What do you think?
Rate this book


272 pages, ebook
Published December 15, 2021
❝Hati Tarra boleh pulih, tapi sekalipun dijahit dan diperban, lukanya itu tidak sembuh sepenuhnya. Memulai hubungan baru dengan siapa pun pasti terasa menyeramkan bagi Tarra.
Bagi perempuan yang tinggal di Indonesia, usia untuk menikah menjadi salah satu faktor kesuksesan. Dan untuk gagal sekali lagi di usianya sekarang sama sekali bukan pilihan. ❞
—Page 18
❝Kalian sama-sama sudah dewasa.
Sudah bukan lagi waktunya sembunyi-sembunyi. Kalau kalian pengin hubungan kalian berkembang, jangan dimulai dengan rahasia. Buka semua pintunya, lalu kamu baru boleh berpikir untuk masuk atau nggak.❞
—Page 71
❝Mama cuma berharap kamu segera lepas dari bayang-bayang Zidan. Jangan mengambil keputusan apa pun yang merugikan karena Zidan. Perjalanan kalian memang terlalu panjang untuk dilupakan begitu saja, tapi kamu sudah sampai di pemberhentian terakhir.❞
—Page 134
❝Jangan menikah karena diburu usia. Mama nggak peduli kamu menikah di usia berapa, tapi jangan menikah karena alasan selain cinta, dan jangan memaksakan karena waktu. Segala hal di dunia punya waktunya sendiri-sendiri, nggak ada kata terlambat untuk itu semua.❞
—Page 135
❝Sebenarnya, Om dan Tante selalu bertanya-tanya apakah kami sudah salah mendidik anak? Bagaimana bisa mereka semua nggak menyukai uang?"
Om dan Tante membesarkan anak-anak yang luar biasa. Menghasilkan satu anak yang mau me-relakan hidupnya untuk menolong orang lain itu susah. Apalagi lima.
Tarra. Terima kasih sudah membuat Adam membeli mobil sendiri. Anak itu harus tahu cara mengapresiasi diri sendiri. Terus bantu dia, ya. Om pikir dia selalu kesulitan mendeteksi prioritas kebutuhan hidupnya sendiri. Dia menyimpan uang sebanyak-banyaknya, takut suatu saat saudaranya tiba-tiba membutuhkan.❞
—Page 169
❝Kamu tahu itu bukan salahmu. Aku percaya segala sesuatu di dunia ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk mati. Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa. Ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk. Jangan menyesali diri karena kamu nggak ada di sana waktu itu. Mungkin kamu nggak sebaiknya ada di sana karena bisa jadi kamu juga celaka. Kamu nggak akan pernah tahu apa yang dunia ini rancang buat kamu. Mungkin ini yang terbaik.❞
—Page 210
❝Sebagai sesama dokter, aku harus bilang kalau kemarin kamu sudah nyebrang dua kali! Aku pijat sendiri jantungmu pakai tanganku! Kamu nggak ingat apa-apa?
I'll kill you if you die on me!
Kamu tahu gimana rasanya masukin tangan ini ke perut six pack-mu? Kenapa nggak pernah pamerin perut sebagus itu?"❞
—Page 253
❝Untuk segala sesuatu ada waktunya. Tidak terlambat, atau terlalu cepat.
Segala kegagalan dalam hubungan yang kamu jalin adalah alat yang mencetakmu menjadi sosok sempurna bagi seseorang yang ditakdirkan untukmu.
Jangan takut, jangan khawatir, karena kamu ada di tempat dan waktu yang tepat.
Semua akan indah pada waktunya.❞
—Page 270