Jump to ratings and reviews
Rate this book
Rate this book
Kartini adalah kontradiksi: ia cerdas sekaligus lemah hati. Ia menyerap ide masyarakat Barat tapi tak takluk pada adat. Ia feminis yang dicurigai. Ia dianggap terkooptasi oleh ide-ide kolonial. Tapi satu yang tak bisa dilupakan: ia inspirasi bagi gerakan nasionalisme di Tanah Air. Kartini menyuarakan perubahan. Ia membawa perjuangan perempuan pada fase yang baru, tidak sekadar menuntut pengakuan tapi juga mengeklaim keberadaannya dalam kehidupan bangsa. Hidup Kartini begitu singkat, 25 tahun, namun gagasan-gagasan progresifnya tak lekang oleh zaman. Tulisannya menggambarkan perjuangan panjang di "ruang dalam" yang belum selesai sekalipun kemerdekaan di "ruang luar" sudah tercapai.

Kisah tentang Kartini adalah jilid perdana seri "Perempuan-perempuan Perkasa" yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo, April 2013. Serial ini mengangkat, mengupas, dan mengisahkan sisi lain kehidupan tokoh-tokoh perempuan yang memiliki peran besar pada setiap zamannya.

158 pages, Paperback

First published June 1, 2013

34 people are currently reading
225 people want to read

About the author

Tim Buku TEMPO

44 books95 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
48 (23%)
4 stars
95 (45%)
3 stars
54 (25%)
2 stars
6 (2%)
1 star
5 (2%)
Displaying 1 - 30 of 42 reviews
Profile Image for Evan Dewangga.
301 reviews37 followers
February 14, 2019
"Dan, seandainya aku terlahir kembali di dunia dan diberi kesempatan memilih, aku akan sekali lagi menjadi perempuan."

Tentu seperti karangan Tim Buku TEMPO yang lain, buku ini punya banyak bumbu sehingga sedap dan enak dibaca. Cuma, banyak sekali fakta yang diulang-ulang sampai bosan saya membacanya. Seakan pembacanya pikun sehingga perlu diulang-ulangi fakta itu dengan penekanan yang sama. Atau memang karena penulisnya tim (bukan individu), jadinya begini ya. Ah toh ada editor juga. Menurut saya, lebih baik mengurangi jumlah halaman buku tapi isinya benar-benar fresh, dibanding semacam copas trivia dari bab-bab sebelumnya.
Profile Image for Maisarah Mohd.
Author 1 book42 followers
July 26, 2018
Aku membaca buku ini setelah menonton filem Kartini. Jadi, semasa membaca, di mindaku seakan-akan tertayang babak-babak dalam filem itu.

Banyak orang mempersoalkan mengapa, Kartini diangkat sebagai pahlawan nasional. Kartini, ya memangnya dia bukan nya seperti Sultanah Acheh, bukan pahlawan mengangkat senjata seperti Cut Nyak Dien, dan... Kata orang dia hanya menulis...

Tapi, Kartini bukan sebatas seorang penulis. Dan Kartini bukan seperti yang kita sangka, sahabat pada bangsa penjajah... Bukan semua berkulit putih itu penjajah. Bahkan, ada bahagian dalam buku ini menyatakan, Kartini cenderung ke arah sosialis di Belanda, yang mana ianyakan akan mengancam penjajah itu sendiri.

Kartini... Adalah pemula.
Kerana itu, sangat wajar sosok ini diangkat.

Aku teringat pada kata-kata Pramoedya Ananta Toer,

'Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Kerana kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari'

Salam, dari Malaysia.
Profile Image for Hestia Istiviani.
1,034 reviews1,962 followers
July 14, 2020
Kartini adalah pemikir feminisme awal di Indonesia. Dia perempuan yang gagasan-gagasannya mencerahkan dann mengilhami kalangan yang lebih luas.


Malu rasanya ketika hanya mengerti Kartini lewat buku pelajaran dan lagu yang dikumandangkan setiap bulan April. Parade pakaian adat yang seakan menjadi tradisi untuk meramaikan hari kelahiran sosok dibalik emansipasi wanita. Tapi benarkah dirayakannya dengan cara yang demikian?

Gelap-Terang Hidup Kartini disusun oleh Tim buku TEMPO melalui beragam riset dan juga referensi. Buku ini mengungkap sisi dari Kartini yang tidak ditulis dalam buku-buku pelajaran itu. Seperti misalnya bahwa bapaknya punya pandangan progresif akan pendidikan terhadap anak perempuannya, meskipun ia tetap berpegang pada adat Jawa. Kartini yang merupakan keturunan ningrat pun berusaha mendobrak batasan-batasan yang selama ini melemahkan posisi perempuan.

Yang paling menonjol dan bisa aku jadikan poin utama ialah perihal perempuan dan kepemilikan terhadap suaranya sendiri. Kartini menuntut berakhirnya feodalisme yang membuat perempuan (apalagi dari keluarga berdarah biru) seakan tidak punya pilihan dan kendali terhadap dirinya sendiri. Hal tersebut tercermin dalam sebuah percakapan antara Kartini dengan bapaknya. Ia menanyakan akan menjadi apa kelak dan bapaknya dengan mantap menjawab, "Raden Ayu." Dengan kata lain, sedari lahir, garis hidup Kartini sebagai perempuan sudah ditentukan. Mau ia berusaha sekolah setinggi mungkin, "titel" yang ia emban memberatkan dirinya.

Inilah jawaban yang kelak malah membangkitkan jiwa Kartini untuk berontak terhadap peraturan-peraturan. Bahwa menjadi raden ayu berarti seorang gadis harus kawin, harus menjadi milik seorang laki-laki, tanpa mempunyai hak untuk bertanya apa, siapa, dan bagaimana.


Sayangnya, hampir separuh informasi yang ada di dalam buku ini bersifat repetitif. Meskipun narasi dan konteksnya berbeda, namun hal-hal yang sudah disampaikan di bagian awal kembali lagi diulang. Jujur saja, bagiku hal tersebut membuat buku ini hanya ku berikan 3 bintang.
Profile Image for Zaharahanum Kamarudin.
38 reviews4 followers
August 9, 2020
Berkeupayaan menulis dalam bahasa Belanda pada usia awal belasan tahun memanglah satu anugerah. Apatah lagi bagi seorang gadis yang fikirannya meronta-ronta ingin bebas dari pagar budaya bangsanya dan kepungan masyarakatnya. Anugerah inilah yang dimanipulasikan sesungguhnya oleh Kartini setelah terjawabnya iklan mencari sahabat pena buat bertukar-tukar fikiran sepanjang dia dalam pingitan. Malah, Kartini tidak sahaja menulis surat kepada Estella "Stella" Zeehandelaar, sahabat penanya itu, tetapi juga kepada beberapa kenalannya yang lain.

Namun begitu, sering Tuhan bersifat "kedekut" apabila meminjamkan Kartini sebatas usianya 25 tahun sahaja, empat hari setelah melahirkan putera tunggalnya. Hampir setahun sebelum itu pun, kebebasan Kartini merencana dan melaksana agenda pendidikan dan pembangunan perajin di tanah lahirnya bagaikan direnggut oleh ikatan pernikahan. Beruntungnya Kartini, seawal dia membuka mata hingga ke hembusannya nafasnya yang terakhir, dia didakapi insan tersayang yang tidak pernah jemu mendukung cita-citanya. Hanyalah Kartini barangkali dipinjamkan di dunia sebagai pencetus perubahan, meski tak berkesempatan melihat kejayaan sepenuhnya.

Saya menggemari naskhah ini sebagai pengenalan terhadap susuk Kartinni, wanita kebanggaan Indonesia yang diraikan pemikirannya pada setiap 21 April.
Profile Image for Puji Maharani.
13 reviews3 followers
January 28, 2018
Mulanya agak menyesal karena baru membaca ini hampir dua tahun setelah ditugasi menulis esai tentang feminisme dan nasionalisme. Rasanya seperti ketinggalan salah satu referensi yang berharga, karena disajikan dari sudut pandang orang Indonesia. Pengalaman belajar di negara yang punya cukup kuasa untuk memproduksi pengetahuan karena melakukan penjajahan ternyata membuat saya begitu mensyukuri perspektif penceritaan Kartini oleh bangsanya sendiri. Apalagi, kumpulan surat-surat Kartini bisa terbit atas inisiatif Abendanon, orang Belanda yang justru sempat membujuk perempuan Jawa itu untuk membatalkan permohonan beasiswanya ke negeri kincir angin.

Pendekatan jurnalistik yang digunakan, karena tulisan-tulisan dalam buku ini mulanya memang dimuat di majalah, menghadirkan sosok Kartini secara manusiawi. Denyutnya berbeda dengan gaya buku-buku sejarah ataupun hasil penelitian ilmiah, seperti sejumlah karya lain yang dikutip dalam tulisan, dan juga saya jadikan sumber acuan. Perjalanan hidup Kartini di dalamnya tak seperti biografi pada umumnya, tapi juga mengupas bagaimana 25 tahun kehidupan Kartini mewariskan efek riak yang masih terasa relevansinya hingga hari ini. Tempo bahkan menelusuri jejak Kartini hingga ke Belanda, negeri yang sedianya menjadi tujuannya menimba ilmu, namun tak pernah dipijaknya hingga akhir hayatnya.

Yang juga tak kalah penting adalah pesan bahwa membicarakan Kartini berarti membicarakan gagasan-gagasannya, sehingga kita tak boleh luput mengacu pada surat-suratnya, yang berperan penting memberikan konteks ruang dan waktu Kartini pada zamannya. Dengan demikian, kita tidak terjebak pada definisi sempit bahwa kepahlawanan hanyalah soal angkat senjata atau antipati terhadap pergaulan dengan kaum penjajah.
Profile Image for Kirana.
95 reviews8 followers
April 4, 2021
3,5/5
Saya suka dengan buku ini. Singkat dan padat (kurang lebih 77 halaman), namun cukup banyak informasi yang bisa diberikan untuk orang yang 'sekedar tahu' Ibu Kartini seperti saya. Sayangnya, terdapat beberapa informasi yang sering diulang (saya lihat beberapa reviewer juga mengeluhkan hal ini). Akan lebih baik jika informasi tersebut diganti dengan informasi baru yang lain.
Oh iya fyi, buku ini juga tersedia di ipusnas dengan versi berbahasa inggris.
Profile Image for Vanda Kemala.
233 reviews68 followers
January 3, 2021
Menderita karena dipingit, sedih soalnya nggak dapat izin sekolah tinggi, nggak dibebaskan menentukan pilihan, diharuskan menikah dan punya madu padahal benci poligami.

Hal-hal yang jadi alasannya buat berontak dan berjuang demi perempuan Indonesia, tapi sekarang yang ada cuma selebrasi tahunan pakai kebaya setiap tanggal kelahirannya, tanpa melanjutkan perjuangannya demi kesetaraan? Bahkan perempuan yang memilih berpendidikan tinggia malah dicemooh warganet.

RA Kartini bisa jadi sekarang lagi nangis di alam kuburnya. :(

Buku ini pantas dibaca oleh mereka yang berpola pikir kalau RA Kartini bukan pahlawan dan hanya perempuan yang korespondensi dengan sahabatnya di Belanda.
Profile Image for Maesy Ang.
Author 4 books62 followers
February 9, 2014
"Kartini adalah kontradiksi: ia cerdas sekaligus lemah hati. Ia menyerap ide masyarakat Barat tapi tak takluk pada adat. Ia feminis yang dicurigai. Ia dianggap terkooptasi oleh ide-ide kolonial. Tapi satu yang tak bisa dilupakan: ia inspirasi bagi gerakan nasionalisme di Tanah Air."

Saya ingat bahwa saya sering sekali ternganga saat membaca buku yang dialihkan dari salah satu edisi khusus majalah Tempo ini. Saya baru tahu bahwa Kartini adalah salah satu antropolog pertama Indonesia, bahwa ia berperan besar dalam menghidupkan seni ukir Jepara, dan bahwa mengaku dirinya anak Buddha. Buku ini adalah perkenalan yang menarik, saya jadi mencari buku-buku lain tentang Kartini usai membacanya.
Profile Image for Fatihah.
182 reviews15 followers
October 10, 2016
Terlalu sikit perkongsian untuk menjadikan biografi ini menarik. Tapi aturannya cantik.
Profile Image for Jahe.
33 reviews
February 22, 2023
"Dan, seandainya aku terlahir kembali ke dunia dan diberi kesempatan memilih, aku akan sekali lagi menjadi perempuan."

Posisi Kartini sebagai pahlawan pergerakan perempuan mendapat tentangan dari beberapa tokoh sewaktu Soekarno membuat keputusan pada 1960-an. Awalnya aku sendiri masih bingung menentukan bagian mana dari hidup Kartini yang bisa kita teladani sebagai perempuan. Tentu, beliau memang memiliki pemikiran yang dalam mengenai kedudukannya sebagai perempuan dalam kungkungan adat dan tiadanya kebebasan. Namun, apakah itu cukup membawanya pada posisi sebagai seorang pahlawan nasional? Bukankah pada akhirnya Kartini tetap menerima pinangan Bupati Rembang, setelah sebelumnya menentang keras praktik poligami dan pemaksaan pernikahan?

Membaca buku ini, aku pada akhirnya tahu mengapa Kartini layak mendapat posisi sebagai pahlawan nasional dan pelopor gerakan perempuan. Di bagian pembuka, Arif Zulkifli menulis bahwa, "Seorang pendekar adalah pembela yang tak selamanya memenangi perkelahian." Kartini mungkin saja tidak bisa menjalani hidup yang dia mau, tapi itu semua tidak lantas membuat perlawanan Kartini hilang.

Buku ini menggambarkan dengan baik gelap-terang yang Kartini alami dalam hidup. Mulai dari masa sekolahnya yang harus terhenti karena dia dipingit, caranya dan adik-adik perempuannya mengisi waktu dalam pingitan, gebrakan yang dia buat melawan adat yang patriarkis, tulisan-tulisannya, sampai mimpi-mimpinya yang harus pupus satu demi satu karena terhalang keterbatasan. Kartini mungkin tidak mengangkat senjata dan melakukan pertumpahan darah. Tapi pemikirannya melawan dengan kuat dan memantik api-api perlawanan dari orang-orang lain yang lahir setelahnya.

Selain itu, berbeda dengan tokoh-tokoh lain, Kartini meninggalkan sesuatu yang berharga. Dia meninggalkan tulisan. Lewat tulisan-tulisan itu kita bisa menyelami pemikirannya dan memahami masa di mana ia hidup dengan lebih dekat.

Menamatkan buku ini dengan durasi yang sangat lama, namun tetap tersentuh dari awal membaca hingga halaman terakhir tertutup. Ah, sepertinya aku harus buka Panggil Aku Kartini Saja dari Pram segera.
Profile Image for fafa.
15 reviews
November 5, 2025
Yang paling bikin aku kagum itu ketika Kartini inisiatif untuk menghidupkan kembali pasar ukir, secara ga langsung memakmurkan rakyat juga… Terharu, sih. Dan ternyata beliau punya privillage yang besar karena anak bupati, tapi sayangnya terhalang oleh adat jawa atau perspektif zaman dahulu. Sempat mau kuliah di Belanda tapi lagi-lagi terhalang oleh temannya yang mencarikannya beasiswa itu. Kononnya sih ada yang “takut” kembalinya Kartini dari Belanda nanti akan mengungkapkan seluk beluk buruk Hindia Belanda saat itu, walau itu hanya desus belaka, tapi make sanse juga ga sih? Walau beliau tidak terlihat memberikan dampak yang luas seperti membangun sekolah besar tapi niatnya yang besar untuk memajukan rakyat sudah cukup menggetarkan hatiku. Patut pula terpesona oleh sikap berani beliau yang menantang adat-adat jawa seperti unggah-ungguh terutama sebagai wanita.

Mungkin yang kurang dari buku ini tentang pengulangan definisi di tiap-tiap bab yang berbeda, bahkan ada yang baru dijelaskan definisinya di tengah-tengah bab padahal istilahnya sudah disebutkan berulang kali di bab sebelumnya.
Profile Image for Limya.
97 reviews6 followers
April 20, 2021
Banyak yang bisa didapatkan dengan membaca buku setipis ini. Keren sih. Sebenarnya bacanya lewat iPusnas yang edisi Bahasa Inggris, tetapi apa daya di Goodreads adanya edisi yang ini. Seperti pembukanya, buku ini menyajikan penggambaran Ibu Kartini yang kuat, tangguh, namun juga vulnerable.

Beberapa orang mencibir Ibu Kartini dan membandingkannya dengan pahlawan-pahlawan perempuan lain yang padahal tidak perlu. Mereka hebat masing-masing. Nah, dalam buku ini digambarkan bahwa meski Ibu Kartini merupakan seorang priayi, Ibu Kartini sejak kecil tidak lepas dari perilaku diskriminatif. Dengan membaca buku ini, pembaca bisa tahu berbagai struggle yang dihadapi oleh Ibu Kartini dan proses Ibu Kartini dalam melalui semuanya.

Saya saja membacanya jadi terinspirasi untuk kuat seperti Ibu Kartini. Semoga pembaca lainnya juga, baik laki-laki maupun perempuan, dan jadi tergerak hatinya untuk menyetarakan posisi perempuan dan laki-laki, khususnya di Indonesia.
Profile Image for Atria Dewi Sartika.
115 reviews10 followers
September 11, 2013
Seorang Raden Ajeng Kartini merupakan sosok yang banyak dikenal oleh bangsa Indonesia. Mulai dari anak-anak SD sampai generasi-generasi yang lebih tua. Namun bentuk pengenalan yang diketahui masyarakat umum hanyalah sedikit. Mereka hanya akan berkata bahwa, “Kartini adalah pahlawan perempuan. Ia memperjuangkan hak-hak perempuan untuk memperoleh pendidikan. Menyuarakan tentang persamaan derajat perempuan dan pria,”.

Sejujurnya kalau saya ingin mendebat salah satu pernyataan tentang “Kartini adalah orang pertama yang mendirikan sekolah untuk perempuan pribumi” maka ada data yang bisa dijadikan perbandingan. Seorang Raden Dewi Sartika, pahlawan perempuan dari tanah Sunda, telah lebih dulu membuat sekolah ini. Dewi Sartika tercatat telah mulai mendirikan sekolah untuk perempuan pribumi sejak 1902 di halaman belakang ibunya. Sekolah itu bernama “Sakola Istri”. Sekolah yang dibuatnya ini diketahui oleh C.Den Hammer (Inspektur Pengajaran Hindia Belanda) dan sempat dicurigai mengingat latar belakang keluarga Dewi Sartika. Kemudian pada tahun 1904 Sakola Istri pindah ke halaman pendopo alun-alun.

Kalau dari segi lebih dahulu membuka sekolah, maka dari yang saya baca, Kartini baru membuka sekolahnya pada tahun 1903 dan tipenya mirip dengan Sakola Istri. Kartini membuka sekolah di beranda belakang rumah ayahnya seorang Bupati Jepara. Selain itu sekolah Kartini diisi oleh anak-anak dari gologan priyayi, sedangkan Dewi Sartika sejak awal mendirikan sekolah menolak klasifikasi seperti itu. Menurut Dewi Sartika semua perempuan berhak mendapatkan pendidikan. Untuk membaca lebih banyak tentang Dewi Sartika silahkan baca di sini.

Namun di luar itu semua, dengan membaca buku Gelap Terang Hidup Kartini ini kita akan membaca kehidupan Kartini dalam bentuk yang lebih kompleks. Kita akan disuguhkan mengenai bagaimana kecerdasan seorang Kartini berkembang dan yang mempengaruhi pemikiran-pemikiran yang ia tuliskan dalam suratnya. Proses pingitan yang dijalani oleh Kartini karena tuntutan adat, menjadi penghalang bagi berkembangnya seorang Kartini tapi sekaligus menjadi titik awal bagi Kartini untuk lebih membuka wawasan. Dalam masa pingitan inilah Kartini menjadi produktif menuliskan gagasan-gagasannya kepada sahabat-sahabat penanya yang ternyata mereka bukanlah orang-orang biasa saja.


Yang menjadi sahabat pena Kartini selain istri JH Abendanon, Rosa Manuela Abendanon-Mandri, Kartini juga bersurat-suratan dengan Marie Ovink-Soer, istri Asisten Residen Jepara yang kemudian pindah ke Jombang. Marie Ovink adalah pengarang novel remaja Belanda yang cukup dikenal dan juga seorang tokoh feminis di Belanda. Selain itu di Belanda ia memiliki sahabat pena bernama Estelle Zeehandelaar, yang disapa Kartini dengan nama “Stella”. Setella adalah pembela hak-hak perempuan dan anak. Lewat Stella dan Marie Ovink, Kartini pun mengenal dan bersurat-suratan dengan Henri Hubert van Kol, anggota parlemen partai buruh sosial-demokratik Belanda; dan istrinya, Nellie van Kol Porreij, editor Hollandsche Lelie.

Orang-orang ini bukanlah orang biasa. Mereka memiliki pengaruh di Belanda. Itu sebabnya membuat nama Kartini lebih di kenal daripada nama pahlawan perempuan lainnya. Tapi kedekatannya dengan orang-orang Belanda ini membuat sejumlah orang pun menganggap bahwa kepahlawan Kartini adalah sebuah setting dari Hindia Belanda. Tapi terlepas dari itu, saya harus mengakui kekaguman saya pada kecerdasan seorang Kartini.

Di usia yang masih belia, ia menjadi seornag pengamat sosial yang kritis. Umurnya baru 13 tahun saat ia masuk dalam masa pingitan. Pada masa ini, Kartini mengkayakan diri dengan bacaan-bacaan sastra dan tulisan-tulisan atau artikel-artikel dari majalah “De Hollandsche Lelie” yang memberi banyak pemahaman pada Kartini tentang gerakan feminisme. Dengan pengetahuan-pengetahuan yang ia temukan dari bacaannya, Kartini pun mulai mengamati dan kemudian mengkritisi hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Tentang ketidaksetaraan anatara perempuan dan laki-laki dalam ada Jawa serta fenomena sosial lainnya. Bayangkan, pada usia 16 tahun ia mampu menulis dengan penuturan yang ilmiah tentang kejadian-kejadian sosial yang ia dapati di masyarakat sekitarnya.

Buku ini juga menceritakan lika-liku kehidupan Kartini hingga akhirnya harus "kalah" pada adat. Ia yang menentang poligami akhirnya menerima pinangan dari Bupati Rebang, Adipati Djojoadiningrat dan telah memiliki 3 istri. Dia pun tak bisa menolak pendapat orang-orang di sekitarnya dan memilih untuk membatalkan niat bersekolah ke Belanda meskipun telah mengantongi izin untuk sekolah di sana dari orang tua dan pihak Pemerintah Belanda. Kompromi yang dipilih Kartini mengecewakan sejumlah pihak yang mendukung ide-idenya. Tapi di lain pihak Kartini melakukan pengorbanan itu demi orang yang paling dia cintai, yakni ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat.

Dalam buku ini juga kita akan menemukan cerita tentang kematian Kartini serta sepenggal cerita tentang keturunan Kartini. Satu-satunya anak yang dilahirkan Kartini bernama Raden Mas Soesalit. Ia berkiprah di dunia militer dan melepaskan jabatan Bupati yang telah ditawarkan padanya.

Melalui buku ini kita bisa belajar secara singkat dan lebih mendalam tentang kehidupan Kartini. perdebatan atau pun penjelasan tentang kepahlawan seorang Kartini. Maka dengan mengesampingkan perbandingan-perbandingan kepahlawanan dari Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Rohana Kudus, Siti Aisyah We Tenriolle, Inggit Garnasih dan pahlawan-pahlawan perempuan lainnya, maka Kartini memang ikut memperjuangkan hak-hak perempuan. Pemikiran kritis di usia muda pun menjadi nilai lebih dari seorang Kartini. Sebuah contoh yang patut diteladani oleh generasi penerusnya. (Hm..saya pribadi di usia itu masih sibuk dengan hal-hal remeh dalam hidup saya..he..he..(^_^)v)
Profile Image for Fitri  Pakpahan.
65 reviews7 followers
September 5, 2017
"Tapi bagaimana kaum ibu pribumi bisa mendidik anak-anak mereka, jika mereka sendiri tidak terdidik?" Kartini

ini masih menjadi persoalan kami sampai sekarang ibu, terutama saya. Pemuda-pemudi dan negara sibuk mengejar kejayaan dan kekuasaan. Kami lupa untuk mendidik anak-anak dan generasi kami. Alhasil, generasi sekarang makin bodoh, mudah dipengaruhi dan ditipu. Sampai-sampai Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila, dihina, direndahkan dan bahkan ingin dihancurkan. Tidak hanya itu, untuk memilih dan menentukan pemimpin yang jelas-jelas kami tau berjiwa pemimpin pun, kami masih dibelenggu dengan alat yang sama, seperti yang ibu rasakan dulu ; agama, adat dan budaya.
Tidak ibu, meskipun zaman sudah sangat modern dan kecanggihan teknologi berkembang sangat pesat. Tetap saja, agama, adat dan budaya masih membelenggu kami. malah digunakan oleh sesama kami untuk menjajah negerinya sendiri.
Profile Image for Santi Artanti.
Author 1 book4 followers
April 22, 2022
Secara keseluruhan, buku ini menjawab rasa penasaran saya akan pemikiran dan gagasan Kartini yang tak saya temui ketika duduk di bangku sekolah dulu. Ada rasa penyesalan mengapa baru sekarang saya membaca buku ini. Jika buku semacam ini ada dari dulu dan dijadikan bacaan wajib di sekolah, tentu pemikiran dan gagasan Kartini akan mengendap lebih awal di benak para siswa.

Pemikiran dan gagasan Kartini lahir dari kegelisahan dan ketidakberdayaan perempuan dalam kungkungan lingkungan kolonial dan feodal. Titel bangsawan yang memberinya akses dan kesempatan bersekolah dan mendapatkan bacaan-bacaan bermutu, tak lantas membuatnya jadi berbangga diri. Namun menggunakan prestise itu untuk menyuarakan hak-hak kaumnya.

Review selengkapnya bisa disimak di sini:
https://www.santiartanti.com/2022/04/...
86 reviews2 followers
January 19, 2023
Kartini menjadi salah satu tokoh yang hidup di masa lampau tapi punya pemikiran progresif dan modern di zamannya. Gak heran banyak orang di zaman itu melihat Kartini sebagai sosok yang aneh dan nyeleneh, terlebih dia seorang perempuan dan keturunan bangsawan yang dituntut menjaga unggah-ungguhnya sepanjang hidup. Meskipun umur Kartini singkat, namun cita-citanya abadi sepanjang zaman. Tapi, pemikiran Kartini sebenarnya bukan hal yang aneh ketika kita membaca buku ini di zaman sekarang. Privilege yang dimiliki Kartini (keluarga priayi dan orang tua yang melek pendidikan) memuluskan hidup dan pikirannya untuk terus berkembang. Tidak adanya batasan ilmu yang dimiliki Kartini membuatnya jadi lebih bebas untuk berkorespondensi dengan orang-orang dari Belanda. Meskipun pada akhirnya ada adat istiadat dan norma yang sama sekali tidak bisa ditolak Kartini.
Profile Image for Nea.
37 reviews5 followers
May 29, 2019
It is entirely disheartening to find out that there is recently a movement, led by women, in Indonesia that dismisses feminist cause when our progress as a society throughout history was supported by a forward-thinking feminist like Kartini. We celebrate her every year on her birthday, but it was more about a ceremonial, kebaya-wearing festival than her thoughts that was way ahead of her time. It's heartwrenching that her short, remarkable, ill-fated life was the foundation of women emancipation and gender equality in our country. Kartini, you deserve better.

Caution: the closing chapter will break you.
Profile Image for Dinda.
13 reviews
October 25, 2021
Buku terbaik yang kubaca tahun ini. Ada bagian yang jadi favoritku banget sampe kujadiin wallpaper hp.

"Kartini memang tunduk pada permintaan ayahnya untuk menerima lamaran Bupati Rembang dan menabrak semua prinsip yang dipegangnya. Tapi bukan berarti ia kalah. Perjuangan tidak diukur dari berapa kali seseorang jatuh, tapi keteguhannya untuk terus menapak jalan yang dirintisnya, sekalipun nyawa taruhannya. Dalam kesedihannya ia menulis, "Dan, seandainya aku terlahir kembali di dunia dan diberi kesempatan memilih, aku akan sekali lagi menjadi perempuan."
Profile Image for Jay.
29 reviews1 follower
March 27, 2021
Ibu pahlawan perempuan Indonesia. Dalam kesedihannya ia menulis, "Dan, seandainya aku terlahir kembali di dunia dan diberi kesempatan memilih, aku akan sekali lagi menjadi perempuan." Belum bisa bicara banyak, karena merasa belum membaca referensi lain mengenai Ibu Kartini, tapi beliau sangat berani dan cerdas. Sangat menginspirasi. Setelah baca ini, jadi lebih memaknai hari Kartini nanti. Semoga Ibu ada di sisi Allah SWT yang terbaik bersama para pahlawan negeri ini yang lainnya.
2 reviews
Read
February 18, 2022
Menjadi awalan yang baik untuk lebih mengenal Kartini. Buku ini memberi gambaran bagaimana Kartini hidup dengan membagikan gagasan, perasaan dan impiannya.

"Perjuangan tidak diukur dari berapa kali seseorang jatuh, tapi keteguhannya untuk terus menapak jalan yang dirintisnya, sekalipun nyawa taruhannya." Iya. Kartini adalah bentuk nyata perjuangan untuk menunjukkan bahwa perempuan dapat berdaya ditengah himpitan konstruksi sosial yang mendegradasi kaum perempuan.
Profile Image for Blair easton.
3 reviews
February 1, 2023
this book make me love kartini even more. this book has really teach me so much about feminism, and how kartini buat perubahan yang sangat banyak dalam hidupnya yang bgitu singkat. what amaze me is kartini menyerap ide ide barat tapi dia tidak takluk pada adat. this is book like my prized posession HAHA
9 reviews
December 29, 2023
selama ini aku mendengar namanya, tetapi tidak mengetahui seluk beluk kisah hidup nya. ternyata julukan pahlawan memang cocok untuk sosok pribadi Kartini yang luar biasa. aku jatuh cinta banget sama karakter Kartini disini, karena ini aku jadi nonton film tentang beliau dan skdjksjsjs menginspirasi bangett sosok Kartini💘💘💘
Profile Image for Truly.
2,760 reviews13 followers
November 3, 2017
Mencoba membaca buku ini untuk menemukan sebuah hal baru tentang sosok Kartini.
Selain perihal kondisi museum yang memprihatikan, isinya kurang lebih tak berbeda jauh dengan buku lainnya. Lumayan sih untuk refreshing
Profile Image for wrtnbytata.
204 reviews3 followers
July 18, 2022
About how she fights with her brilliant ideas. The book has a great way to describe her remarkable quarter-century life. How it shows her boldness, great will to learn, her leadership, and brilliant ideas, this book successfully describes all of them through words.
Profile Image for Indira.
200 reviews5 followers
August 13, 2022
In my attempt to learn more about Indonesian history, I decided to buy this at Gramedia the other week and I'm glad I did because I ended up finishing this in a day! It's succinct and well-told.
6 reviews
September 29, 2022
Buku pertama baca setelah bertahun tak membaca. Dapat memahami kehidupan Kartini lebih jelas selain dari menonton filem. Mengisahkan kehidupan Kartini dari kecil sehingga dewasa.
Profile Image for asta buana.
22 reviews4 followers
Read
November 27, 2022
I read this book because of a school assignment project, this book is very useful if you want to know more about Kartini and her two sisters.
Displaying 1 - 30 of 42 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.