Jump to ratings and reviews
Rate this book

Yuni

Rate this book
Apa yang terjadi bila perempuan menolak lamaran hingga dua kali? Dipercaya ia tidak akan menikah selamanya. Begitulah yang dialami Yuni, remaja SMA yang begitu menggemari warna ungu. Yuni menampik lamaran-lamaran itu demi sebuah cita-cita untuk melanjutkan pendidikan. Tak hanya soal lamaran, ia pula harus menghadapi cibiran tetangga dan stigma sosial bahwa perempuan tidak perlu pendidikan tinggi untuk menjadi istri dan ibu.

Yuni beruntung memiliki teman-teman Cilegenk yang menyenangkan, Suci pemilik salon, Ibu Guru Lis yang diam-diam mendukung, juga keluarga dan Bu Ndek yang memberi kekuatan untuk tetap teguh menggenggam impian.

Diangkat dari skenario film karya Kamila Andini, yang telah diputar di berbagai festival film dunia juga memenangkan penghargaan bergengsi. Di antaranya, Platform Prize dalam Toronto International Film Festival (TIFF) 2021 dan pemenang kategori pemain perempuan terbaik dari Festival Film Indonesia 2021.

180 pages, Paperback

Published January 5, 2022

5 people are currently reading
37 people want to read

About the author

Ade Ubaidil

10 books8 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
9 (19%)
4 stars
19 (40%)
3 stars
17 (36%)
2 stars
2 (4%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 11 of 11 reviews
Profile Image for Haryadi Yansyah.
Author 14 books62 followers
March 21, 2022
Terus terang, selama ini saya agak menghindari baca buku yang filmnya sudah lebih dulu tayang. Kayak yang, udah basi aja gitu. (walau tetap nekat beli beberapa buku yang udah ditonton filmnya hehe. Bacanya kapan? ntah ops).

Nah, yang Yuni ini agak beda. Sebab, saat nonton filmnya, saya penasaran sama beberapa bagian yang mengundang tanya.

Dan, memang pilihan yang tepat baca Yuni. Sebab apa yang sebelumnya menganjal di kepala terjawab dan terurai satu demi satu.

Selain itu, ternyata asyik ya baca buku yang sudah lebih dulu nonton filmnya. Pemain filmnya muncul di kepala dan saat baca adegan-adegan di buku langsung kayak hidup di depan mata gitu haha.

Ade -sebagai penulis, pun berusaha mempertahankan dialog-dialog Jaseng (Jawa Serang) di sepanjang novelnya. Sebagian besar dikasih catatan kaki terjemahan. Namun, sebagian lagi tidak sebagaimana yang ia tulis di bagian ucapan terima kasih, "oleh sebab itu, di novel adaptasi ini beberapa dialek Jawa Serang sengaja dipertahankan (dan bahkan tanpa diberi catatan kaki) untuk menjaga rasa dan memberi pengalaman berbeda.

Soal ini ya ada plus-minusnya. Kadang saya merasa ada bagian tertentu yang sebaiknya emang butuh diberikan terjemahan. Sebab saya sulit menerka maknanya walau sudah dibaca menyambung dengan paragraf sebelum dan sesudahnya.

Oh ya, yang menarik lagi, di novel ini masa kecil Yuni juga diangkat. Termasuk alasan/kejadian kenapa Yuni menjadi suka warna ungu. Itu momen/kejadian yang diceritakan dan bikin pembaca kayak saya, "oh ya panteslah dia suka ungu." walaupun khusus di bagian ini pula, sebagai pembaca saya punya "jalan keluar" yang menurut saya jauh lebih ideal dan terasa lebih pas.

Terlepas dari itu, secara keseluruhan Yuni emang bagus.

Skor 8,5/10
Profile Image for Andra Annisa.
46 reviews5 followers
January 12, 2022
"Terlahir sebagai perempuan adalah satu hal. Sementara menjalani hidup sebagai perempuan adalah hal lain."

Novel ini menceritakan stereotip yang selama ini selalu melekat pada perempuan, "gausah sekolah tinggi-tinggi lah toh nantinya bakal jadi ibu rumah tangga", "perempuan hanya harus berkutat di sumur, dapur, kasur", dan masih banyak lagi.

Narasi novelnya bisa dibilang terlalu cepat, entah karena diadaptasi dari skenario film yang membuat setiap chapternya pendek-pendek. Ada beberapa bagian juga yang ga dimengerti karena bahasa daerahnya ga ada terjemahannya. Tapi so far isinya sangat bisa disampaikan dengan baik. Sangat puas dengan endingnya. Pada akhirnya Yuni adalah tentang kebebasan. Sebab, perempuan selamanya berhak memilih. Sebab, perempuan selamanya harus memilih.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Nike Andaru.
1,636 reviews111 followers
May 1, 2022
39 - 2022

Niatnya mau baca bukunya dulu baru nonton. Eh karena filmnya udah muncul di Disney Hotstar, sambil nyetrika menontonlah saya.

Besoknya saya mulai baca bukunya. Karena adaptasi dari film, memang hampir semua cerita dalam buku ini dari semua scene dalam filmnya, tapiiiii beberapa dalam buku ini lebih memperjelas apa yang di filmnya gak terlalu jelas. Misal saat Yuni ketemu pertama kali dengan Teh Suci cute, dia kan ketemu kayak laki-laki yang jemput Suci, trus pas ketemu lagi sama Suci abis makeup kan diliatin cuma foto-foto doang, tapi gak diliatin Yuninya melihat foto-foto yang tampak dikenalnya.

Pas mengekori Pak Damar juga dalam buku ternyata Pak Damar gak cuma nyobain hijab tapi pake daster. Cerita sama Yoga juga lebih terasa jelas.

Saya merasa kalo dalam film ada yg kurang jelas, saya menemukannya dalam buku ini. Kekurangannya dalam buku ini adalah, bahasanya gak semua dikasih keterangan artinya. Susahlah buat saya yang gak ngerti bahasanya. Untungnya dalam film ada subtitlenya, jadi paham. Film dan bukunya saling melengkapi banget.

Bagaimana perempuan daerah masih sangat mengamini banyak hal, seperti cepet nikah aja padahal masih SMA, istilah kasur sumur dapur juga dan Bu Lis yang berjuang tapi terasa kalah oleh kondisi dan atas nama tradisi.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Gita Swasti.
323 reviews40 followers
June 11, 2022
Yuni masih terngiang-ngiang dengan ucapan Bu Lis sepulang sekolah tadi. Bagaimana mungkin kecintaannya pada warna ungu disebut sebagai penyakit? Apa yang salah dengan ungu? Bila ungu salah, maka merah dan biru, apakah juga salah?


Wow, kapan lagi membaca novel dengan rentetan dialog Jaseng aka Jawa Serang?

YUNI adalah seorang perempuan yang memiliki kebingungan, kesukacitaan, dan kegalauan. Meskipun berlatar Serang, pengalaman Yuni terasa universal karena saya kerap menemukan kisah-kisah serupa daerah-daerah lain. Melalui garapan Ade Ubaidil, saya merasakan persis bagaimana seorang Yuni berpetualang dalam dunia yang berbeda, masa remajanya dan tekanan sosial.

Saya bukan orang yang familiar dengan bahasa Jaseng sehingga cukup terbata-bata membaca novel ini. Yang saya lakukan hanya membayangkan, "Dialog ini ada di adegan sebelah mana, ya?"

Novel ini merupakan adaptasi skenario karya Kamila Andini. YUNI dibangun dengan konstruksi sederhana berbalut isu yang cukup sensitif, perjodohan. Sama seperti filmnya, membaca buku ini bagaikan melihat dokumenter seorang Yuni dengan rangkaian kisahnya.
Profile Image for rkayve__.
23 reviews
January 21, 2024
mixed feelings reading this one; sad, mostly angry, and closed with relief and happy for yuni. one that got lucky and can be herself. kamila andini beautifully wrote this sad-yet-true story, potraying hard lives that women in small cities in this country should live, confined by patriarchy and religion. sad truth: some religion can be used against you and people will easily agree on it, then guilt-tripping you (especially women). huft i get emotional all over again writing this one, pissed off by those who’s ‘gila agama’.

the book itself a bit confusing, too many bahasa jawa-sunda and not too many footnotes for the translation. there’s also minor mistakes of the character’s saying, but still understandable. well if you want to get pissed go ahead and read it lmao
Profile Image for Heru Eko.
10 reviews6 followers
July 20, 2023
Kacau.

Pertama, buku ini seperti hanya diperuntukkan untuk warga Cilegon, Serang dan sekitarnya.
Terlalu banyak dialog bahasa daerah yang tidak dijelaskan artinya, apalagi bahasa daerah tsb bahasa jawa "kasar" yang belum tentu semua orang mengerti artinya. Bahkan orang jawa sekalipun.

Kedua, ada beberapa kalimat pertanyaan atau pernyataan yang seharusnya diucapkan oleh tokoh yg mengucapkan tapi malah ditulisnya diucapkan tokoh lain.
Yang harusnya diucapkan Yuni, malah ditulis "ucap Suci"
Penulis seperti hilang fokus.

Ketiga, pemilihan kata terlalu klise, hampir tidak ada kalimat yang membuat pengalaman membaca begitu terkesan.

Saya lebih merekomendasikan filmnya dibanding novelnya.
Profile Image for Putri Nata.
48 reviews1 follower
April 23, 2022
Biarpun sudah menonton filmnya, tetap ingin membaca bukunya. Bukunya bagus, page turner, ada detail tambahan yang tidak diceritakan di film. 💜💜💜
Profile Image for Megawati Wahyuningsih.
58 reviews
August 21, 2022
(I will write this review in English as a practice. Pardon my broken english 😅)

This book explains lots of things that have been left unsaid in the movie. Why Yuni ended up living with her grandma, when she started to like purple (it didn't exactly tell us WHY she loves that color though, but some people assume it was because purple is a symbol of women's movement, color to represents unity), what EXACTLY she felt and kept in mind through all of the "rain" that fell before June. I think it helps us to understand the movie better.

I love how the writer tell about the culture and social life in province of Banten, peculiarly Cilegon area. Almost all conversation in this book use the "Jaseng" a.k.a Jawa Serang language dan Serang's Sundanese, and so do the movie. Some of them have Indonesian translation in the footer, but the majority are kept in its original language. Even though I can't speak Jaseng, my Java descend let me understand it a bit. Somehow, this local language strenghten the storyline by adding some familiarity thus Yuni's struggle felt deeper.

I also like how Sapardi Joko Darmono's poems get visualised in thos movie/book. These poems known for its modest diction yet deepest in the meaning. They bring the reader a deeper connection with the characters in an unique way.

There's no secret that children's marriage is a serious issue in Indonesia. Young girls are expected to marry before or right after high-school graduation as most people think women's final purposes are dapur-sumur-kasur (cooking-house chores-reproduction), no matter how high her education nor her achievement. It worsened by lacking of sex education and limited access to get proper education (especially scholarship, as most characters in this book come from lower-middle class). Those limitations lead young women prone to domestic violence, poor health rate, and poverty. Women are left in silence as their voices are robbed away by the sociality.

There're some quotes that I really like from Yuni, which have been told both in the movie and in the book. I think these quotes help Yuni to boost her brave and free soul to find a better path for herself:

"Jangan biarin orang bilang kalau kamu nggak boleh bersuara. Mereka nggak tahu gimana rasanya ketika benar-benar kehilangan suaranya sendiri"
(don't let people silenced you. They don't understand how does it feel when losing their own voice)

"...Kuen gale alesan kite jadi guru. Pengin ngenekan anak-anak keuripan yang luwih baik. Tapi, lajune kite sadar, gune ngenekan itu, kite gale uripe kudu sing luwih baik dimin"
(that's my reason to be a teacher. I want to help my students to get better life. But I realize, I have to achieve a better life for my self first before helping others)

"Bape dinekan kesempatan kare Gusti Allah dadi wong tuwe sire kuen cume sebalen. Insyaallah, Bape berusahe sebise mungkin bantu ngeringanaken dedalan urip Yuni, dudu sebalike"
(Daddy has given a chance by God to be your father once in a lifetime. I will give my best to make your life easier, not the other way around)
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Nitaf.
142 reviews2 followers
January 6, 2023
Belum sempat menonton versi filmnya, tapi menurutku novel ini cukup menarik. It's such a page turner for me.
Plotnya yang runtut jadi memudahkanku untuk menikmati dan larut dalam novel ini.
Aku rasa buku ini yang membuat aku mulai baca buku-buku lagi setelah sekian lama hiatus.
Displaying 1 - 11 of 11 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.