Seumur hidupnya, Matthew Bennet selalu berusaha menjauhi masalah.
Namun, tiba-tiba saja dia diculik, ditempatkan di gedung yang terkunci, dan dituduh sebagai pembunuh. Untuk dapat selamat, dia harus memberikan nama korban atau bersembunyi dari si penculik selama sepuluh jam.
Seolah itu belum cukup buruk, Matthew mendapati kalau empat orang yang juga diculik bersamanya ternyata merupakan orang-orang yang dulu merundungnya di SMA Polaris. Ketika pelaku penculikan yang bernama
Victor mulai membunuh orang pertama, Matthew pun tak punya pilihan selain berupaya mencari tahu nama yang diminta Victor. Caranya, dengan mencari petunjuk yang telah ditinggalkan pelaku.
Dapatkah Matthew bekerja sama dengan orang yang dia benci dan mendapatkan nama tersebut, sebelum si pembunuh menemukan mereka?
Pas baca blurb agak merinding, sih. Dikurung di sekolah dengan pembunuh berkeliaran. Belum lago dituduh jadi pembunuh.
Kira-kira keadaannya sama dengan Matthew. Terbangun di bangunan lama sekolahnya yang sudah 6 bulan dikosongkan. Ponselnya ditukar dan hanya bisa menelepon satu nomor. Belum lagi kenyataan dia dikurung bersama para perundungnya.
Nama karakternya khas western dan bahasanya macam buku terjemahan bikin aku awalnya terkecoh, kukira terjemahan beneran, ternyata ditulis penulis lokal.
Masuk ke bagian reviu, premis awalnya menjanjikan. Motif si penculikan yang kabur (walaupun ya masih bisa ditebak, sih) bikin penasaran gimana akhirnya. Ada 4 perundung di sini, jelas banget 4 orang ini kemungkinan besar yang bunuh orang tahun lalu, seperti yang dituduhkan si penculik. Oh, biar nggak bingung, si penculik ini punya nama; Victor. Pertanyaannya, kenapa Matthew ikutan diculik padahal dia juga jadi korban perundungan?
Ada 4 pov di sini (sudut pandang orang pertama); Matthew, Eli, Courtney, dan Victor. Alurnya bersambung dari satu pov ke pov lain. Tapi, yang disayangkan pengulangan informasi. Kayak di pov Matthew, Courtney digambarkan sebagai blablabla, lalu di pov Courtney si Matt ini blablabla, padahal pov Matthew juga udah jelasin soal dirinya sendiri. Intinya muter-muter banget.
Terus beberapa cacat logika yang nggak bisa kusebut karena bakal spoiler. Masih ada buku kedua dan penggalan buku pertama jelas bikin penasaraaaaan. Reviu keseluruhannya mungkin bakal ada di buku kedua nanti.
Awalnya iseng-iseng aja baca ini, ternyta pas dibaca chapter pertama asyik juga crtanya. Crtanya tentang 5 orang anak SMA yang diculik karena katanya dulu pernah ngebunuh orang, tapi mereka sendiri nggak tahu siapa yg mreka bunuh. Nah, penculik mereka ini ngasih kesempatan selama 10 jam biar 5 orang ini bisa sembunyi dari dia. Sembari ngasih petunjuk supaya mereka inget nama korban yang mereka bunuh. Kalau mereka bisa kasih nama, mereka bakalan dibenasin.
Premisnya menarik banget dan narasinya enak banget juga. Cuman ini kan pke POV 1 dan diambil dari 4 pov berbeda; 1 dari penculik dan 3 dari korban penculikan. Naaaah, tone nya itu semuanyaaa sama. Karena ini salah satu pet peeves-ku, jadi sedikit banyak aku rada terganggu. Tapi overall oke sih.
Awalnya juga rada draggy menurutku, dan di part 1 ini baru ada 1 pembunuhan dan 1 petunjuk. Mnurutku rada terlalu lama karena build up di awal juga sebenernya nggak bgtu penting. Mksdnya, plot nya nggak jalan kemana2 dan nggak ada karakterisasi juga, jdinya rada2 draggy.
Nemu buku lokal horor, misteri & thriller jadi satu di ipusnas. Tidak sia-sia mengubek-ubek isi ipusnas 😁
Aku langsung ke poin-nya aja.
1. Mengesankan, penulisnya mengambil tema yang sering dipakai film-film barat yang bertema serupa. Sekumpulan orang terjebak dalam satu tempat, dan diincar oleh pembunuh. Syarat bisa keluar, tergantung penyelenggaranya. Bisa dibilang ini SAW Lite version
2. Awal-awal aku suka dengan gaya tulisnya yang sederhana dan jelas. Tidak berbelit-belit. Tapi lama-kelamaan, informasinya terlalu banyak berulang. Bukan hanya sekali atau dua kali, tapi sering. Misal Matthew si pecundang, miskin. Courtney yang kehilangan jati diri karena berteman dengan Shelby. Eli yang kebiasaan merokok. Dan ungkapan perasaan, pikiran, serta ketakutan mereka akan kematian yang menunggu di penghujung malam, sampai batas waktu yang telah ditentukan, selalu menjadi topik favorit penulis untuk di ulang secara terus menerus.
3. Mungkin karena penulis terlalu fokus mempertahankan karakter Matthew, Courtney, Brian, Eli, dan Shelby, Penulis lupa untuk membangun suasa mencengkam. Settingnya kan gedung sekolah terpencil, tanpa listrik, dan tidak terjangkau. Tapi sama sekali tidak di angkat seberapa mencekamnya suasana gelap gulita di sekitar mereka, lorong-lorong yang hening seolah berkomplot memberitahukan keberadaan mereka dan lain-lain.
Tapi hebatnya, kesan horor, misteri dan thriller-nya terasa dari dialog-dialog antar tokoh yang kebingungan, ketakutan dan putus asa. Yang ironi nya menjadi kelemahan, karena terlalu banyak pengulangan disitu-situ saja. Sehingga terkesan, stuck disitu aja tanpa kemajuan, kecuali kalau Victornya beraksi mencari mereka, baru terasa kalau cerita ini sedang berjalan maju.
Karena cerita ini bersambung ke Part 2, maka tidak ada yang bisa aku komentari tentang endingnya.