Setelah tewasnya korban pertama, Matthew memutuskan untuk mencari petunjuk yang ditinggalkan si pembunuh demi mendapatkan nama yang diminta. Akan tetapi, ketika satu demi satu petunjuk telah ditemukan, tidak ada satu nama pun yang muncul ke ingatannya.
Ketika Victor membunuh korban kedua, Matthew dan yang lain malah semakin ragu. Apakah pembunuhan yang dibicarakan Victor memang pernah terjadi? Atau itu hanya halusinasinya belaka?
Enggak nyangka buku kedua bakal mengharukan begini. Yah, harusnya nggak kaget sama ending-nya, tapi tetep aja sedih :(
Setelah jatuh korban lagi, korban penculikan yang tersisa mulai meragukan apakah pembunuhan itu memang ada? Atau Victor hanya salah orang? Yang jelas, tidak ada yang mengingat siapa dan bagaimana pembunuhan satu tahun lalu terjadi.
Buku terakhir memang cepat, ya wajar sih karena di sini memang ujung kasus, moment of truth kebongkar, dan siapa yang bakal bertahan di-reveal. Sedih begitu tahu giaman pembunuhan yang dimaksud Victor itu terjadi. Kayak, tega banget! Rasanya wajar kalau Victor macam orang kesetanan gitu. Eh, apa sebutannya ya, monster?
Mengabaikan info dump dan pengulangan informasi, background para karakternya kuat. Alasan kenapa Eli dan Courtney begitu bisa dipahami. Karena di sini cuma ada pov Eli sama Courtney, yang bisa dipahami alasannya cuma mereka. Matthew seharusnya nggak di sini karena apa ya, dia bukan geng perundung, dan dia termasuk karakter utama. Alasan dia ada di gedung itu jadi pembahasan tersendiri. Tapi, Eli-Courtney yang jelas dilabeli perundung menarik perhatian.
Voice karakternya sama dan agak susah dibedakan kalau nggak baca dulu keterangan di awal bab, tapi so far karakterisasinya konsisten. Eli ya Eli, Courtney ya Courtney, Matthew ya Matthew, dan Victor ya Victor. Awalnya agak ragu apa Victor ini menggambarkan sosok psikopat yang demen nakutin korbannya, tapi kayaknya dia bukan di level yang core.
Intinya, di buku kedua lebih fokus dan emang baru setengah akhir menegangkan, tapi okelah, banyakan info diulang di awal mungkin sebagai pengingat dan penguat karakter ini begini dan begitu.
Sebenarnya yg di cover ini (yg ada part 1 dan 2-nya) adalah versi digital. Buku ini terbit digitalnya dulu, kemudian direvisi karena mau dibuat versi cetaknya (beda cover). Penjelasan soal ini ada di buku versi 2025-nya. Dan yg aku baca adalah versi terbitan 2025, versi digital dari buku cetaknya. Jadi ada revisi dari yg versi 2021 dg versi 2025.
Ini adalah buku kedua karya L. Zeth yg aku baca, buku pertama yg aku baca adalah Reset.
Sama seperti Reset, aku nggak perlu pusing2 memikirkan pelaku. Di Reset, pelakunya udah ketebak sejak awal karena petunjuknya terang benderang. Sedangkan di Memories of A Name, nggak perlu menebak yg mana pelaku di deretan para korban yg diculik. Simple aja kok ceritanya. Mungkin karena aku terlalu banyak baca novel misteri terjemahan jadi pas baca yg simple gini malah bawaannya curiga Mulu sama semua tokohnya.
Sama spt Reset juga, endingnya buku ini juga kurang memuaskan. Mau dispill tapi nanti malah jadi spoiler keras. Ya pokoknya endingnya aneh menurutku, khususnya ketika ML ketemu langsung sama pelaku.
Alurnya super lambat di awal, khususnya ketika Matthew ketemu Courtney. Pengulangan info aja. Soal betapa miskinnya Matthew, betapa sampahnya geng Shelby, dan bahwa mereka nggak tau menahu soal pembunuhan yg dibicarakan Victor. Muter di situ2 aja. Bisa banget diskip sampe pas Matthew& Courtney ketemu Eli. Nah dari situ bisa dibilang mulai melaju temponya.
Gaya berceritanya dibuat spt buku terjemahan dan buatku lumayan dapet kok vibe-nya. Banyak yg aneh dan terasa nggak pas, spt utk apa ada lorong rahasia di sekolah dan apa keterlibatan Eli dalam pembunuhan itu.
Overall oke dan cukup seru. Rate asli dari aku 2.5/5.0 ⭐ Masih lebih suka Reset.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Ritmenya masih sama seperti part 1. Tidak ada sesuatu yang baru. Kejar-kejarannya terasa kaku, kurang aksi, terlalu banyak diksi, berulang-ulang pula menyampaikan informasi sehingga tidak sabar ingin aku skip saja hingga halaman terakhir.
Ceritanya cukup pontensial. Penokohannya kuat, karakter juga sangat konsisten. Aku bisa membayangkan scene by scene yang dilakoni oleh Matthew, Eli dan Courtney. Rasa takut yang begitu nyata, yang sayangnya kurang di dukung oleh keadaan, alias tempat. Sekolah usang itu hanya "tempelan" dimana aksi mereka berada. Kurang di bangun kesan dramatis dari tempat itu.
Aku selalu kagum sama Ruth Ware yang bisa membangun lokasi tempat para tokoh-tokohnya bermain. (Bukan bermaksud membandingkan kedua penulis, cuma sebagai gambaran bahwa untuk horor, thriller dan misteri, penting membangun imajinasi pembaca dimana kejadian itu berlangsung)
Ending! Hm .... Sulit berkomentar 😅
Ya gitu aja Udah ~
Petunjuk-petunjuk di kumpul, terungkap siapa korban pembunuhan satu tahun yang lalu, dan ya terurai kronologinya.
Mungkin agak sat set endingnya. Tentang pelakunya, motif, kehidupan tokoh yang selamat selanjutnya di masa depan, di rangkum dalam dua halaman lebih sedikit. Dan agak tidak memuaskan ya, karena masih tidak paham bagaimana pelaku bisa mematikan jaringan ponsel, listrik tapi bisa mengakses ruangan radio sekolah (mungkin radio sekolah tidak perlu listrik kali ya)
Tapi yang paling tidak aku pahami, dua orang (entah iya bisa kusebut orang) di akhir cerita itu sedang ngapain? Maksudnya apa? Lagi bermain jadi Tuhan atau gimana?
Duh maaf, sinyal pendekku kurang mamu menangkap maksudnya
Keseluruhan rating part 1 sama part 2 nya itu sbnernya 3,75.
Buat part 2 ini lbih kerasa thrilling nya dan aku nano nano banget ini.
Yang bagus menurutku karakterisasinya sih. Soalnya 4 tokoh utama kita punya alasan masing2 buat bikin aku sebagai pembaca peduli sama mereka. Apalagi pas aku tahu kematian setahun lalu tuh kek gimana aku kek bingung harus benci sama mereka atau kasian. Yaampuun.
Mana karakterisasinya juga konsisten sih, dan jadi nggak out of nowhere.
Yang kurangnya tuh paling di ending kerasa deus ex machina gtu karena emang tease buat tahu siapa korbannya tuh sedikit banget. Jadinya mlah lbih kek memaksakan biar endingnya gtu.
Overall aku enjoy bacanya buat yg part 2 ini karena mulai thrilling.