Rindu adalah sisi rapuh yang membuktikan betapa manusia membutuhkan seseorang atau hal lain. Ada yang mudah mengutarakan kerinduan, namun ada yang hanya sanggup memendam.
"Rindu yang baik telah mengerti sedari jauh-jauh hari." (Hlm 97)
Ternyata rindu memiliki banyak wujud. Itulah yang aku rasakan setelah tuntas membaca buku antologi puisi satu ini. Terdiri dari empat bab yang tiap-tiap menggambarkan rindu yang berkisah dari si pencipta.
Yang Kusebut Rindu Yang Menetap di Ingatan Yang Tak Sampai Yang Bersambut
Dari keempat bab ini, bab "Yang Tak Sampai" jadi yang paling banyak dikisahkan. Aku jadi semakin bertanya-tanya, apakah sebanyak itu rindu yang tak pernah sampai?
Aku menyukai puisi dengan rima dan aku menemukan karya oleh nama-nama yang sering kali muncul di setiap bab. Favoritku ada beberapa, dua diantaranya adalah Dina Hameed dan Santi Konanjaya. Cukup mewakili aku yang sedang rindu-rindunya.
Karya dari alumni Kelas Kaizen Writing ini bahkan telah melewati proses seleksi dan kurasi yang cukup ketat, tak heran apabila puisi-puisinya berkelas dan layak untuk dijadikan teman membaca yang semoga bisa mengobati kerinduan kalian.
"Kita yang tak cukup berani mengakui masih ada rindu juga cinta, atau memang sejak awal tak pernah ada kita?" (Hlm 46)
Kita adalah segala kenangan, Tanpa kemenangan; Segala angan Yang dilalap kehilangan -Tamar Naomi hal.95
Bapak termangu lagi sore ini, mamandangi jendela petak dengan kaca retak Matanya nanar, sesekali bibirnya bergetar Entah apa yang ada jauh di dalam dadanya
Lukakah? Sesal? Mungkin juga rindu
Kopi dihadapanya tak lagi mengepul, seperti cintanya pada ibu yang tak lagi kumpul -Dian Hameed hal.8
Puisi yang indah dan bahasanya masih mudah dimengerti. Cocok buat yang mau belajar baca puisi
Antologi puisi dari alumni kelas menulis Dee yang lebih dikenal dengan Semut Merah Kaizen. Berisi pusi dengan tema rindu yang dibagi menjadi 4 bagian : Yang Kusebut Rindu, Yang Menetap di Ingatan, Yang Tak Sampai dan Yang Bersambut. Karena sudah melalui dua kali seleksi, hasil akhirnya sih bagus2 semua.
Tertipu judul dan cover, kirain novel gataunya kumpulan puisi. Mana otakku ga sampe buat cerna puisi. Jadi buku ini target pembacanya bukan aku hihi. Dan dari awal baca sampe habis juga ga ada yang nyangkut. Yang nyangkut cuma pas bagian ini,
"Maksudku, Jika sesingkat nikmat secangkir kopi instan sasetan, coba pikir, apa tidak lebih baik jika dulu kau tak usah mampir?"