah untuk kembali dalam keadaan apa pun.

Dari kisah mereka, pelajaran besarnya adalah tentang semanis-manis kisah, jika telah kandas, ya sudah. Lepaskan. Ikhlaskan. Jangan banding-bandingkan lagi kisah manis di masa lalu dengan kisah yang sedang kaujalani sekarang. Itu sama saja meracuni dirimu sendiri.

Secara alur dan gaya bahasa, kadang menemukan Cika adalah Dilan versi cewek. Jauh dari romantis²an kayak waktu sama Milea. Dan tetap seru dengan khas ngabodor penulisnya.

Oiya, ada satu hal yang bikin saya ngakak di halaman 200an, ada perubahan Indri lebih cantik karena skin carean pakai Azarine. Masalahnya, saya tahu azarine itu baru mulai dibuat tahun 2002, sementara latar saat itu belum mencapai tahun 2000an. Apakah penulis diendorse? Hehe

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta morfillah

#1hari1tulisan #resensibuku #reviewbuku #bacabuku #ancika #pidibaiq
Displaying 1 - 30 of 157 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.