Menjadi anak tengah itu tandanya harus mau mengalah seumur hidup. Entah mengalah sama si Bungsu, atau bersabar kalau dibanding-bandingkan sama si Sulung yang superior. Namun, apa iya harus mengalah juga soal jodoh?
Acara buka puasa bersama di rumah mendadak canggung, saat si Tengah mengenalkan sang pacar pada keluarganya. Gilang si Tengah, kesal saat mengetahui bahwa Gita ternyata sudah kenal duluan dengan si Sulung, Gara. Yang bikin gawat, orangtua Gita sangat berharap agar Gara menjadi menantu mereka. Nggak heran juga, karena si Tengah sadar kalau si Sulung akan selalu dianggap lebih baik dari dirinya.
Ironisnya, sejak malam itu pula, Gara justru lebih terbuka pada Gita dibanding keluarganya sendiri. Dan sekarang, satu-satunya orang yang tahu rahasia Gara adalah Gita.
Apakah hubungan si Tengah dan gadisnya akan baik-baik saja? Kapan si Tengah akan berhenti merasa rendah diri? Mungkinkah si sulung akan menyimpan rahasia dari keluarganya selamanya?
Selesaiiiii! Dan cukup suka 🤩🤩🤩. Novel ini nggak sesuai ekspektasiku. Aku cukup suka cara berceritanya lucu juga cukup manis 🥰. Tapi aku agak sedikit kelabakan kena bahasa daerah di dalam novel ini yang nggak cuman satu tapi dua. Dan nggak semua kata atau kalimatnya itu ada footnotenya gitu. Aku yang dari Kalimantan nggak selalu mengerti bahasa Jawa maupun Sunda, bacanya jadi kayak bingung sendiri gitu. Memang bagus sih kalau pake bahasa daerah bisa sekalian untuk nambah pengetahuan tapi kalau terlalu panjang dan nggak ada footnotenya ya buatku pribadi kayak ribet banget dikit-dikit Google. Nanti esensi ceritanya bisa hilang. Contoh halaman 288, ada satu kalimat ada footnotenya, kalimat lainnya nggak ada. Hal 203 Dyah teh ngomong apa? “Dyah embung lah. Teu baleg jalma na ge?” Terus bobogohan, gapleh, kabogoh itu apa? Meskipun cuman kata pendek tapi wajib juga dikasih footnote menurutku. Kalau boleh kasih masukkan untuk novel berikutnya pake bahasa Indonesia aja atau satu bahasa daerah saja juga bagus kok. Biar ceritanya juga masuk bagi yang baca dan emosinya juga dapat. Aku suka persahabatan anggota Black Widower 👏🏼👍🏼. Suka Gegem juga Gara, aku suka cara Gara memberitahu Gegem agar lebih menghargai warna kulit juga bentuk badan orang lain, semacam jangan ngomong orang itu jelek nggak cantik/ganteng karena itu hanya pendapatmu saja, dan pendapat setiap orang berbeda-beda. Aku juga suka cara Ibu mengajarkan Gegem cara menjaga diri, tubuh kita, hak kita. Pokoknya kalau kamu cari novel tentang persahabatan, keluarga yang konfliknya nggak terlalu berat boleh baca novel ini, sekalian berkenalan dengan tulisan Kak G. Dani ☺️. . . Aku suka banget kalimat dibawah ini; ‘Betapa seseorang yang setiap waktu berada di dekat kita keberadaannya mulai terasa hampa, seolah mereka akan berada di samping kita selamanya. Tak ayal, ketika jarak tercipta, membuat kebersamaan yang dulunya mereka anggap sepele itu menjadi mahal tak terkira. Mereka sadar, memperjuangkan tali pertemanan pun butuh usaha sedemikian rupa— Mereka semua tak pernah dengan sengaja menyebut kata ‘sayang’, karena mungkin sulit sesama kawan untuk berkata manis. Tapi sikap dan keinginan mereka untuk tetap bersatu mungkin lebih dari cukup untuk menjabarkan apa itu sayang. Tak selamanya sayang hanya pantas untuk lawan jenis pemikat hati. Terkadang kawan pun bisa mengajarkan kita menyayangi sesama tanpa pamrih. Sama seperti sayangnya orangtua pada anaknya. Membuat lingkaran pertemanan seluas mungkin adalah suatu keharusan di zaman modern ini, tapi memiliki sedikit teman yang setia adalah harta karun tak ternilai— mereka merakit kembali perahu mereka yang sempat bocor. Kapal mereka tidak karam, dan mungkin sampai kapan pun tidak akan karam’. (Hal 251).
Selesai! Aku suka ceritanya yang ringan dan santai. Tokoh-tokohnya lucu dan asyik, bikin aku tanpa sadar belajar bahasa Sunda dan bahasa Jawa XD. Ya, ya, ada banyak percakapan dalam bahasa Sunda bikin aku review ulang pelajaran bahasa ini haha. Aku suka tokoh Gara di sini dan Dyah. Kisah mereka logis dan realistis. Tetapi, biar begitu ada beberapa hal yang menggangguku. Pertama, karena ada terlalu banyak tokoh aku jadi agak pusing. Seandainya buku ini lebih fokus sama kisah Gara, mungkin lebih seru kali ya, dengan disisipkan tokoh-tokoh seperti Gilang atau Gegem. Itu pendapatku aja, sih. Meski begitu, aku suka penokohannya yang kuat untuk masing-masing tokoh dari awal sampai akhir. Cuma endingnya ajaaaa yang bikin aku kurang puas dan penasaran. Yah, maklum ini hidup kali ya jadi endingnya cuma bisa kita tebak-tebak aja gt hehe. Semangat buat Kakak penulis. Ditunggu karya selanjutnya, ya!
Blurbnya menarik dan aku kira ini bakal jadi cerita cinta segitiga gitu atau konflik antara kakak adik, tapi ternyata bukan. Opini aku sama novel ini, maaf banget, isinya ga jelas mau dibawa kemana fokusnya. Tapi aku ngerti ini vibesnya keluarga banget dan ceritanya nyebar gitu dari satu ke yang lainnya jadi ga fokus sama satu atau dua karakter aja.
Notes juga buat authornya, pembaca ga semua bisa bahasa jawa/sunda jadi lebih bagus di bagian bawah halaman di kasih translatenya, karena ada beberapa yang ada artinya, ada juga yang gaada artinya seakan pembaca tau apa artinya.
Novel ini bercerita tentang keluarga Gesang Waluyo yang tinggal di Kota Kembang, alias Bandung. Tentang Gara si sulung, Gilang si anak tengah, dan Gegem si bungsu. Tentang kekeluargaan, persahabatan, kesempatan kedua, mengejar cita-cita (dan cinta), penerimaan, dan juga tentang berdamai dengan masa lalu dan keadaan.
Keep Up with Us adalah sebuah cerita tentang keluarga dan persahabatan yang ditulis dengan hangat. Saat baca blurbnya, aku pikir ceritanya akan berputar di kehidupan tiga bersaudara Gara, Gilang dan Gegem bersama ibu dan ayah mereka yang di awal kelihatannya unik dan pengen sok muda
“Terkadang rasa sayang yang berlebihan itu justru akan membunuhmu pelan-pelan. Perasaan itu bagaikan butiran pasir, semakin erat kau genggam, ia akan luruh dan menghilang. Semakin terbuka tanganmu, justru ia akan tetap bertahan.”
“Masa depan memang tak ada yang tahu, tapi biar saja begini dulu. Biar serat memori mereka merekam baik-baik rasa dan rupa yang mereka alami hari ini.”
Selesai.. Dan cukup suka. Sebenerya sudah cukup lama aku nggak bisa begitu menikmati novel teenlit, young adult dan juga new adult kecuali tema/konflik yang penulis angkat itu seru—bikin greget dan penasaran.
Di novel new adult kali ini jujur aja aku kurang begitu sreg. Bukan berarti aku nggak suka atau malah menilai buku ini nggak bagus. Bagaimana pun juga aku tetap bisa menikmati. Cuma menurutku pribadi kurang nendang aja ceritanya.
Jadi novel ini bercerita tentang keluarga Pak Gesang Waluyo. Pak Gesang memiliki tiga orang anak. Anak pertama bernama Gemuruh Ranusegara—Gara, anak kedua bernama Gemilang Mahameru—Gilang, dan anak ketiga bernama Gemintang Senjalangit—Gegem, si Gegem ini satu-satunya anak perempuan di keluarga ini.
Di novel ‘Keep Up With Us!’ ini, cerita berfokus pada kehidupan Gilang si anak tengah. Bagaimana kehidupan percintaan dan juga persahabatan Gilang. Di mana kisah cinta Gilang ini agak nyerempet sama kisah perjodohan kakaknya, si Gara. So, buat kalian yang penasaran sama kisah mereka.. Segera baca aja novel karya G. Dani ini.
Aku kasih 3/5 🌟 buat novel ini. Buatku pribadi konfliknya kurang begitu kuat. Dan juga satu lagi yang bermasalah buatku. Banyaknya bahasa daerah yang digunakan dan minimnya catatan kaki yang menjelaskan arti bahasa daerah tersebut. Kadang dalam satu halaman ada tiga percakapan bahasa daerah yang digunakan, tapi hanya satu keterangan catatan kaki yang menjelaskan artinya. Ada kalanya satu halaman ada percakapan bahasa daerah, tapi nggak ada catatan kakinya sama sekali. Semoga ke depannya bisa diperbaiki oleh penulis seandainya menggunakan percakapan bahasa daerah lagi.
Ulasan dibuat akan memuat beberapa kritik dan saran. Bukan hal yang menyenangkan memberi bintang2 kecil ke sebuah buku yang ditulis dengan penuh perjuanhan oleh penulisnya. Aku harap kritiknya bisa diterima bukan sebagai aksi protes, melainkan penbelajaran. Karena dalam proses membacanya, aku juga belajar banyak.
Oke, pertama, aku suka dengan topik yang diambil. Soal dilema anak kedua. Oh, bukan dilema ya lebih tepatnya, lebih ke dinamika (atau problematika) anak tengah yang kadang terasa nggak nyaman. Seperti yang diceritakan, struggle Gilang menjadi anak tengah bisa dibilang nggak biasa. Dia harus mematahkan persepsi orang2, terutama orang tuanya sendiri, bahwa dirinya bisa lebih baik dari kakaknya, Gara. Cara dia ngeyel (tapi benar), tapi juga kadang insecure pas banget dengan problem-nya.
Kedua, akhirnya aku dapat sedikit insight juga soal "orang Jawa nggak bisa nikah sama orang Sunda" ohohoho. Bukan yang mendalam banget soal gimana2, sih, tapi cukup bikin paham ternyata alasan orang tua enggan cari menantu beda suku tuh begitu.
Ketiga, soal kritiknya. Jujur, walaupun dapat makna ceritanya, aku baru paham ini soal apa butuh waktu lama banget. Bahkan bisa dibilang di akhir buku baru ngerti apa yang coba penulis sampaikan. Jujur, buku ini terlalu ke mana-mana dan nggak jelas mau dibawa ke mana. Alih-alih langsung fokus ke satu masalah, narasi pembukanya diawali dengan deskripsi dan bahasan yang umum. Terlalu banyak teka-teki yang bukannya memicu rasa penasaran, malah terkesan membingungkan. Sampai aku teringat meme "lu tuh nggak diajak". 😅
Keempat, efek pelebaran masalahnya (atau pengembangan cerita) nggak bisa langsung terpusat. Beberapa detail yang harusnya sudah disebut di awal malah disebut di akhir2 dan malah terkesan seperti sengaja ditambahkan aja biar nggak bolong. Misal, soal masalah masa lalu Gita, gimana dia akhirnya bisa melihat eksistensi Gilang. Ini penting ya, disebutnya di akhir. Waktu sudah setelah buku itu aku agak menyayangkan kenapa baru tau info ini.
Kelima, cara penulis lompat fokus dan "kepala" karakternya bikin nggak nyaman (banget). Waktu sudah fokus ke si Gilang, tiba2 ada pov orang lain masuk. Sampai aku bingung, ini sebenarnya cerita siapa? Kurasa nggak semua info itu berguna untuk pembaca. Ada beberapa detail yang nggak perlu dijelaskan karena nggak akan berpengaruh ke plot. Soal lompat "kepala" itu aku coba ambil contoh waktu Nanda dan Gita teleponan, Nanda kasih tau kalau Jaka mau ikut mereka liburan asal ajak Dadang. Nah, kok tiba2 ada sesi perkenalan siapa Dadang (dari sisi Jaka pula). Like, kamjagi? Kenapa tiba2 Jaka nyusup? Sayang banget karena sisipan informasi soal Dadang bisa aja diselipkan lebih luwes gitu. Nggak cuma masalah ini, tapi banyak. Makanya kesimpulanku ke buku ini satu: Sebenarnya mau dibawa ke mana?
Keenam, mungkin beberapa review udah nyebut soal bahasa, ya, tapi emang mengganggu. Jujur, alih2 memberikan kesan mendhok atau lokal, malah bikin kesal 😅 aku bukannya menutup mata sama footnote yang udah dikasih, tapi beberapa yang kelewat, walaupun cuma satu kata, kalau nggak paham tetap nggak bisa bikin hati lega. Satu lagi pertanyaan (maaf kalau menyinggung), sebenarnya kebanyakan dialog pakai bahasa daerah buat apa? Maaf lagi, tapi kesannya malah kasih tau ke pembaca penulis cakap bicara semua bahasa. Buat apa? Itu aja, sih. Masukan saja, banyak cara membuat dialog bahasa daerah medhok tanpa selalu menggunakan bahasa daerahnya full. Tolong pertimbangkan pembaca yang tidak mengenal dua bahasa tersebut.
Ketujuh, karena aku baca digital, hal terakhir yang kulakukan jelas mengecek blurb. Waktu lihat cover di pikiranku cuma, "oh, ini genre-nya slice of life dengan tema keluarga?" tapi waktu baca bab2 awal berubah jadi "ini cerita struggle-nya hidup Gilang as anak tengah?". Dan waktu nemu Gara malah berpikir, "cerita struggle-nya Gegem mana?" Terlalu lama berputar-putar, agak sayang karena masalah mereka bisa jadi satu kesatuan utuh kalau Gegem nggak dijadikan tempelan aja.
Terakhir, aku mau muji ilustrasi sampulnya yang bagus dan lucu 😍
Novel keluaran tahun 2022 ini yang merupakan adaptasi dari cerita Wattpad buatan Dani G. atau yang sering dipanggil di Dunia maya sebagai @risingtroght14 ini, mengisahkan tentang sebuah Keluarga keturunan Jawa yang tinggal di kota Bandung bernama Keluarga Waluyo, yang dimana cerita berpusat pada si Anak Tengah bernama Gilang yang memiliki pacar bernama Gita, yang dimana cerita yah... sungguh ini kemana-mana ceritanya oke!
baik Kita mulai dari Kelebihan Buku ini. Jadi pertama, dari Covernya yang Memikat pembeli untuk membeli Buku ini dimana Design yang unik dari Covel ini yang gayanya seperti dibuat oleh Seniman/Artist yang berbakat. dimana, gamabar Covernya adalah 3 Orang anak yang memberi Ekspresi yang Harmonis,Fun & tidak membosankan dengan Background yang indah dan Traditional (Serta Aku suka gambar Kucingnya di bagian belakang buku) Kelebihan lainnya adalah, penggunaan bahasa yang unik, entah ini bagus atau tidak bagian ini memberikan kesan yang unik & tidak biasa dengan memakai bahasa Traditional seperti Jawa,Sunda & Batak sesuai dengan asal usul tokoh tersbut. tenang saja, akan ada terjemahan yang tersedia di buku ini jika kalian mau mempelajari bahasa tersebut.
Kekurangannya adalah dari segi Tokoh, dimana tiap Chapter banyak Tokoh-tokoh yang di diperkenalkan di Novel ini dimana hal ini bisa membuat Tokoh-tokoh lainnya tersampingkan salah satu contohnya adalah Tokoh Gegem selaku Adik dari Gilang dan Gara dimana ia dikisahkan ingin mendapatkan SIM lalu Tokohnya hilang entah kemana hingga akhir Cerita seperti dirinya tidak mempunyai penokohan yang baik. Contoh lainnya Didi sepupunya Gilang dimana ia adalah seorang Youtuber Terkenal di Madium yang bahkan kemunculannya hanya di satu Chapter dan tidak pernah disebutkan lagi malahan Sepupunya Gita bahkan masih banyak kemunculannya daripada Didi & masih Banyak Tokoh lain yang disampingkan. Kekurangan lainnya adalah Ceritanya yang entah mau dibawa kemana. Dimana dari Deskripsi cerita di bagian belakang buku menjelaskan tentang Bulan Ramadhan. Tapi, unsur bulan suci tersebut bahkan sudah lewat 10 chapter Kemudian, Tema Tentang Keluarga tepatnya Keluarga Waluyo kurang diimplementasikan, Seperti Tokoh Gegem tadi yang kita bisa saja Eksplore kehidupannnya Bahkan Orang Tua dari Gegem itu juga (ini juga termaksud Orang tuanya Gara & Gilang) tapi itu disia-siain, bahkan unsur plot tentang anak tengah juga ditiadakan. Padahal unsur plot tersebut memilikin potensi dimana kita ketahui dari Prolog mengacu kepada Tema Keluarga. Tapi, dari Pertengahan hingga akhir cerita malah lebih mengacu kepada unsur Romansa & Pertemanan yang pusatnya adalah Tokoh Gilang. Terakhir dari Kekurangan Buku ini adalah, terlalu banyak Refrensi dari berbagai Media yang terkenal yang saat aku baca seakan sangan Cringi untuk diriku, mungkin kalian yang membaca Buku ini juga merasa begitu. atau hanya Aku saja.
untuk penutup dari Review Saya adalah, sepertinya jika kita ingin membuat Cerita, coba kembangkanlah cerita tersebut sesuai dengan Premis yang seharusnya dibawa. Aku rasa penulisnya bisa saja membuat Cerita yang lebih baik lagi dengan Premis yang seharusnya tetap dipertahankan hingga akhir cerita (Tenang saja covernya bagus kok) tapi sebagai penulis kita harus tetap mempertahankan Tokoh yang sudah ada, jangan memperkenalkan Tokoh baru yang Tiba-tiba memberi dampak yang besar tanpa set up yang mempuni. jadi sekian Aku sudah tidak punya banyak kata lagi,sehingga kuucapkan Terima Kasih & Sampai jumpa di Review saya berikutnya, Daaah! =)
Novel ini banyak yang bikin ngakak wkwk. Aku suka banget novel tentang keluarga gini. Kayaknya seru ya keluarga Pak Waluyo ini. Si Gilang bongsor yang suka adu mulut sama adeknya si Gegem aka Suketi. Meskipun Gegem ember dan tukang palak, tetep aja si Gilang curhatnya ke dia. Dan Gegem pun isi nasihatnya suka sesat wkwk.
Aku paham sih dengan ayahnya Gita yang protektif ke anak gadisnya. Apalagi Gita punya pengalaman yang ga enak sama laki-laki bejat. Makanya sampe dijodohin sama Gara, kakaknya Gilang dan Gegem yang jadi idaman orangtua mana pun. Emang setiap orang ada kelebihan dan kekurangan. Gara yang kelihatannya perfect, tapi masalah cinta ya ampun kayak siput! Sekalinya konek, udah kayak ngelempar petasan. Sampe syaiful temennya geleng-geleng kepala waktu Gara bilang mau ngelamar Dyah di depan Indomaret 🤣
Sedangkan Gilang itu tipe sat set dan suka sih sama jawaban Gilang waktu ditanya ayahnya Gita, kenapa milih Gita? Jawabannya tipe laki-laki bertanggung jawab banget. Meskipun ya namanya manusia, Gilang bikin kesalahan yang sampe ngebuat persahabatan geng Black Widower hampir bubar.
Nah, geng Black Widower ini kocak abis. Apalagi pas Dadang baru join. Ada masalah apa sih maneh teh, Dadang 😭😂 sampe ada finding Dadang wkwk. Meni cicing wae di depan toilet. Btw, novel ini bakal banyak obrolan jawa-sunda dan dilengkapi dengan footnote, tapi ternyata aku masih bisa baca tanpa footnote, berarti aku ga lupa meski udah ngerantau lama wkwk.
Pas banget bacanya waktu puasa. Novel ini dibuka dengan momen bukber di kediaman keluarga Pak Waluyo. Dan semua pembahasan di novel ini sangat dekat dengan keseharian kita.
"Ternyata benar, terkadang keluarga sendiri bisa jadi orang yang paling asing untuk kita." - Pg. 208
Selesai! Dan aku suka banget sih sama karya perdananya kak Dani ini. Seakan tidak rela berpisah sama keluarga bapak Gesang Waluyo.
Mengusung tema romance dan slice of life, membaca kisah Gilang dan saudara-saudaranya membuatku menyadari kalau itulah realita yang terjadi di dalam sebuah keluarga. Tentu, tidak semua akan mengalami hal yang sama, namun begitulah keluarga. Satu hari kamu bisa merasa dekat sekali, satu hari lain kamu bisa merasa asing, satu hari lainnya kamu bisa merasa kesal dan malas melihat anggota keluargamu.
Di sini aku cukup menyukai perkembangan karakter dari Gilang, Gita, dan Gara. Karakter mereka menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik. Komunikasi dan keterbukaan membuat hubungan mereka menjadi lebih kompak.
Interaksi antara tokoh-tokoh di kisah ini juga membuat hatiku hangat. Walau tidak terlepas dari konflik, aku menyukai cara penulis dalam mengurai konflik yang ada sampai tidak terasa sudah di akhir kisah. Penggunaan bahasa Jawa dan Sunda serta Inggris membuat kisah ini terasa seperti kisah nyata. Seru banget sih!
Tentunya tipe buku yang page turner yang akan mengajak kamu menyelami keluarga bapak Gesang Waluyo lengkap dengan keunikan dari masing-masing anggota keluarga. Banyak hal yang bisa dipetik dari kisah ini terutama tentang hubungan antar keluarga, persahabatan juga kisah cinta yang perlu perjuangan. Rekomen!
𝙆𝙚𝙚𝙥 𝙐𝙥 𝙬𝙞𝙩𝙝 𝙐𝙨! Sebuah novel ringan bergenre 𝙧𝙤𝙢𝙖𝙣𝙘𝙚, tetapi disajikan dengan paket komplit. Tidak hanya menyajikan kisah percintaan atau seseorang yang ingin memperjuangkan cinta sejatinya. Juga menyajikan tentang keharmonisan sebuah 𝙠𝙚𝙡𝙪𝙖𝙧𝙜𝙖, 𝙥𝙚𝙧𝙨𝙖𝙝𝙖𝙗𝙖𝙩𝙖𝙣 yang terjalin erat, mengakui kesalahan yang diperbuat, dan saling memaafkan satu sama lain. Jalan hidup memang tidak selalu mulus, ada kerikil-kerikil tajam yang siap menghadang langkah kaki.
Hal yang sangat menarik di dalam novel 𝙆𝙚𝙚𝙥 𝙐𝙥 𝙬𝙞𝙩𝙝 𝙐𝙨! yaitu nama tokoh yang begitu indah, perpaduan penggunaan empat bahasa dalam percakapan tokoh, dan penulis berhasil membawa saya berada di tengah-tengah keluarga besar Bapak Gesang Waluyo. Latar tempat dan suasana erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, akan banyak menemukan pesan moral di dalam novel ini. Sebuah novel ringan yang sangat komplit.
Tokoh yang paling aku suka di dalam novel 𝙆𝙚𝙚𝙥 𝙐𝙥 𝙬𝙞𝙩𝙝 𝙐𝙨! yaitu 𝙂𝙚𝙢𝙞𝙡𝙖𝙣𝙜 𝙈𝙖𝙝𝙖𝙢𝙚𝙧𝙪. Si 𝙖𝙣𝙖𝙠 𝙩𝙚𝙣𝙜𝙖𝙝 yang lebih terbuka dengan keluarganya. Sangat direkomendasikan dibaca semua kalangan, khususnya usia 𝟏𝟖+.
Memutuskan baca ini setelah baca sinopsisnya sehingga aku sudah menyiapkan hati yang tegar untuk menghadapi hal-hal emosional yang akan terjadi. Atau mungkin cuplikan cerita yang bikin mata sakit karena nangis sesenggukan. Ternyata salah besar!
Keluarga Pak Waluyo ini keluarga yang harmonis banget. Aduh, "keluarga cemara" BANGET pokoknya. Cuma si Gilang ini anaknya emang mudah minder aja, jadi dia merasa kecil hati karena perasaan dia sendiri. Si sulung dengan rahasianya, dan si bungsu dengan keceriaan dan sifat khas anak bungsunya. Apalagi bagian cerita mudik ke Madiun itu, huft, keharmonisan keluarga besar yang adalah dambaan semua orang.
Geng Black Widower yang kisahnya kocak semua. Oh, jangan lupakan tokoh Dadang yang nyentrik banget sampe ada satu bab khusus dengan judul "Finding Dadang" haha. Ini kelanjutan dari Finding Nemo sama Finding Dory atau gimana sih? Hahahahaha.
Satu hal lagi yang unik dari buku ini dan aku suka banget: percakapan bahasa Sunda dan Jawa yang banyak dijadikan bagian cerita. Bahasa Sunda logat Bandung dan Jawa Suroboyo-an sukses membuatku membaca buku dengan menggunakan logat-logat itu haha. Oh, jangan khawatir, di bawah halaman nanti ada footnote untuk terjemahan bahasa Indonesianya, kok.
Cerita yang ringan buat dibaca kalo lagi gak mau baca buku berat hehe. Terakhir, aku ikut nyumbang do'a semoga Mas Gara cepet direstui, deh. Haha.
Pas baca Keep Up With Us!, aku sebenernya cukup enjoy sama vibe ceritanya yang fresh, anak muda banget, dan narasinya tuh ngalir kayak lagi ngikutin obrolan geng temen SMA yang penuh drama tapi tetap fun. Tapi ya ampun, aku agak gemes karena kesannya tuh Gita ada di mana-mana. Setiap konflik, setiap masalah, selalu aja ada nama dia nyempil, padahal ini tuh bukunya Gilang, si anak tengah yang lagi berproses ngadepin luka, posisi, dan duka jadi “penengah” dalam keluarganya sendiri. Bukannya fokus ke cerita soal dinamika keluarga dan gimana Gilang berdamai sama posisinya di antara kakak-adik, kita malah sering dialihin ke drama Gita yang kayak nggak ada habisnya. Aku ngerasa sayang banget, karena sebenernya potensi cerita ini gede banget kalau lebih fokus ke konflik internal keluarga dan healing-nya Gilang. Bayangin kalau buku ini lebih banyak ngobrolin soal relasi ayah-anak, komunikasi antar saudara, dan cara mereka belajar saling ngerti tanpa harus bawa-bawa pasangan yang drama terus. Bukannya aku benci Gita sih, tapi kehadiran dia tuh kerasa terlalu dominan sampai bikin ceritanya blur dari pesan utamanya. Jadi ya, mungkin Keep Up With Us! bakal jauh lebih solid dan menyentuh kalau berani stay di jalur cerita keluarga aja tanpa harus terlalu muter-muter ke dramanya Gita terus.
Buku ini awalnya menarik dan cukup lucu. Tapi semakin ke belakang rasanya makin sulit buatku untuk namatin cerita Gilang, Gegem dan Gara. Menurutku pribadi:
-Terlalu slow-paced & slow-burn. Bahkan sampai pertengahan pun aku belum merasakan 'greget' dari konfliknya. -Tidak semua dialog bahasa Jawa dan Sundanya dilengkapi terjemahan. Ini cukup bikin kesal, karena jadi nggak 'dapet' feel ceritanya saat baca. Mohon maaf ya Mba/Mas Author, tapi pembaca bukumu juga berasal dari luar. -Aku nggak masalah dengan model cerita 'slice of life' seperti di buku ini. Tapi entah kenapa slice of life keluarga Gilang terasa membosankan. -Humornya tidak lucu, sorry. -Judul ceritanya menurutku pribadi masih agak 'kurang' menggambarkan inti cerita. Keep up with us, tapi konfliknya apa? Padahal 'masalah utama' percintaan Gilang x Gita x Gara tuh bagus buat jadi highlight. Apa ya.. mungkin kurang 'sense of drama'-nya kalau menurutku.
Sejujurnya ekspetasiku terhadap buku ini cukup tinggi ya, karena aku juga anak kedua dan mikirnya bakalan relate nggak ya, gimana si tengah di buku ini mengalah untuk keluarganya, sesuai yang ada di blurb. Tapi waktu aku baca malah nggak menemukan itu sih, nggak menemukan ketidakadilan yang dialami anak tengah ataupun letak dimana dia harus mengalah sama sulung. Blurbnya juga kurang menggambarkan keseluruhan cerita sih, jadi karena aku baca blurb dulu, aku berpatok sama blurb, taunya beda. Tapi ya untungnya masih dinikmati kok, baca buku ini belajar tiga bahasa sekaligus, inggris; sunda; jawa, wkwkwk. Sayangnya tokoh-tokohnya menurutku cukup banyak, jadi suka kesulitan hafal hubungannya sama tokoh utama, terus bagian romance-nya juga buatku kurang ngena sih.
. "Membuat lingkaran pertemanan seluas mungkin adalah suatu keharusan di zaman modern ini, tapi memiliki sedikit teman yang setia adalah harta karun tak ternilai." (P.252).
. Cinta, keluarga, pertemanan, lingkungan kerja semua ada di "Keep Up With Us!" Racikannya komplit banget. Tertarik banget dengan persahabatan Gilang, Dika, Jaka, Nanda. Sosok Gita juga sangat istimewa. Mas Gara yang pendiam, setia, juga pejuang cinta merupakan tokoh yang memberikan sentuhan berbeda.
. Menemukan banyak hal dari novel ini. Tidak hanya serius namun kocak - kocaknya juga tebal. Berimbanglah! 😃
Suka gemes sama Gilang. Gombalnya, perhatiannya. Gemes banget. Jadi pengen ngarungin dibawa pulang. Hihi
Dari dulu suka banget cerita tentang persahabatan antar cowok. Dan disini ada Gilang cs aka Black Widower. Konyol banget mereka. Ada aja tingkah mereka. Paling parah pas bagian ke Jogja. Sampe ngakak nggak berhenti-henti.
Bacaan ringan yang mengangkat tema keluarga, persaudaraan dan persahabatan. Kita diajakin mengenal kehangatan keluarga pa Gesang Waluyo, hubungan persaudaraan antara Gara,Gilang dan gegem. Dan juga kisah persahabatan Gilang bersama geng black widower-nya dengan dibumbuin konflik² ringan dan romance tipis².☺︎︎