Jump to ratings and reviews
Rate this book

Cerita Untuk Ayah

Rate this book
Elang, seorang stand up comedian yang belum sukses, tidak punya hubungan yang baik dengan ayahnya.

Bagi Elang, sang ayah terlalu sibuk bekerja dan tidak pernah ada untuknya. Meski masih tinggal serumah, mereka berdua nyaris seperti orang asing bagi satu sama lain.

Ketika ayahnya tiada, Elang mulai menyesal kenapa dia tidak dekat dengan ayahnya ketika beliau masih hidup. Kemudian suatu hari keajaiban terjadi.

Elang terbangun tujuh hari sebelum ayahnya meninggal. Sekarang dia punya waktu yang terbatas untuk melakukan semua hal yang sebelumnya tidak bisa dia lakukan dengan ayahnya.

210 pages, Paperback

First published February 1, 2022

3 people are currently reading
43 people want to read

About the author

Candra Aditya

8 books18 followers
the cutest owl ever

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
6 (13%)
4 stars
25 (58%)
3 stars
11 (25%)
2 stars
1 (2%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 20 of 20 reviews
Profile Image for Daniel.
1,179 reviews852 followers
May 5, 2022
Candra Aditya
Cerita untuk Ayah
Pop
210 pages
7.2

In Cerita untuk Ayah, Candra Aditya creates a story portraying father-son relationship that's equally funny and heart touching.

It's hard for men to exhibit their vulnerabilities in this patriarchal world. Men are often demanded by society to be stoic and tough, to not show off their feeling, and to not confide in each other. Therefore, father-son relationship usually feels more restrained and tense because of society's demand. They rarely talk to each other, widening the chasm that separates fathers and their sons.

In Cerita untuk Ayah, Candra Aditya tries to shed a light on this phenomenon. He tries to portray the dynamic of a father-son relationship that resonates with many men outside there, including me. His attempt is not something unique in literary world. In fact, upon reading the blurb, I am reminded of Adhitya Mulya's Sabtu Bersama Bapak or Tere Liye's Big Fish knock-off Ayahku (Bukan) Pembohong. What makes Aditya's book more unique than those two books is that it has less pretense. Touching sensitive and sentimental subject like father-son relationship, it's definitely tempting to exploit readers' feeling and make the book sappy. Yet, Aditya takes different approach, and writes one hell of a funny book. Aditya also infuses a bit of fantasy element here that works seamlessly as a plot device. My only complaint about this time travel thing is that it's too convenient, in a sense that Aditya doesn't provide the reason why such travel could happen. But somehow I can understand his decision because explaining the time travel can open a deep rabbit hole that he doesn't want to get into.

If you've ever read Aditya's previous book, When Everything Feels Like Romcoms , you will notice how Southern Jakarta-centric the book is. Cerita untuk Ayah is no different, even it goes further as the narrator, Elang, uses "gue" to narrate, something that I normally wouldn't enjoy. However, considering his background as a comic who was born and raised in Jakarta, I don't mind because this also manages to convey the directness of the characters, either in their conversation or in their jokes.

Since Elang was a comic who tried to make it in the local scene, the first chapter of the book recounts his stand-up night. But boy, that was rough. Some jokes feel too "ngab" and not enjoyable. Aditya, I know, is a woke person, but sometimes I feel like he makes fun of his own wokeness. And I think that is one of the problems that makes reading the book less enjoyable. When the jokes miss, it misses so far away. But when they land, they land hard. I find Elang and his father's interaction exponentially funnier and more entertaining. His interactions with his female friends, albeit lewd sometimes, also came naturally.

Just like what he promises, Aditya puts Elang's relationship with his father front and center. We get to learn more about why their relationship restrained and how their lack of communication made their life miserable, although I wish I could learn more about their background in the first chapters. As Elang got to relive the days leading to his father's death, he also understood more about his father's past, secret, and regret. It's Elang's journey to healing and forgiveness, but it can be ours too.

Humor can be someone's way in dealing with their grief, and that's valid. Yet, Aditya doesn't understate the grief. He shows that despite all the jokes, Elang was a bereaved, that he still missed his father. Time indeed heals, just like what the final chapter is all about, but time cannot fill the big missing piece that's left by our lost ones. Balancing between humor and grief is a tricky thing, if you favor the grief more, the book will feel too mawkish, but if you favor humor more, it won't be impactful. Aditya manages to balance that, making a kind of approach that works well for me, and for people who cannot grief conventionally.
Profile Image for Ammar Jayyid.
71 reviews2 followers
May 17, 2022
Setelah baca ini, gw jadi makin meyakini bahwa cerita2 drama/romace dengan sedikit bumbu fiksi/fantasi itu memang genre favorit gw. Ga heran gw suka banget sama "Click", "Another Earth", "About Time", "Sore" atau "Sabar Ini Ujian". Karena mungkin dalam kenyataannya, hal ideal itu cuma bisa kita bayangkan, susah buat diwujudkan. Tapi fiksi ngebantu kita ngeraba itu, sukur2 kalau ngedorong kita buat mengarahkan ke keadaan ideal yg kita mau. Haha hal itu juga yg gw suka dari "Cerita Untuk Ayah" nya Kocan.

Tapi yg menarik dari buku ini sebenarnya, meskipun udah bisa ditebak arah-arah dramanya, perjalanan dan pembawaannya tuh menyenangkan banget. Gw suka dialog-dialog tokoh utamanya dengan orang-orang sekitarnya, terutama sama ayahnya dari tengah ke akhir cerita. Lumayan 'menyegarkan' imajinasi gw soal dialog dengan bapak pas udah dewasa, karena gw ga ngerasain sih. Wkwk tapi gw bersyukur dapat kesempatan 'berbaikan' itu dengan adek cowok gw. Jadi gw cukup relate sama Elang, yg ga pernah ngebayangin bisa akrab dan berteman dengan ayahnya, gw pun ngerasa gitu ke adek gw karena gw ngerasa dunia gw jauh banget. Tapi beberapa tahun ini malah sebaliknya, gw bahkan ngerasa kami lebih dekat dariapada pas kecil dulu.

Ga keitung berapa kali mata gw anget dan udah mau tumpah, dibikin ngakak lagi sama tingkah polah Elang dan celetukan ayahnya. Haha part yg paling bikin gw haru justru kali terakhir Elang standup comedy, yg pas ayahnya nonton. Itu pas pembukaannya aja gw udah mau nangis, padahal kocak. Wkwk gw haru karena gw ngerasa bokap gw sendiri pergi sebelum gw sempat nunjukin gw bisa ngebanggain dia, meskipun bukan pencapaian yg besar. Soalnya dia pergi di masa gw lagi suram2nya. Tapi justru kepergian dia yg bikin gw lebih mikirin arah hidup sih. Oke balik ke buku lagi.. wkwk

Penggambaran suasana dan penceritaan ketika Elang Standup menurut gw jg oke sih. Sebagai yg cukup sering nonton live di comedy club atau open mic (dan pernah naik meskipun cuma sekali), cukup realistis sih apa yg digambarin. Haha gimana rusuhnya penonton yg suka hackling, bomb slide ke temen sendiri, dan perasaan gugupnya dsb. Gw bahkan bayangin sosok Elang dari komika beneran yg gw tau dan kira2 level selebritasnya se-Elang gitu. Haha

Hal yg menurut gw kurang, mungkin sedikit backstory soal gimana Elang yg digambarin cukup mediocre sebagai komika, bisa ketemu dan jadian sama Candy yg digambarin udah cukup famous. Mungkin ga terlalu penting tp penasaran aja dua orang kayaknya yg ga cocok banget ini bisa menjalin asmara, bahkan Elang sempat patah hati lumayan parah pas putus.

Overall gw suka banget, plotnya, karakter2 di sini yang solid, gimana ceritanya dibawain dan juga dialog2nya yg 'sampah'.. wkwk Panjang umur dan sehat selalu Kocan dan Rico, ditunggu karya2 selanjutnya.
Profile Image for fatru.
211 reviews
April 13, 2022
Cerita tentang hubungan Ayah-Anak selalu bisa menarik hati saya karena let's face it: I am a yatim with daddy issues lol.

Premis Cerita Untuk Ayah ini sederhana: seorang Ayah dan Anak yang, setelah kehilangan sosok Istri dan Ibu jadi menjauh karena adanya jarak diantara mereka. Ini juga yang membuat saya memutuskan untuk membaca cerita ini, premisnya familier dengan kehidupan saya.

Agak sedikit menyegarkan melihat duka dikemas dengan ringan, tanpa mengesampingkan aspek kedukaan itu sendiri. Sebab bercanda juga merupakan respons atas trauma kedukaan, dan sosok Elang yang digambarkan kehilangan dirinya ketika sendiri, dengan perasaan kosong, bisa saya rasakan dengan mendalam.

"Feel-good arc"-nya dapat sekali di sini. Kita diberi kesempatan mengenal dan melihat hubungan Elang dan Ayahnya lebih dalam, dan diberi penutup juga memberikan perasaan nyaman tentang masa depan Elang.

Sedikit poin: beberapa dialog terasa agak kurang pantas (barangkali karena memang bahasanya ingin di"gaul"kan, tapi beberapa terasa agak seksis.) Di luar itu, novel ini rasanya hurt/comfort yang ditulis dengan ringan, tentang kedukaan, dan tentang belajar untuk menerima satu sama lain.
Profile Image for Panji.
64 reviews33 followers
March 6, 2022
Terus terang bukan buku yang isinya full enak dibaca, beberapa sebelum klimaks kerasa kepanjangan dan mungkin ada hasrat pribadi yang perlu direm sedikit. Bagian awal gue pribadi kurang nyaman dengan obrolan ala ngab-ngab yang dilontarkan ke lawan jenis. Belum lagi sebagai komika, awal-awal bit-nya (yang masih jelek) si Elang ini kepanjangan untuk believe dia beneran komika udah lama yang paham punchline dan pentingnya detik-detik awal. Satu bit bisa ampe satu halaman lebih ._.

Tapi ibarat film (di beberapa bagian gue ngerasa ini lebih enak dijadiin produk visual kali ye) di momen-nomen penting, Candra kemudian memasukan hal-hal yang bikin ini buku jadi mengena dan berhasil.

Sukses dan semoga yang ingin dicapai dari penulisan ini bisa tercapai ya ^^
Profile Image for Christmas.
266 reviews1 follower
February 28, 2022
Buku penutup di Februari 2022.

Ini adalah buku kedua Candra yang saya baca. Kesan yang saya rasakan masih sama seperti baca buku sebelumnya, saya seperti lagi dengerin teman bercerita. Teman yang levelnya udah bestie banget gitu. Ceritanya ngalir dan saya menikmati ceritanya sambil minum es kopi. Nah kurang lebih begitulah rasanya membaca buku yang ditulis Candra.
Cerita yang diangkat sederhana dan cukup relate. Ada beberapa bagian yang bisa ditebak, tapi nggak mengurangi keseruan saat membaca.
Akhir kata, saya berharap bisa travel back in time juga. Seperti Elang, ada beberapa hal yang mau saya lakuin ke bapak saya. Hehehe
Profile Image for Leila Safira.
107 reviews3 followers
February 23, 2022
Seperti teman yang punya bakat story-telling, begitu dia cerita kita akan dengarkan dengan saksama. Walaupun kadang ceritanya agak bercabang ke hal hal seperti dick joke. Tapi tiba tiba juga belok ke cerita yang bikin mata basah. Begitulah rasanya baca buku ini. Sejak tadi malam dibaca, berhenti cuma waktu ketiduran. Highly recommended for someone with daddy issue like me.
Profile Image for xotiwi.
5 reviews10 followers
February 28, 2022
I cried and laugh at the same time. This is a nice read and will remind you to pick up the phone once in a while to call your dad if he's around, before it's too late. Selalu suka gaya penulisan Candra Aditya sejak baca 'When Everything Feels Like Romcom'. So witty and the story flows just right. Looking forward to his next piece 😊
1 review
February 21, 2022
Kalo kamu suka Easy & Relatable Indonesian story, Repressed family drama-comedy , Magic realism dan Kucing, maka ini novel yang cocok menemani beberapa jam hidupmu :)
Profile Image for Es Kopi BonBon.
32 reviews1 follower
May 7, 2022
Cerita yang selalu nguras air mata tentang hubungan ayah anak yang ga selalu harmonis.
Meskipun awal cerita terkesan lambat dan banyak deskripsi yang rasanya dihilangkan pun tak akan merubah isi cerita.

Namun, novel ini layak banget dibaca!!
Profile Image for Hera Diani.
Author 3 books17 followers
February 27, 2022
Ceritanya mengalir lancar, adegan-adegan juga terasa nyata. Kocan memang pencerita yang seru. This book promises more good things to come and I look forward to it.
Profile Image for Rusa Bawean.
1 review1 follower
March 22, 2022
Buku yang memberikan kesempatan untuk kita membahagiakan orang yang kita sayangi sebelum mereka tiada.

Untuk relationship apapun nggak cuma sama ayah. Siapin tisu. Aku sih meng-nangis 3 kali. Recomended! ❤️
Profile Image for Febda Risha.
3 reviews
June 21, 2022
Sebuah pengalaman membaca yang membuat saya merenung cukup lama setelah membacanya, merefleksikan bahwa menciptakan hubungan anak-orang tua yang asertif dan setara itu sangat tidak mudah. Saya suka bagaimana hubungan karakter utama dengan ayahnya diceritakan di sini, dinamika hubungan anak-ayah yang mungkin dirasakan banyak orang. Selama proses baca, satu hal yang membuat kurang nyaman adalah beberapa jokes yang dilontarkan Elang kepada rekannya, Luna, yang cukup kerasa unsur "male-gaze"nya. Overall, kudos for the writer!
Profile Image for Amaya.
743 reviews57 followers
December 18, 2025
Actual rating: 4,5

OMG! Kayaknya dari 3 karya penulis, aku bakal menobatkan buku ini jadi buku favoritku. Here's why!

Pertama, nggak ekspek banget bakal disuguhi sesuatu yang well, berat topiknya, tapi entah gimana kayak mengandung magic, macam Elang yang bisa balik 7 hari sebelum ayahnya meninggal. Seru abis! Selama ini menghindari banget topik bahasan soal ayah karena nggak bakal relate dengan ending yang cakep-cakep itu, tapi astaga, ini lain dari yang lain, sih. Kenapa nggak baca dari dulu, ya?

Kedua, humornya pas banget. Ketawa terus sama celetukan Pak Rudi. Kalo ngomong beneran nggak ada rem. Anaknya sendiri aja kena roasting, padahal yang komika kan Elang wakaakakaka. Sepanjang cerita tuh nggak ada sedih-sedih kayak yang aku takutin. Yang ada ngakak terus. Lucu banget asli. Makasih, writer-nim udah bikin Minggu dan Seninku diisi tawa.

Ketiga, semua karakternya loveable. Even Luna yang mulutnya setara bon cabe. Atau Putri, yang walaupun suka banget nyuruh-nyuruh Elang, nistain dia, tapi tetap baik. Luv <3 tapi favoritku tetap Yang Ti, sih. Pengin nyicip ayam serundengnya jugaaaa.

Sangat worth menunggu antreannya di ipusnas. Dikasih kesempatan buat baca dari penambahan stok pula. Emang disuruh baca sih ini. Dan aku tak menyesal bacaaa. Jadi pengin beli fisiknya LOL. Udah percaya banget sama tulisannya Kak Kocan, aku tuh.

Yang lagi cari bacaan heartwarming tapi kebanyakan banyolannya, wajib banget baca ini!
Profile Image for Raditya Nandiasa.
133 reviews1 follower
September 17, 2024
⚠️ TW: grief, foul language
Judul: Cerita untuk Ayah
Penulis: Candra Aditya
Rate: 4.2/5

Elang, seorang stand-up comedian, mendapatkan kesempatan untuk mengulang waktu, yaitu tujuh hari sebelum kematian ayahnya.

Cerita diawali dengan Elang yang sedang melakukan pekerjaannya sebagai komika. Saya sudah bersiap-siap membaca lelucon yang garing tetapi ternyata materi stand-up Elang cukup lucu dan humor yang sesuai dengan selera saya terus berlanjut hingga akhir buku. Sayangnya, sisi sentimental dan emosionalnya kurang menyentuh dan pengembangan karakternya terasa terlalu terburu-buru. Tidak ada penjelasan lebih dalam mengenai perjalanan waktu yang dialami tokoh utama dan bagian akhirnya too good to be true.
Profile Image for Muhammad Nadzir.
1 review
May 19, 2023
The story goes along with the ups and downs of my feelings. It started light, happy, and bright like you just enjoy your fine Sunday morning. A moment later you shed tears. It's like riding a rollercoaster, this time with a memory of your dad. Cerita Untuk Ayah delivers such a beautiful (and tearjerking) story everyone must read. It awakens our lost souls on how important to reconnect with our dad while he's still there, before it is too late. Thanks so much Kocan for writing this book. Looking forward to reading your other works.
65 reviews
September 6, 2023
Gembel banget KOCAN bikin gue nangis nangis jelek dengan buku ini. Ini adalah alasan kenapa gue baru baca sekarang karena kalo taun lalu bacanya mungkin gue malah tambah depressed.

Gue ga ngerti kenapa cerita Elang yang membangun benteng dan jarak ke Bapaknya ini bisa relevan banget. Di satu sisi, gaya penceritaannya KOCAN yang KOCAN banget emang refreshing dan mudah dicerna banget.

Saran aja si, mungkin nextnya bisa bikin cerita hidayah kubur gitu biar langsung jadi alim karena abis baca ini kuingin lebih dekat sama ortu huwhwuhwuehwu
62 reviews2 followers
November 9, 2024
gue nih nopel genre time treveler. idenya juga unik. tentang elang -stand up komedi- dikasih kesempatan mengulang waktu 7 hari sebelum kematian ayahnya. guna memperbaiki hubungan sama sang ayah.
chemisty elang dan bapaknya nih nano2. kadang kzl, gemes, pas saling roasting bikin nyengir tapi juga sedih.

sayang pas elang stand up di panggung garing bat njir. mana bahas titit pula. paedahnya apa coba. apa para stand up komedi sekarang suka terang2an bahas titit ya? -_-
Profile Image for Aurel.
44 reviews
November 20, 2023
Such a nice book. Really. Im crying a lot while read this book. Just too many "titit" conversations yang sebenernya ga lucu tp nongol mulu.
Displaying 1 - 20 of 20 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.