Jump to ratings and reviews
Rate this book

Yang Terlupakan dan Dilupakan: Membaca Kembali Sepuluh Penulis Perempuan Indonesia

Rate this book
“Akoe pertjaja dengen goenaken kaoe poenja pena poenja katadjeman, Kaoe bisa bekerdja banjak goena kaoem prampoean di ini djeman, Kaoe bisa bebasken kita-orang semoea dari segala atoeran kakedjeman, Kaoe bisa bikin kita-orang poenja kasedian terganti oleh senjoeman” —Dahlia (Tan Lam Nio), 1928

“Kami bukan lagi / Bunga pajangan / Yang layu dalam jambangan Cantik dalam menurut / Indah dalam menyerah / Molek tidak menentang Ke neraka mesti ngikut / Ke sorga hanya menumpang” —Sugiarti Siswadi, 1959

Dua nama penulis perempuan di atas nyaris tak dikenal umum, padahal pada masanya, keduanya—serta masih banyak lagi penulis perempuan lainnya—aktif membuahkan karya-karya fiksi maupun non-fiksi yang memuat persoalan-persoalan perempuan di tengah masyarakat yang berubah. Sejarah politik, dominasi maskulin dalam lingkaran sastra dan sosial, telah turut berperan mengecilkan bahkan menghapus nama para perempuan ini. Ajip Rosidi menjuluki Hamidah sebagai “pengarang wanita yang gemar bersedih-sedih”, karya Hamidah yang belum terbit juga dihancurkan oleh suaminya, sementara S. Rukiah, Sugiarti Siswadi, dan Charlotte Salawati dipenjara oleh Orde Baru, dan secara khusus H.B. Jassin ikut menghapus karya-karya Rukiah dari edisi buku Gema Tanah Air sesudah 1965. Kini, 10 penulis perempuan muda yang tergabung dalam kolektif Ruang Perempuan dan Tulisan mencoba membaca mereka kembali dan menghadirkan ketokohan, karya, dan semangatnya bagi generasi terkini.

314 pages, Paperback

Published January 1, 2021

7 people are currently reading
226 people want to read

About the author

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
37 (58%)
4 stars
21 (33%)
3 stars
4 (6%)
2 stars
0 (0%)
1 star
1 (1%)
Displaying 1 - 19 of 19 reviews
Profile Image for Szasza.
246 reviews20 followers
March 12, 2022
Buku ini berisikan essai ringkasan kehidupan dan karya 10 orang penulis perempuan pada masa lampau yang kadang kala nya dilupakan oleh sejarah, karena ditulis oleh 10 orang penulis sangat wajar jika essai tsb memiliki format dan gaya penulisan yang berbeda.

Ada kalimat yang cukup menohok diawal pengantar buku ini

— 'Bagaimana para perempuan penulis dapat menyuarakan apa yang benar-benar penting baginya—saat apa yang menurutnya penting justru dipandang tidak signifikan?'

Dalam pembahasan tentang sepuluh perempuan ini menurutku ada sebuah garis atau kesamaan yaitu tentang pembahasan bagaimana perempuan-perempuan penulis tsb memiliki keterbatasan akses dan ruang (yang aman) untuk mereka berkarya.

Pembatasan-pembatasan akses dan ruang untuk berkaya yang mereka hadapi cukup luas mulai dari yang tampak maupun tidak. Mulai dari pembatasan adat, agama, sosial, patriarki, dll. Bahkan ketika ruang yang aman untuk mereka berkarya telah tersedia itupun masih tidak cukup.

Pas baca ini jujur gak ada satupun penulis yang aku kenal (yes shame on me) ㅠㅠ

TAPI, itu yang bikin buku nya makin menarik buat ku karena bukan cuma membahas tentang karya mereka saja, para peneliti juga menuliskan tentang kehidupan mereka.

Dan ternyata penulis-penulis perempuan ini adalah kumpulan wanita yang sangat luar biasa, bukan hanya berkarya dalam menulis, sebagian dari mereka juga kerap aktif dalam kegiatan sosial dan politik. Bahkan salah satunya merupakan menteri perempuan pertama di Indonesia.

Terus yang aku suka tuh kayak di akhir setiap essai para peneliti/penulis ngasi rangkuman dan put their thoughts abt the author.


4.25/5 ⭐
Profile Image for dinda ☁️.
141 reviews15 followers
January 3, 2023
Buku ini ditulis oleh 10 perempuan muda yang berisi tentang ringkasan kehidupan 10 orang perempuan yang kita bisa telusuri dari karya masing-masing perempuan ini. Tidak cuma berbentuk review karya para 10 perempuan ini, tapi kita juga diajak untuk menjelajahi kehidupan para perempuan tersebut. Ketika aku membaca buku ini, aku baru tersadar bahwa banyak sekali tokoh-tokoh perempuan di dalam sejarah yang tidak diangkat kisahnya, karena aku tidak mengenali satupun diantara mereka (jujur malu banget 😭). Semua cerita berkesan buatku tapi yang paling berkesan adalah ceritanya Maria Ulfah, karena bener-bener bikin emosi dan greget. Bagus banget aku rekomendasikan teman-teman untuk baca ini!
Profile Image for solana.
109 reviews
July 16, 2022
Baru sekali ini aku baca antologi esai yang semua esainya menarik dan informatif kayak begini.

Buku ini berisi kumpulan esai dari penulis-penulis perempuan muda Indonesia yang 'bercerita' tentang penulis-penulis perempuan klasik Indonesia yang kerap dilupakan dalam sejarah. Data yang digunakan lengkap dan menerangkan banget, kebayang buat riset begini pasti memerlukan waktu lumayan lama ... dan sejujurnya karena aku lihat esai-esai ini semi-akademis, aku kepikiran pasti ini sebuah tantangan juga sih bagi penulis-penulis di buku ini yang notabene menerbitkan buku fiksi. Dan hasilnya gak mengecewakan. Aku justru suka bagaimana esai-esai di sini ditulis secara enggak membosankan dan mudah dicerna.

Kayaknya aku paling gereget pas baca 'Membaca Ulang Masalah Perkawinan Lewat Perjuangan Maria Ullfah'. Rasanya kayak aku ikut masuk di dalam biografi beliau dan kesel ngelihat betapa patriarkisnya pemerintah dulu dalam memandang perempuan. Enggak cuma esai itu aja sih sebenernya, esai-esai lain pun buat aku geleng-geleng kepala karena bisa-bisanya tokoh-tokoh perempuan sekeren mereka ini 'kalah pamor' sama tokoh-tokoh dan sastrawan laki-laki sehingga enggak banyak dibahas. Ini pasti bukan karena kualitas karya mereka sih, tapi pasti karena problema strukturalis dunia sastra Indonesia emang kinda misoginis.

Tapi iya, aku juga ingat dosenku pernah bilang kalo ini juga karena peran kritikus-kritikus dan sejarawan sastra Indonesia yang dengan 'sengaja' enggak menyantumkan nama pengarang perempuan. Entah karena mereka identik dengan kata 'populer' atau emang tabiat laki-laki aja suka merendahkan perempuan. Baru belakangan aja semenjak era Ayu Utami, pengarang perempuan Indonesia mulai dapat tempat. Waktu itu aku kepikiran ya mungkin memang karya-karya mereka terlalu banyak yang populis, tapi setelah riset banyak-banyak dan baca buku ini, aku berubah pikiran. Justru banyak pengarang perempuan Indonesia yang lebih lantang ketimbang sastrawan-sastrawan 'kondang' kayak Alisjahbana, Lubis, atau Pramoedya. Sungguh disayangkan, karya-karya mereka di zaman sekarang justru kayak 'kurang dapat spotlight'.

Serius, aku bersyukur banget baca buku ini karena semangatku buat membaca penulis perempuan klasik Indonesia (dan buat ini jadi objek penelitian) jadi meningkat drastis. Kayaknya selanjutnya aku bakal mulai baca buku-bukunya S. Rukiah mengingat bukunya kayaknya paling mudah diakses. Terima kasih banyak buat penulis-penulis di antologi esai ini, aku suka banget 😭✊
Profile Image for Kimi.
401 reviews30 followers
July 27, 2022
"Perempuan pernah menulis dan selalu menulis. Namun, mengapa pembahasan jejak karya para perempuan sangat terbatas sepanjang sejarah?" Kira-kira demikianlah, gagasan yang menjadi benih hadirnya Ruang Perempuan dan Tulisan berpijak dari kesadaran bahwa ekspresi dan kegiatan tulis-temulis para perempuan di Indonesia masih terlampau sedikit dibicarakan dalam nomenklatur kesusastraan negeri ini. (hal. v)

Dari keresahan tersebut lahirlah buku ini, Yang Terlupakan dan Dilupakan: Membaca Kembali Sepuluh Penulis Perempuan Indonesia.

Secara berturut-turut buku ini terdiri dari pembacaan kembali sepuluh penulis perempuan atas tulisan-tulisan dari penulis perempuan yang hampir atau tidak pernah atau jarang kita dengar namanya: Giovanni Dessy Austriningrum tentang S. Rukiah Kertapati (1927-1996), Isyana Artharini tentang Suwarsih Djojopuspito (1912-1977), Rain Chudori tentang Omi Intan Naomi (1970-2006), Dwi Ratih Ramadhany tentang Ratna Indraswari Ibrahim (1949-2011), Ni Made Purnamasari tentang Sugiarti Siswadi (meninggal 1983), Aura Asmaradana tentang Saadah Alim (1898-1968), Nur Janti tentang Maria Ulfah (1911-1988), Ayu Puspita Sari Ningsih tentang Hamidah/Fatimah Hasan Delais (meninggal 1953), Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie tentang Dahlia/Tan Lam Nio (1909-1932), dan Dhianita Kusuma Pertiwi tentang Charlotte Salawati (1909-1985).

Pembacaan ulang tersebut tidak hanya terbatas pada pembacaan karya tulis mereka, melainkan juga "menggali kembali kehidupan, pemikiran, karya, dan proses kreatif para perempuan penulis ini." (hal. vii) Proses riset dilakukan melalui berbagai sumber, dari Perpustakaan PDS HB Jassin, arsip mikrofilm Perpustakaan Nasional, akses dari berbagai penelitian sebelumnya, wawancara langsung dengan pihak keluarga, dan karya riset -- baik tesis, disertasi, buku -- dari John McGlynn, Annabel Teh Gallop, Julie Shackford-Bradley, Tineke Hellwig, dan Alicia Lawrence.

Resensi lengkap ada di sini.
Profile Image for Hamima Nur Hanifah.
46 reviews9 followers
August 28, 2024
Kami bukan lagi / Bunga pajangan / Yang layu dalam jambangan
Cantik dalam menurut / Indah dalam menyerah / Molek tidak menentang
Ke neraka mesti ngikut / Ke sorga hanya menumpang
(Sugiarti Siswadi, 1959)

menilik profil penulis perempuan Indonesia terdahulu berarti melihat betapa minim arsip/dokumentasi pengkaryaan mereka dan jg betapa kompleks halang & rintang mereka dlm menulis, baik yg sifatnya imaterial (adat, agama, patriarki, pembedaan kelas, situasi politik) hingga yg material (penyakit dan kemiskinan).

berikut aku rangkum bbrp profil penulis perempuan tsb:

🌸S. Rukiah: aktif menulis pd masa revolusi fisik, sempat dipenjara oleh Orba, setelah perang berakhir fokus menggeluti sastra anak utk tujuan pendidikan.
🌸Omi Intan Naomi: penulis & seniman yg mengeksplorasi medium blog era 1990an. situs yg digunakannya adalah GeoCities dgn nama pena Nina Wilhelmina. tema2 tulisannya seputar isu sosial, politik, gender, seni rupa dan sastra.
🌸Sugiarti Siswadi: penulis Lekra yg pasca tragedi 65, karya dan jejak hidupnya diberangus dan dilarang peredarannya oleh pemerintah.
🌸Maria Ulfah: menteri sosial perempuan pertama yg memperjuangkan masalah2 hukum perkawinan sprti poligami & perkawinan anak.
🌸Dahlia/Tan Lam Nio: pengarang Tionghoa-Peranakan era 1930an yg karya2nya oleh Balai Pustaka dianggap sbg karya "Melayu rendah" karena ketidakbakuan bahasa dan ketidakseragaman ejaan.
🌸Charlotte Salawati: walikota perempuan pertama Makassar yg aktif menulis di surat kabar & majalah. keterlibatannya sbg petinggi Gerwani membuatnya ditangkap oleh pasukan TNI AD dan dipenjara selama 13 tahun.
—dan penulis perempuan lain yg karya2nya seringkali hilang dan tersisihkan dari medan sastra yg didominasi oleh laki2.

buku ini juga seperti jadi mesin pengingat utk memperbincangkan kembali kiprah, pemikiran, proses kreatif dan kehidupan mereka di masa lalu. tentang bagaimana mereka aktif mengkritisi gagasan2 dominan terhadap perempuan, jg tentang institusi2 yg aktif menindas perempuan; keluarga, pernikahan, adat, sampai negara. 💔🔪

⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐/10!!!
Profile Image for Gita Swasti.
322 reviews40 followers
June 24, 2022
Namanya Omi Intan Naomi. Dalam karyanya, Anjing Penjaga: Pers di Rumah Orde Baru ia berpendapat bahwa budaya politik Jawa terinternalisasi dalam budaya politik nasional Indonesia. Politik Indonesia terasimilasi dari nilai-nilai feodalistik Jawa. Pasifis dan memberi hormat pada orang yang lebih tua dalam nilai-nilai Jawa telah membentuk budaya politik rezim Orde Baru.

Berpindah ke Sugiarti Siswadi, yang akrab dipanggil Mbak Gig. Cerpen Parak Siang menunjukkan bahwa dalam diri manusia, sejatinya bersemayam nilai baik dan buruk sekaligus. Mbak Gig membawa napas semangat untuk melakukan perlawanan demi kemerdekaan maupun kebebasan yang utuh. Cerpen Parak Siang lahir ketika pihak Republik berusaha meneguhkan kedaulatan kemerdekaan dengan melahirkan militan-militan yang berasal dari kaum sipil untuk terjun ke medan perang.

Buku ini menjadi ruang pengingat perihal penulis-penulis terdahulu meskipun sejarahnya masih sangat di permukaan. Tak hanya pembacanya karyanya, mereka juga menuturkan kebiasaan-kebiasaan kecil penulis-penulis terdahulu (contohnhya ada Omni yang bisa duduk seharian di depan layar). Selain pengingat, tentu saja ada hal yang lebih penting: *mengetahui sejarah perempuan-perempuan yang pernah hidup di jaman terdahulu*

Saya jadi berefleksi. Semasa sekolah, nama pahlawan perempuan hanya terbatas pada R. A. Kartini, Cut Nya Dien, dan Martha Christina Tiahahu. Bahkan ketika saya mengetik "pahlawan perempuan Indonesia" pada laman pencarian pun tiga nama di atas yang paling sering muncul. Mengambil contoh lain, siapakah perempuan yang kita kenal dalam proses pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia? Fatmawati, istri Soekarno? Apakah ada nama lain? Saya sendiri tidak punya nama lain.

Setelah membaca buku ini, tidak hanya berefleksi, tapi saya juga jadi berandai-andai. Kalau saya punya kuasa, saya akan memasukkan nama-nama mereka ke dalam buku teks mata pelajaran. Supaya nama-nama perempuan terdahulu tidak hanya itu-itu saja.
Profile Image for Wahyu Novian.
333 reviews46 followers
January 1, 2023
Wow! Begitu banyak yang saya tidak tahu, begitu banyak yang ingin saya tahu.

Buku ini adalah pembacaan penulis perempuan Indonesia masa kini terhadap karya (dan) penulis perempuan Indonesia sebelum mereka. Dari generasi sebelum negeri ini merdeka, hingga generasi awal internet. Penulis-penulis perempuan yang jangankan karyanya, nama-namanya saja yang saya tahu cuma dua, itu pun satu samar dan sekarang-sekarang saja. Entah saya yang tidak begitu memperhatikan pelajaran sejarah sewaktu sekolah atau memang tidak pernah diajarkan (saya curiga yang kedua, sih.)

Baru sekali ini saya membaca pembacaan karya macam begini. Membaca karya bisa membuat kita tahu (atau mengira-ngira) latar kehidupannya, keadaan zaman dan penerimaan masyarakatnya, nilai-nilai yang dianut dan hal-hal yang mempengaruhinya. Dari penulis cerita romansa hingga penggagas undang-undang, dari pengajar hingga wali kota, perempuan-perempuan Indonesia menuliskan keresahan dan kegelisahan mereka, melalu cara mereka. Begitu banyak perempuan hebat, yang bersuara lantang dan jelas sejak dulu, tapi tidak dikenal banyak.

Oleh karena itu, membaca buku ini terasa sangat menyenangkan layaknya belajar hal-hal baru (dan tertampar, "Hey! Ke mana saja kamu?")

Terima kasih @perempuandantulisan sudah menerbitkan buku ini.

Beberapa kisah bikin saya semakin kesal pada politikus dan pemerintah negara ini (sampai sekarang). Perjuangan sudah dimulai sejak lama dan masih saja belum banyak berubah.

Saya langsung ingin coba membaca tulisan Sugiarti Siswadi, begitu HB Jassin dibuka lagi.
Profile Image for The Book Club Makassar.
127 reviews8 followers
Read
December 27, 2021
"Perempuan pernah menulis dan selalu menulis. Namun, mengapa pembahasan jejak karya para perempuan sangat terbatas sepanjang sejarah?" Merupakan kalimat pertama yang akan kamu temui di pengantar kolektif buku ini. Kalimat awal yang berusaha dijawab buku ini.

Berisikan 10 tulisan hasil riset populer, terkait 10 penulis perempuan dalam sejarah Indonesia, oleh 10 penulis-periset perempuan, buku ini berhasil meniupkan nyawa pada kisah para perempuan penulis yang seolah ditelan waktu dan sejarah.

Buku ini tak sekedar menuliskan review karya para penulis perempuan yang dijadikan objek riset, tapi juga turut masuk menjelajahi kehidupan para penulis perempuan tersebut. Pengaruh mereka dalam sejarah tanah air yang keruh, hingga bagaimana karya-karya mereka menjadi gambaran akan hal-hal penting bagi perempuan yang kerap disepelekan oleh khalayak ramai.

Kesepuluh perempuan penulis dalam buku ini bukanlah sekedar penulis biasa, ada yang kerap berdemo sembari menggunakan batik dan kebaya, ada yang menjadi pemimpin redaksi, ada yang membangun sekolah liar bagi anak bangsa, ada pula yang menjadi menteri perempuan pertama di Indonesia. Hingga ada yang ditunjuk negara untuk berunding dengan Kahar Muzakkar dan kerap dipenjara karena melawan Belanda.

*Review by Ical
Profile Image for Lana.
80 reviews6 followers
April 29, 2023
(At first I want to rate this 4 stars, but the more I think about it, the more I feel like I need to boost the ratings to appreciate not only our late female writers but also Ruang Perempuan dan Tulisan and the female writers who make this project happen.)

Kami bukan lagi
Bunga pajangan
Yang layu dalam jambangan
Cantik dalam menurut
Indah dalam menyerah
Molek tidak menentang
Ke neraka mesti ngikut
Ke sorga hanya menumbang
(Sugiarti Siswadi, "Bunga dalam Jambangan")


Reading this feels like watching a documentary.

In this book, ten modern female writers are writing and retelling our ten late female writers. These women were not just authors, they were also activists and/or politicians who fought for our country’s independence and human rights.

It’s disappointing that our curriculum lacked nuances in retelling history. We always hear the same repeated history stories which were played by mostly (even not all, minus Kartini) men. So it is really refreshing and empowering for me to finally read actual stories about women.

The only unfortunate thing about this book is there are some typo and ineffective sentence (I read the first edition).

But all in all,
amazing.
Profile Image for Syakirina utami.
26 reviews1 follower
June 22, 2024
Sebuah catatan penting dari POV 10 perempuan di masa sekarang tentang 10 penulis perempuan di tahun 20-an - 65-an. Buku yang perlu kita baca untuk memahami hal-hal yang selama ini tidak pernah kita tahu. Selama ini, narasi sejarah selalu berada di satu pilihan saja, narasi besar selalu berpihak pada laki-laki. Seolah memang perempuan direduksi perannya.
Buku ini memperlihatkan 'bagaimana 10 perempuan penulis ini memiliki peran yang besar terhadap lingkungan dan perempuan llainnya.
Dengan latar belakang yang berbeda, para perempuan ini berjuang untuk kesetaraan dan keadilan bagi perempuan.

Menariknya lagi, peneliti menulis hasil riset mereka dengan luwes sehingga mudah dan nyaman dibaca.

Terima kasih teman-teman Ruang Perempuan dan Tulisan sudah menyusun buku ini dengan nyaman sehingga dapat berterima di semua kalangan.
Profile Image for Aqiva Karenina.
50 reviews5 followers
May 13, 2025
Mengenal buku ini pertama kali dari laman instagram @thebookclub.mks pada 2021. Hari itu, Yang Terlupakan dan Dilupakan terpilih menjadi buku favorit dalam diskusi. Hanya dengan sampul dan judulnya, ditambah satu ulasan The Book Club, cukup untuk menggerakkan saya untuk membaca isinya.

Yang Terlupakan dan Dilupakan memuat kumpulan esai dari 10 perempuan penulis Indonesia hari ini yang secara kolektif mengulas, tidak hanya karya tulis, tetapi juga rekam jejak dan kehidupan atas 10 perempuan penulis klasik yang tidak banyak disebutkan dalam sejarah. Saat baca antologi ini, jadi sadar ternyata banyak banget tokoh perempuan keren yang tidak diangkat kisahnya. Suara perempuan penulis ini rasanya lebih lantang dari banyak sastrawan pria yang sudah terkenal, tapi betapa minim arsip/dokumentasi atas karya mereka, karena saya sendiri tidak mengenali satu pun dari mereka... Di luar 10 perempuan ini, selain Kartini, saya sepertinya hanya pernah membaca tulisan Nh. Dini. Sayang banget, padahal kita ini bangsa yang besar....

Dalam Yang Terlupakan dan Dilupakan, 10 perempuan klasik ini diceritakan tidak hanya aktif menulis dan mengkritisi gagasan-gagasan dominan terhadap perempuan, mereka juga terlibat dalam memperjuangkan kemerdekaan, menjadi guru hingga pemimpin redaksi, berperan sebagai istri yang setia dan suportif, membangun sekolah, menggagas undang-undang, terlibat dalam organisasi politik dan partai, bahkan hingga dipenjara oleh Orba. Satu kesamaan yang bisa ditemukan dari mereka: perempuan penulis ini pernah berjuang sama kerasnya, dan berkorban sama besarnya, dengan para lelaki dalam berbagai aspek kehidupan yang disentuhnya. Betapa mereka tumbuh menjulang namun tetap luput dari pandang.

Ah, ya, satu hal yang saya highlight juga, dengan membaca antologi ini saya jadi mengenal Charlotte Salawati! Selain menulis dan aktif dalam organisasi politik serta jurnalisme, ternyata beliau adalah walikota perempuan pertama (dan sampai saat ini, satu-satunya) untuk Kota Makassar, tempat kelahiran saya! *wow*

Yang Terlupakan dan Dilupakan menjadi mesin pengingat untuk mengetahui kira-kira seperti apa keadaan zaman, kompleksitas masyarakat, dan pergeseran nilai-nilai memengaruhi penulisan perempuan. Buku ini juga menjadi refleksi paling baik tentang bagaimana perempuan penulis mengatasi batasan dan pembatasan yang menghambat langkah maju mereka.
Profile Image for Nike Andaru.
1,631 reviews111 followers
October 9, 2023
91 - 2023

Menyenangkan sekali rasanya membaca para perempuan hebat di zaman sebelum kemerdekaan ini. Lewat tulisan-tulisan dan semangat mereka untuk membawa perempuan menjadi lebih baik, mampu bersuara dan setara terlihat banget dalam buku ini. Dari buku ini saya banget banget jadi tahu tentang perempuan-perempuan hebat zaman nenek kakek saya dulu.

Hebatnya adalah ini ditulis oleh para penulis perempuan dan tentang penulis perempuan. Perjuangan mereka harus banget rasanya diteruskan, tentu dengan cara-cara kita saat ini.
Tulisan favorit saya ada di tulisannya Rain Chudori dan Dhianita Kusuma Pertiwi.
Profile Image for lia.
32 reviews1 follower
December 26, 2021
Sebuah esai yang ditulis oleh 10
perempuan muda tentang 10 penulis perempuan di masa lampau. Membaca buku ini membuat saya sadar bahwa banyak sekali tokoh-tokoh perempuan yang tidak diangkat di mata pelajaran sejarah sewaktu sekolah.

Diulas secara komprehensi dengan keunikan masing-masing penulis— mulai dari biografi tokoh, sepak terjang tokoh, dan ditutup oleh kesimpulan penulis terkait perjuangan tokoh.

Sangat cocok dibaca oleh perempuan saat ini, mengingatkan kembali bahwa perjuangan dalam memperjuangan kesetaraan perempuan dan laki-laki sangat jauh dari kata selesai.
Profile Image for Ida Fitri.
Author 12 books13 followers
December 29, 2023
Sangat cocok untuk mereka yang ingin tahu tentang kiprah penulis perempuan Indonesia yang seperti dilupakan, padahal mereka sangat berprestasi, bahkan ada yang sampai di luar negeri, namun fotonya saja bisa dibilang tidak ada kecuali satu (Sugiarti Siswadi). Kemudian ada walikota pertama Makassar (Charlotte Salawati) yang seharusnya cukup keren, tapi seingat saya juga tidak pernah disebut dalam buku pelajaran sejarah saat saya sekolah dulu. Seperti judulnya, para perempuan penulis dalam buku ini seperti dilupakan dan terlupakan.
Profile Image for Wookiee.
27 reviews
February 7, 2025
Jarang banget bahkan baca buku bertemakan sejarah, namun buku ini aku jadikan pemanasan otak supaya terbiasa membaca kesejarahan di Indonesia, yang aku awali dengan tema perempuan. Jujur agak berat memahaminya karena banyak banget istilah-istilah politik zaman dulu maupun istilah diplomatis yang baru aku dengar serta tulisan-tulisan Indonesia zaman dulu. Buku yang cocok jadi pemantik setidaknya untuk diri aku terjun untuk lebih sering membaca sejarah 😂
Profile Image for Wahid Kurniawan.
206 reviews3 followers
December 11, 2021
Karena ditulis oleh orang yang berbeda-beda, setiap tulisannya punya rasa yang berbeda pula. Intinya, ini buku kumpulan esai yang penting buat mengetahui siapa aja penulis perempuan dari masa lalu yang pernah eksis tapi jarang ada yang mengingat bahkan mengetahuinya.
Profile Image for Ajeng.
4 reviews
April 10, 2023
Ringkasan tentang 10 penulis wanita hebat. Cocok untuk yang ingin mengetahui sejarah penulis wanita di Indonesia.
Profile Image for Dhani Robinson.
7 reviews
September 14, 2022
Ternyata sejak dahulu pena sudah bersahabat dengan perempuan Indonesia. Tapi sayang nama-nama ini tertelan sejarah besarnya penulis-penulis laki-laki yang lebih dikenal dan banya disebutkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia maupun sejarah anak-anak kita.

Sejujurnya saya baru mendengar nama-nama seperti Sugiarti Siswadi, Ratna Indraswari Ibrahim, dan Suwarsih Djojopuspito. Padahal karya mereka mendunia. Sayup saya familiar dengan nama Rukiah Kertapati ataupun Maria Ullfah tapi tidak sekalipun menaruh perhatian lebih terhadap karya mereka.

Melalui buku ini, lembaran sejarah kembali terkuak melalui kacamata penulis perempuan lain dari era yang berbeda. Tulisan-tulisan perempuan penulis masa kini yang membahas penulis perempuan masa lalu menjadikan kisah-kisah mereka kembali terselamatkan dari redaman sejarah penguasa. Sangat menarik mempelajari sebuah sejarah yang (sengaja) terlupakan atau dilupakan dari perspektif perempuan untuk perempuan dalam goresan pena dan perjuangan yang hampir sama.
Displaying 1 - 19 of 19 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.