Jump to ratings and reviews
Rate this book

Things Left Behind: Hal-hal yang Kita Pelajari dari Mereka yang Telah Tiada

Rate this book
Apakah yang akan terjadi setelah kita mati?
Bagaimanakah kisah sesungguhnya di balik kematian seseorang?
Sungguhkah kesepian bisa membuat orang kehilangan semangat hidup?
Mengapa ada orang yang memutuskan untuk bunuh diri?


Buku ini mengungkap beragam kisah nyata di balik kematian yang diceritakan oleh seorang pengurus barang-barang peninggalan orang yang sudah meninggal, baik yang meninggal karena sebab natural maupun tidak—misalnya pembunuhan atau bunuh diri. Saat diminta membersihkan barang milik orang yang telah meninggal, terkadang ditemui kasus-kasus mengejutkan, seperti orang tua yang meninggal tanpa diketahui orang lain dan jenazahnya baru ditemukan berminggu-minggu kemudian.

Ditulis dengan jernih dan menyentuh, buku yang mengilhami K-drama Move to Heaven ini menggabungkan pengalaman pribadi dan renungan personal dengan bahasa yang mengalir dan enak dibaca.

Inilah buku menarik yang akan membuat pembaca menangis terharu, sekaligus menyadarkan kita akan hal-hal penting yang selama ini luput dari perhatian, antara lain betapa berharganya kehidupan, keluarga, kasih sayang, dan persahabatan.

222 pages, Paperback

Published December 1, 2021

166 people are currently reading
2200 people want to read

About the author

Kim Sae-Byoul

1 book12 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
773 (50%)
4 stars
578 (38%)
3 stars
154 (10%)
2 stars
11 (<1%)
1 star
3 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 388 reviews
Profile Image for raafi.
924 reviews447 followers
January 15, 2022
"Begitulah orangtua seperti kami. Berpikir bisa meninggal hari ini atau besok. Semoga meninggal dengan tenang. Jadi, aku pun memberi izin dan berkata tidak apa-apa. Aku tidak menyangka secepat ini dia akan meninggal ...."


Aku memfavoritkan buku ini! Sungguh! Dan ini baru pertama kali untuk sebuah karya nonfiksi. Betapa penting isi di dalam buku ini. Betapa bisa membuatku merenung dan memikirkan banyak hal dari membaca cerita-cerita di buku ini.

Pantikan awal untuk membaca buku ini sebenarnya cuma karena drama Korea "Move to Heaven" yang terilhami dari buku ini. Aku sudah selesai menonton drama itu sekitar tahun lalu dan aku menyukainya. Ternyata drama dan bukunya amatlah berbeda. Namun, semakin banyak membaca cerita-cerita dalam buku ini, semakin aku tenggelam dalam refleksi akan kematian.

Berbeda dari bacaan lain, topik yang diangkat di buku ini adalah tentang kematian dari seorang pengurus barang-barang peninggalan orang yang sudah meninggal. Bentuknya berisi cerita opini dari sudut pandang si pengurus yang kini menjadi CEO social enterprise dengan bidang yang amat unik ini. Ada banyak kematian yang diangkat; masing-masing memiliki kisah dan pelajaran sendiri. Mengherankan. Betapa manusia memiliki jalan hidupnya sendiri-sendiri.

Saking banyaknya, selesai menutup buku ini, ada rasa "biasa saja" pada diriku saat mendengar atau membaca perihal kematian. Dan ini satu hal yang diperlukan olehku sekarang: pengingat bahwa yang hidup pasti akan mati dan bagaimana kita melihat kematian bukan lagi sebagai momok mengerikan. Kematian memang menakutkan, tapi buku ini seperti memberi pemahaman bahwa itu tidaklah mengerikan.

Ada setidaknya lima dari puluhan cerita mengesankan tentang kematian dari buku ini: (1) para orang tua yang sudah berada di masa senja mereka bersiap untuk meninggal dan meminta izin kepada orang di sekitar mereka, (2) cerita tentang para karyawan yang bekerja di perusahaan penulis serta stigma buruk dari orang di sekitar mereka, (3) refleksi tentang ajal dan cara kita mati, (4) penjabaran tentang harta yang tidak akan dibawa mati, dan (5) cerita tentang dua anjing peliharaan penulis dan bagaimana dia menemukan mereka.

Dari semua itu, ada bagian paling penting di bagian akhir buku berjudul "Tujuh Prinsip untuk Mengakhiri Hidup Kita dengan Indah (Menurut Pengurus Barang-Barang Peninggalan Orang yang Sudah Meninggal)". Bagian ini merupakan pesan dari penulis untuk pembaca (yang tentu saja masih hidup) agar bisa tentang kala menjemput ajal: salah satunya adalah dengan membuat banyak kenangan indah dengan orang terdekat.

Aku suka sekali semua-muanya dari buku ini. Bereavement literature, literature of grief, apa pun itu sebutannya, sepertinya akan masuk radar to-be-read-ku di masa mendatang.

"Buatlah banyak kenangan bersama orang-orang yang kita kasihi. Kenangan itu akan memberikan kehangatan saat ajal kelak menjemput kita."
Profile Image for athiathi.
367 reviews
May 20, 2023
"Aku dan kamu, kita semua, adalah orang-orang yang berharga."

AKU JATUH CINTA DENGAN BUKU INI!!

Bergenre non-fiksi, self help, dan slice of life.

Entah mengapa, aku sangat suka segalanya tentang buku ini. Bagaimana penulis menggambarkan peristiwa begitu rinci. Terjemahannya juga benar-benar mengalir, tidak kaku sama sekali. Aku juga suka karena tiap bagiannya memiliki halaman yang sedikit.

Bagian yang paling kusuka adalah ketika sudah berhubungan dengan anak kecil, nenek, dan hewan peliharaan.

Untuk membaca buku ini, astaga.. siapkanlah hatimu.

AJAIB! Sejauh membaca, hatiku seolah dipertaruhkan. Rasa kasihan, terharu, sedih saling berputar dan memeluk.

Membaca buku ini memberikanku banyak sekali pelajaran tentang kehidupan. Bagaimana kita perlu menghargai, memanfaatkan waktu sebaik mungkin, sayangi orang terdekat, serta jangan egois.

Ini akan jadi buku kesukaanku!!!

Mungkin cukup, sampai jumpa! 💛
Profile Image for Pawarut Jongsirirag.
687 reviews138 followers
November 13, 2022
ชอบงานเขียนเเบบนี้มาก เล่าเรื่องด้วยภาษาง่ายๆไม่ซับซ้อน ไม่ใส่อะไรให้สวยงาม เพียงเเค่อกเล่าถึงสิ่งที่เกิดขึ้น สิ่งที่พบเจอ หยอดความเห็นบ้างเล็กน้อย เเค่นี้เรื่องที่ออกมาก็จับใจคนอ่านเเล้ว

เล่มนี้เป็นบันทึกของผู้ทำอาชีพ ทำความสะอาดสถานที่ของผู้ตาย โดยคิมเเซบยอล เเละชอนเเอวอน ผู้เขียน เล่าถึงเคสต่างๆที่พวกเขาไปเจอมา ไม่ว่าจะเป็นการฆ่าตัวตาย การตายอย่างโดดเดี่ยว สถานที่ฆาตกรรม ซึ่งเรื่องเล่าสุดท้ายที่ผู้ตายทิ้งเอาไว้จะอยู่ในสถานที่ที่พวกเขาเหล่านั้นหายใจเป็นครั้งสุดท้าย

เรื่องเล่าทุกเรื่องหลากหลายมากครับ เเม้ส่วนใหญ่เเล้วจะวางอยู่บนเเกนหลักสองเรื่องคือ การไร้ความรักที่สมควรจะได้รับ เเละ ความรักที่มากล้นเกินไปจนเเปรเปลี่ยนเป็นยาพิษทิ่มเเทงใส่กัน

จากประสบการณ์ของตัวผู้เขียน เขาพบว่าสาเหตุสำคัญของการเสียชีวิต คือ ความรู้สึกที่ว่า เราอยู่ไปก็ไร้ค่า การมีชีวิตอยู่เป็นเพียงนรกที่จองจำฉันเอาไว้ ซึ่งความรู้สึกเหล่านี้จะสะท้อนออกมาในสถานที่ที่ผู้ตายเสียชีวิต ไม่ว่าจะเป็นขยะที่มีล้นห้อง การไม่สนใจทำความสะอาด เเละสุดท้ายเมื่อไม่มีอะไรให้เกาเกี่ยวอีกเเล้ว ถ้าพวกเขาไม่เลือกจบชีวิตตนเอง ก็อาจจะตายไปท่ามกลางกองขยะเเละความสกปรกเหล่านั้น

เเต่เมื่อสืบเสาะหาผู้ที่เกี่ยวข้องกับผู้ตาย มักจะพบว่าผู้ตายนั้นไม่ได้ไร้ญาติขาดมิตร เเต่เขาถูกตัดขาดจากความสัมพันธ์ หรือ ไม่ก็ตัวเขาเลือกจะตัดขาดเองเพราะไม่อยากเป็นภาระของใคร การตัดขาดนี่เองที่สูบพลังชีวิตจนท้ายที่สุดก็ไม่เหลือพลังอะไรที่อยากจะลืมตาขึ้นมาอีก

เเม้เรื่องที่ผมเล่าไปจะดูเศร้าเหลือเกิน เเต่เรื่องดีๆก็มีอยู่เช่ยเดียวกันครับ มีผู้ที่ตายท่ามกลางความรักอย่างเปี่ยมล้มของครอบครัว หรือตายโดยที่มีผู้ที่คิดถึงเขาอยู่มากมายเเม้จะไม่ใช่ผู้ที่มีลายเลือดเดียวกันก็ตาม

ความสัมพันธ์ของคน คือ สิ่งสำคัญที่ผู้เขียนย้ำอยู่เสมอครับ ถึงเเม้ว่าเราจะไม่ได้โดดเดี่ยวในเชิงกายภาพ เราเจอผู้คนมากมายในชีวิตประจำวัน เเต่ความโดดเดี่ยวเชิงอารมณความรู้สึกต่างหากที่คอยกัดกินคนในสังคมทุกวันนี้อยู่ตลอด เรารู้สึกเหงา เรารู้สึกไม่สามารถเชื่อมต่อกับผู้คนที่เราพบเจอได้เลย ความรู้สึกพวกนี้เองที่เป็นยาพิษที่ฆ่าเราให้ตายอย่างช้าๆ

ดังที่ผู้เขียนได้ทิ้งท้ายไว้ในเล่มว่า
"การถามสารทุกข์สุขดิบเเละคำพูดอันอบอุ่นสั้นๆของเราอาจทำให้คนที่เรารัก เลือกที่จะมีชีวิตเเทนที่จะเลือกความตายก็ได้ สิ่งเดียวที่หลงเหลือไว้ให้พวกเราอย่างเเท้จริงนั้น

มีเพียงความทรงจำที่ได้รักเเละได้รับความรักอย่างสุดหัวใจ......เพียงเท่านั้นเอง"
Profile Image for Harumichi Mizuki.
2,409 reviews73 followers
January 13, 2024
Banyak kisah sedih di dalamnya. Ini adalah cerita dari seorang perintis perusahaan yang bekerja membersihkan barang-barang orang yang meninggal seorang diri. Banyak dari mereka adalah para orang tua yang hidup sendiri tanpa didampingi seorang keluarganya pun. Banyak juga yang bunuh diri karena sakit parah atau karena tidak kuat menanggung beban kesepian seorang diri. Sedih.

Penulis mengatakan, banyak anak tidak memeluk jenazah orangtua mereka. Namun, semua orangtua pasti memeluk jenazah anak mereka meski sudah sangat membusuk. Kelu.

Buku ini mengungkap pandangan aneh orang Korea terhadap kematian. Kematian tuh kayak dipandang sebagai pembawa kesialan. Sehingga kalau ada orang yang meninggal di rumah, tetangganya bakal mengeluh. Bukannya melayat dan membantu mengurus mayat, malah protes. Sedingin itu kah masyarakat Korea?

Tidak semua seperti itu sih. Ada yang bersimpati dan bersikap baik meski bukan keluarga almarhum.

Penulis menemui banyak anak dari almarhum yang tidak peduli dengan peninggalan orangtua mereka dan hanya ingin mencari harta peninggalan saja. Sedih. Tapi ada juga para orangtua yang meninggal sendiri dengan menyembunyikan penyakit karena tak mau merepoti anak-anak mereka. Gara-gara itu keluarganya jadi shock dan mengalami penyesalan yang mendalam. Ya Allah....

Yang mengherankan, perusahaan ini dan para pegawainya sering diperlakukan dengan semena-mena. Mereka diusir, disiram air, dilempari garam, dan ditolak saat akan makan di restoran. Padahal, mereka juga punya standar kebersihan yang tinggi. What the fuck with Korean people? Mereka percaya bahwa hantu si orang mati bisa mengikuti keluarga yang ditinggalkan maupun para petugas kebersihan ini. Ya Allah... Ini tahayul sumbernya dari mana?

Kayaknya aku perlu beli ini buat kupinjamkan ke para muridku. Biar mereka nggak terlalu mengagung-agungkan Korea.
Profile Image for Shafira Indika.
303 reviews227 followers
April 28, 2022
BAGUS! didn't expect that i would love this book, but turns out i do!! Buku ini seharusnya bisa aku selesaikan dalam waktu yang lebih singkat (soalnya bener2 tertarik sama isinya) seandainya tugas kuliah ga numpuk menjelang libur lebaran.

Buku ini menurutku unik karena mengambil sudut pandang seseorang dengan pekerjaan yg menurutku masih asing. Aku gatau sih di Korea pekerjaan ini sudah umum dikenal/belum tapi kalo dari pemaparan penulis rasanya belum terlalu ya? Si penulis ini bekerja sebagai orang yang membersihkan/merapikan barang-barang dari orang2 yang sudah meninggal. Penulis berhadapan dengan berbagai kisah kematian—dari yang hangat, menyedihkan sampai yang tragis. Kisah2 itulah yang dituangkan dalam buku ini.

Sambil meresapi kisah-kisah tsb, penulis juga merefleksikannya ke dirinya sendiri—selama ini dia ngapain aja sih? Seharusnya dia gimana ke depannya?. Pemikiran2 penulis ini juga dituangin disini. Bacanya asik banget menurutku karena mengalir aja gituloh ceritanya. Rasanya kyk lagi diceritain sama orang. Tiap esai(?) juga gaterlalu panjang jadinya buatku malah bikin penasaran si penulis bakalan cerita apalagi nih. Penjelasan penulis juga detail, entah mengenai pekerjaannya maupun mengenai deskripsi kondisi 'workplace'nya—yg berarti kalian harus siap dengan deskripsi darah dll yg tergambar dgn cukup jelas.

Isi ceritanya nano-nano. Ada yg heartwarming, ada yg bikin ga habis pikir kok orang bisa kyk gitu (tapi ya dari sini aku makin sadar kalo manusia tu seabu-abu itu), dan kebanyakan ya bikin sedih sih. Ternyata di Korea tu banyak juga ya yang mati kesepian. Ada juga yang hanya ditemani anjing peliharaannya (aaa ini sedih banget juga, banyak yg anjingnya tertinggal sendiri😭). Banyak juga membahas soal hubungan orangtua dan anak. Ada yang orangtuanya baikkkbgt saking baiknya gamau merepotkan anaknya gara2 udah sakit-sakitan, ada yg anaknya kurangajar, ada yg orangtuanya gatau diri, ya banyak deh namanya juga realita. Intinya banyak banget moral values yang bisa diambil dan direnungi dari buku ini. Banyak kutipan yg bagus juga tentunya.

Akhir kata (aduh knp resmi bgt bahasanya), aku merekomendasikan BANGET buku ini! Buat kalian yang ga biasa baca nonfiksi juga cocok kok kalo mau coba baca! Bukunya ringan dan mengalir. Cerita2nya menarik dan banyak yang berkesan (ya bagiku ada bbrp yg flat aja but mostly ada2 aja kesannya). Jadi... tentu saja kalian harus baca! Personally, i really like this book!! 4.8/5⭐️
Profile Image for Mook Woramon.
891 reviews200 followers
February 3, 2023
อ่านเล่มนี้แล้วนึกถึงคำกล่าวที่ว่า 'ชีวิตนี้น้อยนัก แต่สำคัญนัก' ❤️❤️

ผู้เขียนมีอาชีพ 'เก็บกวาดข้าวของของผู้ล่วงลับ' แม้จะเป็นอาชีพที่บางคนรังเกียจ แต่เราว่าเป็นอาชีพที่ดีงามมากอาชีพหนึ่งเลย ถ้าใจไม่รัก ไม่มีเมตตา คงทำงานแบบนี้ไม่ได้

ผู้เขียนเล่าเรื่องราวการทำงานในแต่ละเคสที่เจอ ทั้งสิ่งปฏิกูลที่หลงเหลือ รายละเอียดการจัดเก็บ ทำความสะอาด ส่งมอบข้าวของ และสิ่งสำคัญคือบทเรียนที่ผู้เขียนได้เรียนรู้จากผู้ตาย

ช่างน่าเศร้าที่มีคนตายอย่างโดดเดี่ยวมากขึ้นเรื่อย ๆ ทั้งคนหนุ่มสาวที่ยอมแพ้ต่อชะตาชีวิต ทั้งคนชราที่พ่ายแพ้ต่อสังขาร

มันเศร้ายิ่งขึ้นไปอีก เมื่อพบว่าบางความตายอาจจะหลีกเลี่ยงได้ อาจจะไม่ต้องตาย อาจไม่ต้องโดดเดี่ยว ถ้าคนใกล้ตัวจะใส่ใจมากขึ้นอีกนิด แสดงความรักมากขึ้นอีกหน่อย

สังคมเกาหลีการแข่งขันสูงมาก ความคาดหวังยิ่งสูงตาม เมื่อร่วงหล่นก็ไม่มีใครรองรับ มีแต่ยิ่งซ้ำเติม ความตายจึงง่ายดายกว่าการมีชีวิตอยู่ คนเป็นจึงน่ากลัวกว่าคนตาย
สังคมไทยก็มีเรื่องแบบนี้มากขึ้นทุกวัน

ผู้เขียนจึงเขียนเรื่องนี้เป็นอุทาหรณ์ ช่วยเรียกร้องให้คนในสังคมช่วยใส่ใจกันมากขึ้น ขอเพียงมีโลกที่ดีขึ้น ซักนิดก็ยังดี 🌍🌏
Profile Image for itsaagness.
23 reviews9 followers
January 18, 2023
Ada banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari buku ini, seperti lebih mencintai diri sendiri, walaupun sulit, janganlah menyerah, dan bertahanlah walau kamu lelah.

Pokoknya bukunya bagusss!!!!
Profile Image for Happy Dwi Wardhana.
244 reviews37 followers
February 21, 2022
Dua pertanyaan purba manusia: dari mana kita berasal? dan ke mana kita akan pergi? Kita bisa berdamai dengan pertanyaan pertama meski tak pernah tahu kepastian jawabannya, tapi tidak dengan yang kedua. Kita selalu resah dan bertanya seperti apa kehidupan, jika bisa disebut demikian, setelah mati? Benarkah kita seperti lahir kembali? benarkah kita akan berkumpul lagi dengan keluarga kita yang telah mendahului?

Namun, ada pertanyaan ketiga yang bagi saya sama meresahkannya dengan yang kedua: apa yang terjadi dengan orang-orang terdekat saya ketika saya tiada? Bagaimana mereka mengenang saya? Orang yang baikkah? Orang yang bermanfaat bagi sesama semasa hidup atau bahkan yang melebihi masa hidupnya?

Tak seorang pun tak ingin dikenang. Hasrat untuk dikenang inilah yang melahirkan konsep warisan. Bagi orang yang berharta berwujud investasi, bagi orang intelektual berupa karya, bagi penguasa berupa kebijakan. Dan, bagi pecinta buku, seperti saya, tentu saja, buku yang banyak, berlemari-lemari.

Saya berpikir bahwa ketika saya mati kelak, saya meninggalkan banyak buku. Warisan yang saya pikir mulia meski saya tak bisa meninggalkan harta apa-apa. Pengetahuan tak lekang oleh waktu, tapi materi mempunyai masa kedaluwarsa. Buku-buku itu nantinya bukan hanya bagi keluarga saya, tapi juga akan berguna bagi orang lain, siapapun itu.

Setelah membaca buku ini, saya rasa rencana warisan buku-buku fisik yang saya koleksi untuk transfer pengetahuan ke generasi mendatang hanyalah omong kosong belaka.

Things Left Behind adalah catatan seorang CEO perusahaan jasa pengurusan barang orang-orang yang meninggal. Garis besarnya, barang-barang peninggalan itu, seberapa pentingnya bagi almarhum, merepotkan yang masih hidup. Pertama, bagi almarhum yang dicintai orang-orang terdekatnya, barang-barang peninggalannya adalah kenangan yang menjadi beban, yang membuat orang-orang teringat akan almarhum. Tak semua orang siap dengan kenyataan akan kehilangan. Kedua, bagi mereka yang kepergiannya tak dihiraukan, barang-barang peninggalannya juga beban dalam arti sebaliknya: tumpukan rongsokan yang harus dimusnahkan. Tentu saja, ini lebih merepotkan bagi yang masih hidup.

Buku ini membuat saya berpikir ulang. Sungguh naif bila saya ingin meninggalkan buku sebagai warisan. Bagaimana bila pengetahuan dalam buku yang saya koleksi tidak relevan lagi di masa mendatang? Bagaimana bila buku fisik nantinya memang sudah tak digemari lagi layaknya buku saku catatan yang telah diambil alih Google Keep? Bagaimana bila orang sudah tak perlu membaca lagi karena masing-masing individu telah ditanam cip pengetahuan yang dengan cepat mengakses apapun yang mereka inginkan? Dan yang terpenting, bagaimana bila orang yang saya tinggalkan tak memahami arti buku seperti yang saya pahami? Bukankah itu hanya menjadi beban semata? Kalaupun di Indonesia nantinya ada jasa pengurusan barang-barang orang yang meninggal, saya yakin tak serta-merta gratis. Bukankah itu beban tambahan?

Waktu dulu saya membaca Goodbye, Things: The New Japanese Minimalism Fumio Sasaki, ada tips bagaimana cara kita menjadi minimalis dengan membuang barang-barang peninggalan orang yang kita sayangi. Sasaki menyarankan untuk kita berpikir dari sudut orang yang sudah meninggal. Tak mungkin almarhum ingin membebani mereka yang masih hidup dengan merawat barang-barang favoritnya. Dengan berpikir demikian, akan lebih mudah bagi kita untuk membuang (atau menyumbangkan jika itu berguna) barang-barang yang bernilai kenangan.

Buku ini adalah penjabaran pemikiran Sasaki di atas. Kumpulan kisah-kisah dalam Things Left Behind tak seluruhnya melankolis, ada juga beberapa yang tragis. Beberapa membuat kita terinspirasi, dan sebagian lagi buat kita hindari. Bagi pemburu quotes, ini buku yang sangat saya rekomendasikan. Saya menghabiskan hampir separuh indeks Joyko hanya untuk buku ini.

Pada akhirnya saya berkesimpulan, kecuali yang bernilai secara finansial, sebaiknya kenangan yang ditinggalkan tak seharusnya berupa benda.
Profile Image for Brenda Waworga.
665 reviews695 followers
March 20, 2022
Review in Bahasa Indonesia

Salah satu KDrama favoriteku ada “Move To Heaven” dan ternyata drama itu terinspirasi dari buku ini

Ceritanya tentang seseorang yang bekerja sebagai pembersih tempat orang-orang yang meninggal.. ada yang meninggal karena dibunuh, bunuh diri dll dimana keluarga tidak bisa membersihkan sendiri atau yang bersangkutan tidak punya siapa-siapa dan lain sebagainya, suka banget dengan konsep drama dan ceritanya karena menurutku unik dan humanis dan bikin pembaca belajar banyak hal dalam kehidupan ini

Konsep bukunya seperti format biography dimana penulisnya menceritakan pengalaman-pengalamannya disetiap bab bersama dengan pesan-pesan yang banyak terselip diantaranya, pembaca diajak untuk semakin bersimpati dan berempati dengan orang lain dan bahkan lebih menghargai hidup ini dan orang-orang terdekat kita

Recommended!
Profile Image for Laven.
340 reviews14 followers
January 8, 2023
Kuharap dunia tempat kita hidup ini menjadi dunia yang baik untuk menjalani hidup bagi siapa pun.

Daripada yang lainnya buku ini rasanya lebih banyak mengambil energiku, mungkin karena apa yang ada dalam buku ini terjadi di kehidupan nyata.Kisah-kisah mereka yang pergi dalam kesendirian, kerinduan, keterpaksaan dan lainnya. Nyatanya akhir hidup seseorang tidak akan menghentikan dunia berhenti berputar, kehidupan bagi yang ditinggalkan tak lantas hancur dan hilang.

Banyak hal (dan orang) yang membuatku ingin terus merutuki mereka dan mungkin menyebut mereka sampah. Buku ini membuatku ingin lebih lagi memperhatikan sekitar setidaknya sama seperti dalam buku ini, "perhatikan orang-orang di sekitarmu setidaknya 30 detik sehari."

Dan rasanya aku tersentuh dengan lembar terakhir buku ini, lembar ini bertuliskan:
Informasi dalam buku ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan bunuh diri.Bagi Anda, pembaca, yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, atau klinik kesehatan mental.

Bahkan sang penulis masih memperhatikan kehidupan para pembacanya.
Profile Image for Sheira Sharma.
119 reviews4 followers
January 14, 2025
"penderitaan adalah seperti uang sewa yang kita bayarkan setiap bulan kepada kehidupan. tetapi, jauh lebih banyak kebahagiaan yang datang kepada kita daripada penderitaan. kita tidak sadar karena kita menganggap hal itu wajar."

cerita ini di tulis berdasarkan pengalaman penulis, sebagai seorang pengurus barang-barang peninggalan orang yang sudah meninggal. buat kita sebagai masyarakat indonesia, pekerjaan itu lumayan asing ya? sependek pengetahuan gue sih nggak ada jasa membereskan barang-barang mendiang, karena pekerjaan itu selalu di bebankan kepada keluarga yang di tinggalkan. kalau pun kasusnya si almarhum ini tinggal sendirian dan nggak ada sanak saudara ataupun keluarga, prosesi kematian dan segala tetek bengeknya bakal di urus sama tetangga. karena peduli sama kehidupan orang lain kan udah kayak budaya kita sebagai masyarakat indonesia (hhhh)

tapi buat masyarakat korea yang cukup individualis, nggak mungkin tuh tetangga mau bantu urus begituan. karena itu lah penulis datang membawa solusi menguntungkan, penulis banting setir dari seorang pemandi jenazah ke seorang pengurus barang-barang orang yang sudah meninggal, karena permintaan dari satu customer yang nggak kuat untuk membersihkan barang-barang mendiang ayahnya.

dari sana penulis sadar kalau pekerjaan kayak gini sebenarnya di butuhkan, sejak bekerja sebagai itu lah penulis menemukan banyak kisah mengharukan dari almarhum yang kebanyakan meninggal sendirian. gue bisa bilang kalau 80% kasus di cerita ini itu tentang orangtua yang tinggal jauh dari anaknya, terus meninggal sendirian dan anak-anaknya menunjukkan respons beragam, ada yang menyesal dan nggak kuat membersihkan mangkanya minta bantuan, tapi ada juga yang nggak peduli peduli amat yang penting balik bersih aja dah tuh tempat.

sedih sih bacanya pas melihat mendiang kebanyakan meninggal dalam kesepian, bikin pembaca kayak gue sadar kalau kepedulian itu berdampak besar buat beberapa orang. kalimat "apa kabar?" atau "hari ini gimana? bahagia?" itu kadang perlu di ucapkan sesekali. karena sebenernya gue itu mendukung individualisme, well, iya gue tau kita makhluk sosial dan nggak bisa hidup sendiri, tapi menurut gue tetep harus ada batasan. sebagai warga negara indonesia yang tinggal di kota kecil, gue cukup terganggu sama masyarakatnya yang "terlalu peduli" sama kehidupan orang lain sampai jatuhnya ikut campur seolah punya wewenang buat masuk dan jadi bagian, mangkanya gue ngerasa lebih cocok tinggal di negara kayak jepang atau korea yang masyarakatnya nggak terlalu peduli sama kehidupan tetangga, cukup fokus ke diri sendiri aja.

tapi pas baca cerita ini, gue jadi berpikir ulang. contohnya pas ada seseorang yang tinggal sendiri, terus nggak ada satupun tetangga yang peduli. gue jadi bercermin, kalau hal itu terjadi di indonesia, pasti tetangga akan kasih bantuan semasa hidup dan saling bantu buat ngurus proses pemakaman. pas masa hidup pun mendiang mungkin nggak akan terlalu kesepian, karena akan ada tetangga yang mampir buat antar nasi terus duduk beberapa jam buat gosipin anak orang. dari sana tuh gue jadi sadar, kalau budaya yang gue benci ini ada dampak positifnya juga sebenarnya, ya meski masih perlu batasan sih tapi terlalu individualis emang nggak baik. jadi banyak orang yang ngerasa kesepian sampai meninggal dalam kesepian, sedihnya lagi mendiang yang merasakan hal tersebut kebanyakan udah tua dan ketinggalan teknologi.

mangkanya di sini sempet di bahas juga, buat kita sebagai generasi yang terpapar teknologi, mungkin akan jarang ngerasa kesepian karena ada handphone dan internet. tapi buat generasi lama akan beda, kalau orangnya udah di kasih hp dan di ajarin video call pun mereka masih tetep nggak bisa karena ngerasa beda. jadi kita lah yang harus ngerti dan kasih perhatian yang sekiranya bisa mereka terima, ketemu barang seminggu sekali misalnya?

kasih orangtua ke anak bener-bener kentel banget di buku ini, ada satu cerita yang paling gue suka, tentang mayat perempuan yang udah membusuk sampai wajahnya nggak di kenali lagi, orang-orang menjauh karena bau yang meraup. tapi ayah dari mayat perempuan itu mendekat dan memeluk erat-erat.

"baik hidup maupun mati, bahkan sudah membusuk pun, dia tetaplah anak perempuan yang berharga bagi ayahnya."

sumpah gue terharu banget bacanya :(
meski cerita-cerita di sini mengharukan semua sih dan nggak cuma dari sudut pandang orangtua aja, ada beberapa yang dari sudut pandang seorang anak juga. tapi tetap ada benang merah yang sama, yaitu kesepian. mangkanya kita harus peduli sama orang lain, terutama sama keluarga dan orang-orang di sekitar kita. tapi kalau untuk poin kedua, harus tetep jaga batasannnnn, karena peduli sama ikut campur itu kadang beda tipis.

well, sebuah perjalanan membaca yang menyenangkan. bukunya juga tipis dan bisa selesai dalam sekali duduk. selesai baca ini gue jadi pengen deh jasa pengurus barang-barang orang yang sudah meninggal ini ada di indonesia. karena pasti banyak tau orang berduka yang sebenarnya nggak siap beresin kenangan itu sendirian, tapi kalau nggak mereka ya siapa? meski gue udah kepikiran sih, kalau jasa kayak begitu ada pasti yang pakai jasanya langsung di nyiyirin sama tetangga "masa beres-beres barang peninggalan mendiang aja nyuruh orang? padahal keluarganya sendiri loh." indonesia dan budaya nyinyirnya :))

katanya novel ini jadi inspirasi kdrama judulnya move to heaven, besok-besok gue mau nonton deh kalau lagi pengen nangis bombay, karena pasti isinya mengandung bawang.
Profile Image for Mirai.
585 reviews127 followers
March 15, 2024
หนังสือว่าด้วยการสำรวจชีวิตและความตายผ่านมุมมองของพนักงานเก็บกวาดข้าวของของผู้ล่วงลับ

พอจะทราบมาบ้างว่าหนังสือเล่มนี้เป็นแรงบันดาลใจให้ซีรีส์ Move to Heaven ของ Netflix ซึ่งเราก็มีโอกาสดูซีรีส์จนจบก่อนที่จะได้อ่านหนังสือเล่มนี้ ขอสารภาพตามตรงว่า ซีรีส์ทำเอาร้องไห้เหมียนหมาไปเป็นสัปดาห์เลยค่ะ จิตตกและซึมเป็นหมาหงอยอยู่หลายวัน เลยเป็นเหตุให้กลัวไม่กล้าหยิบหนังสือเล่มนี้มาอ่าน 😂

แต่เหมือนโชคชะตาเล่นตลกค่ะ เพราะสำนักพิมพ์ Glow ส่งหนังสือเล่มนี้มาให้อ่านเนื่องในโอกาสสวัสดีปีใหม่ อ้าาา ไหนๆ หนังสือก็พร้อมเสิร์ฟถึงมือขนาดนี้แล้ว ก็กัดฟันกลั้นใจอ่านเลยแล้วกัน! 55555

และก็เป็นไปตามคาด เราอ่านเล่มนี้รวดเดียวจบไม่ไหว ต้องค่อยๆ อ่าน ต้องทยอยอ่าน ถ้าอ่านไปสักพัก แล้วน้ำตาเริ่มคลอจมูกเริ่มแสบเมื่อไหร่ โอเค พักก่อน วางเล่มนี้ไปหยิบเล่มอื่นมาอ่านแทน พอดีขึ้นก็หวนกลับมาอ่านเล่มนี้ต่อ ทำวนไปอย่างงี้จนจบเล่ม

เล่มนี้ไม่ใช่นิยาย แต่เป็นหนังสือ non-fiction เล่าประสบการณ์ของผู้เขียนในฐานะพนักงานเก็บกวาดสถานที่ที่มีคนตาย และเก็บกวาดทรัพย์สินสิ่งของของผู้ตาย ผู้เขียนเล่าเหตุการณ์ที่ตนพบเจอ ภารกิจแล้วภารกิจเล่า พบกับความตายและการจากลามานับครั้งไม่ถ้วน และบทเรียนชีวิตที่สะท้อนให้เห็นจากความตายเหล่านั้น ถูกถ่ายทอดอย่างละมุนละไมและตรงไปตรงมา ทำเอาเราอดนึกถึงตัวเอง ครอบครัว และคนรอบตัวเสียไม่ได้

ชีวิตนั้นแสนสั้น แต่การได้ใช้เวลาร่วมกับคนที่เรารักนั้นสั้นกว่า ความตายและการจากลาเป็นเรื่องที่น่าเศร้าแล้ว แต่การตายอย่างโดดเดี่ยวโดยที่ไม่ทันได้ร่ำลานั้นน่าเศร้ายิ่งกว่า

ขอบคุณสำนักพิมพ์ Glow สำหรับหนังสือเล่มนี้ด้วยนะคะ
เป็นหนังสือที่ควรค่าแก่การอ่านอย่างยิ่งค่ะ
Profile Image for nadinosaurus.
259 reviews4 followers
October 15, 2022
Kumpulan essai dari pengalaman Kim Sae-byoul yang berkerja membersihkan barang-barang peninggalan orang yang sudah meninggal. Beliau berhadapan dengan banyak kisah kematian, mati karena bunuh diri, dibunuh, bahkan mati dalam kesepian, yang pada akhirnya mendatangkan perenungan dan pelajaran hidup.

Tidak kusangka, aku akan secinta ini dengan semua yang ada di dalamnya. Tulisannya begitu menyentuh, semua kisah dihadirkan dengan utuh, termasuk realitas kehidupan di Korea dan stigma masyarakat terhadap profesi Trauma Cleaner. Deskripsi mengenai kotoran-kotoran serta bau yang ada, juga ikut membuatku mual dan salut, hebat banget! Aku juga jadi tahu, ternyata membersihkan "bekas" jenazah dan aromanya tidaklah semudah itu, butuh peralatan dan bahan-bahan khusus.

Bicara soal kematian, tentu saja akan banyak berkaitan dengan orang tua dan cintanya yang sangat besar pada anaknya, bagaimana mereka berusaha tinggal berjauhan menahan rindu, menyembunyikan penyakitnya, menyimpan uang di tempat tersembunyi, yang semuanya dilakukan demi anaknya, demi tidak menyusahkan anaknya. Bahkan banyak juga dari mereka yang harus meninggal dalam kesepian.

Setiap kematian menghadirkan cerita dan hikmahnya masing-masing. Tragis dan manis. Aku bener-bener dibuat mewek. Kehilangan juga tidak hanya dirasakan manusia saja, bahkan hewan peliharaan pun bisa ikut terluka. Seperti anjing di dalam salah satu kisah, yang matanya hampir meledak karena terlalu banyak menggonggong, saat majikannya tidak bergerak lagi.

Penutup buku ini juga sangat bijaksana, penulis menghadirkan tujuh prinsip untuk mengakhiri hidup dengan indah. Salah satunya, merapikan barang-barang pribadi kita dengan tertib ♡
Profile Image for Lau.
150 reviews153 followers
December 9, 2023
Let me start off by saying: this was such a really, really beautiful book.

I bet that many are still unfamiliar with the terms "trauma cleaner." Some might have already known, either from reading the same book, or watching a Korean drama named Move to Heaven.

The book is told from the pespective of a person whose job is viewed as "unusual" (in negative connotation) by the majority of our society. Honestly, I can't see why. For, I think, helping to clean things up after someone's death is not to be considered lightly.

It is never easy to witness the scene of death, especially if it is someone close to us. Their service means a lot in that aspect.

Our trauma cleaner in this book discusses mainly of lonely people's deaths. Those who are abandoned by their families, who got discarded upon turning old. It was so heartbreaking that the bond shared with blood could mean nothing when it is no longer convenient for the other party. There are also some cases where the deceased kept quiet about their sufferings because they didn't want to add into the family's burden.

It made me think a lot: of life and death, of those who left the world and those who got left. It's such an important book that I highly recommend to everyone.
Profile Image for Yu.
28 reviews3 followers
November 2, 2023
'Meskipun penderitaan yang melebihi kekuatan kita menimpa kita, kita harus bangkit lagi dan melanjutkan kehidupan. Karena itulah hidup.'

Buku yang bagus dan sangat layak dibaca, terutama ketika seseorang sedang dalam keadaan terpuruk dan terlintas untuk mengakhiri segalanya dengan cara cepat.

Buku ini full pengalaman lapangan dari penulis, meski kadang beberapa kejadian berupa dugaan atau kesimpulan beliau, namun pengalaman beliau sangat berharga dan memberi pengetahuan baru kepada orang-orang mengenai kesulitan pekerjaannya, proses yang selalu dihadapi oleh beliau, serta cerita singkat mengenai yang telah tiada.

Kalau ingin memastikan lebih detail cara beliau bekerja, bisa langsung dikunjungi akun Youtubenya.

Thx.
Profile Image for Alexandra.
2,056 reviews122 followers
February 13, 2025
Aku berterimakasih pada drama Move to Heaven yang mempertemukanku dengan memoar bagus ini. Fokusnya pada team sebuah perusahan bersih-bersih yang memfokuskan diri pada klien dengan kasus godoksa (fenomena meninggal dalam kesendirian dan terisolasi dari masyarakat). Biasanya mereka baru ditemukan beberapa hari kemudian dan membuat kondisi di dalam ruangan membutuhkan penanganan professional.

Setiap bab mewakili kasus dengan detail latar belakang tiap client dan pesan moral tentang kematian bahkan hubungan kemanusiaan yang berbeda. Banyak kasus yang dibahas disini, seperti kasus bunuh diri karena sakit atau kesedihan. Sang CEO berusaha menelusuri kisah hidup mati kliennya berdasarkan barang yang ditinggalkan.
Entah kenapa topik kematian di sini tidak dangkal atau menakutkan, beberapa memang menyedihkan tapi justru membuatku dapat insight dan pemikiran baru. Aku suka buku ini dan bakalan kurekomendasikan pada teman-teman.

Hal yang paling menohok hati adalah kata-kata dari si penulis bahwa, "Banyak anak tidak memeluk jenazah orang tua mereka. Tapi semua orang tua pasti memeluk jenazah anak mereka meski sudah sangat membusuk."
Apakah kita di Indonesia juga seperti ini?

IPN RI
Author 4 books58 followers
January 8, 2023
[Isi review ini bersifat opini pribadi]
Ini adalah bukuk nonfiksi (self-help) pertama yang kubaca di tahun 2023 ini, dan aku senang sekali bisa membacanya. Sebetulnya sudah lama aku memiliki buku ini—seingatku aku membelinya akhir 2020 lalu karena blurb-nya yang sepertinya menarik, tetapi terus menunda-nunda membacanya karena khawatir isinya akan membuatku depresi mengingat tema yang diangkat. Namun setelah membacanya, aku tidak ragu menyebut "Things Left Behind" kini menjadi salah satu buku nonfiksi favoritku.

Buku ini mengisahkan pengalaman penulis dan rekannya yang menyediakan jasa bersih-bersih untuk orang yang sudah meninggal. Mungkin jasa seperti itu masih terasa asing di Indonesia—di sini yang lebih umum dikenal adalah jasa rumah duka. Dari apa yang diceritakan penulis, tampaknya jasa seperti itu juga masih mendapat stigma negatif di Korea Selatan, negera asal penulis. Kurasa ini hal yang wajar, karena kematian merupakan topik yang cenderung dihindari orang-orang. Bayangkan harus melakoninya sebagai profesi utama—jelas bukan jenis profesi yang "dihormati", kan?

Meski begitu, apa yang dilakukan penulis dan timnya lewat bisnis mereka ternyata bisa memberikan banyak pelajaran hidup. Saat membaca cerita-cerita pendek di dalam buku ini, aku merasa getir karena menyadari bahwa kematian bisa memberikan lebih banyak pelajaran tentang hidup, ketimbang hidup itu sendiri. Hal utama yang sangat menarik bagiku (dan sepertinya juga menjadi perhatian utama penulis) adalah kesepian yang dialami oleh mereka yang sudah berpulang ini. Hustle culture ala negara maju seperti Korea Selatan dipadu dengan sikap masyarakatnya yang cenderung individualis/tidak ambil pusing dengan urusan orang lain (mind your own business), membuat banyak masyarakatnya terutama kaum lansia yang harus meninggal dalam keadaan sebatang kara dan tidak jarang ditelantarkan oleh keluarganya.

Aku bisa relate dengan bagian ini karena pernah merasakan hidup di kota-kota besar. "Kesepian di tengah hiruk-pikuk keramaian" menjadi sesuatu yang lumrah bagi penduduk di kota seperti itu. Rupa-rupa tuntutan sosial serta "standar kehidupan bahagia" yang acapkali tidak masuk akal, bisa mengubah manusia menjadi monster egois yang hanya memedulikan diri sendiri. Banyak yang merasa gagal karena tidak berhasil memenuhi "syarat-syarat" sehingga memutuskan untuk menyerah pada kehidupan dan sebaliknya merangkul kematian dengan cara-cara yang tragis. Melihat betapa banyaknya "tuntutan" dalam hidup ini, aku jadi teringat salah satu kutipan yang pernah kubaca di Instagram: "Manusia satu-satunya makhluk hidup yang harus membayar untuk tinggal di Bumi". Meski terdengar menggelikan tetapi kurasa itu ada benarnya.

Sedih sekali membaca/menyaksikan kisah-kisah seperti yang dituliskan di dalam buku ini, tetapi itulah realita yang terjadi. Kurasa penulis dan rekannya sangat berani mengangkat hal-hal "tabu" semacam ini, karena memang tema seperti ini jarang diangkat. Dari gaya penceritaannya, aku menyimpulkan bahwa penulis dan timnya adalah orang-orang yang punya rasa empati yang tinggi dan sifat rela berkorban yang besar.

Aku menyelesaikan buku ini kurang dari sehari. Sudah lama sekali aku menamatkan suatu buku dalam sehari—buku terakhir yang membuatku melakukan itu adalah Are You Afraid of The Dark karya Sidney Sheldon, dan itu pun kubaca kira-kira enam belas tahun yang lalu. Karena buku ini berisikan kumpulan cerita pendek yang tidak saling berhubungan, kita tidak perlu membacanya sekaligus. Jumlah halamannya yang kurang dari 200-an halaman kurasa sudah pas. Bahasanya juga sederhana dan mudah dipahami; dalam hal ini aku salut pada tim penerjemah dan editor karena terjemahannya yang halus dan luwes.

Selain karena kisah-kisah yang ditulis di dalamnya, aku juga menyukai buku ini karena mengingatkanku pada buku-buku Chicken Soup for The Soul. Bacaan-bacaan seperti itu merupakan jenis buku-buku self-help favoritku karena tidak "instruktif", melainkan hanya membagikan pengalaman-pengalaman orang lain saja. Aku tidak terlalu cocok dengan buku-buku self-help yang "menggurui": lakukan 10 langkah ini, isi jurnal ini setiap hari, terapkan prinsip-prinsip ini, dsj.

Buku ini berhasil membuatku menangis, tertawa, marah, dan kecewa—bintang lima yang kuberikan kurasa amat pantas didapatkannya. Hanya sedikit buku nonfiksi yang bisa membuatku merasakan berbagai macam emosi seperti itu. Aku sangat merekomendasikan buku ini bagi para pembaca yang ingin belajar lebih banyak tentang nilai-nilai kehidupan.
Profile Image for ANPRA.
94 reviews4 followers
May 23, 2022
Buku yang bisa membuatmu seperti terlahir kembali menjadi orang yang baru dan menjalani hidup yang lebih baik lagi. Saking hangatnya buku ini memberiku efek seperti itu. Bahkan aku sempet berhenti dulu untuk merenung dan berkontemplasi. Aku benar-benar dibikin mabuk. Banyaknya pelukan hangat dan kupu-kupu yang terbang di hati terjadi saat bersamaan.

Sebelum aku membeli buku ini, aku menonton "Move to heaven" di netflix dan aku sangat suka! Film yang penuh bombay, kita menitikan air mata karena sedih iba, bahagia lega dan juga karena terharu. Walapun begitu buku dan filmnya sama-sama bisa ku nikmati dengan baik.

Buku ini quotable banget, aku anotating banyak banget!


-----


dalam kesempatan mengisi acara Ceramah 100°C dari KBS untuk memperkenalkan pekerjaan kami, kami menyerukan supaya memberi perhatian pada orang-orang sekitar “30 detik” saja dalam sehari.
(hal. 192)

Semua itu ada sangkut-pautnya dengan apa yang ingin kusampaikan melalui buku ini. Lewat buku ini aku ingin memperkenalkan pekerjaan ini kepada banyak orang dan melawan prasangka terhadapnya. Aku berharap kita memeriksa sekali lagi, jangan-jangan kita melupakan sesuatu yang paling berharga bagi kita. Pada zaman ketika kita semakin tidak peduli dengan orang-orang sekitar kita dan keinginan pribadi kita semakin kuat, aku mau berbagi apa yang sudah kusadari dan belajar dari pengalaman kerjaku.

Perhatian kecil kita bisa menjadi harapan bagi seseorang untuk kembali mendapat semangat hidup. Itu bisa menjadi tah penyelamat yang bisa mendorong orang yang tadinya mau menyerah akan hidupnya untuk memulai hidup baru Aku berharap sesudah membaca buku ini, pikiran orang-orang tentang kematian bisa berubah dan mereka bisa menyadarkan orang lain.

Ada hal yang sama dalam kematian yang kutemui selama ini ltu adalah kesulitan keuangan, putus hubungan dengan keluarga dan teman-teman, serta foto anak-anak yang ditemukan dalam barang-barang peninggalan almarhum. Mereka merindukan keluarga sampai akhir hidup mereka. Mungkin yang dibutuhkan bagi mereka lebih daripada bantuan keuangs an atau penghiburan adalah sepatah kata yang dengan hangat menanyakan kabar mereka, “Apa kegiatanmu hari ini? Sudah Makan belum?”
(Hal. 193)


Salam singkat kita yang menanyakan kabar, atau sepatah kata hangat dari kita, bisa membuat orang-orang yang berharga bagi kita tidak memilih kematian, tetapi memilih hidup. Yang tersisa bagi kita hanyalah satu hal, yaitu kita mengasihi seseorang dengan segenap hati dan dikasihi oleh seseorang.
(Hal. 194)
Profile Image for Fadila setsuji hirazawa.
350 reviews4 followers
May 19, 2022
... Bagi kami pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang menyebalkan atau membuat tidak nyaman. Tetapi, kami harus mengerjakannya diam-diam dan tidak disambut hangat oleh siapa pun. Itulah ironisnya pekerjaan ini.
.
.
.
❤ Things Left Behind merupakan salah satu buku nonfiksi terjemahan dengan format esai yang menampilkan realita kehidupan beberapa orang lewat sudut pandang penulis dgn pekerjaannya sebagai jasa pembersih khusus untuk membereskan barang-barang peninggalan orang yang telah wafat. Pertama kalinya saya berpikir mendapatkan sebuah bacaan dari negeri ginseng yang tergolong unik yang memberikan gambaran tentang bagaimana masih banyak beberapa peristiwa kematian justru menyedihkan dan tidak diketahui yang terjadi di negara tersebut. Mungkin bagi beberapa pembaca,rasanya cukup menyedihkan dan seperti cerita fiksi apalagi jika kita tinggal di daerah yg masih berpegang pada budaya tolong menolong. Namun demikian,pesan mengenai kematian juga kehidupan yang amat berharga begitu saya rasakan terutama di beberapa halaman terakhir buku ini. Bawangnya benar benar nampol.

❤ Buku yang terdiri dari empat bagian utama,yang mana banyak kisah dibalik kematian seseorang, diceritakan oleh penulisnya. Beberapa diantaranya adalah seseorang yg mengakhiri hidup agar tidak merepotkan orang lain, kematian orangtua tanpa keberadaan keluarga, juga ada kematian yg baru diketahui setelah beberapa minggu. Dan paling ironis ketika kematian orang tua justru dipergunakan anaknya untuk membawa pergi jutaan Won yg disimpan almarhum.

❤ Alasan lainnya saya menyukai buku ini karena penulis juga membahas tentang stigma yg melekat pada orang-orang yg bekerja sebagai jasa pembersih sisa barang peninggalan mereka yg telah wafat

❤ Buku ini membuka pandangan saya tentang dedikasi dlm pekerjaan,tentang kehidupan yg berharga dan kematian yg secara tersirat memberikan banyak nasihat bijak tuk kita yg masih hidup sampai hari ini. Kalian harus baca buku ini!❤
Profile Image for Meiliana Kan.
242 reviews52 followers
July 19, 2022
Things Left Behind merupakan buku yang ditulis oleh Kim Sae Byoul, seseorang yang bekerja membersihkan barang-barang orang yang sudah meninggal yang disebut juga dengan trauma cleaner. Kalau kalian pernah menonton drama korea Move to Heaven pasti kalian sudah familiar dengan pekerjaan "bersih-bersih" itu. Cerita dari drama korea Move to Heaven sendiri diangkat dari buku ini.

Setiap bab dalam buku ini memuat kisah-kisah yang "ditemui" Kim Sae Byoul dan rekan-rekan kerjanya saat membersihkan barang orang-orang yang meninggal. Ada 4 bagian besar dalam buku ini, bagian pertama berjudul Seandainya Mereka Lebih Mengasihi; bagian dua berjudul Seperti Apa Pun Hidup Kita, Kita Berharga; bagian tiga berjudul Harapan yang Muncul di Titik Terendah; dan bagian empat berjudul Yang Tersisa dalam Hidup Pada Akhirnya. Meski dibagi menjadi 4 bagian besar kurasa setiap bab yang ditulis dalam cerita ini memiliki benang merah yang membuatku melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda secara lebih dalam.

Kisah-kisah yang memberi kesan mendalam untukku adalah kisah-kisah kematian dalam kesendirian. Kim Sae Byoul juga banyak bercerita tentang orang-orang yang hidup dalam kesepian sebelum akhirnya mereka meninggal dalam kesepian juga. Beberapa di antara mereka berusaha untuk melampiaskan rasa sepi mereka kepada barang-barang. Dari cerita-cerita itu aku jadi sering melihat barang-barangku yang semakin lama semakin banyak dan mulai berpikir, "apakah barang-barang itu adalah hasil pelampiasan dari rasa sepi yang tidak ku sadari?"

Kalian bisa membaca review lengkapku di sini
Profile Image for Ristiyani Wijayanti.
76 reviews5 followers
January 25, 2022
Baca buku ini karena katanya buku ini adalah yang menjadi inspirasi dari serial netflix "Move to Heaven". Aku nonton serialnya, bagus banget, menyentuh, haru. Akhirnya setelah Gramedia menerjemahkan Things Left Behind, langsung masuk wishlist bacaan.
Dari review-review yang aku baca, kebanyakan bilang kalau bukunya bagus, sebagus serialnya. Setelah membacanya sendiri, dan benar. Emang bagus, ada beberapa bab yang bikin nangis haru, sedih, marah, sampai gak nyangka.
Awalnya aku kira tuh novel gitu, ternyata kayak semacam esai dari seorang yang bekerja mengurus barang-barang orang meninggal. Buku ini dibagi menjadi 4 bab, dan setiap babnya terdapat beberapa cerita yang berbeda gitu. Walaupun ini kayak esai, tapi gak kerasa esainya. Penuturan dari penulis yang bagus bikin pembaca mudah memahami. Terdapat beberapa istilah-istilah korea yang tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, seperti gochujang, gamjang, gositel, dll. Tapi dibawah buku terdapat footnote untuk menjelaskan istilah-istilah tersebut.
Cerita-cerita yang dimuat juga punya feelnya sendiri-sendiri. Setiap bab ada pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca, Dan sebagai pembaca, aku bisa nangkep apa yang ingin penulis sampaikan lewat buku ini.
Terakhir, membaca buku ini buatku menyadari bahwa kematian pasti akan datang. Untuk itu, persiapkan cara kematian dengan baik. Yaitu dengan berbuat baik kepada orang-orang dan selalu ingat kepada Tuhan.
Profile Image for Ariel Seraphino.
Author 1 book52 followers
May 12, 2022
Sebuah memoar yang penuh dengan perenungan. Sebuah pekerjaan yang tidak biasa di masyarakat. Sebuah pelajaran hidup yang bisa diambil oleh semua kalangan. Membaca buku ini awalnya sebuah karya fiksi. Ternyata malah non fiksi yang menarik banget. Dikemas dengan bahasa yang lugas dan apa adanya, ceritanya malah semakin menarik ketika berkisah tentang detail-detail kematian para jenazah yang ada dalam buku ini. Penulis adalah seorang pengurus jasa membersihkan barang-barang peninggalan orang yang meninggal dunia. Menemukam berbagai macam cara orang menjemput ajal membuat penulis menemukan berbagai pelajaran hidup. Dan bukankah memang seperti itu layaknya kematian? Meninggalkan sesuatu bagi yang masih hidup?
Baca buku ini memang harus siap mental, detail-detail bermacam cara orang meninggal ditulis dengan gamblang dan apa adanya. Ada yang penuh dengan kejahatan, ada yang biasa saja. Yang paling sering terjadi adalah di Korea Selatan, banyak sekali kasus kematian di mana sang jenazah menjemput kematian dalam kesepian. Baik bunuh diri atau mati secara alami dan sakit.
Sebuah buku memoar yang menarik dan lebih jauh, berharga. Saya baca versi digitalnya dan sudah berencana beli fisiknya.
Profile Image for Luk-Wa.
292 reviews14 followers
February 11, 2024
นึกถึงสัจธรรมของชีวิตจริงๆ ตายแล้วเอาอะไรไปไม่ได้ แต่เราจะเลือกการตายแบบไหนกัน

สะท้อนสังคมคนเกาหลีมากๆ ที่พ่อแม่สูงอายุ พอลูกแต่งงานเริ่มทำงาน หรือแต่งงานมีครอบครัว ก็เริ่มมีความคิดที่ไม่อยากเป็นภาระลูกๆ เลือกที่จะอยู่อย่างอดๆอยากๆ ปิดบังความเจ็บป่วย รัฐบาลเกาหลีล้มเหลวกับสวัสดิการผู้สูงอายุมากๆ อ่านแต่ละเรื่องแล้วเศร้ามากๆ น้ำตาไหลเลย

แล้วก็ค่านิยมความคิด เกาหลีให้คุณค่ากับวัตถุนิยม เรียนสูงๆ เพื่อจะได้ทำงานบริษัทใหญ่ๆมากๆเลย ชีวิตเลยแข่งขันสูง จนเกินความเครียดและอาจเลยเถิดจนถึงฆ่าตัวตาย เลยทำให้เกิดอาชีพพนักงานเก็บกวาดสิ่งของของผู้ล่วงลับ แต่งงมากว่าคนเกาหลีบางคนก็ยังไปดูแคลนอาชีพนี้อีก ทั้งๆที่ต้องขอบคุณพวกเขามากๆ สามารถทำสิ่งที่คนทั่วไปไม่สามารถทำได้

รู้สึกขอบคุณที่เรายังมีครอบครัวที่ดี พ่อ แม่ พี่สาว และน้องแมว ที่คอยอยู่เคียงข้างเราเสมอมา ขอบคุณที่เรายังมีชีวิตอยู่ในโลกใบนี้
Profile Image for Pal~.
32 reviews2 followers
July 12, 2024
Novel ini diadaptasi ke series Netflix, Move to Heaven. Bercerita tentang seseorang yang pekerjaannya membersihkan rumah/ kamar orang yang sudah meninggal, buku ini banyak memberikan insight tenting kehidupan orang-orang Korea yang merasa hidupnya lifeless dan hopeless. Sebenarnya benang merah cerita sudah terlihat dan ketebak sejak bab awal buku, jadi agak flat dan sedikit membosankan.
PS: Aku DNF nonton series Netflixnya, tapi manage to finish the book. What an achievement!
Profile Image for Rini Surastika.
52 reviews6 followers
January 31, 2023
4.5/5⭐

I love this book karena mengingatkan akan banyak hal, tentang simpati dan lebih peduli pada orang-orang di sekitar kita, bikin ingat rumah agar sering-sering menanyakan kabar atau menjenguk orang tua, menemani orang-orang tersayang dan mendengarkan keluh kesah mereka✨
112 reviews3 followers
April 19, 2024
결국 마지막에 남는 것은 사랑했던 사람과의 추억입니다. P.242
30 reviews1 follower
December 26, 2024
Sebuah buku yang mengingatkan akan cinta kasih.
Profile Image for bookswormie.
131 reviews6 followers
October 15, 2025
Sebagai pembaca buku fiksi garis keras, aku gak nyangka akan terpikat oleh buku nonfiksi yang satu ini. Things Left Behind adalah karya yang melandasi serial Korea Move to Heaven—yang awalnya kukira diadaptasi dari novel fiksi. Tapi ternyata, buku ini berangkat dari kisah nyata yang membuatnya terasa lebih menampar dan membekas.

Buku ini ditulis oleh seorang trauma cleaner atau petugas pengurus barang-barang peninggalan orang yang telah meninggal dunia. Terdengar sederhana? Nyatanya tidak sesederhana itu. Lewat pekerjaannya, ia mengangkat kisah-kisah kematian yang tak terduga—mulai dari yang meninggal karena usia, bunuh diri, hingga korban pembunuhan. Bukan sekadar membersihkan, ia pun mencoba membaca kembali hidup seseorang dari barang-barang yang mereka tinggalkan. Dan itulah yang membuat buku ini menyentuh.

Setiap kisah membawa perenungan. Tentang kesepian, tentang kematian yang datang tiba-tiba, tentang orang-orang yang jasadnya baru ditemukan setelah berminggu-minggu. Tentang keluarga yang tidak lagi peduli, atau bahkan tidak tahu.

Buku ini bukan cuma tentang kematian, tapi tentang kehidupan yang sempat ada. Buku ini membuatku lebih peka sama orang di sekitar, lebih menghargai waktu, lebih dekat pada kematian. Aku jadi mikir: setelah kita pergi, apa yang sebenarnya akan tertinggal?

Namun, satu hal yang patut dicatat: beberapa kisah diceritakan hanya dari sudut pandang si trauma cleaner; berdasarkan asumsi pribadi dari jejak barang-barang yang ia temukan. Tidak ada konfirmasi dari keluarga atau orang terdekat almarhum. Cerita-cerita ini lebih pada interpretasi, asumsi yang (meski sangat masuk akal) tetaplah asumsi. Sifatnya spekulatif. Tapi justru di situlah kekuatan emosionalnya. Meski bukan fakta objektif, kisah-kisahnya terasa sangat manusiawi dan menyentuh.

Things Left Behind adalah buku yang membuat kita menunduk terdiam dan berpikir lama. Tentang hidup. Tentang mati. Tentang apa yang tertinggal saat kita pergi.
Displaying 1 - 30 of 388 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.