"Tulisan kamu enggak ada rasanya. Kayak anak SMP sok-sokan nulis adegan dwasa tapi cuman ngandelin Google. Have you ever been kissed before?"
Tara, seorang penulis yang mengalami writer's block karena editornya menolak mentah-mentah tulisannya. Alasannya cuma satu: tulisannya enggak ada rasa. Selama ini Tara dikenal sebagai penulis yang sukses melahirkan karya romantis.
Namun, itu nggak berlaku bagi editor barunya yang jauh lebih kejam dibanding Anna Wintour digabung dengan Miranda Priestly. Dalam kurun waktu satu bulan, Tara harus bisa melakukan revisi. Masalahnya selama tiga puluh tahun, Tara nggak pernah punya pacar.
Jadi gimana caranya bisa memunculkan rasa di dalam tulisannya, sementara di kenyataan kisah cintanya nol besar?
Reuni memepertemukannya kembali dengan Romeo Hamzah alias Remy, teman SMA-nya, yang kini sudah bertransformasi jadi feromon berjalan, dan menawarkan bantuan. Tanpa disadari, Remy tidak hanya membantu dalam revisi novel, tapi juga membantu Tara untuk lebih mengenali diri sendiri.
Ih, kok enggak rela pisah sama keliarga Hamzah, wkwk. Favorit deh keluarga Hamzah nih.
Sebenernya, yang selalu kusuka dari ceritanya Kak Revel itu, gimana perubahan tokoh utamanya dari A ke Z. Di sini juga aku suka sama perubahan Tara, sama dinamika karakternya Tara. Sedikit banyak, relate banget sama diaaaa, ampun deh. Di beberapa part ada aja aku nyeletuk: "Relate banget, Tar!" so that's why aku kek punya love hate relationship sama Tara nih. Abisan pemikiran dia annoying, sometimes. Tapi ternyata aku juga sering banget mikir begitu, wkwk.
Terus, bukan cerita Kak Revel ya kalau nggak bikin giggling, dan please mereka ini banyak bat momen sweet-nya. Walaupun bnyak, enggak yang bikin eneg gtu lho. Pas aja sih ya menurutku porsinya.
Ini buku tebel, dan ampir setiap bab-nya sweet. 😂 😂
Aku juga nggak benci Sita, sih, kalau di buku. Wkwk. Gimana ya, menurutku dia bener juga soal Tara, jadi kalau cuman liat kelakuan dia di buku (tanpa baca extra chap di KK) alih2 jahat, dia lebih keliatan kek temen deket yang bete sama kelakuan temennya karena ngeluh mulu. Walaupun ya kalau pas di KK kliatan dia annoying nya gimana.
Kalau Remy, Di sini ada Tyra bilang kalau harus sabar sama kelakuan Remy yang suka PD tinggi, tapi kok ya dia terhadap dirinya sendiri lebih kek diliatin insecure juga. Jadi emang here and there aja sih. Walaupun di sini disebutin juga sih Remy vulnerable kalau depan Tara. Jadi itu keknya layernya dia. Kliatan PD depan orang yang nggak begitu dekat sama dia, padahal ada sisi insecure juga yang diliatin cuman depan Tara. Jadi aku suka aja tiap chara-nya itu berlayer, wkwk.
Bukunya tebel, dan setelah dipikir2, scene pentingnya keknya nggak banyak2 amat. Karena kalau aku pikir2 lagi ambil 5 momen penting di sini, aku kudu berpikir keras. Yah, namanya juga character fokus ya, jadi emang lebih fokus sama pengembangan karakternya. Khususnya Tara, yak.
Ps: Keknya makin sini aku makin suka juga sama ceritanya Kak Revel. Buku ini sama bku PWB berpotensi buat di reread. (PWB mah jelas sih bakalan ku reread, Insya Allah 😂) . . . .
Sooo, kalau suka cerita yang banyak uwu-nya, pasti, mungkin, bisa suka ini juga.
Tebalnya novel ini cukup mengintimidasi (padahal aku sendiri sering bikin novel setebel ini juga 🤣🤣) tapi begitu bukan halaman pertama, mataku langsung menjerit bahagia karena hurufnya yang besar-besar dan spasi antarline-nya longgar. Mata minus 4-ku emang nggak bisa dibohongi. Hahahah
Buat aku, salah satu keseruan baca bukunya Kak Rev itu adalah bahasa Inggrisnya. Wkwkw. Aku senang aja bacanya, karena jadi tahu istilah-istilah dan susunan kata baru yang asyik banget. Penggunaan bahasa Inggris di sini, somehow, ya cocok aja gitu sama karakter dan background tokoh-tokohnya. Bikin lebih asyik dan lebih hidup.
Hal menyenangkan kedua di buku ini adalah tokoh Tara. Well, kadang-kadang dia menyebalkan sih (bukan kadang, tapi sering kayaknya). Tapi buatku, karakter Tara itu familier banget. Tipe orang yang selalu insecure yang bisa ditemukan di mana pun, termasuk dalam diriku sendiri. Wkaka. Btw, ada satu kesamaan antara aku dan Tara (bukan soal ditaksir cowok gorjes macam Remy ya), kami sama-sama 30thn dan sama-sama nggak bisa ngebayangin buat pindah karier ke industri lain. Tos dulu, Tar! 🤣
Buku ini tebal, tapi nggak bikin capek pas baca. Satu hal yang cukup mengganggu buatku adalah pengulangan informasi/penuturan yang cukup banyak. Misalnya pembahasan soal 1% dan 95% itu sering banget diulang. Terus omongan Remy soal Tara yang ngebelain dia di waktu SMA itu juga kayaknya lebih dari 3x disebut-sebut.
Oh ya, satu lagi. Karakter Remy. Aku jatuh cinta sama dia sejak kemunculan pertamanya. Tapi langsung menyerah setelah tiba di bagian Remy foto-foto Tara tanpa izin dulu termasuk foto-foto setelah mereka nganu itu. Yah, meski habis itu bilang sih. Nggak tahu kenapa, bagian itu agak creepy dan nggak pantas aja buatku. Masa aku langsung ngebayangin kasus revenge porn 😭😭 duh, jangan sampe ya, Romeo ganteng.
Di antara banyaknya novel Kak Rev, aku baru baca NBK dan PWB. Aku lebih suka yang PWB sih dibandingkan yang ini.
Kebanyakan overthinking, kurang percaya diri, ada trauma masa lalu jelas bukan kombinasi apik dari karakter karena berisiko menimbulkan gregetan, mangkel, dan jengkel pada pembacanya. Kukira kisah fiksi, ternyata cermin kehidupanku :(
Menjadi penulis best-seller tidak cukup hebat bagi Tara. Rasanya masih kurang dan ada yang salah dengan hidupnya. Kritik keras dari editornya mengenai adegan romansa di naskah terbarunya memantik perasaan resah pada diri Tara karena statusnya saja jomlo selama 30 tahun. Lagi pula, mengapa editornya repot sekali menguliti bagian itu, padahal dua novel sebelumnya dengan editor yang berbeda tidak menjadi masalah? Apakah Tara lantas menentang atau protes dengan kritikan itu? Nope.
Kepribadian Tara diciptakan untuk menjadi pengikut dan penurut. Bukan berarti dia bodoh dan bloon masalah apa pun, hanya nggak punya keberanian diri berlebih aja. Jadi, ketika sosok masa lalunya muncul dan menawarkan bantuan riset untuk bagian yang menjadi beban pikiran, Tara nggak bisa memikirkan hal lain, selain "menurut".
Well, nggak bisa dibilang menurut juga karena awalnya Tara canggung banget. Wajar aja, teman masa SMA-nya muncul lagi dalam bentuk lebih oke. Berbanding terbalik dengan imejnya di masa putih abu-abu.
Lagi-lagi, karakter ceweknya berhasil mencetak sosok "manusia" yang jelas. Tara yang nggak pede setelah resign, semakin nggak bisa mengontrol rasa rendah dirinya setelah bertemu Remy. Padahal, di buku tahunan SMA, dia diberi titel Si Paling Punya Masa Depan Potensial (cmiiw), tapi ternyata Remy yang lebih sukses dari dia. Eh, bukan-bukan, Tara nggak lagi iri dengan capaian Remy, tapi lebih ke self-blaming karena nggak bisa menjadi "sukses" bahkan untuk ukuran dirinya sendiri.
Both Remy & Rully berhasil bikin dua FL yang rendah diri dan gampang insekyur ini bisa melihat potensi dirinya sendiri serta mendorong mereka buat berkembang lebih jauh. I love them! And I love both Tyra & Tara karena mereka berhasil mengolah emosi maupun bakatnya dan bikin hal itu jadi sesuatu yang bisa bikin mereka lebih glowing.
Intinya, aku lebih suka buku ini karena dari penggambaran karakter, cara karakter lain membantu "mengangkat" karakter yang lagi nggak baik-baik aja, dan supports for each other lebih terasa di sini. Tara dan pikirannya itu ruwet memang. Bikin sebel juga karena beberapa bagian somehow mirip dengan diri sendiri xD, tapi setidaknya dia mau bangkit dan berhasil menemukan value-nya sendiri.
Ceritanya ringan, karakternya lumayan solid, alurnya tergolong runut, dialog-dialognya cukup menyenangkan buat dibaca. Tapi bagi gua yang suka narasi yang jelas dan rinci (tapi tetap ditulis dengan kalimat yang efisien), narasi penulis ini kurang rinci. Narasi yang disajikan kurang menjabarkan detil-detil halus dan sederhana yang seharusnya bisa menambah nuansa dalam ceritanya dan mempersolid alur cerita plus karakter-karakternya. Jadi terasa masih hambar di cukup banyak bagian. Kadang berasa teknis banget tulisannya tapi "rasa"nya kurang.
Tapi ini page-turner sih, karena gua kepo pengen tahu perkembangan hubungan Remy-Tara ini.
Pertama, covernya. Paduan warnanya menarik. Kuning, toska, dengan sedikit merah muda dan warna lainnya. Ini salah satu alasan kenapa ku beli bukunya. Haha.
Kedua, karakternya yang kuat. Karakter Tara ini cukup "sederhana", karena banyak ada disekitar kita---mungkin kita termasuk salah satunya. Ciri khas Tara yang gampang insekyur meski (menurut orang) dia sudah punya banyak pencapaian, menganggap dirinya nggak sukses hanya karena standar suksesnya kita terlalu tinggi, mengkotak-kotakan orang berdasar kelas sosial dan pergaulan, Tara nggak jauh berbeda dengan kita, yang terkadang takut menghadapi hidup. Walau, kayaknya buat sebagian besar orang karakter dia akan terlihat sangaaat menyebalkan karena over-negative-thingking-nya. Tapi, pengembangan karakternya dapet.
Karakter Remy ... apa yang bisa kubilang selain dia Too Good to be True? Haha. Ganteng, check. Pengacara sukses, check. Salah satu bagian dari keluarga old money, check. Ditambah, dia pengertian. Meski mungkin Remy nggak terlalu terlihat "kebrengsekan"-nya karena Tara juga kadang terlalu sibuk sama pikirannya untuk melihat Remy dari sudut dia.
Untuk alur sendiri, menurutku 570 hlm ini terlalu tebal. Baru terasa padatnya isi cerita di 200 hlm terakhir. Nggak buruk, hanya saja bisa bikin lelah buat yang nggak suka alur lambat. Beruntungnya, penempatan porsi karakter, benang merah tiap karakter ke konfliknya, juga jumlah karakter yang nggak terlalu banyak, pas dengan porsinya jadi gak bikin gumoh dengan mengingat banyak orang. Haha.
Ada beberapa yang kutandai dari beberapa detailnya, seperti ... Bapaknya Remi jadi salah satu bagian dari aksi mahasiswa di Reformasi 1998? Wait. Jadi hitungannya, novel ini settingnya di tahun berapa? Pertengahan 2030an? Apakah di masa itu Lamborghini, Alphard, masih akan menjadi primadona di dunia permobilan?
Juga, ada satu penyataan Tara alau pas novel kedua Tara juga launching-nya diatur sama mbak Siska, am I missing something? Bukannya editor buku kedua itu masih editor lamanya, belum mbak Siska?
Overall, ku menikmati bagaimana kak Revel bercerita dan bagaimana kita bisa belajar lagi untuk mengenali dan mencintai diri sendiri.
Selesai! Ini adalah karya pertama Kak Revel yang aku baca dan aku suka banget!
Pertama, judulnya sih bikin penasaran, blurbnya apalagi. Dan beberapa orang yang udah baca versi dunia orennya tuh ngeracunin aku dan bilang kalau ini wajib banget aku baca.
Aku sendiri belum sempat baca versi dunia oren, baru sempat baca blurbnya saja dan itu udah bikin aku tertarik seperti apa sih kisahnya penulis dan pengacara ini?
Ternyata.... Ceritanya jauh lebih menarik dan seru! Kak Revel mampu menceritakan profesi Remy dan Tara dengan baik. Karakter mereka pun aku suka karena relatable dengan kehidupan sehari-hari. Apalagi sosok Tara.
Seperti Tara, aku pun seringkali mengalami yang namanya insecure. Dari sosok mereka berdua aku bisa belajar kalau kita tidak bisa merubah masa lalu, tapi kita bisa merubah masa sekarang dan masa depan kita menjadi lebih baik. Mencoba untuk bangkit dari rasa insecure dan lebih menerima diri kita apa adanya.
Kisah romansa antara Tara dan Remy tuh bikin aku senyum-senyum gemes. Interaksi antar tokohnya juga aku suka. Terasa manis dan hangat. Walau ada kejadian nggak terduga antara Tara dan Sita ya.
Novel ini termasuk tipe novel yang dapat aku selesaikan dalam sekali gebuk *eh (sekali duduk maksudnya). 😂 577 halaman dalam waktu kurang dari 7 jam (aku lupa mulai baca jam berapa yang pasti siang dan sore udah selesai). Tentunya aku merekomendasikan novel ini untuk pecinta novel romance walau tebalnya lumayan.
Buat dedek-dedek gemes, bijaklah dalam memilih bacaan kalian ya karena kisah Remy-Tara ini masuk ke dalam genre adult romance. Oke?
This is the first book by RevelRebel that I read. I have seen her name popping up on IG here and there and I was glad I could finally read her book.
First impression: I knew this is a self-published book but I was still shocked seeing how thick it is, lol.
After I read the book, well... I don't think she needed 557 pages to convey her story, tbh. The story was pretty straightforward and the conflict was not that complicated. There are some parts of the extra chapters that I don't think is necessary to be included as well. But since this is a self-published, I can totally understand why the author wanted to indulge herself.
As for the story itself, I looooooove Tara. I can totally relate to her when she felt betrayed by her own dream thus feeling even more inadequate and incapable, even suffered from mild impostor syndrome. I think I shed a few tears when I read about her feeling lonely and hopeless af in the bus.
I also like Remy because he communicated clearly from the get-go that he's not looking for exclusive relationship. And throughout the book he was being quite the gentleman, too. The author did a good job putting Tommy as the foil because I can truly see why Remy is the one for Tara.
The problems with this book, though: it has a lot of grammatical errors. Again, I can forgive the editor for not cutting unnecessary scenes/details for the sake of self-indulgement. But it has too many grammatical errors and it is such a shame cz the main characters spoke quite a lot of English in this book.
Second, cringey dialogues during steamy scenes. It truly ruined the enjoyment of reading steamy scenes, especially if the dirty talks are done in Bahasa, lmao. Imho, dirty talks during sex is just not in our culture, therefore it just doesn't make sense when it is done in Bahasa. There was this one scene too where Remy said "this is me" while having sex. It just destroyed me. I was laughing my head off.
For god's sake, just stfu and rail her good, Remy.
All in all, I enjoyed reading this book and I'm pretty intrigued to read another RevelRebel's books.
Awal aku baca novel RevelRebel ini di wattpad, tapi bukan judul yang ini. Selesai baca aku langsung jatuh hati sama gaya penulisannya. Jadi waktu gak sengaja nemu seller yang jual buku ini, tanpa berpikir panjang aku langsung beli. Sempet skeptis sih, novel romance setebel ini, pasti ujung-ujungnya ngebosenin.
Dan ternyata gak sama sekali!
Salut buat author karena bisa membuat novel ini yang page turner banget. Ngalir banget dan menyenangkan. Sama sekali gak ngebosenin. Gak ada filler-filler yang gak penting. I really love it!
Author pandai membawakan karakter yang menyebalkan tapi tetap asik buat diikuti. Perkembangan karakter Tara kelihatan banget dari awal dia minder, proses perbaiki diri, hingga akhirnya menjadi Tara yang lebih baik. Dan aku jatuh hati dengan Remy! Walau sebenernya too good to be true ya. Udahlah ganteng, sukses, tajir, playboy tobat, setia pula sama Tara. Yah, tipe-tipe cowok idaman pada novel romance pada umumnya lah.
Novel ini awalnya mau aku kasih bintang sempurna, sayangnya terhambat pada konfliknya yang so so dan kurang greget. Aku juga nangkep kata berulang yang sedikit mengganggu: “menelan ludah”. Entah berapa banyak kata itu berhambur di novel ini.
Tapi aku sangat merekomen buku ini karena gaya penulisannya yang nyenengin. Aku bahkan gak rela waktu buku ini akhirnya aku selesaikan. Kayaknya kalo di reread juga ga ngebosenin deh. Love it!
this one really does grab my attention as soon i picked it up!
i love how the author went straight into the problem from the very first page, it was very refreshing bcs i love a fast- paced book. this one is quite a thick book and yet i managed to finish it in one sitting! what makes me love this book is that its not just a simple romance book, it actually has a deep meaning to it as well. i don't wanna spoil too much but i have to say i love the way the MCs are always there for each other, supporting each other in every way they can, but then they are also vulnerable, they each have their flaws. it also makes me realize that we need to accept our flaws as a part of ourselves, stop comparing us to other people, and start loving ourselves! also, some of the quotes are beautiful!!
i personally think this was a love story that is needed for us who's looking to find ourselves. sometimes i think 'is what i'm doing right now truly what i love doing?' 'is it right to be living this way?' 'is it okay for us to have burnouts too?'. i guess the answers are within ourselves, by knowing and loving ourselves, we'll find the answer too.
not to mention, there's a whole bunch of merchs alongside the book that you could get when you purchase the book! would definitely read more books from the author!😌💖
Tertarik dengan sinopsisnya dan ternyata lumayan tebal. Ceritanya menarik, hanya saja banyak pengulangan mengenai klasifikasi 95% dan 1%, burn the bridge. Isi pikiran Tara selalu negatif karena dia menganggap realita sudah mengecewakannya (sesuai dengan keadaan di umur 20-30an yang membandingkan pencapaian diri dengan orang lain). Kadang sifat Tara yang susah menerima saran atau pujian dari orang lain agak mengesalkan. Di lain pihak, Remi yang dianggap too god to be true oleh Tara kurang di eksplore, kapan dia sadar kalau capek menjalani ONS terus padahal beberapa hari sebelum reuni masih ONS dengan cewek lain. Interaksi antara Tara dan Remi manis dan kadang hot. Overall, novel ini menghibur dan ringan walaupun tebal (dapat diselesaikan hanya beberapa jam). Mungkin nanti akan mencari karya lain dari author ini
This entire review has been hidden because of spoilers.
first thing first, aku auto suka kalau ada novel yang nyerempet tema hukum, dari karya fiksi mbah todung lubis ke karya alanda kariza. aku auto suka juga kalau ngebahas dunia penulis, karena aku sendiri penulis. jadi dobel suka.
second thing second (lama-lama gue nyanyi imagine dragons nih) narasi novel ini simpel dan nggak bikin macet baca. and it's ridiculously thicc. that means, kekuatan penulis terletak pada jumlah amunisi kata yang bisa ia gelontorkan untuk satu ide cerita--dan dalam waktu singkat!--which I covet so bad.
yang ketiga (ini ganti pake lagu opick).... sebagai buibu yang mikirnya sudah realistis dan praktis, sebenarnya aku jeleh sama cerita kayak gini, tapi novel ini membuka mataku ke banyak hal yang sebelumnya nggak kuperhatikan, bahkan cenderung nyepelein.
Dapet buku lokal yang bagus lagii 👌 . . Saya enjoy baca buku ini, ceritanya halu-halu tapi bikin ga enek, ada masuk akalnya lah, ceritanya ringan , enak buat dibaca , cuma yang sedikit mengganggu buat saya adalah penggunaan kata 'engga' dibuku ini, sedikit bikin ew gimana gitu, tapi bisa tetep enjoy kok bacanya, seleraaaaa 🙏🙏
honestly, i liked it. bukan karena ceritanya wah atau karakternya luar biasa, tapi lebih ke "gue nyaman bacanya." itu poin penting sih buat gue sekarang.
tara tuh... ngeselin ya awalnya. gue sampe mikir: ini anak kenapa sih ngeluh mulu? semua hal dibesar-besarin, semua masalah dirasa paling berat. literally kayak nyari validasi 24/7. tapi untungnya ada character development di belakang, walau telat, tapi lumayan nutupin kekesalan gue di awal-awal.
remy? hmm… ganteng ✓ kaya ✓ mantan playboy ✓ pinter ✓. yap, checklist cowok fiksi banget yang... sorry to say, udah terlalu sering gue temuin. nothing new, dan jujur cheesy-nya tuh kadang bikin gue greget sendiri. tapi yaudahlah ya, dia gak ganggu banget juga. gue masih bisa tolerir asal gak tiap paragraf ngeluarin pick up line cringe.
tapi yang jadi penyelamat utama tuh gaya nulisnya. enak banget, ngalir, gak ribet, gak lebay. klise iya, tapi ditulis dengan cara yang bikin gue terus nge-scroll kayak orang kesurupan. lumayan page turned.
dan walaupun konflik mereka gak yang “wow banget”, gue tetep bisa ngerasain chemistry-nya. ada manisnya, ada awkward lucunya.
buat gue, selama nulisannya ngalir dan gak ngebosenin, gue akan terus lanjut baca meski isinya klise pun. karena kadang kita tuh cuma butuh cerita yang fun and light to escape a little, ya kan?